Sistem Rujukan Pada Kondisi Kasus Keh Pe
Sistem Rujukan Pada Kondisi Kasus Keh Pe
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kebidanan “Sistem
Rujukan pada Kondisi Kasus-Kasus Kehamilan, Persalinan, Nifas dengan
Komplikasi dan BBL dengan HIV Positif” dengan baik. Makalah ini, dapat
diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. M. Madhan Anis, S.KepNs, selaku ketua STIKES Muhamadiyah
Gombong, yang telah memberi kami kesempatan untuk belajar dan
mendapatkan pengetahuan di sekolah ini.
2. Hastin Ika Indriyastuti, S.SiT. MPH, selaku ketua pogram studi DIII
Kebidanan yang memberikan pembelajaran tentang kebidanan.
3. Tim Patologi Kebidanan, selaku dosen pembimbing yang telah memandu
kami dalam penulisan makalah ini.
4. Serta semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun makalah yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun
penulisannya. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
sebagai sumbangan pemikiran kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di
Stikes Muhammadiyah Gombong maupun lingkungan masyarakat.
Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rujukan
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke
unit yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian
ke bagian lain dalam satu unit) (Muchtar, 1977).
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara)
untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan
mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri
atas kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud
dalam bentuk bukti. Nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan
adalah tempat materi tersebut ditemukan (Wikipedia).
C. Kegiatan Rujukan
1. Rujukan dan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan ini antara lain berupa :
a. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit
yang lebih lengkap.
b. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas
c. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-
kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan
spesialis.
d. Pengiriman bahan laboratorium
2. Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara lain :
a. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita,
diskusi kasus, dan demonstrasi.
b. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah sakit yang
lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan dan
keterampilan.
3. Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara lain berupa :
a. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan
advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
b. Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis.
(Muchtar, 1977)
Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami
akan selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk
kemungkinan rujukan setiap ibu hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi
penyulit sering kali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga
keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa klien.
Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan membuat rencana rujukan bersama
suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan.
Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :
a. Siapa yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir.
b. Tempat –tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga. (Jika
ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan
yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan.
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya. Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik
siang maupun malam.
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan.
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan
bahan-bahan.
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu
tidak di rumah.
DJJ ireguler dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah
beberapa waktu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini
menunjukkan adanya hipoksida.
DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukkan adanya
gawat janin dan DJJ cepat (lebih dari 180 per menit) yang disertai takhikardi ibu
bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung
ibu normal, denyut jantung janin yang cepat sebaliknya dianggap sebagai tanda
gawat janin.
4. Alasan Merujuk
Alasan merujuk pasien dengan DJJ kurang dari 100 atau lebih dan 180
x/menit, yaitu:
a. Terhadap Janin
b. Beresiko akan menimbulkan kematian
c. Janin Terhadap Ibu
d. Beresiko akan menimbulkan
Apabila rumah sakit tujuan penuh dan tidak memiliki ruang, maka dokter harus
mencarikan rumah sakit alternatif lain yang mampu menangani kasus tersebut,
tanpa memandang jaminan kesehatan yang digunakan.
Lengan
• Periksa nadi dan tekanan darah
• Pasang akses intravena/infus
Kepala • Ambil darah untuk pemeriksaan
• Cek kesadaran laboratorium (terutama hematologi
• Pastikan jalan napas bebas rutin), golongan darah dan uji
• Cek pernapasan dan beri O2 pencocokan silang
• Lakukan pencatatan urutan • Lakukan resusitasi cairan
kejadian/kronologi • Berikan obat-obat uterotonika
Uterus
Mulai dari sini! Panggil bantuan!
• Masase uterus
• Lahirkan plasenta dengan lengkap
• Koordinasi dengan penolong lain pada
posisi “kepala” dan “lengan”
• Kosongkan kandung kemih
• Jika atonia uteri, lakukan kompresi
bimanual
• Tentukan penyebab perdarahan
• Rujuk bila perdarahan berlanjut
D. Contoh Salah Satu Kasus dalam Rujukan Kasus Bayi Lahir dari Ibu dengan
HIV
1. Manajemen Umum
a. Hormati kerahasiaan ibu dan keluarga
b. Bila mampu melakukan konseling dan pernah mendapatkan pelatihan,
lakukan konseling pada keluarga
c. Perawatan bayi seperti bayi yang lain dan berikan perhatian khusus
pada pencegahan infeksi
d. Imunisasi sesuai dengan pedoman imunisasi pada anak yang lahir dari
ibu dengan HIV positif. Sebelum menunjukkan gejala berikan semua
imunisasi yang diperlukan termasuk BCG. Apabila sudah
menunjukkan gejala infeksi HIV, jangan berikan vaksin BCG.
e. Beri dukungan mental
2. Terapi Anti Retroviral
Pastikan ibu dan bayi mendapatkan obat seperti yang telah ditentukan
oleh dokter.
3. Pemberian Nutrisi
Lakukan konseling pada ibu tentang pemilihan pemberian nutrisi pada
bayinya. Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling sehubungan
dengan keputusannya untuk menggunakan susu formula ataupun ASI
eksklusif :
a. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Risiko penularan HIV
melalui ASI sekitar 15-20 %, risiko penularan HIV diperbesar dengan
adanya lecet pada payudara ibu dengan HIV (menjadi 65 %).
b. Apabila ibu memilih untuk memberikan ASI, dianjurkan untuk ASI
Eksklusif selama 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi diberi susu formula,
dan ASI dihentikan. Ibu perlu diberi informasi mengenai manajemen
laktasi (cara menyusui yang baik dan benar).
c. Sangat tidak dianjurkan untuk menyusui campur (mixed feeding)
karena akan meningkatkan kemungkinan bayi terinfeksi HIV. Bila
menyusui campur, perlindungan ASI terhadap bayi dari penyakit
infeksi menjadi tidak maksimal, sementara virus HIV ditransmisikan
melalui ASI ditambah dengan kemungkinan infeksi lain yang dibawa
oleh susu formula. Bila ASI saja, perlindungan akan optimal untuk
infeksi yang dibawa oleh ASI. Bila susu formula saja, bayi tidak
memiliki risiko menerima infeksi yang dibawa oleh ASI.
4. Persyaratan AFASS (Acceptable = mudah diterima, Feasible = mudah
dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable = berkelanjutan,
Safe = aman penggunaannya) harus dipenuhi apabila ibu ingin memilih
memberikan Susu Formula Eksklusif.
a. Dapat dijamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik di tingkat
keluarga dan masyarakat
b. Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan susu formula
dalam jumlah yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang yang
optimal
c. Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu menyediakan susu formula
secara bersih dan cukup sering sehingga aman dan risikonya rendah
untuk terjadi diare dan malnutrisi
d. Ibu atau pengasuh bayi yang lain mampu memberikan susu formula
secara eksklusif sampai 6 bulan
e. Keluarga mendukung
f. Ibu atau pengasuh bayi yang lain dapat mengakses pelayanan
kesehatan anak yang komprehensif.
g. Apabila persyaratan AFASS terpenuhi sebelum 6 bulan, bagi ibu yang
memberikan ASI dapat memilih antara meneruskan ASI eksklusif
sampai 6 bulan atau beralih ke Susu Formula Eksklusif.
h. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran (mixed
feeding) untuk bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan dengan
susu formula dan makanan minuman lainnya (lihat butir ke-4 diatas).
i. Apapun pilihan ibu tentang pemberian makanan bayi, perlu diberikan
dukungan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam
Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif)
dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem
rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah
suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu
kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun
horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan berguna dan bermanfaat adapun makalah
lain yang mendukung dan melengkapi makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di
Tingkat Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI
Trisnantoro, L. (2011). Strategi Luar Biasa Untuk menurunkan Kematian Ibu dan Bayi.
Editorial Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol. 14 Edisi Desember 2011
Tisnantoro, L. & Zaenab, S.N. (2013). Penggunaan Data Kematian “Absolut” untuk
Memicu Penurunan kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten/Kota. Diakses di
www.kesehatan-ibuanak.net (Maret 2015)