Anda di halaman 1dari 4

ANATOMI

Appendiks

• Merupakan organ berbentuk tabung dengan panjang 6-10 cm yang berisi massa
jaringan limfoid. Bagian pertama dari large intestine
• Terletak di titik McBurney
• Pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, melebar pada bagian proksimal dan
menyempit pada bagian distal.

Variasi Posisi Appendiks


• Terdapat beberapa variasi posisi dari appendiks yaitu retrocaecal (64%), pelvic
(32%), paracaecal (2%), subcaecal (1%), preileal(0,5%), post-ileal(0,5%).
Appendisitis Pada Anak

DEFINISI
Peradangan pada appendiks vermiformis yang merupakan kasus emergensi bedah
paling umum pada anak-anak.

EPIDEMIOLOGI
- 86 kasus radang usus buntu per 100.000 anak diperkirakan terjadi setiap tahun
- Anak laki – laki > perempuan (55-60%)
- Kejadian radang usus buntu akut meningkat dengan bertambahnya usia, 1-2 kasus per
10.000 anak sejak lahir hingga usia 4 tahun, hingga 19-28 kasus per 10.000 anak berusia
<14 tahun setiap tahun.
- Apendisitis didiagnosis pada 1–8% anak yang datang ke unit gawat darurat (UGD)
untuk evaluasi nyeri perut.
- Apendisitis paling sering terjadi pada anak yang lebih besar, dengan insidensi puncak
antara usia 10 dan 18 tahun; itu jarang terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari
5 tahun (<5% kasus) dan sangat jarang (<1% kasus) pada anak-anak yang lebih muda
dari 3 tahun.
ETIOLOGI

- Apendisitis akut merupakan infeksi dari bakteri. Berbagai hal berperan sebagai
pencetusnya yaitu sumbatan (obstruksi) lumen appendix, hiperplasia jaringan limfoid,
fekalit (feses yang mengeras), tertelan benda asing dan parasit.
- Bakteri : Yersinia, Salmonella, dan Shigella spp.,
- Virus : infeksi mononukleosis, mumps, coxsackievirus B, dan adenovirus

PATOFISIOLOGI

Inflamasi pada appendiks merupakan hasil dari obstruksi (penyumbatan) lumen


appediks yang dapat muncul dari berbagai macam penyebab diantaranya fekalit, hyperplasia
limfoid, benda asing, parasit, dan tumor. Apendiks memiliki konsentrasi tertinggi dari jaringan
limfoid terkait usus (GALT) di usus. Folikel limfoid submukosa, yang dapat menghalangi
lumen appendiks, memiliki jumlah yang sedikit saat lahir tetapi berkembang selama masa
kanak-kanak, mencapai jumlah puncak selama masa remaja, ketika apendisitis akut paling
sering ter jadi. Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian
proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi mukus dan proliferasi bakteri
menyebabkan terjadinya distensi. Distensi pada apendiks menstimulasi nerve ending dari
serabut saraf afferent visceral, menghasilkan nyeri yang samar, tumpul dan nyeri yang difus
pada epigastrium. Obstruksi pada lumen apendiks menyebabkan mucus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen.
Peningkatan tekanan intralumen tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema. peningkatan tekanan lebih lanjut akan membatasi aliran arteri, sehingga
membahayakan integritas jaringan dan akhirnya menyebabkan nekrosis dan perforasi jaringan
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium
ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi.

MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala appendisitis pada anak sangat bervariasi. Pada anak dibawah 5 tahun
gejala tidak khas, namun anak tampak rewel. Manifestasi klinis dapat muncul sebagai gejala
klasik atau atypical tergantung waktu muncul, usia anak, lokasi appendik dan perjalanan
penyakit.
Berdasarkan perjalanan penyakit gejala appendicitis muncul berupa :
- 12-24 jam awal manifestasi berupa malaise, anorexia. Pasien umumnya tidak tampak sakit
sehingga seringkali orang tua jarang menyadari bahwa anaknya perlu mendapatkan
pengobatan segera. Kemudian diikuti munculnya nyeri yang tidak dapat terlokalisasi
dengan jelas, tidak berhubungan degan aktivitas dan posisi, sering berupa nyeri kolik.
Nyeri berawal dari periumbilical karena inflamasi visceral akibat distensi appendix
- >36 jam nyeri kemudian menjadi semakin parah, dieksaserbasi oleh pergerakan sehingga
pasien tampak sangat berhati- hati dengan pergerakan yang dia lakukan. Diikuti nyeri yang
berubah menjadi terlokalisasi pada RLQ titik Mc Burney, karena keterlibatan peritoneal
parietal. Terdapat mual dan muntah. dapat muncul diare, low grade fever.
- Berkembang secara cepat dalam 48 jam dapat terjadi perforasi appendix

Anda mungkin juga menyukai