Anda di halaman 1dari 30

BAB III

IMUNISASI

3.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi berasal dari kata imun, yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resisten terhadap penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi sering disebut juga dengan vaksinasi (Mianoki, 2013).
Sedangkan Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh
atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu (Menkes RI, 2017).

3.2 Klasifikasi Vaksin


Tabel 2.1
Kalsifikasi Vaksin
Live Attenuated Inactivated
 Derivat dari virus atau bakteri liar  Dari organisme yang
(wild) yang dilemahkan. diambil, dihasilkan dari
 Tidak boleh diberikan kepada menumbuhkan bakteri atau
orang yang defisiensi imun. virus pada media kultur,
 Sangat labil dan dapat rusak oleh kemudian diinaktifkan.
suhu tinggi dan cahaya. Biasanya, hanya sebagian
(fraksional).
 Selalu memerlukan dosis
ulang.
Virus Campak, mumps, rubella, polio,  Virus inaktif utuh :
yellow fever, dan cacar air influenza, polio, rabies,
hepatitis A.
 Virus inaktif fraksiona l:
sub-unit (hepatitis B,
influenza, acellular pertussis,
typhoid injeksi), toxoid (DT
botulinum), polisakarida
murni (pneumococcal,
meningococcal, Hib), dan
polisakarida konjungasi (Hib
dan pneumococcal).
Bakteri BCG dan tifoid oral  Bakteri inaktif utuh
(pertussis, typhoid, cholera,
pes)

3.3 Penggolongan Vaksin


Ada 2 jenis vaksin berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu, yaitu vaksin
yang sensitif terhadap beku dan sensitif terhadap panas.

Vaksin yang sensitif terhadap Vaksin DT, TT, Td, Hepatitis B, dan
beku (Freeze Sensive/FS) DPT/HB/Hib

Vaksin yang sensitif terhadap panas


Vaksin Campak, Polio, dan BCG
(Heat Sensitive/HS)

Gambar 2.1 Skema Penggolongan Vaksin


3.4 Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah
a. Anak menjadi kebal terhadap penyakit, sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Hidayat, 2008).
b. Tercapainya eliminasi campak (Pusdiknakes, 2014).
c. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian bagi penderitanya (Mianoki,
2013).

3.5 Manfaat Imunisasi


Imunisasi tidak hanya bermanfaat untuk individu anak yang diimunisasi,
tetapi juga memiliki manfaat yang lebih luas, berikut diantara manfaat imunisasi :
a. Untuk anak
Melindungi bayi yang kadar imunitas tubuhnya masih sangat rentan dari
penyakit yang bisa dan dapat untuk menyebabkan kesakitan, kecacatana
ataupun bahkan kematian
b. Untuk keluarga
Dengan pemberian imunisasi yang tepat, dapat membantu menghilangkan
kecemasan orangtua dari risiko sakit yang akan di derita oleh anaknya, selain
itu juga menghemat biaya pengobatan bila anaknya sakit.
c. Untuk komunitas
Manfaat imunisasi tidak terbatas untuk individu, tapi juga bagi komunitas
masyarakat secara umum. Jika cakupan imunisasi cukup luas, maka dapat
meningkatkan kekebalan komunitas yang bisa mencegah masyarakat terjangkit
penyakit infeksi tertentu.
d. Untuk negara
Manfaat imunisasi untu negara yaitu memperbaiki tingkat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan
pembangunan negara (Mianoki, 2013).
3.6 Sasaran Imunisasi
Yang termasuk pada sasaran imunisasi rutin adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Sasaran Imunisasi pada Bayi
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No 12 tahun 2017

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian Interval Minimal


Hepatitis B 0 – 24 jam 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio, IPV 1,2,3,4 bulan 4 4 minggu
DPT/HB/Hib 2,3,4 bulan 3 4 minggu
Campak/MR 9 bulan 1 -

Tabel 2.3 Sasaran Imunisasi Anak Balita


Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No 12 tahun 2017

Jenis Imunisasi Usia Pemberian Jumlah Pemberian


DPT/HB/Hib 18 bulan 1
Campak 24 bulan 1

Tabel 2.4 Sasaran Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)


Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan RI No 12 tahun 2017

Sasaran Jenis Imunisasi Jumlah Pemberian Keterangan


Kelas 1 SD Campak 1 Bulan Imunisasi
Kelas 1 SD DT 1 Anak Sekolah
Kelas 2 & 5 SD TD 1 (BIAS)

3.7 Sistem Kekebalan


Sistem kekebalan adalah suatu sistem yang rumit dari interaksi sel yang
tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen. Antigen dapat berupa virus
atau bakteri yang hidup atau yang sudah diinaktifkan. Jenis kekebalan terbagi
menjadi kekebalan aktif dan kekebalan pasif (Pusdiknakes, 2014).
Kekebalan Aktif Kekebalan Pasif
Perlindungan yang dihasilkan oleh Kekebalan atau perlindungan yang
system kekebalan seseorang sendiri diperoleh dari luar tubuh bukan dibuat
dan menetap seumur hidup. oleh tubuh itu sendiri.

Pasif Alamiah
1 Kekebalan yang didapat dari
Aktif Alamiah ibu melalui plasenta saat masih
didapatkan ketika seseorang berada dalam kandungan
menderita suatu penyakit. 2 Kekebalan yang diperoleh
dengan pemberian air susu
pertama (colostrom).

Kekebalan Pasif Buatan


diperoleh dengan cara
menyuntikkan antibodi yang
diekstrak dari satu individu ke
Aktif Buatan
tubuh orang lain sebagai serum.
didapatkan dari pemberian
Contoh: pemberian serum antibisa
vaksinasi.
ular kepada orang yang dipatuk
ular berbisa.
Gambar 2.2 Skema Sistem Kekebalan

3.8 Jenis Imunisasi

Dasar Bayi 0 – 1 tahun

Batita
Rutin
Anak usia SD
Lanjutan
WUS
Wajib
Tambahan Crash Program, PIN, Sub-PIN
Imunisasi
Khusus Calon Haji/Umrah,
Pilihan KLBSub-PINCrash

Gambar 2.3 Skema Jenis Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraan


Bayi dikatakan telah mendapatkan imunisasi lengkap jika bayi telah
mendapatkan imunisasi yang meliputi imunisasi BCG (Bacillus Clamatere
Guerin) Imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus), imunisasi polio, imunisasi
campak dan imunisasi hepatitis B.
Tempat Mendapatkan Pelayanan Imunisasi
a. Puskesmas
a) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
b) UKM (Usaha Kesehatan Masyarakat)
c) Posyandu
d) Balai pengobatan
b. Non Puskesmas, meliputi :
a) Rumah saki
b) Rumah sakit bersalin
c) Rumah bersalin
d) Dokter praktek anak
e) Dokter umum praktek
f) Dokter spesialis kebidanan
g) Bidan praktek
h) Balai kesehatan masyarakat

3.9 Imunisasi Wajib


3.9.1 Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan.
a. Imunisasi Dasar
Tabel 2.5
Jenis Imunisasi Dasar

Vaksin DPT/HB/Hib
Deskripsi:
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk
pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis
(batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi
Vaksin DPT/HB/Hib Haemophilus influenzae tipe b secara
(Sumber: www.biofarma.co.id) simultan.

Cara pemberian dan dosis :


 Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas.
 Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Kontra indikasi :
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius .
Efek samping :
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang –
kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis
dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Vaksin BCG
Deskripsi :
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang
mengandung Mycrobacterium bovis hidup yang
dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain
paris.
Indikasi :
Vaksin BCG & pelarut
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
(Sumber:
tuberkulosis.
www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis :
 Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
 Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
Efek samping :
2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil
(papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut
dengan diameter 2–10 mm.
Penanganan efek samping :
 Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik.
 Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan
orangtua membawa bayi ke ke tenaga kesehatan.
Vaksin DPT/HB/Hib
Deskripsi:
Vaksin DTP-HB-Hib digunakan untuk
pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis
(batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi
Haemophilus influenzae tipe b secara
Vaksin DPT/HB/Hib simultan.
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis :
 Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas.
 Satu dosis anak adalah 0,5 ml.
Kontra indikasi :
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius .
Efek samping :
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang –
kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis
dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi memberat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV)
Deskripsi :
Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
Vaksin Polio & Droplet Indikasi :
(Sumber: www.biofarma.co.id) Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomielitis.
Cara pemberian dan dosis :
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Kontra indikasi :
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya yang
timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Efek Samping :
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin
polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit
segera diberi dosis ulang.
Penanganan efek samping :
Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.

Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)


Deskripsi :
Bentuk suspensi injeksi.
Indikasi :
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan
anak immunocompromised, kontak di lingkungan
Vaksin Polio IPV keluarga dan pada individu di mana vaksin polio
(Sumber: oral menjadi kontra indikasi.
www.vaxserve.com)
Cara pemberian dan dosis :
 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml.
 Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval
satu atau dua bulan.
 IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14, sesuai dengan rekomendasi
dari WHO.
 Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut
dengan interval satu atau dua bulan.
Kontra indikasi :
 Sedang menderita demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif.
 Hipersensitif pada saat pemberian vaksin ini sebelumnya.
 Penyakit demam akibat infeksi akut: tunggu sampai sembuh.
 Alergi terhadap Streptomycin.
Efek samping :
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak
bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama
satu atau dua hari.
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI).
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam)
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Vaksin Campak
Deskripsi :
Vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Indikasi :
Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak.
Vaksin campak dan pelarut
(Sumber: www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis :
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha, pada
usia 9 – 11 bulan
Kontra indikasi :
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah).
 Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
Vaksin Measles Rubella (MR)
Deskripsi :
Vaksin virus hidup yang dilemahkan (live
attenuated)
Indikasi :
Vaksin MR & Pelarut Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
(Sumber : biofarma.co.id) campak Campak Rubella.
Cara pemberian dan dosis :
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha,
pada usia 9 – 11 bulan

Kontra indikasi :
 Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan
radioterapi;
 Wanita hamil;
 Leukimia;
 Kelainan fungsi ginjal berat;
 Decompensatio cordis;
 Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah;
 Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn).
 Alergi terhadap telur
Efek samping :
Hingga 10% pasien dapat mengalami nyeri ringan di lokasi penyuntikan, demam
ringan dan adenofati, hingga 2% mengalami ruam atau rash hingga 0.033%
mengalami kejang demam, 0.0033% mengalami trombositopeni purpura, hingga
0,0001% mengalami reaksi anafilaksis dan hingga 0,3% mengalami atralgia pada
anak.
Penanganan efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari
buah).
 Jika demam kenakan pakaian yang tipis.
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam).
 Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
 Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.

Imunisasi Campak Rubella (MR) adalah imunisasi yang digunakan


dalam memberikan kekebalan terhadap penyakit campak (measles) dan campak
jerman (rubella) (Ditjen P2P, 2017). Vaksin MR merupakan vaksin yang sangat
amat aman. Namun seperti sifat setiap obat memiliki reaksi simpang yang
mungkin terjadi adalah reaksi lokal seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan
dilokasi suntikan dan reaksi sistemik berupa ruam atau rash, demam dan malaise
dan reaksi simpang tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Reaksi alergi berat
seperti reaksi anafilaksis dapat terjadi pada setiap orang terhadap setiap obat,
kemungkinan tersebut dapat juga terjadi pada pemberian vaksin MR (Ditjen P2P,
2017)
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutan diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah
dasar, dan wanita usia subur.

Tabel 2.6
Jenis Imunisasi Lanjutan

Vaksin DT
Deskripsi :
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri
murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Vaksin DT Indikasi :
(Sumber: Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan
www.biofarma.co.id) tetanus pada anak-anak.
Cara pemberian dan dosis :
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml. Dianjurkan
untuk anak usia di bawah 8 tahun.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.dengan diameter 2–10 mm.
Efek Samping :
Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan Efek samping :
 Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak.
 Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
 Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali
dalam 24 jam)
 Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Vaksin TD
Deskripsi :
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri
murni yang terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Indikasi :
Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada
Vaksin TD
individu mulai usia 7 tahun.
(Sumber :
www.biofarma.co.id)
Cara pemberian dan dosis :
Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml.
Kontra indikasi :
Individu yang menderita reaksi berat terhadap dosis sebelumnya.
Efek Samping :
Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi penyuntikan (20–30%)
serta demam (4,7%)

Vaksin TT
Deskripsi :
Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus
murni, terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat..
Vaksin TD Indikasi :
(Sumber: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada
www.biofarma.co.id) wanita usia subur.
Cara pemberian dan dosis :
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis 0,5 ml.
Kontra indikasi :
 Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.
 Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
 Demam atau infeksi akut.
Efek samping :
Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan pada lokasi
suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.serta demam
(4,7%)
Penanganan efek samping :
 Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
 Anjurkan ibu minum lebih banyak.
Keterangan : Sejak tahun 2013, terjadi introduksi vaksin TT ke vaksin T
c. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah Backlog
fighting, Crash program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up
Campaign campak dan Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI).

3.9.2 Imunisasi Khusus


Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umrah, persiapan
perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar
biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi Meningitis
Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan Imunisasi Anti-Rabies (Buku Ajar
Imunisasi, 2014).

3.9.3 Imunisasi Pilihan


Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid,
Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis,
dan HPV (Buku Ajar Imunisasi, 2014).
3.10 Jadwal Imunisasi
3.10.1 Jadwal Imunisasi Pada Bayi

Hepatitis B
 BCG
 DPT/HB
 Polio 1 /Hib 1
 Polio 2  DPT/HB/  DPT/HB/
Hib 2 Hib 3
 Polio 3  Polio 3
 IPV Campak

0-24 jam

1 bulan

2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan

Gambar 2.4 Jadwal imunisasi dasar (untuk bayi usia 0–11 bulan)

Catatan : HB0 masih dapat diberikan sd 7 hr pada daerah dg akses sulit

Tabel 2.7 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar


Sumber : Kementererian Kesehatan RI, 2017

Umur Jenis Interval Minimal untuk


jenis Imunisasi yang
sama
0 – 24 Jam Hepatitis B
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 Bulan
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 Bulan Campak / MR
3.10.2 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Usia Batita

Gambar 2.5 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Batita

3.10.3 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Usia Sekolah

Gambar 2.6 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Usia Sekolah


Tabel 3.8
Status TT Wanita Usia Subur (15-39 tahun)

Tabel 3.9
Rencana Vaksin Baru
Tabel 3.10
Indikator Program Imunisasi 2015 – 2019

3.11 Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi


Pemberian Vaksin yang tepat dan aman
a. Sebelum pelaksanaan imunisasi :
• Periksa label vaksin dan pelarut
• Periksa tanggal kadaluarsa
• Periksa VVM
• Jangan gunakan:
– vaksin tanpa label
– vaksin yang kadaluarsa
– Vaksin dengan status VVM telah C atau D
b. Teknik Penyuntikan
Gambar 3.7
Jenis penyuntikan
Gambar 3.9
Tekhnik Penyuntikan

Gambar 3.11
Lokasi Penyuntikan
c. Prosedur Penyuntikan

d. Pemberian Vaksin Secara tepat


Penyuntikan Vaksin Yang Tepat Secara Aman Meliputi :
– Kualitas vaksin yang terjamin
– Penyuntikan yang steril
– Melarutkan vaksin secara benar
– Lokasi suntikan yang tepat
– Penapisan indikasi kontra
– Teknik penyuntikan yang benar
e. Langkah – langkah penggunaan ADS
Gambar 3.12
f. Langkah – langkah penggunaan semprit sekali pakai
1. Keluarkan semprit dari bungkus plastik
2. Pasang jarum pada semprit bila jarum belum terpasang
3. Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum
4. Masukkan jarum ke dalam botol vaksin, ujung jarum berada di bawah
permukaan vaksin
5. Tarik piston untuk mengisi semprit. Piston secara otomatis akan berhenti
setelah melewati tanda 0,05/0,5 ml dan terdengar bunyi klik
6. Tekan/dorong piston hingga isi semprit sesuai dosis 0,05/0,5 ml
7. Lepaskan jarum dari botol, keluarkan sisa gelembung udara pada semprit
8. Lakukan penyuntikan. Setelah penyuntikan piston secara otomatis akan
mengunci dan semprit tidak bisa digunakan lagi.
g. Alat suntik Prefilled Injection Device (PID)
Jenis alat suntik yang telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabriknya
Contoh : - Hepatitis B
- Tetanus Toksoid
Keuntungannya
- Mencegah vaksin dari kontaminasi
- Memastikan dosis yang tepat
- Vaksin & Semprit dalam set yang sama
- Mengurangi vaksin terbuang
Gambar 3.13
Langkah – langkah penggunaan PID

Keterangan :
1. Keluarkan PID dari kemasan
2. Dorong dengan cepat penutup jarum ke dalam port
3. Jarak antara penutup jarum dan port akan hilang dan terasa ada klik
4. Keluarkan penutup jarum
5. Pegang PID pada port dan suntikkan jarum ke lokasi suntikan
6. Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk mengeluarkan vaksin.
7. Sesudah reservoir kempes, tarik PID keluar
3.12 Kontraindikasi imunisasi
– Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas yang hebat merupakan kontra
indikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam
dan panas > 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT-HB-Hib dan
campak.
– Jangan berikan vaksin BCG, OPV, Campak-Rubella (Vaksin Hidup)
kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS,sedangkan
vaksin lainnya sebaiknya diberikan.
– Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada
bayi yang sakit, jangan berikan imunisasi. Mintalah ibu untuk kembali lagi
jika bayinya sudah sehat

3.13 Sistem untuk Menindak Lanjuti drop out


Dua sistem untuk menindaklanjuti drop out yang bisa digunakan dengan
mudah :
– Menggunakan buku register imunisasi
– Kartu peringatan (reminder card)
Hal – hal penting dalam pemberian Imunisasi
• Interval pemberian
Jarak minimal antar dua pemberian antigen yang sama adalah satu bulan.
Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi
• Tindakan antiseptic
Setiap petugas yang akan melakukan pemberian imunisasi harus mencuci
tangan dengan sabun terlebih dahulu. Untuk tempat suntikan dilakukan
tindakan antiseptik sesuai aturan yang berlaku
• Kontra indikasi
• Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi imunisasi untuk individu
SEHAT kecuali untuk kelompok resiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu
terdapat petunjuk dari produsen yang mencatumkan indikasi kontra serta
perhatian khusus terhadapa vaksin.

3.14 Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


Ada 9 macam penyakit menular yang dapat diupayakan pencegahan
dengan imunisasi
1. Tuberkulosis
Disebabkan Mycobacterium tuberculosa
Gejala:
 Badan lemah
 Berat badan menurun
 Demam
 Berkeringat malam hari
 Batuk terus menerus
 Nyeri dada
 Kadang – kadang batuk darah
2. Polio
Disebabkan oleh : satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe
1, 2 atau 3.
Gejala
 Lumpuh Layu akut Pada anak berumur < 15 tahun
 Demam dan nyeri otot
 Kematian bisa terjadi karena kelumpuhan Otot pernapasan
 Penyebaran melalui tinja yang Terkontaminasi
3. Difteri
Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria
Gejala :
 Gelisah
 Aktifitas menurun
 Radang tenggorokan,
 Hilang nafsu makan
 Demam ringan,
 Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru - biruan pada tenggorokan dan
tonsil
4. Pertusis
Disebabkan bakteri Bordetella pertussis, Disebut juga batuk rejan atau batuk
100 hari.
Gejala :
 Pilek
 Mata merah
 Bersin
 Demam
 Batuk yang ringan
 Batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan
batuk menggigil yang cepat dan keras.
5. Tetanus
Disebabkan oleh Clostridium Tetani
Gejala :
 Kaku otot pd rahang, disertai kaku pada leher
 Kesulitan menelan
 Kaku otot perut
 Berkeringat dan demam
 Pada bayi terdapat juga gejala tiba – tiba berhenti menetek (sucking) antara
3 s/d 28 hari setelah lahir
 Gejala berikutnya adalah kejang hebat dan tubuh menjadi kaku
6. Campak
Disebabkan oleh Virus Myxovirus Viridae Measles
Gejala :
 Demam
 Bercak kemerahan
 Batuk, pilek
 Konjungtivitis (mata merah)
 Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke
tubuh dan tangan serta kaki.
7. Rubella
Disebabkan oleh virus rubella menyebar dengan sangat mudah.
Penularan utamanya dapat melalui butiran liur di udara yang dikeluarkan
penderita melalui batuk atau bersin, rubella berbeda dengan campak. Penyakit ini
biasanya lebih ringan dibandingkan dengan campak. Tetapi jika menyerang
wanita yang sedang hamil, terutama sebelum usia kehamilan lima bulan, rubella
berpotensi tinggi untuk menyebabkan sindrom rubella kongenital atau bahkan
kematian bayi dalam kandungan.
Gejala :
Penyakit ini umumnya membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari sejak
terjadi pajanan sampai menimbulkan gejala. Gejala-gejala umum rubella meliputi
 Demam, Sakit kepala. Hidung tersumbat atau pilek. Mata merah.
 Tidak nafsu makan. Nyeri pada sendi, terutama pada penderita remaja
wanita.
 Pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher.
 Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan yang awalnya muncul di wajah
lalu menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung
selama 1-3 hari.
8. Hepatitis B
Disebabkan oleh Virus Hepatitis B
Gejala :
 Demam, lemah, nafsu makan menurun
 Warna urin seperti teh pekat, kotoran menjadi pucat (dempul
 Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
9. Hemofilus Influenza tipe b
Disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b (Hib) bukan virus influenza,
melainkan suatu bakteri gram negatif. Bakteri ini merupakan penyebab
tersering pneumonia dan meningitis.
Gejala : (tergantung organ tubuh yang diserang)
 Pada paru menyebabkan pnemonia (demam, sesak dan Retraksi otot
pernafasan)
 Selaput Otak menyebabkan meningitis (demam,kaku kuduk, kehilangan
kesadaran)

Anda mungkin juga menyukai