Kel 8 Konsep Depresi Dan Rehabilitasi
Kel 8 Konsep Depresi Dan Rehabilitasi
KEPERAWATAN JIWA
KONSEP DEPRESI DAN TERAPI REHABILITASI
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya
sehingga makalah Keperawatan Jiwa Dengan Judul Konsep Depresi Dan Terapi
Rehabilitasi ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.
Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa untuk terselesaikannya
makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman, dosen
dan para pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang dilatarbelakangi oleh
berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap individu. Beberapa dekade
terakhir, makin banyak pasien yang mencari pertolongan medis dengan harapan dapat
menghilangkan keluhan-keluhan fisiknya, sementara dokter yang menanganinya tidak
menemukan penyebab organiknya.
Depresi juga dapat terjadi pada semua usia termasuk remaja. Setidaknya sekitar
350 juta orang di dunia mengalami depresi dalam hidupnya, di antaranya hanya 17%
pasien yang memeriksakan dirinya ke psikiater (World Health Organization, 2012),
sementara masih sangat banyak penderita depresi yang tidak tertangani akibat
kurangnya kesadaran akan hal ini (Hawari, 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar juga
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 11,6% populasi orang dewasa di
Indonesia mengalami gangguan mental emosional seperti kecemasan dan depresi
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
tentang “Konsep Depresi dan Asuhan Keperawatan Klien Depresi ‘’
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah memperoleh gambaran
secara teoritis tentang Konsep Depresi
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Depresi
Menurut Pengertian Lain Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit depresi
lebih dari sekadar kesedihan atau duka cita. Depresi adalah kesedihan atau duka cita
yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama.
2.1.2 Penyebab Depresi
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar
dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya
perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon adenalin yang memegang
peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh, tampaknya berkurang
pada mereka yang mengalami depresi.
3. Faktor usia
4. Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari pada pria.
Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih sering
mengakui adanya depresi dari pada pria. Bagaimanapun, tekanan yang terjadi pada
wanita bisa menyebabkan depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak
kecil lebih jarang ditemui pada pria dari pada wanita. Ada juga perubahan hormonal
dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga
menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi pemicu
penyakit depresi
5. Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit
misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya
tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan
tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa
orang yang mengalami depresi, Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi
berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung.
Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, pengawet
dan pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.
6. Penyakit fisik
7. Obat-obatan
8. Obat-obatan terlarang
9. Kepribadian
Faktor Psikososial adalah faktor yang berasal dari hubungan seseorang dengan
orang lain. Menurut para ahli, psikososial memiliki porsi yang paling besar dalam
mempengaruhi mood seseorang dan faktor penyebab depresi terbesar. Misalnya,
hubungan orang tua dan anak, hubungan percintaan, hubungan seseorang dengan rekan
kerja, dan lainnya.
Selain Faktor diatas, Penyebab depresi terbagi menjadi beberapa aspek menurut
Beck yaitu :
Meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan
keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita
tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung
jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.
Ada berbagai jenis depresi yang dapat diidap oleh seseorang. Diantaranya
adalah:
1. Major depression
Depresi jenis ini bisa bertahan hingga jangka waktu 6 bulan. Jika seseorang
mengalami ini, maka ia akan rentan mengalami disorder yang bisa berarti
gangguan fungsi sosial sepenuhnya.
2. Atypical depression
Depresi jenis ini tak selamanya sedih. Jika ada berita gembira, perasaannya
akan jadi lebih baik. Ciri khusus depresi jenis ini adalah terlalu banyak
makan, kenaikan berat badan yang tak terkontrol, terlalu banyak tidur, punya
ketakutan berlebih terhadap kemungkinan adanya penolakan, dan secara fisik
merasakan lengan dan bahu yang makin memberat.
3. Dysthymia
Depresi ini mirip dengan major depression namun dengan jangka waktu
depresi yang lebih dari 2 tahun. Karena merasa sedih sepanjang waktu, maka
orang dengan dysthymia mulai menganggap bahwa kesedihan adalah bagian
dari dirinya dan ia tak pantas bahagia.
1. Gejala Fisik
a) Kelakuan yang aneh pada waktu tidur
b) Kelesuan – apatis – omong kosong
c) Hilangnya nafsu makan
d) Kehilangan nafsu seks
e) Penyakit-penyakit fisik yang ringan
2. Gejala Psikis
a) Kehilangan rasa percaya diri
Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu
dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Mereka senang sekali
membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Misalnya Orang lain
dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya.
b) Sensitif
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu
dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, mereka mudah tersinggung,
mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih,
murung, lebih suka menyendiri.
d) Perasaan bersalah
Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu
hukuman atau akibat dari kegagalan
e) Perasaan terbebani
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang
dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani
tanggung jawab yang berat
3. Gejala Sosial
Perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa
tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak
mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan
lingkungan sekalipun ada kesempatan.
2.1.5 Ciri - Ciri Penderita Depresi
Ciri-ciri penderita depresi adalah sebagai berikut:
Coping Maladaftif
Penyebab
2.1.7 Langkah-Langkah Mencegah Depresi
1. Rutin mengikuti ceramah kerohanian/ ceramah agama.
2. Berfikir dan bertindak positif atas segala sesuatu.
3. Terbuka dan jangan memendam masalah
4. Sharing dan berbagi persoalan pada orang yang dipercaya
5. Olah raga lah secara rutin.
6. Sering melakukan aktifitas outdoor dan terkena sinar matahari.
7. Tidur cukup (+- 6 jam) dan teratur.
8. Bersosialita (Berinteraksi dengan orang lain).
9. Makan dan minum yang cukup serta bermanfaat bagi tubuh
10. Membatasi pergaulan terutama orang yang membawa pengaruh buruk.
11. Melakukan pengobatan terhadap penyakit kronis yang berisiko
menimbulkan depresi.
12. Mengunjungi psikiater jika mulai merasa khawatir terhadap perasaan sedih
yang berkepanjangan.
Depresi akan lebih mudah disembuhkan jika terdeteksi secara dini dan segera
ditangani. Penanganan terhadap depresi mencakup psikoterapi, obat-obatan, atau terapi
kejut listrik. Metode pengobatan yang diberikan akan dipilih berdasarkan kondisi
pasien.
1. Psikoterapi
Psikiater akan melakukan psikoterapi membantu penderita dalam mengatasi
aspek, sebagai berikut:
a. Sudut pandang negatif terhadap situasi yang dialami
b. Pengalaman yang membuat tertekan
c. Komunikasi dan hubungan dengan orang lain
d. Emosi
3. Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Tujuan terapi terhadap keluarga
pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah
dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan
pasien.
Jika pemberian obat belum dapat meredakan gejala depresi, maka terapi kejut
listrik atau electroconvulsive therapy (ECT) bisa menjadi pilihan penanganan
selanjutnya. Dalam ECT, gelombang listrik akan dialirkan ke tubuh untuk memengaruhi
kerja otak, sehingga gejala depresi mereda. ECT juga dapat dilakukan pada pasien yang
berisiko tinggi untuk bunuh diri..
Penderita depresi yang parah perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk
memantau dan melindungi penderita hingga suasana hatinya berubah menjadi lebih
baik.
2.1.9 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Depresi
1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas
hidup sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara
sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atauapatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja
atau yang sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah
menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.
3. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Klien Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada,
anoreksia, sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan
hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk
dengan sikap yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis.
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai
daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang
pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable)
dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang
dan keterbelakangan psikomotor.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan alam perasaan: Depresi
b. Resiko Bunuh Diri atau Mencederai diri
c. Gangguan pola tidur
No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi
mengatasi keputusasaannya. pada Klien
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya
individu diri
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuhkan
harapan (misal: hubungan antar sesama, semangat hidup
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber Klien tidak merasa
ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim sendiri
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,
agama yang dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, Meningkatkan nilai
pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, spiritual Klien
kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: Untuk menangani
konseling pemuka agama). klien secara cepat dan
tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat
frekuensi, efek dan efek samping minum menggunakan obat
obat). dengan benar dan tepat
Untuk memberi
pemahaman kepada
Klien tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat
benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). memaksimalkan fungsi
obat secara efektif
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah
samping yang dirasakan. pengetahuan Klien
tentang efek-efek
samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila menggunakan Klien merasa dirinya
obat dengan benar. lebih berharga
No Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide Menggali ide dalam
bunuh diri pikiran klien tentang
bunuh diri
No Intervensi Rasional
1 Bersama klien mengidentifikasi gangguan Untuk mengetahui apa
pola tidur saja penyebab
gangguan pola tidur
pada pasien
2 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi Mempermudah pasien
kebutuhan tidur (Minum air hangat atau susu untuk memperoleh
hangat sebelum tidur, hindarkan minum yang kebutuhan tidur yang
mengandung kafein dan coca cola, baik
dengarkan musik yang lembut sebelum
tidur)
3 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang Cara-cara yang sesuai
sesuai dengan kebutuhannya dapat mempermudah
pasien
4 Berikan lingkungan yang nyaman untuk Agar pasien dapat
meningkatkan tidur. kualitas tidur yang baik
Setelah dua bulan rutin konseling dan pengobatan di puskesmas Bengkalis, Kini
kondisi pasien semakin membaik. Pasien lebih kooperatif, saat di wawancara pasien
mampu mempertahankan kontak mata, pasien tampak lebih rileks, sehingga obat yang
di ambil dosisnya mulai diturunkan oleh dokter sesuai dengan kondisi pasien.
2.2 Terapi Rehabilitasi Pasien Dengan Gangguan Jiwa
Menurut WHO 1882 rehabilitasi adalah suatu proses kompleks yang meliputi
berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, edukasional, dan
vokasional yang terpadu untuk mempersiapkan, menyalurkan atau menempatkan dan
membina seseorang agar dapat kembali mencapai taraf kemampuan fungsional setinggi
mungkin.
1. Tahap persiapan
a) Orientasi.
Selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari bimbingan
seorang yang professional. Perawat menolong klien untuk mengenali dan
memahami masalahnya dan menentukan apa yang diperlukannya.
b) Identifikasi
Perawat mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta membantu
klien seiring penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman dan
memberi orientasi positif akan perasaan dan kepribadiannya serta
memberi kebutuhan yang diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan
Perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien menerima secara
penuh nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan (
Relationship ) Tujuan baru yang akan dicapai melalui usaha personal dapat
diproyeksikan, dipindah dari perawat ke klien ketika klien menunda rasa
puasnya untuk mencapai bentuk baru dari apa yang dirumuskan .
3. Tahap pengawasan
Tahap pengawasan perawat melakukan resolusi. Tujuan baru dimunculkan dan
secara bertahap tujuan lama dihilangkan. Ini adalah proses dimana klien
membebaskan dirinnya dari ketergantungan terhadap orang lain
2.2.4 Jenis Kegiatan Rehabilitasi
1. Orientation
Orientaton adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap
realita yang lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahaman klien terhadap waktu, tempat atau maksud/tujuan, sedangkan
kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi dan aktiftas pada semua klien.
2. Assertion
Assertion yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat.
hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam
mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima
masyarakat melalui kelompok pelatihan asertif, kelompok klient dengan
kemampuan fungsional yang rendah atau kelompok interaksi Klien.
3. Accuption
Accuption adalah kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan aktifitas klien dalam bentuk kegiatan sederhana
seperti teka-teki ( sebagai aktivitasyang bertujuan ) mengembangkan
keterampilan fisik seperti menyulam, membuat bunga, melukis dan
meningkatkan manfaat interaksi sosial.
4. Recreation
Recreation adalah kemampuan menggunakan dan membuat aktiftas yang
menyenangkan dan relaksasi. hal ini memberi kesempatan pada klien untuk
mengikuti bermacam reaksi dan membantu klien menerapkan keterampilan
yang telah ia pelajari seperti : orientasi asertif, interaksi sosial, ketangkasan
fisik contoh aktifitas relaksasi seperti permainan kartu, menebak kata
dan jalan- jalan, memelihara binatang, memelihara tanaman, sosio-drama,
bermain musik dan lain-lain.
2.2.5 Tim Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi
Dalam rehabilitasi gangguan jiwa tenaga perawat sebagai anggota tim kesehatan
dalam menjalankan peran dan fungsinya bersifat mandiri, kolaboratif dan atau saling
tergantung dengan anggota tim kesehatan lain, untuk dapat berperan secara aktif dalam
memenuhi memberikan pelayanan kesehatan
a. Pengertian peran
Peran perawat : merupakan tingkah laku yang diharapkan baik oleh individu,
keluarga maupun masyarakat terhadap perawat sesuai kedudukannya dalam
sistem pelayanan kesehatan ( Kusnanto, 2005 )
b. Peran perawat pada rehabilitasi
1. Pada tahap persiapan
Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa
Hal yang pertama terjadi ketika perawat dan klien bertemu mereka belum saling
mengetahui maka klien diperlakukan secara biasanya. Klien akan memerlukan dan
mencari bimbingan seorang yang professional. Perawat menolong klien untuk
mengenali dan memahami masalahnya dan menentukan apa yang diperlukannya.
b) Peran pendidik
Merupakan kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang klien
tidak ketahui dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya dalam menerima dan
menggunakan informasi. Perawat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang spesifik meliputi segala hal tentang rehabilitasi yang dijalani oleh klien dan
menginterpretasikan kepada klien dan keluarga bagaimana cara perawatan klien dan
minatnya dalam menerima dan menggunakan informasi meliputi segala hal tentang
rehabilitasi yang dijalani oleh klien
d) Peran pelaksana
Melakukan dokumentasi dengan menerapkan prinsip dokumen
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang dan
kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada penghalang yang tampak
atau timbul tanpa alasan yang jelas.
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, gejala
psikis, dan gejala sosial yang khas. Orang yang mudah sekali mengalami depresi
biasanya memiliki beberapa kepribadian tertentu.
Penderita depresi memiliki ciri kepribadian yang berbeda dengan orang normal.
Hal ini merupakan pengaruh pikiran dari orang yang mengalami depresi tersebut
terhadap situasi sulit yang sedang dialaminya
3.2 Saran
http://artikelkesmas.blogspot.com/2013/01/makalah-psikologi-kesehatan-depresi.html
Gunarsa, Singgih D. & Gunarsa, Ny. Y Singgih. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia ( hal 89)
Maramis. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
(hal 94, 131,339, 385)
Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia (hal 191)
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC (hal 70, 149)
Sadock, Benjamin J.. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC (hal 189, 630)
http://tokoh-ilmuwan-penemu.blogspot.com/2010/03/tokoh-psikologi-edward-
leethorndike.html.