OLEH
Kadek Arsani
C1115020
BADUNG
2018
BAB I KONSEP DASAR
A. ANATOMI FISIOLOGI
B. DEFINISI
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) digunakan untuk menunjukan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal.DUB disini didefenisikan
sebagai perdarahan vagina yang terjadi didalam siklus 40 hari, berlangsung >8
hari mengakibatkan kehilang darah > 80 mL & anemia.Ini merupakan diagnosis
penyingkiran dimana penyakit lokal & sistemik harus disingkirkan. Sekitar 50 %
dari pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 th& 20 % yang lain adalah
remaja, karena merupakan saat siklus anovulatori lebih sering ditemukan.
(Rudolph,A. 2006).
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) digunakan untuk menunjukan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal.DUB disini didefenisikan
sebagai perdarahan vagina yang terjadi didalam siklus 40 hari, berlangsung >8
hari mengakibatkan kehilang darah > 80 mL & anemia.Ini merupakan diagnosis
penyingkiran dimana penyakit lokal & sistemik harus disingkirkan. Sekitar 50 %
dari pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 th& 20 % yang lain adalah
remaja, karena merupakan saat siklus anovulatori lebih sering ditemukan.
(Rudolph,A. 2006).
C. EPIDEMIOLOGI
Perdarahan uterus disfungsional tidak dipengaruhi oleh ras, namun dari segi
umur yang palingumum yaitu pada usia ekstrim tahun reproduksi wanita, baik di
awal / mendekati akhir, tetapi mungkin terjadi pada setiap saat selama hidup
reproduksinya. Sebagian besar kasus perdarahan uterus disfungsional pada
remaja terjadi selama 2th pertama setelah onset menstruasi, ketika
hipotalamushipofisis mungkin gagal untuk merespon estrogen & progesteron
(Estephan A.2005)
D. ETIOLOGI
Menurut wiknjoksastro (2007) AUB disebabkan oleh
1. Kelainan hormonal
a. Anovulasi/ovulasi
b. Gangguan korpus luteum
c. KB hormonal
2. Kelainan anatomi genetalis
a. Tumor jinak
b. Pemakaian IUD
3. Kontak berdarah
a. Endometrium
b. Partio uteri
c. Vagina
d. Labia
E. MANISFESTASI KLINIS
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada
siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa
diramalkan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi
merupakan kebalikannya (Rudolph,Abraham, 2006). Selain itu gejala yang yang
dapat timbul diantaranya seperti mood ayunan, kekeringan atau kelembutan
Vagina serta juga dapat menimbulkan rasa lelah yang berlebih (Stork,Susan,
2006).
1. Pada siklus ovulasi Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan
banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus.
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional
dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea).Untuk
menegakan diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.Jika
karena perdarahan yang lama dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi
dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong
(Wiknjoksastro, 2007). Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari
endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, yaitu :
a. Korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan
kadangkadang bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga
menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor.Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok
dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari
siklus yang bersangkutan.
c. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
d. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation) Perdarahan tidak terjadi bersamaan.
Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti
perdarahan di permukaan lainnya.Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan (Wiknjoksastro, 2007). 3. Berdasarakan jenis perdarahan
yang muncul, yaitu : Batasan Pola Abnormalitas Perdarahan
Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari
dan disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang. Polimenorea
Perdarahan uterus yg trjadi dgn interval 80 ml atau > 7 hari.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik
dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang
panjang ( > 7 hari). Metroragia/ perdarahan antara haid Perdarahan uterus
yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir dengan penyebab a.l penyakit
servik, AKDR, endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia
endometrium, dan keganasan. Bercak intermenstrual Bercak perdarahan
yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang umumnya disebabkan oleh
penurunan kadar estrogen. Perdarahan pasca menopause Perdarahan
uterus yang terjadi pada wanita menopause yang sekurang-kurangnya
sudah tidak mendapatkan haid selama 12 bulan. Perd.uterus abnormal
akut Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang sangat
banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis (hipotensi , takikardia
atau renjatan). Perdarahan uterus disfungsi Perdarahan uterus yang
bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang tidak berkaitan dengan
kehamilan, pengobatan, penyebab iatrogenik, patologi traktus genitalis
yang nyata dan atau gangguan kondisi sistemik.
F. PATOFISIOLOGI
a. Siklus berovulasi
Perdarahan teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus,haid.
Penyebab perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasi lokal di
endometrium.
G. PATHWAY
Abnormal uterus
bleeding
H. KLASIFIKASI
1. PUD anovulatoris Bentuk dominan pada masa menarche dan pramenopause
akibat terganggunya fungsi neuroendokrinologi. Ditandai dengan produksi
estradiol 17 β terus menerus tanpa disertai dengan pembentukan corpus
luteum & pelepasan progesterone.Estrogen tanpa diimbangi dengan
progesteron menyebabkan proliferasi endometrium terus menerus yang
menghasilkan pasokan darah berlebih & dikeluarkan secara irregular.
2. PUD Ovulatoris Angka kejadian: 10% wanita usia masa reproduksi. Bercak
darah pada pertengahan siklus setelah “LH surge” biasanya bersifat
fisiologis.Polimenorea paling sering terjadi akibat pemendekan fase
folikuler. Kemungkinan lain adalah pemanjangan fase luteal akibat corpus
Luteum yang persisten Menurut Isselbacher.Harrison, perdarahan Uterus
Disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab dengan siklus Ovulasi
dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi.
I. GEJALA KLINIS
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.
Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan
berulang.Kejadian tersering pada menarche (atau menarke: masa awal seorang
wanita mengalami menstruasi) atau masa pre-menopause.
J. KOMPLIKASI
1. Infertilitas dari kurangnya ovulasi
2. Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat
3. Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang
cukup(faktor kemungkinan dalam perkembangan kanker endometrium)
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Wiknjoksastro (2007) & Morgan,Geri dkk (2009), yaitu :
1. Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap
2. Pemeriksaan abdomen Inspeksi & palpasi misalnya menunjukkan
kehamilan / iritasi peritoneum. Uterus yang membesar menandakan adanya
kehamilan ektopik maupun missed abortion, uterus yang lebih besar (dari
ukuran kehamilan bila dilihat dari HPHT) kemungkinan menandakan
kehamilan mola, kehamilan ganda / kehamilan dalam suatu uterus fibroid.
3. Pemeriksaan pelvis Spekulum digunakan untuk memeriksa kuantitas darah
& sumber perdarahan, laserasi vagina, lesi servik, perdarahan ostium uteri,
benda asing. Bimanual digunakan untuk pemeriksaan patologis.
4. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid
, dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin & androgen serum jika ada indikasi
atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang mengarah
kesana.
5. Data Diagnostik Tambahan
a. Biopsi endometrium atau kuretase yang dapat memberikan suatu
diagnosis histologi spesifik.
b. Biopsi vulva, vagina atau serviks, lesi harus dibiopsi kecuali jika lesi
khas untuk penyakit trofoblastik metastatik dan dapat berdarah hebat bila
dibiopsi.
c. Cairan serviks untuk perwarnaan gram terutama jika dicurigai adanya
infeksi.
d. Tes kehamilan terhadap hCG. Tes positif kuat mengesankan adanya
jaringan trofoblastik baik intra maupun ekstrauterin.
e. Determinasi serangkaian hematokrit.
f. Tes koagulasi dapat dilakukan bila dicurigai adanya kelainan koagulasi.
g. Tes fungsi tiroid dapat diindikasikan sewaktu evaluasi lanjutan.
L. PENATALAKSANAAN
Menurut (Wiknjoksastro, 2007) & (Estephan A. 2005), prinsip secara umum
yaitu :
1. Menghentikan perdarahan Langkah-langkah upaya menghentikan
perdarahan adalah sebagai berikut:
a. Kuret (curettage) Hanya untuk wanita yang sudah menikah.
b. Obat (medikamentosa)
1) Golongan estrogen
2) Obat Kombinasi
3) Golongan progesterone
4) OAINS
Penatalaksanaan berdasarkan tipe AUB 1.Perdarahan uterus disfungsi
yang anovulatoir Pil kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid
dan kontrasepsi.Pada penderita dengan siklus haid tidak teratur akibat
anovulasi kronik (oligo ovulasi), pemberian pil kontrasepsi mencegah resiko
yang berkaitan dengan stimulasi estrogen berkepanjangan terhadap
endometrium yang tidak diimbangi dengan progesteron (“unopposed estrogen
stimulation of the endometrium”).
2. Perdarahan uterus disfungsi ovulatoir Terapi medikamentosa untuk kasus
menoragia terutama adalah NSAID (asam mefenamat) dan AKDR-
levonorgesterel (Mirena). Efektivitas asam mefenamat, pil kontrasepsi,
naproxen, danazol terhadap menoragia adalah setara.
3. Pembedahan Bila terapi medis gagal atau terdapat kontraindikasi maka
dilakukan intervensi pembedahan. Terapi pilhan pada kasus
adenokarsionoma adalah histerektomi, tindakan ini juga dipertimbangkan
bila hasil biopsi menunjukan atipia.
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut & terasa ada massa di daerah
abdomen, menstruasi yg tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri
pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut,
menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan keluarga : kaji riwayat keluarga dlm kelainan
ginekologi
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak
5. Riwayat menstruasi
kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Abdomen :Nyeri tekan pada abdomen, Teraba massa pada
abdomen.
b. Ekstremitas : Nyeri panggul saat beraktivitas, Tidak ada
kelemahan.
c. Eliminasi, urinasi : Adanya konstipasi, Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
kaji golongan masyarakat dan tingkat umur, baik sebelum masa pubertas
maupun sebelum menopause.
8. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara
pada klien dengan perdarahan abnormal pervaginam hal ini akan
mempengaruhi mental klien yang ingin hamil
9. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa
nyeri
10. Pemeriksaan Penunjang a. Data laboratorium à pemeriksaan darah lengkap
(NB, HT, SDP) b. Pemeriksaan fisiki à ada tidaknya benjolan dan ukuran
benjolan
B. DIAGNOSA
1. Nyeri b/d kerusakan jaringan otot, system saraf & gangguan sirkulasi darah
2. Kekurangan cairan tubuh b/d perdarahan pervaginam berlebihan.
3. Intoleransi Aktivitas b/d keletihan
4. Ansietas b/d Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis &
kebutuhan pengobatan
5. Deficit pengetahuan b/d kurang informasi
6. Resiko kekurangan volume cairan
C. INTERRVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN & CRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri 1. Mengetahui
keperawatan selama 3 x 1. Lakukan keadaan nyeri
8 jam diharapkan nyeri pengkajian nyeri pasien secara
pasien terkontrol. komperehensif menyeluruh
Dengan criteria hasil : yang meliputi 2. Mengurangi
1. Menggunakan lokasi, nyeri pasien
tindakan karakteristik, 3. Agar pasien
pencegahan durasi, fekuensi, dapat melakukan
diperthankan kualitas, teknik
pada 3 intensitas, berat nonfarmologi
ditingkatka ke 5 nya nyeri pada sesuai
2. Menggunkan factor pencetus kemampuan
tindakan 2. Ajarkan teknik 4. Mmengurangi
pengurangan nonfarmakologi nyeri dan
nyeri tanpa 3. Kolaborasikan mengalihan
analgesic dengan pasien, perhatian ke
3. Melaporkan nyeri orang terdekat dan nyeri. Istirahat
yang terkontrol tim kesehatan membuat sraf
diperthankan lainya untuk atau pembuluh
pada 3 memilih dan darah melebar
ditingkatka ke 5 mengimplementas dan membuat
ikan tindakan perasaan rileks
penurun nyeri non 5. Agar nyeri
farmakologi berkurang jika
sesuai kebutuhan teknik
4. Dukung istirahat farmakologi tidak
yang adekuat berhasil
untuk membantu
penurunan nyeri
5. Berikan individu
penurunan nyeri
yang optimal
dengan peresepan
analgesic
D. EVALUASI
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang
diharapkan terhadap perubahan perilaku ibu dan untuk megetahui sejauh mana
masalah ibu dapat teratasi. Disamping itu, perawat juga melakukan umpan balik.
Atau pengkajian ulang jika yang ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan
segera dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall. 2010. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta :
EGC
Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC