Anda di halaman 1dari 26

FRAKTUR SEBAGAI GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah KMB III

Dosen Koordinator : M. Sandi Haryanto, S. Kep., Ners., M. Kep

Dosen Ampu : Purwosuwignyo S.Kp.,M.Kep.,Sp.,KMB

Disusun Oleh :

Kelompok 2 – Keperawatan 3A

Mega Kusumah (1117022) Aruni Aprilia N. (1117086)

Anggi Ratnasari (1117064) Mahesa Ayulianti H. (1117094)

Fathi Syarqi Tsauri (1117065) Hilma Herliana (1117104)

Meliza Krismonita P. (1117066) Devi Merianda (1117123)

M. Farhan Faturahman (1117072)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini yang berjudul “FRAKTUR SEBAGAI GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL” dapat tersusun hingga selesai. Sholawat serta
salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat
Islam ke jalan yang penuh Ridho Illahi.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah KMB III
(Keperawatan Medikal Bedah III). Dalam makalah ini mengulas materi mengenai
fraktur atau dikenal dengan patah tulang.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Tujuan Makalah ....................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
D. Manfaat Makalah ..................................................................................................... 2
E. Prosedur Makalah..................................................................................................... 3

BAB II KONSEP TEORI ................................................................................................... 4

A. Anatomi Fisiologi Tulang ........................................................................................ 4


B. Definisi Fraktur ........................................................................................................
C. Etiologi Fraktur ........................................................................................................
D. Patofisiologi Fraktur.................................................................................................
E. Pathway Fraktur .......................................................................................................
F. Manifestasi Klinis Fraktur ........................................................................................
G. Pemeriksaan Fraktur .................................................................................................
H. Penatalaksanaan Fraktur ...........................................................................................
I. Komplikasi Fraktur ..................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................

BAB IV KESIMPULAN .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulang adalah salah satu bagian tubuh manusia yang paling penting. Fungsi
tulang sendiri adalah sebagai kerangka, penopang tubuh manusia dan tempat
melekatnya otot, sehingga tubuh dapat bergerak maksimal. Tidak hanya itu, beberapa
bagian tulang juga memiliki fungsi untuk melindungi organ lain didalam tubuh.
Seperti tulang tengkorak yang berfungsi melindungi otak dari berbagai macam
benturan dari luar, susunan tulang rusuk yang berfungsi untuk melindungi paru-paru
dan sebagainya. Itulah yang menjadikan fungsi tulang menjadi sangat vital apabila
terjadi kerusakan pada tulang itu sendiri.

Menurut World Health Organization pada tahun 2007 (dalam Triono dan
Murinto, 2015) terdapat lebih dari delapan juta orang meninggal dikarenakan insiden
kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden
kecelakaan yang memiliki angka kejadian yang cukup tinggi yakni insiden fraktur
ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian


dan Pengembangan Depkes RI tahun (2007 dalam Triono dan Murinto, 2015) di
Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh,
kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh
yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan
lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma
benda tajam/ tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi tulang?
2. Apa yang dimaksud dengan fraktur?
3. Bagaimana etiologi fraktur?
4. Bagaimana patofisiologi fraktur?
5. Bagaimana pathway fraktur?
6. Bagaimana manifestasi klinis fraktur?
7. Bagaimana pemeriksaan pada fraktur?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita fraktur?
9. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada fraktur?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi tulang
2. Untuk mengetahui apa yan dimaksud dengan fraktur
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi fraktur
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi fraktur
5. Untuk mengetahui bagaimana jalan berkembangnya fraktur
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis fraktur
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan pada fraktur
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada penderita fraktur
9. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada penderita fraktur

D. Manfaat Makalah
1. Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah wawasan
pembelajaran bagi pembaca khususnya pelajar atau mahasiswa
2. Bagi mahasiswa kesehatan dapat menggunakan sistem ini untuk mengetahui
gangguan pada sistem musculoskeletal yakni fraktur.
2
E. Prosedur Makalah

Metode yang digunakan adalah metode deskripsi. Melalui metode ini penyusun
akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan kompehensif. Data
dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan metode pustaka, artinya
penyusun memperoleh data melalui sumber buku bacaan maupun internet berupa
jurnal.

3
BAB II

KONSEP TEORI

A. Anatomi Fisiologi Tulang


1. Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “ Osteoblast ”. Proses
mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh
manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam limakelompok berdasarkan bentuknya :

a. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah
tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di
lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan
oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang
yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone(cancellous atau trabecular).
Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis,lempeng epifisis berfusi,
dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen,dan testosteron
merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersamadengan
testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang
memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi
sumsum tulang.
b. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy)dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. ulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisanluar adalah tulang concellous.

4
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas
98% kolagen dan 2%subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan
proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear
(berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah


osteonter dapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi
melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan


periosteum.Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh,
selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah,dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan
tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna
Howship(cekungan pada permukaan tulang).

5
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 %
endapan garam.Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat
kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam
terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion
magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen
melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan
tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam
menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).

Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa


pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama
hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan
jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pembentuk tulang yaitu osteoblas.

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon


terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu
pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-
garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa

6
minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid,
dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang,
osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang menghubungkan osteosit satu
dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.

Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian
ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap
sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat
antara tulang, cairan interstisium, dan darah.

Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan


dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang
disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari
sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan
berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis.
Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan
memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas
menghilang dan muncul osteoblas. Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong
tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah
melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang


terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja,
aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih
panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada
tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan
osteoklas biasanya setara,sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia
pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang
mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang
mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas

7
osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas
osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.

Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga


dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang.
Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme
pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon pertumbuhan adalah
promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang
dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut.
Estrogen dantestosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti
tumbuh denganmerangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang).
Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang.
Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang. Vitamin D
dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan bekerja
pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di
usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi
tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum
dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah
besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan
absorpsi tulang.

Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol


oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang
terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat
sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid
meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk
membebaskan kalsium kedalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja secara
umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut.
Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.

8
Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan
menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi
ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D
diginjal bergantung pada hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan
kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan
pembentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga
menurunkan kadar kalsium serum.

2. Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.


b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan
lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis).
e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

B. Definisi Fraktur

C. Etiologi Fraktur

9
D. Patofisiologi Fraktur

E. Pathway Fraktur

F. Manifestasi Klinis Fraktur

G. Pemeriksaan Fraktur

H. Penatalaksanaan Fraktur

I. Komplikasi Fraktur

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur

A. Pengkajian
1. Biodata Klien
a) Nama:
b) Usia: kebanyakan terjadi pada usia muda akibat kecelakaan dan usia tua akibat
jatuh (misalnya di kamar mandi)
c) Alamat:
d) Jenis kelamin: bisa untuk semua jenis kelamin
e) Agama:
f) Dx. Medis: Fraktur

2. Keluhan utama :
Nyeri pada daerah yang terjadi trauma akibat kecelakaan
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien datang dengan keluhan akibat kecelakaan atau trauma lain.
4. Riwayat kesehatan masa lalu :
Pengkajian yang perlu di tanyakan, meliputi riwayat hipertensi, diabetes melitus,
dan penyakit jantung, apakah pernah mengalami fraktur sebelumnya, pengobatan
pada saat sakit.
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Faktor genetik tidak termasuk pada timbulnya penyakit fraktur kecuali klien yang
menderita diabetes pada keluarga akan menyebabkan komplikasi.
6. Pemeriksaan fisik :
1) Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : compos mentis
b. Kesadaran : *kualitatif : CM s/d Coma, *kuantitatif: GCS
11
c. Tekanan darah : normalnya tekanan darah 120/80
d. Nadi : nadi normalnya 60-100x/mnt (biasanya nadi meningkat)
e. Suhu : suhu normalnya 36 − 37,5𝑜 𝐶
f. RR : pernafasan normalnya 16-24x/mnt (tergantung jenis frakturnya apabila
klien trauma panggul terjadi sesak nafas, karena adanya perubahan pada
sistem pernafasan di sertai banyaknya perdarahan dan syok, klien trauma
panggul berat biasanya akan mengalami ARDS atau gagal nafas akut)
2) Antropometri
BB= kg
TB= cm

3) Pemeriksaan sistematika/persistem
A) Sistem pernafasan
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, di dapatkan bahwa klien fraktur
tidak mengalami kelainan pernafasan kecuali jika klien trauma panggul
terjadi sesak nafas, karena adanya perubahan pada sistem pernafasan di
sertai banyaknya perdarahan dan syok, klien trauma panggul berat
biasanya akan mengalami ARDS atau gagal nafas akut.
B) Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat kelenjar getah bening,
tidak terdapat distensi vena jugularis, tidak terdapat clubbing finger.
- Palpasi : CRT<2 detik, biasanya nadi meningkat
- Perkusi : bunyi ICS 1-6 sebelah kiri pekak
- Auskultasi : S1 dan S2 tidak terdapat suara tambahan
- Apabila pada klien fraktur cidera panggul sedang dan berat hasil
pemeriksaan

12
C) Sistem pencernaan
- Inspeksi : mukosa bibir ananemis, tidak terdapat stomatitis, turgor kulit
abdomen elastis, bentuk abdomen simetris
- Auskultasi: bunyi bising usus normal 8-12x/menit
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen, tidak terdapat
asites
- Perkusi: Bunyi perkusi abdomen timpani
D) Sistem persyarafan
Nervus I (olfaktorius) : klien dapat mencium bau-bauan
Nervus II (optikus) : klien dapat melihat pada jarak 2m
Nervus III (okula motorius) : klien dapat menggerakan bola mata
kesamping atas
Nervus IV (traklearis) : klien dapat menggerakkan bola mata
ke atas dan kebawah normal
Nervus V (trigeminus) : pada kornea mata mengkibatkan
kurang/ hilangnya reflek kedip
Nervus VI (abdusen) : klien dapat menggerakkan bola mata
ke samping
Nervus VII (facialis) : klien dapat membedakan rasa manis
dan asin
Nervus VIII (akustikus) : pendengaran klien baik saat ditanya
oleh pengkaji
Nervus IX (glosofaringeus) : klien dapat menelan dengan baik
Nervus X (vagus) : klien dapat membuka mulutnya
dengan baik
Nervus XI (spinal accesory) : klien lemah mengangkat bahu kanan
dan kiri (jika terjadi pada fraktur
klavikula)

13
Nervus XII (hipoglesal) :pergerakan klien lemah dan tidak
bebas
E) Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris,warna sklera putih, tidak adanya kelainan pada
mata, kurangnya reflek mengedipkan mata, tidak dapat merapatkan mata
(lagophthalmos).
F) Sistem pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak adanya nyeri tekan, tidak terdapat serumen,
fungsi pendengaran baik
G) Sistem perkemihan
Tidak adanya nyeri tekan
H) Sistem muskuloskeletal
Kerusakan fungsi motorik kekuatan otot yang terjadi trauma dapat
menjadi lemah/ lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) jika
tidak langsung di tangani dengan baik.
I) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
J) Sistem integumen
Biasanya pada fraktur terbuka terdapat luka, perdarahan

Pola kebiasaan sehari-hari


No Pola Sebelum sakit Saat sakit
1. Makan dan minum
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Alergi Tidak ada Tidak ada
Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Alat bantu makan Tidak ada Tidak ada

14
2. Istirahat dan tidur
Siang  2 jam  2-3 jam
Malam  7 jam  7-8 jam
3. Personal higiene
 Mandi
frekuensi 2x/hari 1x/hari
 Oral higiene
frekuaensi 2x/hari Tidak pernah
 Cuci rambut
Frekuensi 3x/minggu Tidak pernah
4. Eliminasi
 BAK
Frekuensi  3-5x/hari  3-5x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Penggunaan alat bantu Tidak menggunakan Menggunakan
 BAB kateter
Frekuensi  1-2x/hari
Warna kuning Tidak tentu
Konsistensi padat Kuning
Padat
5. Pola aktivitas Terbaring

Data Psikologis
1. Status emosi
Klien mampu mengontrol emosinya, jika marah klien memilih untuk diam
2. Kecemasan klien
Tingkat kecemasan klien sedang

15
Data Psikospiritual
Kaji apakah ada dampak yang timbul pada klien, seperti ketakutan akan kecacatan,
rasa cemas, rasa ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan
gangguan citra diri.
Data penunjang
1) X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
a) Tomografi
b) Mielografi
c) Artrografi
2) Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
3) Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
5) Kretinin: trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal
6) Elektromiograf: terdapat kerusakan kondusif saraf akibat fraktur
7) Atroskopi: di dapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
yang berlebihan
8) Indium imaging: pada pemeriksaan ini adanya di dapatkan infeksi pada tulang
9) MRI: Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah keperawatan


1. DS: Fraktur Nyeri
pasien mengatakan
nyeri Diskontinuitas tulang
DO:
Pasien terlihat meringis Pergeseran fragmen tulang

16
dengan skala nyeri 0 –
10 Nyeri akut

2. DS: Kerusakan fragmen tulang Ketidakefektifan


Pasien mengatakan perfusi jaringan perifer
pusing. Tekanan sumsum tulang lebih
DO: tinggi dari kapiler
Tekanan darah pasien
rendah <100 mmHg Melepaskan ketekolamin

Metabolisme asam lemak

Bergabung dengan trombosit


emboli

Menyumbat pembuluh darah

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

3. DS: Diskontinuitas tulang Kerusakan integritas


Pasien mengatakan kulit
cemas karna terdapat Perubahan jaringan sekitar
luka pada kulitnya Laserasi kulit
yang tidak normal.
DO:
Terdapat luka di kulit Kerusakan integritas kulit
yang di akibatkan oleh Resiko infeksi

17
fraktur terbuka.

4. DS: Fraktur Hambatan mobilisasi


Pasien mengatakan fisik neuromuscular,
kaku atau sulit nyeri, terapi restriktif
menggerakan Hambatan mobilisasi fisik (imobilisasi)
tubuhnya.
DO:
Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas
sehari – hari

B. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa pre op
1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fragmen tulang
edema, cedera jaringan lunak pemasangan traksi.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d suplai darah jaringan
b. Diagnosa post op
1) Kerusakan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
2) Hambatan mobilisasi fisik b.d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)

C. Intervensi Keperawatan
a. Rencana Keperawatan pre
No. Dx Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agen  Pain level - Lakukan pengkajian nyeri
injuri fisik, spasme  Pain control secara komprehensif

18
otot, gerakan fragmen  Comfort level termasuk lokasi,
tulang edema, cedera Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
jaringan lunak - Pasien mampu frekuensi, kualitas dan
pemasangan traksi. mengontrol nyeri faktor presipitasi
- Melaporkan bahwa - Observasi reaksi
nyeri berkurang dengan nonverbal dari
menggunakan ketidaknyamanan
manajemen nyeri - Gunakan komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien
- Ajarkan tekhnik relaksasi
kepada pasien
- Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri
2. Ketidakefektifan  Circulation status - Monitor adanya daerah
perfusi jaringan perifer  Tissue perfucion: tertentu yang hanya peka
b.d suplai darah cerebral terhadap panas/dingin/
jaringan Kriteria hasil : tajam/tumpul
Mendemonstrasikan
status sirkulasi yang di - Batasi gerakan pada
tandai dengan : kepala, leher dan
 Tekanan systole dan punggung
diastole dalam rentang
yang di harapkan
 Tidak ada ortostatik
hipertensi

19
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang di tandai dengan :
 Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
 Menunjukan perhatian,
konsentrasi, dan
orientasi.
- Menunjukan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter

b. Rencana keperawatan post


No. Dx Keperawatan NOC NIC
1. Kerusakan integritas  Tissue integrity : skin - Jaga kebersihan kulit agar
kulit b.d fraktur and mucous tetap kering dan bersih
terbuka, pemasangan  Membranes
traksi (pen, kawat,  Hemodyalis akses - Anjurkan pasien
sekrup) Kriteria hasil : menggunakan pakaian
- Integritas kulit yang yang longgar
baik bisa
dipertahankan - Monitor aktivitas dan
(sensasi, elastisitas, mobilisasi pasien
temperatur, hidrasi,

20
pigmentasi) tidak ada - Ganti balutan, bersihkan
luka/lesi area sekitar jahitan atau
- Menunjukan staples , menggunakan
pemahaman dalam lidi kecil
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya cidera ulang
2. Hambatan mobilisasi  Joint movement: active - Monitoring vital sign
fisik b.d kerusakan  Mobility Level sebelum/sesudah latihan
rangka neuromuscular,  Self care: ADL dan lihat respon pasien
nyeri, terapi restriktif  Transfer performance saat latihan
(imobilisasi) Kriteria hasil: - Kaji kemampuan pasien
- Pasien meningkat dalam mobilisasi
dalam aktivitas fisik - Dampingi dan bantu
- Mengerti tujuan dari pasien saat mobilisasi dan
peningkatan bantu penuhi kebutuhan
mobilisasi - Berikan alat bantu jika
- Memverbalisasikan klien memerlukan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dalam
kemampuaan
berpindah

21
BAB IV

KESIMPULAN

22
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah, edisi 8 vol.3.
Jakarta: ECG.

Triono, P., & Murinto, M. (2015). Aplikasi Pengolahan Citra Untuk Mendeteksi
Fraktur Tulang Dengan Metode Deteksi Tepi Canny. Jurnal Informatika
Ahmad Dahlan, 9(2).

23

Anda mungkin juga menyukai