Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas

melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung.

Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan

yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50%

dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan

dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari

50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan

hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien

dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan,

antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan

fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif

semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan

luka bakar serius.

Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus

yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi

luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang

meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif

daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari luka bakar?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari luka bakar?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari luka bakar?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari luka bakar
2. Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari luka bakar
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar
6. Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari luka bakar
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari luka bakar

1.4 Manfaat
a) Untuk Mahasiswa
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
penyakit Kor Pulmonal untuk mahasiswa. Dan dapat dijadikan referensi
bagi mahasiswa apabila mendapat tugas untuk membuat makalah patologi
anatomi fisiologi sistem respirasi.
b) Untuk Kampus
Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan bacaan di perpustakaan.
Dan dapat di gunakan juga sebagai bahan acuan untuk mencari referensi
tentang patologi anatomi fisiologi sistem respirasi.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Combutsio/Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan

kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka

bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,

bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite).

(Mansjoer 2000 : 365).

2.2 Etiologi Combutsio/Luka Bakar

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:

1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan

api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak

dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat,

2005).

2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)

Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali

yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih

yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).

3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan

ledakan.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe

injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik

dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu

lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005).

2.3 Patofisiologi Combutsio/Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh.

Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,

derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi

jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan

luka bakar mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan

tergantung pada penyebabnya.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh

kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang

ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya

permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung

banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.

Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat

penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka

bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat tiga.

4
2.4 Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan

disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan

full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -

tiga.

Kedalaman dan Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan


penyebab luka kulit yang kesembuhan
bakar terkena
Derajat satu Epidermi Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): s hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
matahari, rasa nyeri mereda edema minggu,
terkena api jika didinginkan terjadi
dengan pengelupasan
intensitas rendah kulit

Derajat-dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar luka Kesembuhan


(partial- dan hiperestesia, berbintik-bintik dalam waktu
thickness): bagian sensitif terhadap merah, epidermis 2-3 minggu,
tersiram air dermis udara yang dingin retak, permukaan pembentukan
mendidih, luka basah, terdapat parut dan
terbakar oleh edema depigmentasi,
nyala api infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Derajat-tiga Epidermis Tidak terasa nyeri, Kering, luka bakar Pembentukan
(full- , syok, hematuria berwarna putih eskar,
thickness): keseluruh (adanya darah seperti bahan kulit diperlukan

5
terbakar nyala an dermis dalam urin) dan atau gosong, kulit pencangkokan
api, terkena dan kemungkinan pula retak dengan bagian , pembentukan
cairan mendidih kadang- hemolisis lemak yang tampak, parut dan
dalam waktu kadang (destruksi sel terdapat edema hilangnya
yang lama, jaringan darah merah), kontur serta
tersengat arus subkutan kemungkinan fungsi kulit,
listrik terdapat luka hilangnya jari
masuk dan keluar tangan atau
(pada luka bakar ekstrenitas
listrik) dapat terjadi

2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya

pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%

mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat

menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi

sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh

darah.

2. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau

inflamasi.

3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera

inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon

dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

4. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan

cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin

6
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi

ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

5. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan,

kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

6. Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan

cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

7. Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

8. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema

cairan.

9. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi

ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

10. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau

luasnya cedera.

2.6 Penatalaksanaan Combutsio/Luka Bakar

1. Pre Hospital

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk

mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena

tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop),

dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung

basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.

Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera

basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan

bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah

7
pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam

keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang

terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar

biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin,

aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis

2. Hospital

1) Resusitasi A, B, C.

Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya

harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.

a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera

pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi

antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah,

bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.

b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan

dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah

ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan,

misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae

c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga

menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok

hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan

pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu

dengan Formula Baxter dan Evans.

8
2) Resusitasi Cairan

Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada

penderita luka bakar yaitu :

3) Cara Evans

Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :

a) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl

b) Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid

c) 3.2000cc glukosa 5%

Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah

cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang

diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan

diuresis.

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Combutsio/ Luka Bakar


1. Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).

9
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi;
afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal;
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama
secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon
dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Pemeriksaan diagnostik:
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24

10
jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti
jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka
bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan
pengembangan dada.
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.
3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder
tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran
darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.

11
3. Rencana Intervensi

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

Resiko bersihan Bersihan jalan nafas 1. Kaji refleks 1. Dugaan cedera inhalasi
tetap efektif. gangguan/menelan; 2. Takipnea, penggunaan
jalan nafas tidak
Kriteria Hasil : perhatikan otot bantu, sianosis dan
efektif
pengaliran air liur, perubahan sputum
Bunyi nafas
berhubungan ketidakmampuan menunjukkan terjadi
vesikuler, RR
menelan, serak, distress
dengan obstruksi
dalam batas normal, batuk mengi. pernafasan/edema paru
trakheobronkhial;
2. Awasi frekuensi, dan kebutuhan
bebas
oedema mukosa; irama, kedalaman intervensi medik.
dispnoe/cyanosis.
pernafasan ; 3. Obstruksi jalan
kompressi jalan
perhatikan adanya nafas/distres pernafasan
nafas
pucat/sianosis dan dapat terjadi sangat
sputum cepat atau lambat
mengandung contoh sampai 48 jam
karbon atau merah setelah terbakar.
muda. 4. Dugaan adanya
3. Auskultasi paru, hipoksemia atau karbon
perhatikan stridor, monoksida.
mengi/gemericik, 5. Meningkatkan ekspansi
penurunan bunyi paru optimal/fungsi
nafas, batuk rejan. pernafasan.
4. Perhatikan adanya Bilakepala/leher
pucat atau warna terbakar, bantal dapat
buah ceri merah menghambat
pernafasan,

12
pada kulit yang
cidera.
5. Tinggikan kepala
tempat tidur.
Hindari
penggunaan bantal
di bawah kepala,
sesuai indikasi
Resiko tinggi Pasien dapat 1. Awasi tanda vital, 1. Memberikan pedoman
mendemostrasikan CVP. Perhatikan untuk penggantian cairan
kekurangan
status cairan dan kapiler dan dan mengkaji respon
volume cairan
biokimia membaik. kekuatan nadi kardiovaskuler.
berhubungan Kriteria evaluasi: perifer. 2. Penggantian cairan
2. Awasi pengeluaran dititrasi untuk
dengan tak ada manifestasi
urine dan berat meyakinkan rata-2
Kehilangan dehidrasi, resolusi
jenisnya. Observasi pengeluaran urine 30-50
cairan melalui oedema, elektrolit warna urine dan cc/jam pada orang
hemates sesuai dewasa. Urine berwarna
rute abnormal. serum dalam batas
indikasi. merah pada kerusakan
Peningkatan normal, haluaran
3. Perkirakan otot masif karena
kebutuhan : status urine di atas 30 drainase luka dan adanyadarah dan
kehilangan yang keluarnya mioglobin.
hypermetabolik, ml/jam
tampak. 3. Peningkatan
ketidak cukupan
4. Timbang berat permeabilitas kapiler,
pemasukan. badan setiap hari perpindahan protein,
5. Ukur lingkar proses inflamasi dan
Kehilangan
ekstremitas yang kehilangan cairan
perdarahan
terbakar tiap hari melalui evaporasi
sesuai indikasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan
pengeluaran urine.

13
4. Penggantian cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
perubahan selanjutnya

Resiko kerusakan Pasien dapat 1. Pantau laporan 1. Mengidentifikasi


mendemonstrasikan GDA dan kadar kemajuan dan
pertukaran gas
oksigenasi adekuat. karbon monoksida penyimpangan dari hasil
berhubungan
Kriteroia evaluasi: serum. yang diharapkan.
dengan cedera 2. Beriakan suplemen Inhalasi asap dapat
RR 12-24 x/mnt,
oksigen pada merusak alveoli,
inhalasi asap atau
warna kulit normal,
tingkat yang mempengaruhi
sindrom
GDA dalam renatng ditentukan. Pasang pertukaran gas pada
kompartemen atau bantu dengan membran kapiler alveoli.
normal, bunyi nafas
selang endotrakeal 2. Suplemen oksigen
torakal sekunder
bersih, tak ada
dan temaptkan meningkatkan jumlah
terhadap luka
kesulitan bernafas. pasien pada oksigen yang tersedia
bakar ventilator mekanis untuk jaringan.
sesuai pesanan bila 3. Ventilasi mekanik
sirkumfisial dari
terjadi insufisiensi diperlukan untuk
dada atau leher.
pernafasan pernafasan dukungan
(dibuktikan dnegna sampai pasie dapat
hipoksia, dilakukan secara
hiperkapnia, rales, mandiri.
takipnea dan 4. Pernafasan dalam
perubahan mengembangkan
sensorium). alveoli, menurunkan
3. Anjurkan resiko
pernafasan dalam atelektasis.Memudahkan
dengan ventilasi dengan

14
penggunaan menurunkan tekanan
spirometri insentif abdomen terhadap
setiap 2 jam selama diafragma.
tirah baring.
4. Pertahankan posisi
semi fowler, bila
hipotensi tak ada.
5. Untuk luka bakar
sekitar torakal,
beritahu dokter bila
terjadi dispnea
disertai dengan
takipnea. Siapkan
pasien untuk
pembedahan
eskarotomi sesuai
pesanan.

15
16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil

penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan

secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar

didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya

luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan

perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat

menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga

keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka

makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin

meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

3.2 Saran

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan

sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu

kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak

diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas

terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar


17

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth


editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo,
dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran. EGC
Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore:
Elsevier
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3.
Jakarta: EGD
Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian

Anda mungkin juga menyukai