Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Risiko Gangguan Tidur Pada Pekerja

Gangguan tidur, terutama insomnia, merupakan salah satu penyebab depresi dan sering kali
berhubungan dengan penurunan kualitas hidup serta bruuknya performa kerja. Kondisi ini
perlu ditanggulangi dengan mengatasi faktor penyebab secara menyeluruh atau melalui
bantuan ahli. Insomnia kronis dapat ditatalaksana dengan menggunakan teknik non-
farmakologis, seperti cognitive-behavioral therapy atau sleep hygiene. Untuk kondisi akut
insomnia, hypnosis merupakan terapi yang efektif. Gangguan tidur harus segera diatasi untuk
mengurangi pitensi komplikasi pada kesehatan secara fisik maupun psikis.1
Terdapat berbagai macam tindakan yang dapat diupayakan untuk meminimalisir risiko
terjadinya gangguan tidur pada pekerja. Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya gangguan tidur pada pekerja:2
1. Statement of Intent and Scope2
Dokumen ini dapat menjelaskan lingkup kerja dan mendefinisikan peran serta tanggung
jawab pekerja agar dapat memahami beban yang akan dihadapi, kemudian
menyesuaikannya.
2. Statement of Acceptable Work Hours and Overtime Limits2
Dokumen ini menjelaskan jam kerja maksimal yang telah distandarisasikan untuk satu
hari, satu minggu, ataupun satu bulan. Keterangan mengenai jadwal istirahat bagi para
pekerja juga dapat dijabarkan untuk meyakinkan para pekerja tidak bekerja lebih dari
waktu maksimal yang telah ditentukan.
3. Identifying and Assessing Risk2
Segala bidang pekerjaan yang memiliki risiko harus didokumentasikan dengan
lengkap, terutama jika masalah keamanan yang terkait dengan kelelahan lebih mudah
terjadi, serta mengidentifikasi para pekerja yang memiliki risiko mengalami kejadian
tak terduga.
4. Minimizing and Controlling Risk2
Diperlukan adanya dokumentasi untuk meminimalisir dan mengendalikan setiap risiko,
serta menjelaskan algoritma solusi setiap risiko, meyakinkan bahwa prosedur dapat
dialkukan secara aman dan efektif.
5. Investigating Fatigue Incidents2
Segala macam insiden perlu diinvestigasi, termasuk segala proses dan prosedur untuk
menemukan adanya kejadian gangguan tidur yang diakibatkan oleh kelelahan, dengan
membuat lingkungan yang suportif serta nyaman untuk pelaporan keluhan gangguan
tidur.
6. Awareness and Training2
Pekerjaan dengan tuntutan yang tinggi dapat menyebabkan gangguan tidur, tetapi
gangguan tidur yang disebabkan oleh pekerjaan dapat diatasi dengan adanya dukungan
dari keluarga terdekat, pemberian apresiasi di lingkungan kerja, dan dukungan yang
suportif dari lingkungan bekerja juga. Adapun pelatihan manajemen stress dan
beberapa teknik lainnya yang dapat mengatasi gangguan tidur di antara beberapa
profesi. Pelatihan ini dapat berlangsung lebih lama dan bermanfaat untuk karir para
pekerja. Selain itu, pengendalian temperamen seseorang serta lingkungan yang
kooperatif dapat menurunkan risiko gangguan tidur serta meningkatkan performa kerja
dan kualitas hidup para pekerja.1
7. Auditing and Improving2
Dengan mengaudit rencana manajemen risiko dan mencari terus-menerus untuk
identifikasi risiko dan mengembangkan kesempatan.

Regulasi yang diberikan dari perusahaan untuk mencegah gangguan tidur pada pekerja di
tempat kerja:3
1. Jehan S, et al. Shift Work and Sleep: Medical Implications and Management. Sleep
Med Disord 2017; 1(2):1-14.
2. Vitality. Connecting Healthy Sleep and Workplace Safety. Vitality 2018;1:1-4.
3. Redeker NS, et al. Workplace Interventions to Promote Sleep Health and an Alert,
Healthy Workforce. J Clin Sleep Med 2019;15(4):649-57.

Anda mungkin juga menyukai