ANALISA SAMPAH
12.1. Prinsip Kerja
Metode pengujian ini menjelaskan prosedur untuk mengukur komposisi limbah
padat kota (MSW) yang belum diolah menggunakan penyortiran manual. Metode
pengujian ini berlaku untuk penentuan komposisi rata-rata MSW berdasarkan
pengumpulan dan pemilahan secara manual dari sejumlah sampel limbah selama
periode waktu yang dipilih yang mencakup minimal satu minggu. Metode pengujian
ini mencakup prosedur pengumpulan dari sampel penyortiran representatif dari limbah
yang tidak diproses, pemilahan sampah secara manual menjadi komponen limbah
individu, reduksi data, dan pelaporan hasil. Metode pengujian ini dapat diterapkan di
lokasi pengisian lahan, limbah fasilitas pemrosesan dan konversi, dan stasiun transfer.
Nilai yang dinyatakan dalam satuan inci-pon harus diperhatikan sebagai standar. Nilai
yang diberikan dalam tanda kurung adalah hanya untuk informasi. Standar ini tidak
dimaksudkan untuk membahas semua masalah keamanan, jika ada, terkait dengan
penggunaannya. Ini adalah tanggung jawab pengguna standar ini untuk menetapkan
yang sesuai praktik keselamatan dan kesehatan dan menentukan penerapannya (ASTM
D5231-92.2008. Standard Test Method For Determination of the Composition of
Unprocessed Municipal Solid Waste. ASTM International).
12.2. Tujuan
Mengetahui jenis-jenis sampah fisik dan kimiawi yang terkandung dalam metode
sampah.
2. Timbangan Analitik
3. Oven 105℃
4. Nompon
7. Furnace 550℃
12.4.2. Bahan
1. Sampah Pasar Klampis
Hasil
Hasil
Menghitung kadar volatile sampah, kadar abu, kadar karbon dan kadar hydrogen sampah
dengan rumus
Hasil
Gambar 12.4 Skema Kerja Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah
5. Menimbang
cawan porselen
dengan
menggunakan
neraca analitik
Ditanya:
Densitas Sampah =?
Jawab:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
Densitas Sampah =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
6,5 𝑘𝑔
= 26,13 𝐿
= 0,248 kg/L
Dari perhitungan densitas sampah pada sampel sampah pasar Klampis,
didapat hasil sebesar 0,248 kg.
b. Analisa Komposisi Samapah
Dari hasil pengukuran, didapat hasil data dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Diketahui:
Berat total sampah = 17,87 kg
Berat sampah kertas = 0,22 kg
Berat sampah karet = 0,06 kg
Berat sampah organic = 16,08 kg
Berat sampah plastic = 1,235kg
Berat sampah logam = 0,275 kg
Ditanya:
Komposisi Sampah =?
Jawab:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
Jenis sampah (%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ x 100%
0,22
Sampah kertas = 17,87 x 100 %
= 1,23 %
0,06
Sampah karet = 17,87 x 100 %
= 0,34 %
16,08
Sampah organik = 17,87 x 100 t%
= 89,98 %
1,235
Sampah plastik = 17,87 x 100 %
= 6,92 %
0,275
Sampah logam = 17,87 x 100 %
=1,53 %
Dari perhitungan komposisi sampah pada sampel sampah pasar Klampis,
didapat hasil sebagai berikut :
No. Jenis Sampah Presentase (%)
1. Sampah Kertas 1,23
2. Sampah Karet 0,34
3. Sampah Organik 89,98
4. Sampah Plastik 6,92
5. Sampah Logam 1,53
= 60,71 %
Dari perhitungankadar air sampah pada sampel sampah pasar Klampis,
didapat hasil sebesar 60,71 %
d. Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah
Dari hasil pengukuran, didapat hasil data dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Diketahui :
a = 38,18 gr
b = 36,04 gr
c= 42,01 gr
Ditanya :
Kadar Abu = ?
Kadar Volatile = ?
Jawab :
𝑎 −𝑏
Kadar abu (%) = x 100 %
𝑐
38,18 −36,04
= x 100 %
42,01
2,08
= 42,01 x 100 %
= 4,95 %
𝑐 − (𝑎 −𝑏)
Kadar volatile = x 100 %
𝑐
42,01 −(38,18 −36,04)
= x 100 %
42,01
39,87
= x 100 %
42,01
= 94,88 %
Dari perhitungan kadar abu dan kadar volatile sampah pada sampel sampah
pasar Klampis, didapat hasil masing-masing sebesar 4,95% dan 94, 88%.
12.6.3. Pembahasan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis
sampah secara fisik dan kimiawi yang terkandung dalam sampel sampah.
Sampah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari kondisi
yang dianut oleh kebijakan negara setempat. Penggolongan ini dapat
didasarkan atas sumber sampah, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya,
sifat dan jenisnya. Penggolongan ini sangat penting dalam penentuan
penanganan dan pemanfaatan sampah.
Berat jenis sampah merupakan perbandingan antara massa suatu jenis sampah
dengan jumlah volume, ukuran ini dipakai bila pemakaian ukuran belum dapat
terpenuhi untuk itu memang di perlukan suatu penelitian dulu berat jenis
sampah untuk volume sampah tertentu. Pengukuran berat jenis sampah
bertujuan untuk menetahui volume dari sampah, sehingga lebih mudah dalam
perencanaan penampungan atau alat angkut sampah.
Pengukuran densitas dilakukan dengan mengambil sejumlah sampah yang
dapat mewakili seluruh volume sampah, kemudian sampah ditampung dengan
bak yang memiliki volum 26,13 L. Perhitungan dilakukan dengan
membandingkan berat sejumlah sampah yang diambil dengan volume bak
penampung.
Hasil pengukuran densitas sampah pada sampel sampah pasar Klampis adalah
sebesar 248 kg/m3. Dari nilai densitas tersebut, sampah didominasi sampah
organik seperti sayuran dan buah-buahan yang memiliki kandungan air tinggi,
sehingga nilai densitas dari keseluruhan sampah juga cukup tinggi. Perhitungan
juga harus dilakukan pada waktu yang tepat, karena jika terlalu lama sampah
akan mengalami pembusukan dan membuat berat sampah menurun, akibatnya
memngaruhi pada hasil perhitungan densitas.
Densitas dari sampel lain memiliki hasil perhitungan yang berbeda-beda.
Berikut adalah data perhitungan densitas:
No. Kelompok Densitas (kg/m3) Lokasi Sampel
1. Kel. 1 54,2 Kampus ITATS
2. Kel. 2 234,5 Pasar Klampis
3. Kel. 3 38,97 Klampis Aji
4. Kel. 4 127,36 Klampis Aji
5. Kel. 5 248 Pasar Klampis
6. Kel. 6 58 Kampus ITATS
Grafik Densitas
300
250
Densitas (kg/m3)
200
150
234.5 248
100
50 127.36
54.2 38.97 58
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6
Data Kelompok
Terlihat terdapat beberpa perbedaan nilai densitas pada setiap sampel. Hal
tersebut dipengaruhi oleh jenis dan komposisi sampah sehingga memiliki berat
yang berbeda pada saat dilakukan penimbangan. Hasil penimbangan tersebut
yang digunakan sebagai perhitungan densitas. Contohnya seperti sampah pada
kampus yang jenisnya didominasi oleh sampah kertas, maka memiliki berat
yang lebih ringan dibanding dengan sampah pasar yang jenisya didominasi oleh
sampah organic. Sehingga densitas sampah organic lebih besar dibanding
sampah kampus.
Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa makanan.
Kertas, koran, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi, non
besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah pasir batu dan keramik, atau
komposisi sampah segala unsur-unsur tergabung dalam suatu sampah).
Pengkuruan komposisi sampah bertujuan untuk mengetahui komposisi yang
terdapat dalam sampah, sehinga dapat dilakukan cukup dengan pemilahan saja
berdasarkan dengan kriteria tertentu. Presentase analisa sampah tersaji dalam
tabel berikut:
No. Jenis Sampah Presentase (%)
1. Sampah Kertas 1,23
2. Sampah Karet 0,34
3. Sampah Organik 89,98
4. Sampah Plastik 6,92
5. Sampah Logam 1,53
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kompoisi sampah didominasi oelh jenis
sampah organic yang terdiri atas sayuran dan buah-buahan. Pada umumnya
sampah pasar didominasi oleh sampah organic karena memang mayoritas
pedagan di pasar adalah pedagang sayuran dan buah-buahan.
2.
Karet - - - 0,34
3.
Organik 29 96,12 33,91 89,98
Presentase Komposisi (%)
Jenis
No.
Sampah Kel. Kel. Kel. Kel. Kel. Kel.
1 2 3 4 5 6
4.
Plastik 30,6 2,97 16,62 6,92
5.
Logam 19,7 - - 1,53
6.
Tetrapack 1,10 - - -
7.
Kain 3,2 - 5,43 -
8.
Sterofoam 5,4 - 0,37 -
9.
B3 - 0,196 26,38 -
10.
Lindi - - 17,29 -
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis).
Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen,
sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen. (Syarif dan Halid, 1993).
Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air merupakan pemegang. peranan
penting, kecuali temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri
dalam proses pembusukan dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada
umumnya merupakan proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau
kombinasi antara ketiganya. Berlangsungnya ketiga proses tersebut
memerlukan air dimana kini telah diketahui bahwa hanya air bebas yang dapat
membantu berlangsungnya proses tersebut. Kadar air suatu bahan biasanya
dinyatakan dalam persentase berat bahan basah,
Pengukuran kadar air dilakukan membandingkan berat sampel sampah awal
dengan berat setelah penghilangan kadar air. Penghilangan kadar air dilakukan
dengan cara memanaskan sampel sampah pada oven dengan suhu 110oC selama
24 jam. Setelah itu dilakukan penimbangan untuk dibandingan dengan berat
awal sebelum dipanaskan.
Hasil perhitungan kadar air pada sampel sampah Pasar Klampis adalah 60,71%.
Nilai tersebut cukup besar mengingat komposisi sampah didominasi sampah
organic yang memiliki kadar air yang tinggi. Pengukuran harus dilakukan
sebelum sampah mengalami pembusukan, karena pembusukan mengakibatkan
turunnya kadar air sehingga akan memengaruhi perhitungan.
No. Kelompok Kadar air (%) Lokasi Sampel
1. Kel. 1 23 Kampus ITATS
2. Kel. 2 54,347 Pasar Klampis
3. Kel. 3 35 Klampis Aji
4. Kel. 4 64 Klampis Aji
5. Kel. 5 60,71 Pasar Klampis
6. Kel. 6 33,33 Kampus ITATS
12.6.4. Tabel
40
30 64 60.71
54.347
20 35 33.33
10 23
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6
Data Kelompok
Kadar volatil sampah adalah jumlah zat uap yang terkandung dalam suatu
sampah kering yang mengalami pemanasan dan sisanya disebut kadar abu.
Senyawa volatile sampah berasal dari dekomposisi zat organic yang terjadi
dalam keadaan fakulatif maupun anaerobic oleh mikroorganisme. Senyawa
volatile juga dapat dibakar dan menguap pada temperature tinggi sehingga
akan meninggalkan abu dan residu. Kadar volatile yang tinggi ditandai
dengan berkurangnya volume yang signifikan setelah dilakukan pembakaran.
Pengukuran kadar volatile pada sampel dilakukan dengan penimbangan
sampel hail pembakaran furnace dan pemanasan pada oven. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menghilangkan kadar air. Lalu sebagian dari sampel
tersebut dimasukkan ke dalam cawan porselen untuk dilakukan pembakaran
di furnace dan dipanaskan dalam oven kembali, setelah itu ditimbang. Hasil
timbangan tersebut dibandingkan dengan timbangan awal setelah dilakukan
penghilangan kadar air.
Kadar Kadar
No. Kelompok Lokasi Sampel
volatil (%) abu (%)
1. Kel. 1 98,45 1,55 Kampus ITATS
2. Kel. 2 97,32 2,68 Pasar Klampis
3. Kel. 3 0,212 5,85 Klampis Aji
4. Kel. 4 91,6 8,37 Klampis Aji
5. Kel. 5 94,88 4,95 Pasar Klampis
6. Kel. 6 97,48 2,52 Kampus ITATS
80
60
40
5.85 8.37
20 1.55 2.68 0.212 4.95 2.52
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6
Data Kelompok