Anda di halaman 1dari 21

BAB XII

ANALISA SAMPAH
12.1. Prinsip Kerja
Metode pengujian ini menjelaskan prosedur untuk mengukur komposisi limbah
padat kota (MSW) yang belum diolah menggunakan penyortiran manual. Metode
pengujian ini berlaku untuk penentuan komposisi rata-rata MSW berdasarkan
pengumpulan dan pemilahan secara manual dari sejumlah sampel limbah selama
periode waktu yang dipilih yang mencakup minimal satu minggu. Metode pengujian
ini mencakup prosedur pengumpulan dari sampel penyortiran representatif dari limbah
yang tidak diproses, pemilahan sampah secara manual menjadi komponen limbah
individu, reduksi data, dan pelaporan hasil. Metode pengujian ini dapat diterapkan di
lokasi pengisian lahan, limbah fasilitas pemrosesan dan konversi, dan stasiun transfer.
Nilai yang dinyatakan dalam satuan inci-pon harus diperhatikan sebagai standar. Nilai
yang diberikan dalam tanda kurung adalah hanya untuk informasi. Standar ini tidak
dimaksudkan untuk membahas semua masalah keamanan, jika ada, terkait dengan
penggunaannya. Ini adalah tanggung jawab pengguna standar ini untuk menetapkan
yang sesuai praktik keselamatan dan kesehatan dan menentukan penerapannya (ASTM
D5231-92.2008. Standard Test Method For Determination of the Composition of
Unprocessed Municipal Solid Waste. ASTM International).

12.2. Tujuan
Mengetahui jenis-jenis sampah fisik dan kimiawi yang terkandung dalam metode
sampah.

12.3. Tinjauan Pustaka


Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk
padat.Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste)
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Di Indonesia sendiri sampah telah menjadi permasalahan yang tak kunjung
selesai.Pemerintah sudah berupaya seoptimal mungkin dalam upaya menyelesaikan
tentang permasalahan sampah khususnya yang berada di Indonesia. Pemerintah juga
sudah mengeluarkan peraturan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang
pengolahan sampah dan larangan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan
sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah,
mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang
menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak
pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan, melakukan penanganan sampah
dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang
tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah (Amri. S, 2008).
Tetapi masyarakat seolah-olah tidak peduli akan undang-undang ini meskipun
ada larangan “dilarang membuang sampah sembarangan” mereka (masyarakat) tidak
memperdulikan larangan tersebut dan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka
seakan tidak takut akan bahaya yang akan ditimbulkan dari pembuangan sampah secara
sembarangan dan mereka hanya bisa menuntut pemerintah jika masalah sudah terjadi
seperti banjir, Pencemaran air, Gangguan Estetika bau menyengat yang ditimbulkan
dari sampah,dll.
Sampah ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan
atau tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan
pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan
lingkungan hidup manusia (R. Soemandi, 2008).

12.4. Alat dan Bahan


12.4.1. Alat
1. Timbangan Biasa

2. Timbangan Analitik

3. Oven 105℃

4. Nompon

5. Kotak Densitas 24 Liter


6. Cawan Krusibel

7. Furnace 550℃

12.4.2. Bahan
1. Sampah Pasar Klampis

12.5. Skema Kerja


12.5.1 Skema Kerja Analisa Densitas Sampah
Mengambil sampah di Pasar Klampis

Menghitung volume kotak densitas

Memasukkan sampah kedalam kotak densitas

Mengetuk kotak densitas yang telah terisi sampah

Menghitung volume sampah didalam kotak densitas

Menimbang sampah dalam kotak densitas

Menghitung densitas sampah dengan rumus

Hasil

Gambar 12.1 Skema Kerja Analisa Densitas Sampah

12.5.2 Skema Kerja Analisa Komposisi Sampah


Mengambil sampel sebanyak ± 10kg
Memisahkan sampah menurut jenis sampah

Menimbangkan setiap jenis sampah dengan timbangan biasa

Menghitung presentase sampah menggunakan rumus

Hasil

Gambar 12.2 Skema Kerja Analisa Komposisi Sampah


12.5.3 Skema Kerja Analisa Kadar Air Sampah
12.5.4 Skema Kerja Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah
Membakar cawan parselin dengan furnace 550℃ selama 1 jam

Memasukkan kedalam oven 105℃ selama 15 menit

Mendinginkan didalam desikator selama 15 menit

Mengambil sampah yang sudah kering

Memasukkan kedalam cawan yang telah ditimbang sebatas kemampuan cawan

Menimbang dengan timbangan analitik

Membakar dengan furnace 550℃ selama 1 jam

Memasukkan dalam oven 105℃ selam 15 menit


Mendinginkan dalam desikator selama 15 menit

Menghitung kadar volatile sampah, kadar abu, kadar karbon dan kadar hydrogen sampah
dengan rumus

Hasil

Gambar 12.4 Skema Kerja Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah

12.6. Hasil Pengamatan dan Analisa Pembahasan

12.6.1. Hasil pengamatan

a. Hasil Pengamatan Analisa Densitas Sampah.


Tabel 12.1 Hasil Pengamatan dan Analisa Densitas Sampah.
No Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Mengambil Tidak terjadi
sampah pada perubahan pada
kawasan pasar sampel.
Klampis.

2. Menimbang berat Berat sampah adalah


sampah total. 17,87 kg.
No Perlakuan Pengamatan Gambar
3. Menimbang dan Volume dan berat
mengukur volume kotak adalah 26,13 L
kotak densitas. dan 0,6 kg.

4. Memasukkan Tidak terjadi


sampel sampah perubahan pada
pada kotak sampel.
densitas.

5. Mengetuk kotak Sampah menjadi lebih


densitas berisi mampat.
sampah sebanyak
tiga kali.

6. Menghitung berat Berat adalah 7,1 kg


sampah dalam
kotak densitas
yang sudah
diketuk sebanyak
tiga kali.

Sumber : Hasil Dokumentasi


b. Hasil Pengamatan Analisa Komposisi Sampah.
Tabel 12.2 Hasil Pengamatan Analisa Komposisi Sampah.
No Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Mengambil Tidak terjadi
sampah pada perubahan pada
kawasan pasar sampel.
Klampis

2. Memilah sampah Tidak terjadi


berdasarkan perubahan pada
jenisnya sampel.

3. Menimbang Berat masing-masing


sampah sesuai ada pada perhitungan.
dengan jenisnya

Sumber : Hasil Dokumentasi


c. Hasil Pengamatan Analisa Kadar Air sampah.
Tabel 12.3 Hasil Pengamatan dan Analisa Kadar Air Sampah.
No Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Mengambil Tidak terjadi
sampah yang perubahan pada
mewakili sampel.
keseluruhan
No Perlakuan Pengamatan Gambar
2. Mengambil Tidak terjadi
sampah organik perubahan pada
dan meletakkan sampel.
kedalam nampan

3. Menimbang Berat adalah 560 gr.


sampah dengan
neraca

3. Memasukkan Tidak terjadi


nampan berisi perubahan pada
sampel sampah sampel.
kedalam oven
105°C selama 24
jam

4. Mengeluarkan Sampah menjadi


sampel sampah kering dan volume
dari dalam oven berkurang.
105°C
No Perlakuan Pengamatan Gambar
5. Menimbang Berat adalah 220 gr
sampel sampah

d. Hasil Pengamatan Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah


Tabel 12.4 Hasil Pengamatan Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah.
No Perlakuan Pengamatan Gambar
1. Memasukkan Tidak terjadi
cawan porselen perubahan pada
kedalam furnace sampel.
550°C selama 1
jam

2. Memasukkan ke Tidak terjadi


dalam oven 105°C perubahan pada
selama 15 menit sampel.
No Perlakuan Pengamatan Gambar
3. Mengeluarkan Sampah mejadi sangat
cawan porselen kering dan hancur
dari dalam oven

4. Memasukkan Tidak terjadi


cawan porselen perubahan pada
kedalam desikator sampel.
selama 15 menit

5. Menimbang
cawan porselen
dengan
menggunakan
neraca analitik

6. Memasukkan Tidak terjadi


sampah yang perubahan pada
sudah kering sampel.
kedalam kedalam
cawan porselen
hingga penuh.
No Perlakuan Pengamatan Gambar
7. Menimbang
menggunakan
neraca analitik

8. Membakar Sampah menjadi


sampel sampah hancur.
menggunakan
furnace 550°C
selama 1 jam

9. Mengeluarkan Tidak terjadi


cawan dari dalam perubahan pada
furnace 550°C sampel.

10. Memasukkan Sampel berubah


cawan porselen menjadi abu.
kedalam oven
105°C selama 15
menit
No Perlakuan Pengamatan Gambar
11. Memasukkan Tidak terjadi
cawan porselen perubahan pada
kedalam desikator sampel.
selama 15 menit

12. menghitung kadar Hasil ada pada


abu dan volatile perhitungan.
sampah

Sumber : Hasil Dokumentasi

12.6.2. Analisa Perhitungan


a. Analisa Densitas Sampah
Dari hasil pengukuran, didapat hasil data dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Diketahui:
 Berat sampah = 6,5 kg
 Volume sampah = 26,13 L

Ditanya:

 Densitas Sampah =?

Jawab:

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
 Densitas Sampah =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
6,5 𝑘𝑔
= 26,13 𝐿

= 0,248 kg/L
Dari perhitungan densitas sampah pada sampel sampah pasar Klampis,
didapat hasil sebesar 0,248 kg.
b. Analisa Komposisi Samapah
Dari hasil pengukuran, didapat hasil data dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Diketahui:
 Berat total sampah = 17,87 kg
 Berat sampah kertas = 0,22 kg
 Berat sampah karet = 0,06 kg
 Berat sampah organic = 16,08 kg
 Berat sampah plastic = 1,235kg
 Berat sampah logam = 0,275 kg
Ditanya:
 Komposisi Sampah =?

Jawab:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
 Jenis sampah (%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ x 100%
0,22
 Sampah kertas = 17,87 x 100 %

= 1,23 %
0,06
 Sampah karet = 17,87 x 100 %

= 0,34 %
16,08
 Sampah organik = 17,87 x 100 t%

= 89,98 %
1,235
 Sampah plastik = 17,87 x 100 %

= 6,92 %
0,275
 Sampah logam = 17,87 x 100 %

=1,53 %
Dari perhitungan komposisi sampah pada sampel sampah pasar Klampis,
didapat hasil sebagai berikut :
No. Jenis Sampah Presentase (%)
1. Sampah Kertas 1,23
2. Sampah Karet 0,34
3. Sampah Organik 89,98
4. Sampah Plastik 6,92
5. Sampah Logam 1,53

c. Analisa Kadar Air Sampah


Dari hasil pengukuran, didapat hasil data dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Diketahui:
 Berat cawan + sampah sebelum dioven 105o C (a) = 560 gr
 Berat cawan + sampah sesudah dioven 105o C (b) = 220 gr
Ditanya :
 Kadar Air =?
Jawab :
𝑎 −𝑏
 Kadar air (%) = x 100 %
𝑎
560 −220
= x 100 %
560
340
= 560 x 100 %

= 60,71 %
Dari perhitungankadar air sampah pada sampel sampah pasar Klampis,
didapat hasil sebesar 60,71 %
d. Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah
Dari hasil pengukuran, didapat hasil data dan dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Diketahui :
 a = 38,18 gr
 b = 36,04 gr
 c= 42,01 gr

Ditanya :

 Kadar Abu = ?
 Kadar Volatile = ?
Jawab :
𝑎 −𝑏
 Kadar abu (%) = x 100 %
𝑐
38,18 −36,04
= x 100 %
42,01
2,08
= 42,01 x 100 %

= 4,95 %
𝑐 − (𝑎 −𝑏)
 Kadar volatile = x 100 %
𝑐
42,01 −(38,18 −36,04)
= x 100 %
42,01
39,87
= x 100 %
42,01

= 94,88 %
Dari perhitungan kadar abu dan kadar volatile sampah pada sampel sampah
pasar Klampis, didapat hasil masing-masing sebesar 4,95% dan 94, 88%.

12.6.3. Pembahasan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis
sampah secara fisik dan kimiawi yang terkandung dalam sampel sampah.
Sampah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari kondisi
yang dianut oleh kebijakan negara setempat. Penggolongan ini dapat
didasarkan atas sumber sampah, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya,
sifat dan jenisnya. Penggolongan ini sangat penting dalam penentuan
penanganan dan pemanfaatan sampah.
Berat jenis sampah merupakan perbandingan antara massa suatu jenis sampah
dengan jumlah volume, ukuran ini dipakai bila pemakaian ukuran belum dapat
terpenuhi untuk itu memang di perlukan suatu penelitian dulu berat jenis
sampah untuk volume sampah tertentu. Pengukuran berat jenis sampah
bertujuan untuk menetahui volume dari sampah, sehingga lebih mudah dalam
perencanaan penampungan atau alat angkut sampah.
Pengukuran densitas dilakukan dengan mengambil sejumlah sampah yang
dapat mewakili seluruh volume sampah, kemudian sampah ditampung dengan
bak yang memiliki volum 26,13 L. Perhitungan dilakukan dengan
membandingkan berat sejumlah sampah yang diambil dengan volume bak
penampung.
Hasil pengukuran densitas sampah pada sampel sampah pasar Klampis adalah
sebesar 248 kg/m3. Dari nilai densitas tersebut, sampah didominasi sampah
organik seperti sayuran dan buah-buahan yang memiliki kandungan air tinggi,
sehingga nilai densitas dari keseluruhan sampah juga cukup tinggi. Perhitungan
juga harus dilakukan pada waktu yang tepat, karena jika terlalu lama sampah
akan mengalami pembusukan dan membuat berat sampah menurun, akibatnya
memngaruhi pada hasil perhitungan densitas.
Densitas dari sampel lain memiliki hasil perhitungan yang berbeda-beda.
Berikut adalah data perhitungan densitas:
No. Kelompok Densitas (kg/m3) Lokasi Sampel
1. Kel. 1 54,2 Kampus ITATS
2. Kel. 2 234,5 Pasar Klampis
3. Kel. 3 38,97 Klampis Aji
4. Kel. 4 127,36 Klampis Aji
5. Kel. 5 248 Pasar Klampis
6. Kel. 6 58 Kampus ITATS

Grafik Densitas
300
250
Densitas (kg/m3)

200
150
234.5 248
100
50 127.36
54.2 38.97 58
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6
Data Kelompok

Terlihat terdapat beberpa perbedaan nilai densitas pada setiap sampel. Hal
tersebut dipengaruhi oleh jenis dan komposisi sampah sehingga memiliki berat
yang berbeda pada saat dilakukan penimbangan. Hasil penimbangan tersebut
yang digunakan sebagai perhitungan densitas. Contohnya seperti sampah pada
kampus yang jenisnya didominasi oleh sampah kertas, maka memiliki berat
yang lebih ringan dibanding dengan sampah pasar yang jenisya didominasi oleh
sampah organic. Sehingga densitas sampah organic lebih besar dibanding
sampah kampus.
Komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa makanan.
Kertas, koran, karbon, kayu, kain tekstil, karet kulit, plastik, logam besi, non
besi, kaca dan lain-lain (misalnya tanah pasir batu dan keramik, atau
komposisi sampah segala unsur-unsur tergabung dalam suatu sampah).
Pengkuruan komposisi sampah bertujuan untuk mengetahui komposisi yang
terdapat dalam sampah, sehinga dapat dilakukan cukup dengan pemilahan saja
berdasarkan dengan kriteria tertentu. Presentase analisa sampah tersaji dalam
tabel berikut:
No. Jenis Sampah Presentase (%)
1. Sampah Kertas 1,23
2. Sampah Karet 0,34
3. Sampah Organik 89,98
4. Sampah Plastik 6,92
5. Sampah Logam 1,53
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kompoisi sampah didominasi oelh jenis
sampah organic yang terdiri atas sayuran dan buah-buahan. Pada umumnya
sampah pasar didominasi oleh sampah organic karena memang mayoritas
pedagan di pasar adalah pedagang sayuran dan buah-buahan.

Presentase Komposisi (%)


Jenis
No.
Sampah Kel. Kel. Kel. Kel. Kel. Kel.
1 2 3 4 5 6
1.
Kertas 10,9 0,72 - 1,23

2.
Karet - - - 0,34

3.
Organik 29 96,12 33,91 89,98
Presentase Komposisi (%)
Jenis
No.
Sampah Kel. Kel. Kel. Kel. Kel. Kel.
1 2 3 4 5 6
4.
Plastik 30,6 2,97 16,62 6,92

5.
Logam 19,7 - - 1,53

6.
Tetrapack 1,10 - - -

7.
Kain 3,2 - 5,43 -

8.
Sterofoam 5,4 - 0,37 -

9.
B3 - 0,196 26,38 -

10.
Lindi - - 17,29 -

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis).
Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen,
sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen. (Syarif dan Halid, 1993).
Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air merupakan pemegang. peranan
penting, kecuali temperatur maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri
dalam proses pembusukan dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada
umumnya merupakan proses mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau
kombinasi antara ketiganya. Berlangsungnya ketiga proses tersebut
memerlukan air dimana kini telah diketahui bahwa hanya air bebas yang dapat
membantu berlangsungnya proses tersebut. Kadar air suatu bahan biasanya
dinyatakan dalam persentase berat bahan basah,
Pengukuran kadar air dilakukan membandingkan berat sampel sampah awal
dengan berat setelah penghilangan kadar air. Penghilangan kadar air dilakukan
dengan cara memanaskan sampel sampah pada oven dengan suhu 110oC selama
24 jam. Setelah itu dilakukan penimbangan untuk dibandingan dengan berat
awal sebelum dipanaskan.
Hasil perhitungan kadar air pada sampel sampah Pasar Klampis adalah 60,71%.
Nilai tersebut cukup besar mengingat komposisi sampah didominasi sampah
organic yang memiliki kadar air yang tinggi. Pengukuran harus dilakukan
sebelum sampah mengalami pembusukan, karena pembusukan mengakibatkan
turunnya kadar air sehingga akan memengaruhi perhitungan.
No. Kelompok Kadar air (%) Lokasi Sampel
1. Kel. 1 23 Kampus ITATS
2. Kel. 2 54,347 Pasar Klampis
3. Kel. 3 35 Klampis Aji
4. Kel. 4 64 Klampis Aji
5. Kel. 5 60,71 Pasar Klampis
6. Kel. 6 33,33 Kampus ITATS
12.6.4. Tabel

Grafik Kadar Air


70
60
50
Kadar Air (%)

40
30 64 60.71
54.347
20 35 33.33
10 23
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6
Data Kelompok

Kadar volatil sampah adalah jumlah zat uap yang terkandung dalam suatu
sampah kering yang mengalami pemanasan dan sisanya disebut kadar abu.
Senyawa volatile sampah berasal dari dekomposisi zat organic yang terjadi
dalam keadaan fakulatif maupun anaerobic oleh mikroorganisme. Senyawa
volatile juga dapat dibakar dan menguap pada temperature tinggi sehingga
akan meninggalkan abu dan residu. Kadar volatile yang tinggi ditandai
dengan berkurangnya volume yang signifikan setelah dilakukan pembakaran.
Pengukuran kadar volatile pada sampel dilakukan dengan penimbangan
sampel hail pembakaran furnace dan pemanasan pada oven. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menghilangkan kadar air. Lalu sebagian dari sampel
tersebut dimasukkan ke dalam cawan porselen untuk dilakukan pembakaran
di furnace dan dipanaskan dalam oven kembali, setelah itu ditimbang. Hasil
timbangan tersebut dibandingkan dengan timbangan awal setelah dilakukan
penghilangan kadar air.
Kadar Kadar
No. Kelompok Lokasi Sampel
volatil (%) abu (%)
1. Kel. 1 98,45 1,55 Kampus ITATS
2. Kel. 2 97,32 2,68 Pasar Klampis
3. Kel. 3 0,212 5,85 Klampis Aji
4. Kel. 4 91,6 8,37 Klampis Aji
5. Kel. 5 94,88 4,95 Pasar Klampis
6. Kel. 6 97,48 2,52 Kampus ITATS

Grafik Kadar Volatil dan Abu


120
98.45 97.32 94.88 97.48
100 91.6
Presentase (%)

80
60
40
5.85 8.37
20 1.55 2.68 0.212 4.95 2.52
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6
Data Kelompok

kadar volatil kadar abu

Keberadaan sampah di lingkungan sekitar harus teratasi melalui pengolahan


atau sebagainya. Karena dengan banyaknya sampah yang berserakan dapat
mengganggu kesehatan dan estetika. Sampah organic yang lama tidak diolah
akan mengalami pembusukan dan menimbulkan bau yang tidak sedap, selain
itu juga menghasilkan air lindi yang dapat merusak lingkungan. Sampah
organic dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos yang bermanfaat bagi
kesuburan tanah dan memiliki nilai ekonomis. Sedangkan sampah anorganik
adalah sampah yang sulit atau bahkan tidak bisa terurai. Hal tersebut akan
mengakibatkan terganggunya saluran air dan berkembangnya pembiakan lalat
serta nyamuk. Hal tersebut dapat dihindari dengan mengkampanyekan 3R
(Reuse, Recycle, Reduce) yang dapat mengurangi keberadan sampah anorganik.
12.7. Kesimpulan
12.8. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai