SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bagaimana cara yang benar untuk pencegahan infeksi terhadap neonatus, bayi,
balita, dan prasekolah ?
2. Mengapa pencegahan infeksi terhadap neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah
perlu dilakukan ?
1. Untuk mengetahui cara yang baik dan benar untuk mencegah infeksi pada neonatus,
bayi, balita, dan anak prasekolah.
Dalam makalah yang kami buat ini kami membatasi pembahasan makalah ini
hanya tentang pencegahan infeksi dan rawat gabung dalam asuhan neonatus, bayi,
balita, dan anak prasekolah.
1.5 Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan browsing data dari internet.
dan metode pustaka dari buku- buku yang relevan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Konsep Dasar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
1. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan bayi
2. Memakai sarung tangan bersih saat melayani bayi yang belum dimandikan
5. Memastikan semua alat-alat yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih,
7. Membersihkan muka, pantat,dan tali pusat bayi dengan air bersih hangat dan sabun
setiap hari,
8. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi. (1)
Upaya dilakukan dengan cara merawat tali pusat agar luka tersebut tetap bersih.
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya pada
luka tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi, tetanus, dan kematian. Tanda infeksi
tali pusat yang harus di waspadai antara lain : kulit disekitar tali pusat berwarna
kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk.
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi
baru lahir adalah meletakkan bayi di dada ibu, agar terjadi kontak kulit langsung
antara ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme ibu
yang cenderung bersifat patogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk
dan terkandung dalam ASI.
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan memberikan
salep mata atau obat tetes mata dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir untuk mencegah
oftalmia neonatorium, biarkan obat pada mata bayi dan obat yang ada disekitarnya
jangan dibersihkan, keterlambatan memberikan salep mata pada bayi baru lahir
merpakan seringnya kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata.
4. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi TBC , Imunisasi BCG harus segera di berikan
pada bayi segera setelah bayi lahir, pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan
pada umur 2 minggu, maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal, imunisasi hepatitis B sudah merupakan program
nasional meskipun pemberiannya secara bertahap. (1)
Rawat gabung ( rooming – in ) ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta
ibu dirawat dalam satu unit.
Dalam pelaksanaanya, bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera
setelah dilahirkan sampai pulang. Ini bukan suatu hal yang baru. Di lingkungan
rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu ruangan ( rawat gabung
) difungsikan kembali.
Istilah rawat gabung parsial yang dulu banyak dianut, yaitu rawat gabung hanya
dalam beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang hari saja sementara pada malam
hari bayi dirawat di kamar bayi, sekarang tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.
Rawat gabung merupakan lanjutan dari early ambulation dimana memungkinan ibu
memelihara anaknya.
Untuk persalinan di rumah sakit terdapat modifikasi dalam praktik bahwa pada
saat kunjungan bayi ditempatkan dalam suatu station bayi agar tidak ada kontaminasi
dengan pengunjung. Station bayi dibuat dengan dinding kaca agar pengunjung dapat
melihat bayi.
Ada beberapa tujuan dari rawat gabung antara lain sebagai berikut :
1. Bantuan emosional
Setelah menunggu selama 9 bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si
ibu akan sangat senang bahagia bila dekat dengan bayi. Si ibu dapat membelai-belai
si bayi, mendengar tangis bayi, mencium-cium dan memperhatikan bayinya yang
tidur disampingnya. Hubungan kedua makhluk ini, sangat penting untuk saling
mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh
kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu (bonding effect).
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih
banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir
hingga selama mungkin. Pada hari – hari pertama, yang keluar adalah kolostrum yang
jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi
harus kehilangan cairan pada hari – hari pertama dan absorpsi usus juga sangat
terbatas.
3. Pencegahan infeksi
Pada tempat perawatan bayi di mana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit
dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang
melekat pada kulit si ibu akan memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Kolostrum
yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan
kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan
mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama
pada diare.
4. Pendidikan kesehatan
Manfaat dan keuntungan rawat gabung ditinjau dari berbagai aspek dan sesuai
tujuanya adalah sebagai berikut :
1. Aspek Psikologis
Dengan rawat gabung, antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat ( bonding ). Rasa
aman, kasih sayang, dan percaya pada orang lain (basic trust ) merupakan dasar
terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Hal ini sangat mempengaruhi
perkembangan psikologis bayi selanjutnya.
2. Aspek Fisiologis
Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan
menimbulkan reflek prolaktin yang memacu prose produksi ASI dan reflek oksitosin
yang membantu pengeluaran ASI mempercepatinvolusi rahim. Pemberian ASI
ekslusif dapat juga dipergunakan sebagai metode Keluarga Berencana, asal
memenuhi syarat yaitu usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan bayi
masih diberikan ASI secara eksklusif.
3. Aspek Fisik
Dengan rawat gabung, ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi
menginginkannya. Dengan demikian, ASI cepat keluar karena dapat rangsangan dari
isapan bayi.
4. Aspek Ekonomi
Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga
anggaran penggeluaran untuk membeli susu formula dan peralatan untuk
membuatnya dapat dihemat. Ruang bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan
untuk hal yang lain. Lama rawat juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa
lebih cepat.
5. Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman
menyusui dan merawat bayinya. Ibu juga segera dapat mengenali perubahan fisik
atau perilaku bayi dan menanyakan pada petugas hal-hal yang di anggap tidak
wajar. Sarana ini dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga.
6. Aspek Medis
Dengan rawat gabung, ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan
banyak petugas sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di samping itu,
kolostrum yang banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan
memberikan daya tahan bagi bayi
Sebagai pedoman penatalaksanaan rawat gabung telah disusun tata kerja sebagai
berikut :
1. Di Poliklinik Kebidanan
f. Membantu ibu – ibu yang mempunyai masalah – masalah dalam hal kesehatan ibu dan
anak sesuai dengan kemampuan.
g. Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktivitas, hambatan dan lain
– lain.
2. Di Kamar Bersalin
a. Bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabug dilakukan perawatan bayi baru lahir
seperti biasa.
b. Kriteria yang diambil sebagai syarat untuk dirawat bersama ibunya adalah:
2. Berat badan lebih dari 2500 gr, kurang dari 4000 gr.
6. Ibu sehat.
c. Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya untuk
meragsang pengeluaran ASI.
d. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan bergabung terutama bagi yang
belum mendapat penyuluhan di poliklinik.
f. Catat pada lembaran pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam berapa bayi
disusukan kepada ibunya.
3. Di Ruangan Perawatan.
a. Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan di samping tempat tidur
ibu.
c. Perawat harus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan –
keadaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga.
f. Bila ASI masih kurang, boleh ditambahkan air putih atau susu foemula dengan sendok.
g. Ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat
payudaranya.
i. Bila bayi sakit atau perlu diobservasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang perawatan
bayi baru lahir.
j. Bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara – cara
merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu
menyusui.
k. Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan untuk memeriksakan
bayinya 2 minggu kemudian.
l. Status P3 – ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow – up.
4. Di Ruang FOLLOW - UP
4. Memberi nasihat mengeni makanan bayi, cara menyusukan bayi dan makanan ibu
yang menyusukan.
Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah dimana ibu mampu menyusui dan
bayi mampu untuk menyusu. Kemampuan ibu untuk menyusui dimulai dengan
keinginan atau kesediaan yang berupa motivasi ibu sendiri untuk menyusui. Di
sinilah pentingnya motivasi diberikan sejak awal kehamilan. Keadaan ibu yang sehat
selalu memungkinkan ibu untuk menyusui.
1. Pihak Ibu
Pasien penyakit jantung kelas II dianjurkan untuk sementara tidak menyusui sampai
keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan
menyusui. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati.
Keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit
biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga sementara ibu belum sadar
betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi.
Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkolosis paru yang aktif dan
terbuka merupakan kontra indikasi mutlak . Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk
dan tidak akan mampu menyusui. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi
apakah dibenarkan menyusui atau tidak
d. Karsinoma payudara.
Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASInya keluar
karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-
sel karsinoma yang terminum si bayi.
e. Psikosis.
Tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila mendeerita psikosis. Meskipun pada
dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis
membuat cedera pada bayi.
2. Pihak Bayi
a. Bayi kejang.
Kejang-kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan
untuk menyusui. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusui.
Keadaan bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.
b. Bayi yang sakit berat bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau peyakit lain
yang memerlukan perawatan intensif tentu tidak meyusu dan dirawat gabung.
Selama observasi rawat gabung tidak dapat dilaksanakan. Setelah keadaan membaik
tentu dapat dirawat gabung. Ini yang disebut rawat gabung tidak langsung.
Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLSR belum baik sehingga tidak mungkin
menyusu dan di rawat gabung.
e. Cacat bawaan.
Diperlukan persiapan mental ibu untuk menerima keadaan bayinya yang cacat. Cacat
bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat
ringan seperti labiaskizis, palatoskizis bahkan labiognatopalatoskizis masih
memungkinkan utuk meyusui.
1. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih takut menerima
rawat gabung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencegahan infeksi pada asuhan neonatal, bayi, balita, dan anak prasekolah untuk
meminimalkan risiko penyebaran penyakit yang berbahaya seperti hepatitis B dll.
Rawat gabung ialah suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam satu
unit. Bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai
pulang. Di lingkungan rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu
ruangan ( rawat gabung ) difungsikan kembali.
3.2 Saran
Mungkin hanya ini yang bisa penulis sampaikan dalam makalah yang singkat ini,
pasti dalam penyampaian dan penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan-
kesalahan, semua itu tidak lain karena keterbatasan penulis, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran serta mohon ralat yang bersifat membangun demi
bertambahnya pengetahuan bagi penulis sendiri dan umumnya kepada kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
1. kesehatan.kompasiana.com/.../konsep-asuhan-neonatus-bayi-dan-anak-b.
2. Asuhan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO, 2001
3. suratbidanku.blogspot.com/2009/12/rawat-gabung-rooming-in.html