OLEH :
KELOMPOK : TUJUH
ANGGOTA :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang mana Berkat izin dan karunia-Nya lah
makalah dengan judul “Bahasa Media Masa” ini dapat terselesaikan pada waktunya..
Pada kesempatan ini tidak ada kalimat yang mampu penulis ucapkan selain
terimakasih yang tak terhingga Kepada Bapak Ansori selaku Guru Pendamping yang telah
mendampingi selama penulisan Makalah ini..
Terakhir Makalah ini disusun sebagai salah satu bakti Penulis kepada kedua orangtua
dan tanggung jawab Penulis kepada mereka berdua. Namun Penulis menyadari Makalah ini
belum mencapai kesempurnaan. Semoga keikutsertaan Penulis pada Makalah ini dapat
menjadi bagian dari proses belajar Penulis. Amiin
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
I: PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………....2
1.4 MANFAAT..................................................................................................2
II: ISI
III : PENUTUP
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................8
3.2 SARAN................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara
serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding
dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan
media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas
(Nurudin, 2007).
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja
dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk
memberikan informasi pada kepentingan yang menyebar luas dan mengiklankan produk. Ciri
khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi
merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan
dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama.
1. Media Massa Cetak (Printed Media). Media massa dicetak dalam lembaran kertas.
Dari segi formatnya dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi (a) koran atau
suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano), (b) tabloid (1/2 broadsheet), (c) majalah
(1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), (d) buku (1/2 majalah), (e) newsletter
(folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan (f) buletin (1/2 majalah, jumlah halaman
lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita,
opini, dan feature.
2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa yang isinya disebarluaskan
melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio,
televisi, dan film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia), yakni media massa yang dapat kita temukan di
internet (situs web).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari tulisan ini adalah memberikan kontribusi
informasi kepada masyarakat mengenai bagaimana penggunaan bahasa yang digunakan
dalam media massa. Dengan demikian masyarakat Indonesia dapat membedakan dan
menyaring berita-berita yang ada di dalam media massa dengan sebaiknya, sehingga tidak
mudah terpedaya dengan bahasa yang digunakan oleh media massa.
BAB II
ISI
Bahasa dalam media massa biasa disebut dengan bahasa jurnalistik atau bahasa pers,
merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia di samping terdapat juga ragam
bahasa akademik (ilmiah), ragam bahasa usaha (bisnis), ragam bahasa filosofik, dan ragam
bahasa literer (sastra) (Sudaryanto, 1995). Dengan demikian bahasa jurnalistik memiliki
kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya dengan ragam bahasa yang lain. Bahasa
jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-
karya jurnalistik di media massa (Anwar, 1991). Disebut juga Bahasa Komunikasi
Massa(Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language) yakni bahasa
yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa baik komunikasi lisa(tutur) di media
elektronik(radio dan TV) maupun komunikasi tertulis(media cetak) dengan ciri khas singkat,
padat dan mudah dipahami.
Di dalam bahasa jurnalistik itu sendiri juga memiliki karakter yang berbeda-beda
berdasarkan jenis tulisan apa yang akan terberitakan.Namun demikian, karena berbagai
keterbatasan yang dimiliki surat kabar (ruang, waktu) maka bahasa jurnalistik memiliki sifat
yang khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Kosakata yang
digunakan dalam bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan bahasa dalam masyarakat.
Secara lebih seksama bahasa jurnalistik dapat dibedakan pula berdasarkan bentuknya
menurut media menjadi bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa
jurnalistik media online internet. Beberapa ciri–ciri yang dimiliki oleh gaya bahasa jurnalistik
yaitu:
Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling
banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari
tingkat intelektualnya maupun karateristik demografis dan psikografisnya. Kata atau kalimat
yang rumit yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam
bahasa jurnalistik.
Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah, tidak bertele- tele, tidak
memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Seperti pada ruangan atau kapling yang
tersedia pada kolom – kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas
sememtara isinya banayak dan beraneka ragam. Konsekuensinya apapun pesan yang akan
disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi , fungsi dan karakteristik pers.
Padat
Menurut Patmoino S.K., redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalistik
(1996 : 45) padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan
paragraph yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak
pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat.
Kalimat yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Sedangkan kalimat yang padat
mengandung lebih banyak informasi.
Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau penghalusan kata dan
kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi.
Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya
penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut
Jelas
Jelas artinya mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai contoh, hitam
adalah warna yang jelas dan putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna disandingkan
maka terdapat perbedaan yang tegas mana yang disebuat hitam, mana pula yang disebut
putih. Pada kedua warna tesebut tidak ditemukan warna abu – abu. Perbedaan warna hitam
dan putih melahirkan kesan kontras.Jelas disini mengandung tiga arti : jelas artinya, jelas
susunan kata atau kalimatnya sesuai kaidah subjek – objek – predikat- keterangan(SPOK),
jelas sasaran atau maksudnya.
Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus dan tidak menyembunyikan
sesuatu yang lain yang bersifat negative seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan
analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki
agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran,
kepentingan public.
Menarik
Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan
perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip :
menarik, benar, dak baku. Wartawan sering juga disebut seniman. Bahasa jurnalistik
menyapa khalayak pembaca dengan senyuman bukan dengan mimic mukas tegang. Karena
itulah sekeras apapun bahasa jurnalistik, ia tidak akan dan tidak boleh membangkitkan
kebencianj serta permusuhan dari pembaca dan pihak mana pun. Bahasa jurnalistik harus
provokatif tetapi tetap merujuk kepada pendekatan dan kaidah normative. Perlu ditegaskan
salah satu fungsi pers adalah edukatif. Nilai dan nuansa edukatif itu juga harus nampak pada
bahasa jurnalistik pers.
Demokratis
Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis
berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak
yang menyapa dan pihak yang disapa. Sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa sunda
dan bahasa jawa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional. Bahasa jurnalistik
Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau, kalimat apapun yang terdapat dalam karya – karya
jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca,
pendengar, atau pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi
oleh semua lapisan masyarakat. Kebalikan dari populis adalah elitis. Bahasa yang elitis
adalah bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami segelintir kecil orang saja, terutama
mereka yang berpendidikan dan berkedudukan tinggi.
Logis
Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata,istilah, kalimat atau paragraf jurnalistik harus
dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar.
Gramatikal
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apapun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa
jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai
dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman
pembentukan istilah yang menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar
pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau kelompok masyarakat.
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari – hari secara informal.
Kata tutur ialah kata – kata yang digunakan dalam percakapan di warung kopi, terminal, bus
kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh
pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya. Kata tutur ialah kata yang hanya
menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata
bahasa.
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna
setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata – kata
asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan. Menurut teori
komunikasi, khalayak media massa terdiri atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-
ekonomi, pendidikan, pekerjaan, profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik
memasukkan kata atau istilah asing pada berita yang kita tulis, kita tayangkan, sama saja
dengan sengaja menyebar banyak duri ditengah jalan. Kecuali menyiksa diri sendiri, juga
mencelakakan orang lain.
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya
harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas. Artinya setiap kata yang
dipilih, memang tepat dan akuratb sesuai dengan tujuan pesan pookok yang ingin
disampaikan kepada khalayak . Pilihan kata atau diksi, dalam bahasa jurnalistik tidak sekadar
hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada
pertimbangan matang untuk mencapai efek optimal terhadap khalayak. Pilihan kata atau diksi
yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik bisa menimbulkan akibat fatal.
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami,
ringan dibaca. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau
istilah – istilah teknis. Bagaimanapun kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok
atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif
filsafat bahasa tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen.
Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi. Fungsi ini bukan saja harus, tercermin pada
materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel – artikelnya, melainkan juga harus tampak pada
bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran tapi
sekaligus juga menunjukkan etika orang itu. Dalam menjalankan fungsinya mendidik
khalayak, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.
Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh
menggunakan kata – kata vulgar dan berselera rendah lainnya dengan maksud untuk
membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.
Ciri–ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh ragam bahasa jurnalistik
mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisn masyarakat yang tidak sama tingkat
pengetahuannya. Dengan kata lain bahasa jurnalistik dapat dipahami dalam ukuran
intelektual minimal. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang memiliki cukup waktu untuk
membaca surat kabar. Oleh karena itu bahasa jurnalistik sangat meng-utamakan kemampuan
untuk menyampaikan semua informasi yang dibawa kepada pembaca secepatnya dengan
mengutamakan daya komunikasinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA