KRISIS HIPERTENSI
Dosen Pembimbing :
Dr. Melati, Sp. PD
Oleh :
Khairani Putri 150100008
Lukman Ashari 150100034
Winda Sere Tambun 150100242
1
LEMBAR PENGESAHAN
PIMPINAN SIDANG
CHIEF OF WARD I
dr. Sahat
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Krisis Hipertensi” ini. Adapun selain untuk memperluas pengetahuan
dan pemahaman penulis mengenai Krisis Hipertensi, laporan kasus ini ditulis
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Melati, Sp.PD selaku pembimbing dan dr. Sahat selaku Chief of Wards (COW)
yang telah memberikan arahan dalam proses penyelesaian makalah ini. Dengan
demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN PENULISAN
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dibidang medis dan memberikan wawasan kepada
masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang krisis hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Epidemiologi Krisis Hipertensi
Banyak faktor risiko yang terkait dengan perkembangan krisis hipertensi. Dalam
analisis longitudinal kecil dari Swiss, krisis hipertensi lebih sering dikaitkan
dengan jenis kelamin perempuan, tingkat obesitas yang lebih tinggi, adanya
hipertensi atau penyakit jantung koroner, adanya penyakit mental, dan paling
sering disebabkan oleh pengobatan antihipertensi dengan asosiasi terkuat terkait
ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat- obatan antihipertensi.7 Penyebabnya
berbeda secara nasional, regional, dan secara institutional, tapi penyebab umum
lainnya termasuk keracunan (misalnya., kokain, amfetamin, phencyclidine
hidroklorida, perangsang diet suplemen), ketidakpatuhan untuk mengonsumsi
obat antihipertensi (misalnya., Clonidine atau β-antagonis), interaksi
antara obat-obatan / makanan-obat (misalnya., Monoamina oksidase inhibitor
dan trisiklik antidepresan, antihistamin, atau tyramine), gangguan medulla
spinalis, pheochromocytoma, kehamilan, dan penyakit autoimun
(misalnya Sistemik lupus erythematosus).8 Faktor risiko krisis hipertensi
yang lain adalah: kehamilan, penderita hipertensi dengan penyakit parenkim
ginjal dan penderita dengan rangsangan simpatis tinggi (luka bakar, trauma
kepala, penyakit vaskular/ kolagen).
4
2.5 Klasifikasi Krisis Hipertensi
5
Hipertensi Urgensi ( mendadak )
Hipertensi berat dengan tekanan diastolik > 120 mmHg, tetapi dengan minimal
atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada tabel
hipertensi emergensi
Hipertensi maligna
Hipertensi post operasi
Hipertensi tak terkontrol / tanpa diobati pada perioperatif
Tromboemboli serebri
Rebound hypertension setelah pengobatan dengan anti hipertensi
Stadium I atau II Keith-Wagener-Braker pada hasil Funduskopi
Penderita pasca transplantasi ginjal
Luka bakar yang luas.
Patofisiologi yang tepat dari krisis hipertensi masih belum jelas. Kecepatan
onset menunjukkan faktor pemicunya adalah hipertensi yang sudah
ada sebelumnya.9,10
Terdapat dua mekanismd berbeda namun saling terkait yang mungkin
memainkan peran sentral dalam patofisiologi krisis hipertensi. Mekanisme
pertama adalah gangguan mekanisme autoregulasi di vascular bed. 10
Sistem autoregulasi merupakan faktor kunci dalam patofisiologi
hipertensi dan krisis hipertensi. Autoregulasi didefinisikan sebagai
kemampuan organ (otak, jantung, dan ginjal) untuk menjaga aliran darah yang
stabil terlepas dari perubahan tekanan perfusi.11
Jika tekanan perfusi turun, aliran darah yang sesuai akan menurun
sementara, namun kembali ke nilai normal setelah beberapa menit berikutnya.
Gambar 2.1 menggambarkan bahwa jika terjadi kerusakan fungsi autoregulasi,
jika tekanan perfusi turun, hal ini menyebabkan penurunan aliran darah dan
peningkatan resistensi vaskular. Dalam krisis hipertensi, ada kekurangan
autoregulasi di vascular bed dan aliran darah sehingga tekanan darah
meningkat secara mendadak dan resistensi vaskular sistemik yang terjadi
6
sering menyebabkan stres mekanis dan cedera endotelial.
7
Gambar 2.2 Patofisiologi krisis hipertensi karena sistem renin-angiotensin
Sumber: Varounis dkk., 2017
Gejala Hipertensi krisis umumnya tergantung pada organ target yang terganggu,
diantaranya nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta;
mata kabur pada edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal;
disamping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah pada
umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan
tanda keterlibatan organ target.11
Pemeriksaan fisik dapat dinilai mulai dari tekanan darah pada kedua
ekstremitas, perabaan denyut nadi perifer, bunyi jantung, bruit pada abdomen,
adanya edema atau tanda penumpukan cairan, funduskopi, dan status
neurologis.12
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan
perencanaan. Urin dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini
terjadi karena tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal
8
apalagi bila ureum dan kreatinin meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada
hipertensi sekunder dan berpotensi menimbulkan aritmia.11
Pemeriksaan penunjang seperti elektrokardiografi (EKG) untuk melihat
adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner serta ultrasonografi
(USG) untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
Gambaran klinik hipertensi emergensi dapat dilihat pada tabel 2.2.11
Tabel 2.2 Gambaran klinik emergensi
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah Neurologi
>220/14 Perdarahan Sakit Denyut jelas Uremia Mual, muntah
0 mmHg Eksudat kepala, Membesar Proteinuria
edema kacau dekompensasi
papilla Gangguan Oliguria
kesadaran,
kejang,
lateralisasi
9
6. Kondisi bedah: hipertensi berat pada pasien yang memerlukan operasi segera,
hipertensi pasca operasi, perdarahan pasca operasi dari garis jahitan vaskular.
7. Luka bakar berat.
8. Epistaksis berat.
9. Thrombotic trombocytopenic purpura.
Evaluasi triase hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi dijabarkan lebih lanjut
pada tabel 2.3 dibawah :
10
Hipertensi urgensi dapat diterapi rawat jalan dengan antihipertensi oral; terapi ini
meliputi penurunan TD dalam 24-48 jam. Terapi lini pertama Hipertensi urgensi
tercantum pada tabel 2.4. Nifedipine oral maupun sublingual (SL) saat ini tidak
lagi dianjurkan karena dapat menyebabkan hipotensi berat dan iskemik
organ.11
Pada sebagian besar hipertensi urgensi, tujuan terapi parenteral dan oral adalah
penurunan mean arterial pressure (MAP) secara bertahap (tidak lebih dari 25%
dalam beberapa menit sampai 1 jam). Aturannya adalah menurunkan arterial
pressure yang meningkat sebanyak 10% dalam 1 jam pertama, dan tambahan 15%
dalam 3-12 jam. Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan
dapat dilanjutkan dalam 2-6 jam sampai tekanan darah 160/100-110 mmHg
selanjutnya sampai mendekati normal. Tekanan darah dapat diturunkan lebih
lanjut dalam 48 jam berikutnya. Pengecualian untuk aturan ini antara lain pada
diseksi aorta dan perdarahan pasca operasi dari bekas jahitan vaskular, yang
merupakan keadaan yang membutuhkan normalisasi Tekanan Darah secepatnya.
11
Pada sebagian besar kasus, koreksi cepat tidak diperlukan karena pasien berisiko
untuk perburukan serebral, jantung, dan iskemik ginjal.
12
2.10 Tatalaksana Krisis Hipertensi pada Keadaan Khusus
Tatalaksana krisis hipertensi pada beberapa keadaan khusus dapat berbeda, maka
dari itu selanjutnya tercantum pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.6 Terapi pilihan krisis hipertensi pada beberapa keadaan khusus
Keadaan emergensi Pilihan obat Target TD
(drug of choice)
Hipertensif ensefalopati Nitroprusside 20-25% dalam 2-3 jam
Stroke Iskemik Nicardipine, 0-20% dalam 6-12 jam
nitroprusside
(kontroversial)
Perdarahan subaraknoid Nitroprusside, 20-25% dalam 2-3 jam
nimodipin, nicardipin
Infark miokard akut, Nitrogliserin, Sekunder dari
iskemik nitroprussidd, nicardipin pemulihan iskemik
Edema paru Nitroprusid, Memperbaiki gejala 10-
nitrogliserin, labetalol 15% dalam 1-2 jam
Diseksi aorta Nitroprusid + esmolol TDS 110-120
secepatnya
Kegawatan pada ginjal Fenoldopam, Target TD 20-25%
(renal emergencies) nitroprusside, labetalol dalam 2-3 jam
Katekolamin berlebihan Pentolamine, labetalol Kontrol serangan tiba-
tiba 10-15% dalam 1-2
jam
Preeklampsia/eklampsia Hydralazin, labetalol, TDS<150 mmHg, TDD
dalam kehamilan nicardipin 80-100 mmHg
13
BAB III
STATUS PASIEN
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Edison Sembiring
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Batak
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Bajak III No. 56 LK IV
14
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama: Sesak nafas
Telaah:
• Hal ini telah dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, dan
memberat hari ini. Sesak nafas dirasakan setiap saat sejak 2 hari
yang lalu, dan tidak dipengaruhi oleh cuaca ataupun memberat
apabila pasien beraktivitas. Sesak nafas terasa menyesak dan
tanpa disertai nyeri dada. Sesak nafas dialami dengan disertai
batuk sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk tidak
berdahak dan tidak dijumpai batuk darah. Nyeri kepala tidak
dijumpai. Mual tidak dijumpai, muntah tidak dijumpai. Demam
dijumpai 5 hari sebelum masuk rumah sakit, dan menurun dengan
obat penurun demam, tetapi demam timbul kembali setelahnya.
Riwayat hipertensi dijumpai sejak +15 tahun yang lalu dan riwayat
pengobatan tidak jelas/tidak taat mengonsumsi obat. Riwayat DM
tidak dijumpai. Riwayat sakit kuning disangkal.
• Riwayat BAB dan BAK dalam batas normal. Kaki kiri dan kanan
pasien dijumpai bengkak. Riwayat merokok dijumpai ± 20 tahun.
Dalam sehari pasien dapat menghabiskan 1 bungkus rokok.
Riwayat minum alkohol dijumpai ± sudah 10 tahun, namun sudah
berhenti.
15
ANAMNESIS ORGAN
Jantung Sesak napas :+
Edema :-
Angina pectoris :-
Palpitasi :-
Lain – lain :-
Saluran pernafasan Batuk – batuk :+
Asma, bronkitis :-
Dahak :-
Lain – lain :-
Saluran pencernaan Nafsu makan : Normal
Penurunan BB :-
Keluhan menelan :-
Keluhan defekasi :-
Keluhan perut :-
Lain – lain :-
Saluran urogenital Sakit buang air kecil :-
BAK tersendat :-
Mengandung batu :-
Keadaan urin : Normal
Haid :-
Lain – lain :-
Sendi dan tulang Sakit pinggang :-
Keterbatasan gerak :-
Keluhan persendian :-
Lain – lain :-
Endokrin Haus/polidipsi :-
Gugup :-
Poliuri :-
Perubahan suara :-
16
Polifagi :-
Lain – lain :-
Saraf pusat Sakit kepala :+
Hoyong :-
Lain – lain :-
Darah dan pembuluh darah Pucat :-
Perdarahan :-
Petechiae :-
Purpura :-
Dan lain – lain :-
Sirkulasi perifer Claudicatio intermitten :-
Lain – lain :-
ANAMNESIS FAMILI : Riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai.
Keadaan Penyakit
Pancaran wajah : Lemas
Sikap paksa : (-)
Refleks fisiologis : (+)
Refleks patologis : (-)
Anemia (-), Ikterus (-), Dispnoe (-), Sianosis (-), Edema (+), Purpura (-)
Turgor Kulit : Baik
17
Keadaan Gizi
BW = BB / (TB-100) x 100%
= 121%
Berat Badan : 85 kg
Tinggi Badan : 170 cm
IMT : 85/(1,7)2 kg/mm2 = 29,4 kg/mm2,
Kesan : Obese I
KEPALA
Kulit : Pucat (-)
Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterus (-/-), pupil: isokor,
ukuran 3mm, kesan normal.
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Bibir : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Lidah : Dalam batas normal
Tonsil/Faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma : Tidak membesar
Pembesaran kelenjar limfa : Tidak ada
Posisi trakea : Medial
Kaku kuduk : Tidak ada
TVJ : R-2cm H2O
THORAKS DEPAN
Inspeksi
18
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di
kedua lapangan paru
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri kesan normal
Iktus : Tidak teraba
Perkusi
Paru
Batas Paru Hati R/A : ICS V linea midclavicularis dextra/
ICS VI linea midclavicularis dextra
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
Batas kiri jantung : ICS V Linea Midclavicularis Sinistra
Batas kanan jantung : ICS IV Linea Parasternalis Dextra
Auskultasi
Paru
Suara Pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan : Tidak ada
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah sistolis (-), desah diastolik (-), lain-lain (-)
Heart rate : 100x/menit, reguler, intensitas: cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara Pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan : wh (-/-), rh (-/-)
19
ABDOMEN
Inspeksi
Palpasi
Dinding abdomen : Soepel
Hepar/Lien/Renal tidak teraba
HATI
Permukaan : Tidak teraba
Pinggir : Tidak teraba
Ukuran : Tidak teraba
Nyeri Tekan : Tidak ada
LIMFA
Pembesaran : Tidak ada
GINJAL
Ballotement : Tidak ada
PERKUSI
Pekak Hati :+
Pekak Beralih : Tidak ada
20
AUSKULTASI
Peristaltik usus : Normoperistaltik, BU(+)N
Lain-lain :-
PINGGANG
Nyeri ketuk Sudut KostoVertebra (-)
21
ANGGOTA GERAK BAWAH Kiri Kanan
Edema : + +
Arteri femoralis : + +
Arteri tibialis posterior : + +
Arteri dorsalis pedis : + +
Refleks KPR : + +
Refleks APR : + +
Refleks fisiologis : + +
Refleks patologis : - -
Lain-lain : - -
22
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
Tanggal: 26/12/2019
Darah
Hb : 7,2 g/dL
Eritrosit : 2,42 x 106/mm3
Leukosit : 13,2 x 103/mm3
Trombosit : 247 x 103/mm3
Hematokrit : 22%
MCV : 89 fL
MCH : 29,8 pg
MCHC : 33,3 g/dL
PCT : 0,230%
Hitung Jenis
Neutrofil : 87,7%
Limfosit : 7,10%
Monosit : 4,50%
Eosinofil : 0,40%
Basofil : 0,30%
KIMIA KLINIK
Fungsi ginjal
Blood Urea Nitrogen (BUN) : 40 mg/dL
Ureum : 86 mg/dL
Kreatinin : 9,77 mg/dL
Elektrolit
Natrium : 134 mEq/L
Kalium : 4,3 mEq/L
Klorida : 95 mEq/L
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darah (Sewaktu) : 93 mg/dL
23
Total CO2
Kelebihan Basa (BE) : 17,8 U/L
Saturasi O2 : - 4,7 U/L
: 100%
Kemih (27/12/2019)
Warna : Kuning jernih
Bau / buih :-/+
Protein :-
Reduksi :-
Billirubin :-
Urobilinogen :+
Sedimen
Eritrosit : 0-1/lpb
Leukosit : 3-5/lpb
Epitel : 2-3/lpb
24
Interpretasi Foto Thorax
Ukuran jantung sulit dinilai dengan batas kiri berselubung tetapi kesan membesar.
Tampak perselubungan homogen pada lapangan bawah paru kiri yang menutupi sinus
kostofrenikus dan hemidiafragma kiri serta batas kiri jantung.
Trakea di tengah.
Aorta elongasi
Double lumen terpasang dengan ujung distal pada proyeksi vena cava superior.
Kesimpulan :
25
Interpretasi EKG
Irama sinus, normoaxis, gel. P normal, PR interval 0,16", QRS rate 82x/i, QRS duration
0,12", gel. T normal, ST-T changes (-), LVH (+), RVH (-), AV Block (-)
26
RESUME
27
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 270/110 mmHg
Nadi : 100x/i
Pernafasan : 24x/i
Temperature : 370C
TB : 170 cm
PEMERIKSAAN FISIK
BB : 85 kg
IMT : 85/(1,7)2 kg/mm2
29,4 kg/mm2, Kesan : Obese I
Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+),
sklera ikterik (-/-)
T/H/M : Dalam batas normal.
Leher : TVJ R-2cm H2O
Thorax : Simetris fusiformis,
Stem fremitus kanan = kiri,
Sonor pada kedua lapangan paru,
Suara pernafasan = Vesikuler,
Suara tambahan = wh (-/-), rh (-/-)
Abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba,
Timpani, BU (+) Normal
Ekstremitas : Edema, ext. bawah (+/+)
Darah (26/12/2019)
LABORATORIUM
RUTIN Hb : 7,2 g/dl
Ht : 22%
28
Eritrosit : 2,42x106/mm3
MCV : 89 fL
MCH : 29,8 pg
Na / K / Cl : 134 / 4,3 / 95
pH : 7,480
pCO2 : 23,0
pO2 : 198
Metabolisme Karbohidrat
GDS (26/12/19) : 93 mg/dL
Urine :
Warna : Kuning jernih
Protein : -
Reduksi: -
DIAGNOSA - Hipertensi Emergensi
SEMENTARA
- CKD G5D (rabu-sabtu)
Inj, Ciprofloxacin
Inj. Ranitidine
Candesartan 16 mg 1x1
Bisoprolol 5 mg 1x1
29
Rencana Penjajakan Diagnostik/Tindakan Lanjutan
1. Darah Lengkap
2. X-Ray Thorax
3. EKG
30
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
27-12-2019
S Sesak nafas (+)
O Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Temperatur : 37°C
Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor
Mulut : Dalam batas normal
Leher : TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : Vesikuler;
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Normoperistaltik
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Edema, ext. bawah (+/+)
31
A - Hipertensi Emergensi
- CKD G5D (rabu-sabtu)
P Aktivitas: Tirah baring
Inj, Ciprofloxacin
Inj. Ranitidine
Candesartan 16 mg 1x1
Bisoprolol 5 mg 1x1
R X-ray thorax.
28-12-2019
S Sesak nafas (+)
O Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Temperatur : 36,7°C
Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor
Mulut : Dalam batas normal
Leher : TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
32
Thoraks
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : Vesikuler;
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Normoperistaltik
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Ekstermitas : Edema, ext. bawah (+/+).
A - Hipertensi Emergensi
- CKD G5D (rabu-sabtu)
P Aktivitas: Tirah baring
Inj, Ciprofloxacin
Inj. Ranitidine
Candesartan 16 mg 1x1
Bisoprolol 5 mg 1x1
R Cek darah lengkap, besok Hemodialisa.
33
29-12-2019
S Sesak nafas (-)
O Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Temperatur : 36,5°C
Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor
Mulut : Dalam batas normal
Leher : TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : Vesikuler;
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Normoperistaltik
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Ekstermitas : Edema, ext. bawah (+/+)
34
A - Hipertensi Emergensi
- CKD G5D (rabu-sabtu)
P Aktivitas: Tirah baring
Inj, Ciprofloxacin
Inj. Ranitidine
Candesartan 16 mg 1x1
Bisoprolol 5 mg 1x1
Hb : 7,8 g/dl
Ht : 23%
Eritrosit : 2,60x106/mm3
Trombosit : 289x103/mm3
MCV : 88 fL
MCH : 30,0 pg
35
BAB V
DISKUSI
TEORI PASIEN
Etiologi
Pada umumnya krisis hipertensi tidak
Pasien merupakan penderita
mempunyai penyebab yang spesifik.
hipertensi sejak 15 tahun yang
Penyebab yang tersering adalah tidak
lalu dengan riwayat
adekuatnya pengobatan hipertensi
pengobatan tidak teratur.
sebelumnya, penggunaan simpatomimetik
dan disfungsi tiroid
Klasifikasi
Hipertensi urgensi adalah dimana terdapat Pasien memiliki tekanan darah
tekanan darah yang sangat tinggi tetapi tidak lebih dari 180/110 mmHg tanpa
disertai kelainan/kerusakan organ target disertai dengan tanda-tanda
yang progresif, sehingga penurunan tekanan kegagalan organ target. Maka
darah dapat dilaksanakan lebih lambat pasien merupakan krisis
(dalam hitungan jam sampai hari). hipertensi urgensi simptomatik.
36
Diagnosis
Dalam mendiagnosis Hipertensi Urgensi, A. Anamnesis
Pemeriksaan dapat dimulai dari anamnesis Keluhan berupa nyeri
keluhan berupa nyeri kepala dan nyeri kepala, kaku pada leher,
tengkuk hingga napas pendek. Pemeriksaan pusing berputar disertai
fisik dapat dinilai dari tekanan darah mual muntah.
melebihi 180/110mmHg, perabaan denyut B. Pemeriksaan Fisik
nadi perifer, bunyi jantung yang umumnya Sens: Compos mentis
normal, serta pemeriksaan untuk TD : 270/110 mmHg
menentukan tidak adanya kerusakan HR : 100x/i
organ seperti edema paru, insufisiensi ginjal RR : 24x/i
hingga penurunan kesadaran. Terdapatnya T : 36,9oC
bukti kerusakan organ umumnya berada C. Pemeriksaan Laboratorium
dalam klasifikasi Hipertensi emergensi. Hb: 7,2 g/dL
Pemeriksaan penunjang seperti Eritrosit: 4,42 x 106/mm3
elektrokardiografi (EKG) untuk melihat Leukosit: 13,2 x 103/mm3
adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun Trombosit: 247 x 103/mm3
gangguan koroner serta ultrasonografi Ht: 22 %
(USG) untuk melihat struktur ginjal MCV : 89 fL
dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien. MCH : 29,8 pg
MCHC: 33,3 g/dl
Ureum : 86 mg/dL
Kreatinin : 9,77 mg/dL
Na/K/Cl : 134/4,3/95 mEq/L
D. Radiografi
Tidak ada kelainan pada cor dan
pulmo
E. EKG
Normal EKG
37
Tatalaksana Tatalaksana Pasien
Hipertensi urgensi dapat diterapi dengan Non Farmakologis :
observasi selama 3-6 jam yaitu menurunkan - Tirah baring
TD dengan antihipertensi oral short-acting; Farmakologis :
Penurunan TD tidak boleh lebih dari 25% - IVFD Ringer Laktat 20
MAP dalam 24 jam pertama dan dilakukan gtt/mnt
follow-up dalam < 72jam. - Injeksi ranitidine
- Injeksi Ciprofloksasin
- Drip Nicardipine
5cc/ jam
- Kandesartan 16 mg 1 x 1
- Bisoprolol 5 mg 1 x 1
38
BAB VI
KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO) (2013). Data Hipertensi Global.
Asia Tenggara: WHO.
40
11. Roesma(2014). Krisis Hipertensi dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi Keenam. InternaPublishing: Jakarta pp. 2300-01.
41