Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN UMUM

II.1 Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di

bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas

yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur

melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya dikoordinasikan oleh Asisten Kesejahteraan Masyarakat.

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan

dan pengembangan urusan kesehatan.(1)

II. 2 Suku Dinas Kesehatan

II.2.1 Pengertian Suku Dinas Kesehatan

Suku DinasKesehatan Kota Administrasi merupakan Unit

Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan

kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala Suku Dinas

yang secara teknis dan adminstrasi berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara

operasional berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada

walikota.(1)

Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta ada enam yaitu : Suku

Dinas Kesehatan Kota administrasi Jakarta Selatan, Jakarta Timur,


Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Suku Dinas

Kesehatan Kabupaten Kepulauan Seribu. Suku Dinas Kabupaten

Administrasi dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang

secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati.(1)

II.2.2 Landasan Hukum Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan

Suku Dinas Kesehatan mempunyai beberapa landasan

hukum yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan

pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, antara lain:

1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997

tentang psikotropika

2. Undang – Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009

tentang narkotika

3. Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009

tentang kesehatan

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun

2009 tentang pekerjaan kefarmasian

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 006 tahun

2012 tentang industry usaha obat tradisional

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

284/Menkes/PER/III/2007 tetang apotek rakyat

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

377/Menkes/PER/V/2009 tentang petunjuk teknis jabatan

fungsional apoteker dan angka kreditnya


8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1191/Menkes/PER/VIII/2010 tentang penyaluran alat

kesehatan

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/Menkes/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktek,

dan izin kerja tenaga kefarmasian

10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1331/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan permenkes

No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang pedagang eceran obat

11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas

Permenkes No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang ketentuan

dan tata cara pemberian izin apotek

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128

tahun 2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan

masyarakat

13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1121/Menkes/SK/XII/2008 tentag pedoman teknis

pengadaan obat dan publik dan perbekalan kesehatan untuk

pelayanan kesehatan dasar

14. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI

Jakarta No. 8981 tahun 2006 tanggal 14 Desember 2006

tentang pemberlakuan tata cara perizinan cabang penyalur

alat kesehatan
15. Peraturan kepala BPOM Republik Indonesia No. HK.

03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman pemberian

sertifikat produksi pangan industri rumah tangga

16. Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 970

tahun 1990 tentang ketentuan penyelenggaran usaha

pedagang eceran obat di wilayah DKI Jakarta

17. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 tahun

2009 tentang organisasi dan tata cara kerja dinas kesehatan

II.2.3 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan

Visi Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seharusnya mempunyai

kesamaan visi dan misi.

a. Visi

Visi “ Jakarta Selatan sehat untuk semua”


Visi diatas mengandung makna terwujudnya Jakarta
Selatan :
1) Dihuni oleh penduduk yang memiliki kesadaran dan
kemandirian hidup sehat
2) Mempunyai akses pelayanan perorangan dan
masyarakat
3) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk
keluarga miskin
4) Terkendalinya penyakit menular
5) Terkendalinya penyakit degeneratif
6) Gizi yang seimbang
7) Meningkatkan kualitas dan responwaktu pelayanan
kesehatan gawat darurat dan bencana.
8) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan yang bersih dan terkendalinya pencemaran
lingkungan.
b. Misi
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan memiliki
misi sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan perorangan,
kesehatan masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan
dengan prinsip pelayanan kesehatan prima.
3) Mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk,
penyakit menular,dan penyakit-penyakit yang berbasis
lingkungan.
4) Menyelenggarakan peningkatan manajemen kesehatan
5) Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan
seluruh potensi yang ada di masyarakat.

II.2.4 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan


Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan

Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

No.150 tahun 2009 terdiri dari: (1) (Gambar bagan lampiran 1)

1. Kepala Suku Dinas

2. Sub Bagian Tata Usaha

3. Seksi Kesehatan Masyarakat

4. Seksi Pelayanan Kesehatan

5. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

6. Seksi Sumber Daya Kesehatan


a. Kepala Suku Dinas

Kepala Suku Dinas selaku pimpinan di Suku Dinas

merupakan satuan kerja dari Suku Dinas Kesehatan dalam

pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesahatan.

Kepala Suku Dinas mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas

dan fungsi Suku Dinas.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas

Subbagian,Seksi dan Subkelompok Jabatan

Fungsional.

c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja

Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau Instansi

Pemerintah/Swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan

tugas dan fungsi Suku Dinas.

d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

b. Sub Bagian Tata Usaha

Sub bagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja

staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi

umum Suku Dinas Kesehatan. Sub Bagian Tata Usaha

dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Yang

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Suku Dinas.


Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA) Suku Dinas sesuai dalam lingkup tugasnya.

c. Mengkoordinasikan Penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) Suku Dinas.

d. Melaksanakan monitoring pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

Suku Dinas.

e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang

Suku Dinas.

f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan

Suku Dinas.

g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan,

pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana

kerja Suku Dinas.

h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan

ketertiban kantor.

i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan

Suku Dinas.
j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan

pengaturan acara Suku Dinas.

k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan

melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas.

l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait

dengan tugas Sub Bagian Tata Usaha.

m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (Kegiatan,

Keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas.

n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha.

c. Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan

Kerja Lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan

kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan

masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh

Seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan.

Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai Tugas sebagai

berikut:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

Suku Dinas sesuai ruang lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA) Suku Dinas sesuai dalam lingkup tugasnya.


c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan

pelaksanaan kesehatan keluarga termasuk kesehatan

ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak pra sekolah,

usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia

lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan

keperawatan.

d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat

profesi untuk pencegahan dan pengendalian program

kesehatan masyarakat.

e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan

informasi

f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di

bidang kesehatan masyarakat.

g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat

di masyarakat tingkat Kota/Kabupaten.

h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan

melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang

terintegrasi.

i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program

gizi dan PPSM.

j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

(SKPG).
k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan

yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan

Masyarakat.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.

d. Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan

Kerja Lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan. Seksi yang berkedudukan di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.

Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai Tugas sebagai

berikut:

a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

Suku Dinassesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan

pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada

sarana kesehatan.

d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara,

mengembangkan, memanfaatkan, data dan informasi

upaya pelayanan kesehatan.


e. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan

penerepan standar pelayanan kesehatan masyarakat.

f. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pelaksanaan

akreditasi sarana pelayanan kesehatan masyarakat.

g. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan

kesehatan.

h. Memberikan tanda daftar kepada pengobatan

tradisional.

i. Melaksanakan siaga 24 jam per Pusat Pengendali

Dukungan Kesehatan.

j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar

pelayanan minimal pelayanan kesehatan.

k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan

yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.

l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.

e. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan

Satuan Kerja Lini Suku Dinas Kesehatan dalam

pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.

Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin

oleh Seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah

dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.


Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai

tugas sebagai berikut:

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan

Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas

sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular,

penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat,

survailans epidemiologi, penanggulangan

wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan

lingkungan.

d. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan

kesehatan haji.

e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang

pengendalian penyakit

m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan

kegiatan penanggualangan wabah/Kejadian Luar

Biasa (KLB) dan surveilans

n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan

program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan

air minum/air bersih, penyehatan makanan dan

minuman, penanganan limbah, pengendalian vektor,

pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh


penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja,

tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian

rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan/upaya

pemantauan lingkungan

o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian

sarana penunjang kesehatan lingkungan

p. Penyajian materi pelatihan teknis dalam bidang

Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan

yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian

Masalah Kesehatan

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah

Kesehatan.

f. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan

Kerja Lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan

kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber

Daya Kesehatan dipimpin oleh Seorang Kepala Seksi yang

berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Suku Dinas Kesehatan.

Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas

sebagai berikut:
a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana

farmasi, makanan dan minuman.

d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga

kesehatan.

e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga

kesehatan.

f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan

tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan

pendidikan dan pelatihan

g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi

tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar

pelayanan.

h. Melaksanakan kegiatan audit internaldan audit

eksternal penerapan sistem manajemen mutu.

i. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan.

j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan

pendamping penerapan sistem manajemen mutu

kepada Puskesmas.
k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui

forum dan fasilitator.

l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan

tenaga fasilitator, instruktur dan auditor mutu

pelayanan kesehatan.

m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan

pengendalian sarana Farmasi Makanan Minuman

(FMM), yang meliputi usaha mikro obat tradisional,

sub penyalur alat kesehatan, Apotek, toko obat, depo

farmasi, dan industri makanan, minuman rumah

tangga.

n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian

harga obat generik dan persediaan cadangan obat

esensial.

o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan

perbekalan kesehatan pada lingkup

Kota/KabupatenAdministrasi.

p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya

kesehatan

q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan

yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya

Kesehatan.

r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan.


II.2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Apoteker di Suku Dnias Kesehatan

a. Tugas Pokok dan Fungsi Apoteker Sesuai Jabatan

Fungsional di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang

menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak

seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan

tugas pokok dan fungsi keahlian dan atau ketrampilan

untuk mencapai tujuna organisasi.

Adapun tugas pokok dan fungsi apoteker sesuai

dengan jabatan fungsional di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota antara lain:

1. Apoteker Pertama

a. Membuat kerangka acuan dalam rangka penyiapan

rencana kegiatan kefarmasian.

b. Mengklasifikasi perbekalan farmasi dalam rangka

pemilihan perbekalan farmasi

c. Inventarisasi pemasok perbekalan farmasi dalam

rangka pemilihan perbekalan farmasi.

d. Mengolah data dalam rangka perencanaan

perbekalan farmasi

e. Menyusun perbekalan farmasi dalam rangka

penyimpanan perbekalan farmasi


f. Merekapitulasi daftar usulan perbekalan farmasi

dalam rangka penghapusan perbekalan farmasi

g. Meracik obat resep individu dalam rangka

Dispensing.

h. Pelayanan informasi obat

i. Konseling obat (Departemen Kesehata Republik

Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 377/Menkes/Per/V/2009

tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional

Apoteker dan Angka Kreditnya)

2. Apoteker Muda

a. Menelaah atau mengkaji data-data dalam rangka

pentiapan rencana kegiatan kefarmasian.

b. Membuat rencana kerja dalam rangka penyiapan

rencana kegiatan kefarmasian.

c. Menentukan jenis perbekalan farmasi dalam rangka

pemilihan perbekalan farmasi.

d. Menilai mutu dalam rangka pemilihan pemasok

perbekalan farmasi.

e. Menyusun rencana kebutuhan dalam rangka

perencanaan, perbekalan farmasi.

f. Membuat surat pesanan dalam rangka pembelian

perbekalan farmasi.
g. Mengembalikan perbekalan farmasi yang tidak

sesuai dengan persyaratan dalam rangka pengadaan

perbekalan farmasi melalui jalur pembelian.

h. Mengajukan usulan obat program dalam rangka

pengadaan perbekalan farmasi melalui jalur non

pembelian.

i. Mengembalikan perbekalan farmasi yang tidak

sesuai dengan persyaratan dalam rangka pengadaan

perbekalan farmasi melalui jalur non pembelian.

j. Memeriksa perbekalan farmasi dalam rangka

penyimpan perbekalan farmasi.

k. Mengelompokkan perbekalan farmasi dalam rangka

penyimpanan perbekalan farmasi.

l. Mengkaji permintaan perbekalan farmasi dalam

rangka pebdistribusian perbekalan farmasi.

m. Membuat jadwal penghapusan dalam rangka

penghapusan perbekalan farmasi.

n. Penyusunan laporan kegiatan pengelolaan

perbekalan farmasi.

o. Memeriksa obat dalam rangka dosis unit.

p. Pelayanan informasi obat.

q. Konseling obat.

3. Apoteker Madya
a. Menyajikan rencana kegiatan dalam rangka

penyiapan rencana kegiatan kefarmasian.

b. Menyajikan rancangan dalam rangka perencanaan

perbekalan farmasi

c. Menganalisis usulan pembelian dalam rangka

pengadaan perbekalan farmasi melalui jalur

oembelian.

d. Menilai barang droping dalam rangka pengadaan

perbekalan farmasi melalui jalur non pembelian.

e. Memeriksa catatan atau bukti perbekalan farmasi

dalam rangka penyimpanan perbekalan farmasi.

f. Menganalisis daftar usulan perbekalan dalam rangka

pengadaan penghapusan perbekalan farmasi.

g. Evaluasi kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi.

h. Memeriksa perbekalan farmasi dalam rangka

Dispensingresep individu.

i. Menyerahkan perbekalan farmasi dalam rangka

Dispensingresep individu.

j. Pelayanan informasi obat.

k. Konseling obat.

4. Apoteker Madya

a. Mengawasi proses pemusnahan dalam rangka

penghapusan perbekalan farmasi.

b. Pelayanan informasi obat


c. Konseling obat. (Departemen Kesehata Republik

Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 377/Menkes/Per/V/2009

tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional

Apoteker dan Angka Kreditnya)

b. Tugas Pokok dan Fungsi Apoteker Dalam Jabatan

Struktural di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Jabatan structural adalah suatu kedudukan yang

menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak

seorang oegawai dalam rangka memimpin suatu satuan

organisasi.

Pengangkatan pegawai kedalam suatu jabatan

structural kesehatan dilakukan setelah memenuhi

persyaratan kualifikasi serta standar kompetensi jabatan

yang akan dipangkunya melalui proses rekruitmen dan

seleksi sesuai peraturan perundang-undangan.

Standar kompetensi jabatan sebagaimana dimaksud

meliputi kompetensi dasar, kompetensi bidang dan

kompetensi khusus.

Adapun fungsi dan tugas Apoteker dalam jabatan struktural

antara lain:

1. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan.


2. Penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan

pelayanan umum di bidang kesehatan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kesehatan.

4. Pelaksanaan urusan kesekretariatan.

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi. (Pemerintah

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah

Nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat

daerah)

II.3 Pekerjaan Kefarmasian

II.3.1. Definisi Pekerjaan Kefarmasian

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan

obat, pelayanan obat atas resep Dokter, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.(2)

Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian, meliputi :(2)

a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi.

Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas

produksi, fasilitas distribusi atau penyaluran dan fasilitas

pelayanan sediaan farmasi yang dilakukan oleh tenaga

kefarmasian. Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat


menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat Sediaan

Farmasi.

Pekerjaan kefarmasian yang berkaitan dengan proses

produksi dan pengawasan mutu sediaan farmasi pada

fasilitas produksi sediaan farmasi wajib dicatat oleh tenaga

kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya yang sesuai

Standar Prosedur Operasional. Tenaga Kefarmasian dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi

sediaan farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan danteknologi di bidang produksi dan

pengawasan mutu.

b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran

Sediaan Farmasi.

Pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau

penyaluran sediaan farmasi harus memiliki Apoteker

Penanggung Jawab. Pekerjaan kefarmasian yang berkaitan

dengan distribusi atau penyaluran sediaan farmasi wajib

dicatat oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan tugas dan

fungsinya yang sesuai Standar Prosedur Operasional.

Tenaga kefarmasian dalam melakukan pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas produksi sediaan farmasi harus

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

di bidang distribusi dan penyaluran.

c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.


Pekerjaan kefarmasian dalam pelayanan sediaan

farmasharus memiliki Apoteker penanggungjawab.

Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep Dokter

dilaksanakan oleh Apoteker. Dalam melakukan pekerjaan

kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian Apoteker

dapat mengangkat seorang ApotekerPendamping yang

memiliki SIPA, mengganti obat merek dagang dengan obat

generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek

dagang lain atas persetujuan Dokter dan/atau pasien.

Pekerjaan kefarmasian yang berkaitan dengan

pelayanan sediaan farmasi wajib dicatat oleh tenaga

kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya yang sesuai

Standar Prosedur Operasional serta menerapkan standar

pelayanan kefarmasian. Tenaga kefarmasian dalam

melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan

kefarmasian wajib mengikuti paradigma pelayanan

kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan serta

teknologi.

II.3.2. Tujuan Pekerjaan Kefarmasian

Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk(2)

a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat

dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi

dan jasa kefarmasian;


b. Mempertahankan dan meningkatkan mutupenyelenggaraan

Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan

undangan;

c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien,masyarakat dan

Tenaga Kefarmasian.

II.3.3. Tenaga Kefarmasian

Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan

Pekerjaan Kefarmasian yang terdiri atas Apotekerdan Tenaga

Teknis Kefarmasian.(2)

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan

pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi, bagi

Apoteker berupa STRA dan bagi Tenaga Teknis Kefarmasian

berupa STRTTK. Setiap tenaga kefarmasian yang melaksanakan

pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin

sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja yaitu:

a. SIPA bagi Apoteker Penanggung Jawab di fasilitas pelayanan

kefarmasian.

b. SIPA bagi Apoteker Pendamping di fasilitas pelayanan

kefarmasian.

c. SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di

fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran atau

d. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan

pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.


II.3.4. Standar Kompetensi Apoteker

Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasian

yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan

diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang

diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajiban.

Adapun Standar Kompetensi Apoteker terdiri dari 9 unit

kompetensi yang sistematikanya sebagai berikut :(14)

Sembilan Kompetensi Apoteker di Indonesia :

1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional

dan etik.

2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan

sediaan farmasi.

3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat

kesehatan.

4. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi

dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku.

5. Mempunyai keterampilan dalam pemberian informasi

sediaan informasi dan alat kesehatan.

6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif

kesehatan masyarakat.

7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan

sesuai dengan standar yang berlaku.


8. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu

membangun hubungan interpersonal dalam melakukan

praktik.

9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang berhubungan dengan kefarmasian.

Adapun kesembilan kompetensi tersebut dirinci menjadi

masing-masing atas unit, elemen, untuk kerja dan kriteria

penilaian.Berikut ini disampaikan rincian berupa unit kompetensi

dari kompetensi tersebut.

1. Unit kompetensi 1 merupakan etika profesi dan

profesionalisme Apoteker dalam melakukan praktek

kefarmasian, terdiri dari 7 elemen :

a. Menguasai kode etik yang berlaku dalam praktik

profesi

b. Mampu menerapkan praktik kefarmasian secara legal

dan professional sesuai kode etik Apoteker Indonesia.

c. Memiliki keterampilan berkomunikasi

d. Mampu berkomunikasi dengan pasien

e. Mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan

f. Mampu berkomunikasi secara tertulis

g. Mampu melakukan konsultasi/konseling sediaan

farmasi dan alat kesehatan (konseling farmasi).

2. Unit kompetensi 2 merupakan keahlian Apoteker dalam

menyelesaikan setiap permasalahan terkait penggunaan


sediaan farmasi, keahlian ini bukan sekedar kemampuan

teknis akan tetapi secara substantiv dibentuk oleh karakter

patient care sehingga disamping mendeskripsikan

pemahaman penyelesaian masalah juga keterampilan dan

karakter yang didasari kepedulian kepada pasien. Terdiri

dari 6 elemen :

a. Mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang

rasional

b. Mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien

c. Mampu memonitoring efek samping obat (MESO)

d. Mampu melakukan evaluasi penggunaan obat

e. Mampu melakukan praktik therapeutic drug

monitoring (TDM)

f. Mampu mendampingi pengobatan mandiri

(swamedikasi) oleh pasien

3. Unit kompetensi 3 merupakan keahlian dasar Apoteker

yang meliputi unsur pengetahuan, ketrampilan dan karakter

sebagai care giver. Terdiri dari 3 elemen:

a. Mampu melakukan penilaian resep

b. Melakukan evaluasi obat yang diresepkan

c. Melakukan penyiapan dan penyerahan obat yang

diresepkan

4. Unit kompetensi 4 merupakan keahlian dalam

memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat


kesehatan sesuai standar yang berlaku. Terdiri dari 5

elemen:

a. Mampu melakukan persiapan pembuatan/produksi obat

b. Mampu membuat formulasi dan pembuatan/produksi

sediaan farmasi

c. Mampu melakukan iv-admixture dan mengendalikan

sitostatika/obat khusus

d. Mampu melakukan persiapan persyaratan sterilisasi alat

kesehatan

e. Mampu melakukan sterilisasi alat kesehatan sesuai

prosedur standar

5. Unit kompetensi 5 merupakan keterampilan dalam

mengkomunikasikan pemahaman terhadap sediaan farmasi

serta pengaruh (efek) yang ditimbulkan bagi pasien.Unit

kompetensi ini disamping terbentuk pengetahuan juga

keterampilan berkomunikasi serta sikap dan perilaku untuk

menyampaikan informasi. Terdiri dari 2 elemen:

a. Pelayanan informasi obat

b. Mampu menyampaikan informasi bagi masyarakat

dengan mengindahkan etika profesi kefarmasian

6. Unit kompetensi 6 merupakan pemahaman Apoteker

terhadap permasalah public health yang banyak dijumpai

dilingkungan sekitar untuk kemudian berkontribusi sesuai

dengan keahlian dan kewenangannya menurut Peraturan


Perundang-undangan. Terdiri dari 1 elemen yaitu mampu

bekerjasama dalam pelayanan kesehatan dasar

7. Unit kompetensi 7 merupakan kemampuan Apoteker dalam

bidang manajemen dengan didasari oleh pemahaman

terhadap sifat fisika kimia sediaan farmasi dan alat

kesehatan serta keahlian memanfaatkan teknologi sebagai

alat bantu untuk mempermudah pengelolaan. Terdiri dari 6

elemen:

a. Seleksi sediaan farmasi dan alat kesehatan

b. Mampu melakukan pengadaan sediaan farmasi dan alat

kesehatan

c. Mampu mendesain, melakukan penyimpanan dan

distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan

d. Mampu melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan alat

kesehatan sesuai peraturan

e. Mampu menetapkan sistem dan melakukan penarikan

sediaan farmasi dan alat kesehatan

f. Mampu melakukan infrastruktur dalam pengelolaan

sediaan farmasi dan alat kesehatan

8. Unit kompetensi 8 merupakan keterampilan dalam

mengelola dan mengorganisasikan serta ketrampilan

menjaling hubungan interpersonal dalam melakukan praktik

kefarmasian. Terdiri dari 6 elemen:

a. Mampu merencanakan dan mengelola waktu kerja


b. Mampu mengoptimalisasi kontribusi diri terhadap

pekerjaan

c. Mampu bekerja dalam tim

d. Mampu membangun kepercayaan diri

e. Mampu menyelesaikan masalah

f. Mampu mengelola konflik

9. Unit kompetensi 9 merupakan karakter dan perilaku Apoteker

untuk selalu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dengan

menyadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi sangat cepat sehingga selalu memiliki karakter life-

long learner. Terdiri dari 2 elemen :

a. Belajar sepanjang hayat dan kontribusi untuk kemajuan

profesi

b. Mampu menggunakan teknologi untuk pengembangan

profesionalitas.

Anda mungkin juga menyukai