Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
KONSEP DEPRESI DAN TERAPI REHABILITASI

Dosen : Isna Ovari, S.Kp.M.Kep


Disusun Oleh : Kelompok 8
1. Berliana Fransiska NIM 18910108
2. Depi Nofianti NIM 18010109
3. Dian Puspita Sari Dewi NIM 18010111
4. Marini Sartika NIM 18010123
5. Marisa NIM 18010124
6. Norma Yuliastuti NIM 18010130

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya
sehingga makalah Keperawatan Jiwa Dengan Judul Konsep Depresi Dan Terapi
Rehabilitasi ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa untuk terselesaikannya
makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman, dosen
dan para pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah ini

Demikian sedikit kata dari Penulis, semoga makalah ini bermanfaat.

Bengkalis, 20 Juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................... 3
2.1 Depresi................................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Depresi ................................................................... 3
2.1.2 Penyebab Depresi ..................................................................... 4
2.1.3 Jenis-Jenis Depresi ................................................................... 8
2.1.4 Gejala Depresi .......................................................................... 9
2.1.5 Ciri-Ciri Penderita Depresi ....................................................... 11
2.1.6 Pohon Masalah ......................................................................... 11
2.1.7 Langkah-Langkah Mencegah Depresi...................................... 12
2.1.8 Penatalaksanaan Depresi .......................................................... 12
2.1.9 Asuhan Keperawatan Klien Depresi ........................................ 15
- Contoh Kasus Klien Depresi ................................................. 24
2.2 Terapi Rehabilitasi Pasien Dengan Gangguan Jiwa .......................... 25
2.2.1 Pengertian Rehabilitasi ............................................................. 25
2.2.2 Rehabilitasi Gangguan Jiwa ..................................................... 25
2.2.3 Tahapan Rehabilitasi ................................................................ 26
2.2.4 Jenis Kegiatan Rehabilitasi ...................................................... 27
2.2.5 Tim Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi ....................................... 28
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 30
3,1 Kesimpulan ......................................................................................... 30
3.2 Saran ................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32
LAMPIRAN ................................................................................................... 33
Jurnal Nasional ................................................................................................. 33
Jurnal Internasional........................................................................................... 34
Dokumentasi ..................................................................................................... 35
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang dilatarbelakangi oleh
berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap individu. Beberapa dekade
terakhir, makin banyak pasien yang mencari pertolongan medis dengan harapan dapat
menghilangkan keluhan-keluhan fisiknya, sementara dokter yang menanganinya tidak
menemukan penyebab organiknya.

Depresi juga dapat terjadi pada semua usia termasuk remaja. Setidaknya sekitar
350 juta orang di dunia mengalami depresi dalam hidupnya, di antaranya hanya 17%
pasien yang memeriksakan dirinya ke psikiater (World Health Organization, 2012),
sementara masih sangat banyak penderita depresi yang tidak tertangani akibat
kurangnya kesadaran akan hal ini (Hawari, 2011). Hasil Riset Kesehatan Dasar juga
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 terdapat 11,6% populasi orang dewasa di
Indonesia mengalami gangguan mental emosional seperti kecemasan dan depresi

Gangguan depresi ini dapat menimbulkan penderitaan yang berat. Depresi


menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat. Biaya pengobatannya sangat besar dan
bila tidak diobati dapat terjadi hal yang sangat buruk karena dapat menimbulkan
gangguan serius dalam fungsi sosial, kualitas hidup penderita, hingga kematian karena
bunuh diri.

Davison, Neale & Kring, (2012) menyebutkan depresi merupakan kondisi


emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang teramat sangat, perasaan tidak
berarti dan bersalah; menarik diri dari orang lain; tidak dapat tidur, kehilangan selera
makan dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Seligman
(2008) mengatakan bahwa depresi terjadi karena meluasnya perasaan tidak berdaya,
yang disebabkan karena meningkatnya penekanan pada diri sendiri, kemandirian, dan
individualisme, serta menurunnya penekanan pada hubungan dengan orang lain,
keluarga, dan agama.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut
tentang “Konsep Depresi dan Asuhan Keperawatan Klien Depresi ‘’

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Pemahaman Secara Teoritis Tentang Konsep Depresi, mulai dari


Pengertian, Penyebab Depresi, Jenis-jenis Depresi, Gejala, Bagaimanakah Ciri-Ciri
Penderita Depresi, Pencegahan Depresi, Penatalaksanaan Depresi, Dan Asuhan
Keperawatan Klien Depresi.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah memperoleh gambaran
secara teoritis tentang Konsep Depresi

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menguasai konsep Depresi


b. Mampu memahami dan mengerti konsep Depresi Dan Asuhan
Keperawatan Klien Depresi
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Depresi

2.1.1 Pengertian Depresi


Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada
umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan
kehilangan harapan.( Rice PL:1992 )

Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai


perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju
kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit
saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan
gejala (sindroma) ( Kusmanto : 1981 )

Depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan)


yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam,
penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia
disebut melankholi. ( Kartono:2002 )

Menurut Pengertian Lain Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit depresi
lebih dari sekadar kesedihan atau duka cita. Depresi adalah kesedihan atau duka cita
yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama.
2.1.2 Penyebab Depresi

1. Faktor Gen atau Keturunan


Jika didalam Keluarga diketahui ada yang menderita depresi berat memiliki
resiko lebih besar menderita gangguan depresi dari pada masyarakat pada umumnya.
Gen berpengaruh dalam terjadinya depresi misalnya mood, tetapi ada banyak gen di
dalam tubuh kita dan tidak ada seorang pun peneliti yang mengetahui secara pasti
bagaimana gen bekerja. Dan tidak ada bukti langsung bahwa ada penyakit depresi yang
disebabkan oleh faktor keturunan

2. Susunan kimia otak dan tubuh

Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar
dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya
perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon adenalin yang memegang
peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh, tampaknya berkurang
pada mereka yang mengalami depresi.

3. Faktor usia

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja


dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia
tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan
dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah
atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan. Survei masyarakat terakhir
melaporkan adanya prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia
dewasa muda yaitu 18-44 tahun.

4. Gender

Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi dari pada pria.
Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih sering
mengakui adanya depresi dari pada pria. Bagaimanapun, tekanan yang terjadi pada
wanita bisa menyebabkan depresi. Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak
kecil lebih jarang ditemui pada pria dari pada wanita. Ada juga perubahan hormonal
dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga
menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi pemicu
penyakit depresi

5. Gaya hidup

Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit
misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya
tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan
tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa
orang yang mengalami depresi, Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi
berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung.
Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, pengawet
dan pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.

6. Penyakit fisik

Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi. Perasaan terkejut karena mengetahui


memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan
penghargaan diri, juga depresi. Alasan terjadinya depresi cukup kompleks. Misalnya,
depresi sering terjadi setelah serangan jantung, mungkin karena seseorang merasa
mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat menyebabkan kematian atau karena
mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak berdaya. Pada individu lanjut usia, penyakit
fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi

7. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun


bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan pengobatan dapat
lebih berbahaya daripada depresi. Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV
dapat menyebabkan atau memburukkan depresi, terutama efavirenz.

8. Obat-obatan terlarang

Marijuana/Ganja, Heroin/ Putauw, Kokain, Ekstasi dan Sabu-sabu

9. Kepribadian

Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi


yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu yang lebih
negative, pesimis, labil yang merupakan tipe kepribadian

10. Faktor Psikososial

Faktor Psikososial adalah faktor yang berasal dari hubungan seseorang dengan
orang lain. Menurut para ahli, psikososial memiliki porsi yang paling besar dalam
mempengaruhi mood seseorang dan faktor penyebab depresi terbesar. Misalnya,
hubungan orang tua dan anak, hubungan percintaan, hubungan seseorang dengan rekan
kerja, dan lainnya.

Selain Faktor diatas, Penyebab depresi terbagi menjadi beberapa aspek menurut
Beck yaitu :

1) Aspek Yang Dimanifestasikan Secara Emosional


a. Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood);
Perasaan ini menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami
individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang
terus – menerus
b. Perasaan negatif terhadap diri sendiri ;
Perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas,
hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.
c. Hilangnya rasa puas ;
Maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat
terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial,
seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
d. Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan
dengan orang lain ;
Keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini
dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa
keterlibatan emosi terhadap orang lain.
e. Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ;
Gejala ini banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan
mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat bercucuran air
mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat menangis.
f. Hilangnya respon terhadap humor ;
Dalam hal ini penderita tidak kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon,
namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon humor
tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas
apabila mendengar lelucon

2) Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif


a. Rendahnya evaluasi diri ;
Hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya. Biasanya mereka
menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan
prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan sumber
keuangannya.
b. Citra tubuh yang terdistorsi ;
Hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak
menarik.
c. Harapan yang negatif ;
Penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha terapi yang
dilakukan
d. Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ;
Hal ini muncul dalam bentuk anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab
segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya.
e. Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ;
Ini merupakan karakteristik depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain
ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil keputusan, memilih
alternatif yang ada, dan mengubah keputusan.

3) Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional

Meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan
keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita
tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung
jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.

4) Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik

Meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan


kelelahan yang sangat. Individu mengalami depresi jika individu mengalami
gajala-gejala rasa, seperti sedih, pesimis, membenci diri sendiri, kehilangan
energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu juga
kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan
selalu ingin menghindari orang lain

2.1.3 Jenis - Jenis Depresi

Ada berbagai jenis depresi yang dapat diidap oleh seseorang. Diantaranya
adalah:

1. Major depression
Depresi jenis ini bisa bertahan hingga jangka waktu 6 bulan. Jika seseorang
mengalami ini, maka ia akan rentan mengalami disorder yang bisa berarti
gangguan fungsi sosial sepenuhnya.
2. Atypical depression
Depresi jenis ini tak selamanya sedih. Jika ada berita gembira, perasaannya
akan jadi lebih baik. Ciri khusus depresi jenis ini adalah terlalu banyak
makan, kenaikan berat badan yang tak terkontrol, terlalu banyak tidur, punya
ketakutan berlebih terhadap kemungkinan adanya penolakan, dan secara fisik
merasakan lengan dan bahu yang makin memberat.

3. Dysthymia
Depresi ini mirip dengan major depression namun dengan jangka waktu
depresi yang lebih dari 2 tahun. Karena merasa sedih sepanjang waktu, maka
orang dengan dysthymia mulai menganggap bahwa kesedihan adalah bagian
dari dirinya dan ia tak pantas bahagia.

4. Gangguan depresi musiman atau Seasonal affective disorder (SAD)


Depresi ini biasa ditemukan pada seseorang di musim dingin. Perasaan hati
dan kondisi fisik makin memburuk seiring dengan pendeknya hari dan
bertambah dinginnya cuaca. Orang dengan SAD akan berubah mood ketika
musim berganti.

2.1.4 Gejala Depresi

1. Gejala Fisik
a) Kelakuan yang aneh pada waktu tidur
b) Kelesuan – apatis – omong kosong
c) Hilangnya nafsu makan
d) Kehilangan nafsu seks
e) Penyakit-penyakit fisik yang ringan

2. Gejala Psikis
a) Kehilangan rasa percaya diri
Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu
dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Mereka senang sekali
membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Misalnya Orang lain
dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya.

b) Sensitif
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu
dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, mereka mudah tersinggung,
mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih,
murung, lebih suka menyendiri.

c) Merasa diri tidak berguna


Perasaan ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal
terutama di bidang atau lingkungan yang mereka kuasai.

d) Perasaan bersalah
Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu
hukuman atau akibat dari kegagalan

e) Perasaan terbebani
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang
dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani
tanggung jawab yang berat

3. Gejala Sosial
Perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa
tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak
mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan
lingkungan sekalipun ada kesempatan.
2.1.5 Ciri - Ciri Penderita Depresi
Ciri-ciri penderita depresi adalah sebagai berikut:

1. Mood dalam keadaan tertekan, berbeban berat, merasa sedih yang


berkepanjangan, dan adanya perasaan kosong atau hampa.
2. Minat untuk melakukan aktivitas menjadi kurang dan tidak ada semangat
dalam melakukan apapun. Padahal biasanya minat beraktivitas sangat tinggi
dan bersemangat.
3. Berat badan bertambah atau menurun sebanyak 5% dari berat badan semula
(normal).
4. Pola tidur berubah. Bisa juga menderita kesulitan tidur atau insomnia, bahkan
sebaliknya yaitu merasa kebanyakan tidur.
5. Kondisi tubuh jadi cepat merasa lelah dan merasa tidak berenergi.
6. Adanya perasaan menjadi orang yang tak berguna dan tak berharga.
Cenderung untuk meremehkan diri sendiri dan putus asa.
7. Sulit berkonsentrasi dan menjadi lamban dalam berpikir.
8. Muncul keinginan untuk bunuh diri.

2.1.6 Pohon Masalah

Resiko Bunuh Diri atau Mencederai Diri


Akibat

Gangguan Alam Perasaan : Depresi


Core Problem

Coping Maladaftif
Penyebab
2.1.7 Langkah-Langkah Mencegah Depresi
1. Rutin mengikuti ceramah kerohanian/ ceramah agama.
2. Berfikir dan bertindak positif atas segala sesuatu.
3. Terbuka dan jangan memendam masalah
4. Sharing dan berbagi persoalan pada orang yang dipercaya
5. Olah raga lah secara rutin.
6. Sering melakukan aktifitas outdoor dan terkena sinar matahari.
7. Tidur cukup (+- 6 jam) dan teratur.
8. Bersosialita (Berinteraksi dengan orang lain).
9. Makan dan minum yang cukup serta bermanfaat bagi tubuh
10. Membatasi pergaulan terutama orang yang membawa pengaruh buruk.
11. Melakukan pengobatan terhadap penyakit kronis yang berisiko
menimbulkan depresi.
12. Mengunjungi psikiater jika mulai merasa khawatir terhadap perasaan sedih
yang berkepanjangan.

2.1.8 Penatalaksanaan Depresi

Depresi akan lebih mudah disembuhkan jika terdeteksi secara dini dan segera
ditangani. Penanganan terhadap depresi mencakup psikoterapi, obat-obatan, atau terapi
kejut listrik. Metode pengobatan yang diberikan akan dipilih berdasarkan kondisi
pasien.

1. Psikoterapi
Psikiater akan melakukan psikoterapi membantu penderita dalam mengatasi
aspek, sebagai berikut:
a. Sudut pandang negatif terhadap situasi yang dialami
b. Pengalaman yang membuat tertekan
c. Komunikasi dan hubungan dengan orang lain
d. Emosi

Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-


sama dengan pemberian antidepresan.Meskipun mekanisme psikoterapi tidak
sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses
terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu
mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.

2. Terapi kognitif atau CBT ( Cognitive Behavioral Therapy )


Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif
(persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah
pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat
menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus.
Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan
merubah perilaku dan pola pikir.

3. Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Tujuan terapi terhadap keluarga
pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah
dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan
pasien.

4. Penanganan Ansietas (Relaksasi)


Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara
langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk menguasai
teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.
5. Obat AntiDepresan
Di samping psikoterapi, pemberian obat untuk depresi (antidepresan) juga dapat
membantu mengatasi gejala depresi. Antidepresan memperbaiki cara otak
dalam menggunakan zat kimia otak untuk mengendalikan suasana hati. Terdapat
beberapa jenis obat antidepresan untuk mengatasi depresi, yaitu:
 Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), contohnya escitalopram
dan fluoxetine.
 Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), contohnya duloxetine,
dan venlafaxine.
 Tricyclic antidepressant, contohnya amitriptyline.
 Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), contohnya phenelzine dan
isocarboxazid.
Obat antidepresan membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 4 minggu untuk bekerja
dan meredakan gejala yang dirasakan oleh penderita depresi. Konsumsi obat
juga membutuhkan waktu yang lama, yaitu 6 bulan hingga 1 tahun, dan penghentiannya
harus berdasarkan anjuran psikiater. Psikiater akan mengurangi dosisnya
secara bertahap. Bila konsumsi obat dihentikan secara tiba-tiba, gejala depresi akan
muncul kembali.

6. Terapi Kejut Listrik

Jika pemberian obat belum dapat meredakan gejala depresi, maka terapi kejut
listrik atau electroconvulsive therapy (ECT) bisa menjadi pilihan penanganan
selanjutnya. Dalam ECT, gelombang listrik akan dialirkan ke tubuh untuk memengaruhi
kerja otak, sehingga gejala depresi mereda. ECT juga dapat dilakukan pada pasien yang
berisiko tinggi untuk bunuh diri..

Penderita depresi yang parah perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk
memantau dan melindungi penderita hingga suasana hatinya berubah menjadi lebih
baik.
2.1.9 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Depresi

1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas
hidup sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara
sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atauapatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja
atau yang sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah
menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota
keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya
komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran
pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.

2. Mengkaji Klien Dengan Depresi


a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
1) Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat
pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
2) Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk
menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
3) Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4) Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
5) Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas
tersebut.
6) Bersikap empati dengan cara:
a) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan
menunjukkan perhatian
b) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan
menjawab
c) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
d) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada
klien.
b. Mengobservasi keadaan klien dengan Depresi
Dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara
langsung kepada pasien dan keluarganya. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk
tanda-tanda seperti:
1) Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor (kebersihan
diri kurang)
2) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung,
lesu, lemah, komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.

3. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Klien Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada,
anoreksia, sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan
hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.

b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk
dengan sikap yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering
menangis.
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai
daya khayal.

Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang
pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable)
dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang
dan keterbelakangan psikomotor.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan alam perasaan: Depresi
b. Resiko Bunuh Diri atau Mencederai diri
c. Gangguan pola tidur

5. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Gangguan alam perasaan: Depresi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien merasa tidak stres dan depresi.
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat meningkatkan harga diri
2) Klien dapat menggunakan dukungan social
3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi
mengatasi keputusasaannya. pada Klien
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya
individu diri
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuhkan
harapan (misal: hubungan antar sesama, semangat hidup
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber Klien tidak merasa
ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim sendiri
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,
agama yang dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, Meningkatkan nilai
pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, spiritual Klien
kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: Untuk menangani
konseling pemuka agama). klien secara cepat dan
tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat
frekuensi, efek dan efek samping minum menggunakan obat
obat). dengan benar dan tepat
Untuk memberi
pemahaman kepada
Klien tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat
benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). memaksimalkan fungsi
obat secara efektif
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah
samping yang dirasakan. pengetahuan Klien
tentang efek-efek
samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila menggunakan Klien merasa dirinya
obat dengan benar. lebih berharga

b. Resiko Bunuh Diri atau Mencederai Diri


Tujuan:
1) Klien tidak membahayakan dirinya sendiri
2) Pasien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif.
Kriteria hasil:
1) Mampu mengungkapkan ide bunuh diri
2) Mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri
3) Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif

No Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang ide-ide Menggali ide dalam
bunuh diri pikiran klien tentang
bunuh diri

2 Buat kontrak dengan pasien untuk tidak Meminimalkan resiko


melakukan bunuh diri pasien bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan yang Menggali perasaan
menjadi penyebab timbulnya ide bunuh diri pasien tentang
atau mencederai diri penyebab bunuh diri
4 Ajarkan beberapa alternatif cara Membantu pasien
penyelesaian masalah yang konstruktif dalam membentuk
koping adaptif
5 Bantu pasien untuk memilih cara yang Meringankan masalah
paling tepat untuk menyelesaikan masalah pasien
secara konstruktif.
6 Beri pujian terhadap pilihan yang telah Pujian dapat
dibuat pasien dengan tepat. menyenangkan
perasaan pasien

Tindakan pada Keluarga


Tujuannya agar keluarga mampu:
1) Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasie
2) Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri
3) Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang konstruktif
Tindakan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien saat muncul
ide bunuh diri
2) Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada pasien:
a) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan semua benda-benda
yang memiliki potensi untuk membahayakan klien (benda tajam, tali
pengikat, ikat pinggang, dan benda-benda lain yang terbuat dari kaca)
b) Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri
c) Lakukan pengawasan secara terus menerus
d) Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien
e) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien
dalam menyelesaikan masalah
f) Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan koping positif
dalam menyelesaikan masalah
g) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan koping
positif yang telah digunakan oleh klien.

c. Gangguan Pola Tidur


Tujuan:
1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur
2) Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Kriteria Hasil:
1) Klien mampu memahami faktor penyebab gangguan pola tidur.
2) Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi
penyebab tidur tidak adekuat.
3) Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan
terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun).
4) Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

No Intervensi Rasional
1 Bersama klien mengidentifikasi gangguan Untuk mengetahui apa
pola tidur saja penyebab
gangguan pola tidur
pada pasien
2 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi Mempermudah pasien
kebutuhan tidur (Minum air hangat atau susu untuk memperoleh
hangat sebelum tidur, hindarkan minum yang kebutuhan tidur yang
mengandung kafein dan coca cola, baik
dengarkan musik yang lembut sebelum
tidur)
3 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang Cara-cara yang sesuai
sesuai dengan kebutuhannya dapat mempermudah
pasien
4 Berikan lingkungan yang nyaman untuk Agar pasien dapat
meningkatkan tidur. kualitas tidur yang baik

Tindakan untuk Keluarga


Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pola tidur
2) Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur
Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola tidur
pada pasien
2) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk
memfasilitasi agar pasien dapat tidur.
Contoh Kasus Pasien Dengan Depresi :

Tn.R berumur 23 Tahun, Tinggal di desa S. Tn.R datang kepuskesmas dengan


keluhan gelisah, merasa sedih dan tidak berminat untuk berkumpul bersama teman-
teman / keluarga. Saat diwawancara oleh petugas Puskesmas Bengkalis Tn. R tampak
sering tertunduk dan hanya menjawab singkat pertanyaan yang di ajukan oleh perawat.
Setelah di lakukan konseling lebih lanjut terhadap pasien dan keluarga, di dapati bahwa
Klien mengalami perubahan sikap sejak 2 bulan yang lalu. Hal ini berawal ketika Klien
pernah merasa dekat dengaan seorang wanita, dan hubungan keduanya cukup akrab.
Ternyata dari semua sikap yang ditunjukkan oleh wanita tersebut hanya sebaagai teman
biasa. Sementara klien sudah menganggap hubungan keduanya lebih dari sekedar
teman. Semenjak peristiwa tersebut pasien merasa tertekan, merasa kecewa, lebih
banyak berdiam, karena perasaannya terhadap orang yang di cintainya bertepuk sebelah
tangan.

Setelah dua bulan rutin konseling dan pengobatan di puskesmas Bengkalis, Kini
kondisi pasien semakin membaik. Pasien lebih kooperatif, saat di wawancara pasien
mampu mempertahankan kontak mata, pasien tampak lebih rileks, sehingga obat yang
di ambil dosisnya mulai diturunkan oleh dokter sesuai dengan kondisi pasien.
2.2 Terapi Rehabilitasi Pasien Dengan Gangguan Jiwa

2.2.1 Pengertian Rehabilitasi


Menurut L.E. Hinsie dan dan R.J Campbell dalam “Psychiatric Dictionary
Rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan
vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara
maksimal dan untuk mempersiapkan pasien secara fisik, mental, sosial, dan vokasional
untuk kehidupan penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuan kearah :

1. Mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya ;


2. Penempatan vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas
yang maksimal
3. Penyesuaian diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan

Rehabilitasi adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk kembali


pada tingkat fungsi setinggi mungkin. Biasanya bertujuan untuk mengembalikan pada
tingkat fungsi yang sama atau lebih tinggi daripada tingkat fungsi ketika sebelum sakit.
( Stuart dan Sundeen )

Menurut WHO 1882 rehabilitasi adalah suatu proses kompleks yang meliputi
berbagai disiplin dan merupakan gabungan dari usaha medik, sosial, edukasional, dan
vokasional yang terpadu untuk mempersiapkan, menyalurkan atau menempatkan dan
membina seseorang agar dapat kembali mencapai taraf kemampuan fungsional setinggi
mungkin.

2.2.2 Rehabilitasi Gangguan Jiwa

Merupakan segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan vokasional


sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri yang optimal serta
mempersiapkan klien secara fisik, mental, sosial dan vokasional untuk suatu kehidupan
penuh sesuai dengan kemampuannya ( Nasution, 2006 )
Maksud dan tujuan rehabilitasi klien mental dalam psikiatri yaitu mencapai
perbaikan fisik dan mental sebesar besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan
kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial
sehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.

2.2.3 Tahapan Rehabilitasi

1. Tahap persiapan
a) Orientasi.
Selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari bimbingan
seorang yang professional. Perawat menolong klien untuk mengenali dan
memahami masalahnya dan menentukan apa yang diperlukannya.
b) Identifikasi
Perawat mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta membantu
klien seiring penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman dan
memberi orientasi positif akan perasaan dan kepribadiannya serta
memberi kebutuhan yang diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan
Perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien menerima secara
penuh nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan (
Relationship ) Tujuan baru yang akan dicapai melalui usaha personal dapat
diproyeksikan, dipindah dari perawat ke klien ketika klien menunda rasa
puasnya untuk mencapai bentuk baru dari apa yang dirumuskan .
3. Tahap pengawasan
Tahap pengawasan perawat melakukan resolusi. Tujuan baru dimunculkan dan
secara bertahap tujuan lama dihilangkan. Ini adalah proses dimana klien
membebaskan dirinnya dari ketergantungan terhadap orang lain
2.2.4 Jenis Kegiatan Rehabilitasi

Abroms dalam Stuart ( 2006 ) menekankan 4 keterampilan penting psikososial


pada klien gangguan jiwa yaitu :

1. Orientation
Orientaton adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap
realita yang lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahaman klien terhadap waktu, tempat atau maksud/tujuan, sedangkan
kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi dan aktiftas pada semua klien.
2. Assertion
Assertion yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat.
hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam
mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima
masyarakat melalui kelompok pelatihan asertif, kelompok klient dengan
kemampuan fungsional yang rendah atau kelompok interaksi Klien.
3. Accuption
Accuption adalah kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan aktifitas klien dalam bentuk kegiatan sederhana
seperti teka-teki ( sebagai aktivitasyang bertujuan ) mengembangkan
keterampilan fisik seperti menyulam, membuat bunga, melukis dan
meningkatkan manfaat interaksi sosial.
4. Recreation
Recreation adalah kemampuan menggunakan dan membuat aktiftas yang
menyenangkan dan relaksasi. hal ini memberi kesempatan pada klien untuk
mengikuti bermacam reaksi dan membantu klien menerapkan keterampilan
yang telah ia pelajari seperti : orientasi asertif, interaksi sosial, ketangkasan
fisik contoh aktifitas relaksasi seperti permainan kartu, menebak kata
dan jalan- jalan, memelihara binatang, memelihara tanaman, sosio-drama,
bermain musik dan lain-lain.
2.2.5 Tim Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi

Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multiprofesi yang terdiri dari dokter,


perawat, psikologi, sosial worker serta okupasi therapist yang memiliki peran dan fungsi
masing-masing.

Dokter memberikan terapi somatik, psikolog melakukan pemilahan klien


berdasarkan hasil psikotest, kemampuan serta minat klien. Social worker menjadi
penghubung antara klien dengan keluarga dan lingkungan serta okupasi terapis
memberikan terapi kerja bagi pasien. Perawat sendiri mempunyai peran yang sangat
penting dalam pelaksanaan rehabilitasi baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan
maupun pengawasan. Sebagai sebuah team, perawat memberi peran yang sangat penting
dalam mengkoordinasikan berbagai cara dan kerja yang dilakukan semua anggota team
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai antara klien dan team kesehatan sehingga
rehabilitasi berjalan sesuai tujuan yang diharapkan.

Dalam rehabilitasi gangguan jiwa tenaga perawat sebagai anggota tim kesehatan
dalam menjalankan peran dan fungsinya bersifat mandiri, kolaboratif dan atau saling
tergantung dengan anggota tim kesehatan lain, untuk dapat berperan secara aktif dalam
memenuhi memberikan pelayanan kesehatan

a. Pengertian peran
Peran perawat : merupakan tingkah laku yang diharapkan baik oleh individu,
keluarga maupun masyarakat terhadap perawat sesuai kedudukannya dalam
sistem pelayanan kesehatan ( Kusnanto, 2005 )
b. Peran perawat pada rehabilitasi
1. Pada tahap persiapan
Peran Perawat pada klien dengan gangguan jiwa

a) Peran stranger ( orang yang tidak dikenal )

Hal yang pertama terjadi ketika perawat dan klien bertemu mereka belum saling
mengetahui maka klien diperlakukan secara biasanya. Klien akan memerlukan dan
mencari bimbingan seorang yang professional. Perawat menolong klien untuk
mengenali dan memahami masalahnya dan menentukan apa yang diperlukannya.

Hal ini dilakukan dengan cara membina hubungan saling percaya


Perawat mengucapkan salam kepada klien
Bersikap terbuka dengan mendengarkan apa yang kliensampaikan
Memanggil klien dengan nama yang disukai
Menyapa klien dengan ramah

b) Peran pendidik

Merupakan kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang klien
tidak ketahui dan dikembangkan dari keinginan dan minatnya dalam menerima dan
menggunakan informasi. Perawat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang spesifik meliputi segala hal tentang rehabilitasi yang dijalani oleh klien dan
menginterpretasikan kepada klien dan keluarga bagaimana cara perawatan klien dan
minatnya dalam menerima dan menggunakan informasi meliputi segala hal tentang
rehabilitasi yang dijalani oleh klien

c) Peran Kepemimpinan / manajer kasus.

Membantu klien mengerjakan tugas-tugas melalui hubungan yang kooperatif


dan partisipasi aktif yang demokratis antar tim kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan rehabilitasi dalam hal ini dengan sosial worker untuk untuk home visite
jika klien sudah kooperatif dan direncanakan akan dilakukan pemulangan ke rumah.

d) Peran pelaksana
Melakukan dokumentasi dengan menerapkan prinsip dokumen
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku) seseorang dan
kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada penghalang yang tampak
atau timbul tanpa alasan yang jelas.

Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, gejala
psikis, dan gejala sosial yang khas. Orang yang mudah sekali mengalami depresi
biasanya memiliki beberapa kepribadian tertentu.

Penderita depresi memiliki ciri kepribadian yang berbeda dengan orang normal.
Hal ini merupakan pengaruh pikiran dari orang yang mengalami depresi tersebut
terhadap situasi sulit yang sedang dialaminya

Rehabilitasi Gangguan Jiwa Merupakan segala tindakan fisik, penyesuaian


psikososial dan latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan
penyesuaian diri yang optimal serta mempersiapkan klien secara fisik, mental, sosial
dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh sesuai dengan kemampuannya

3.2 Saran

1. Sebaiknya perawat dapat memberikan motivasi bagi penderita depresi, baik


depresi ringan bahkan depresi berat, tidak menggunakan kata-kata yang membuat
penderita patah semangat.
2. Perawat diharapkan dapat mengontrol pasien/penderita depresi dari tindakan yang
atau hal-hal yang kecil hingga hal yang besar sekalipun untuk mencegah
terjadinya suatu tindakan fatal diluar dugaan.
3. Komunikasi secara kontinyu dengan penderita depresi, agar penderita tersebut
merasa dihargai, dibutuhkan dan dihibur
DAFTAR PUSTAKA

Lumongga Namora. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Pranada

http://artikelkesmas.blogspot.com/2013/01/makalah-psikologi-kesehatan-depresi.html

Gunarsa, Singgih D. & Gunarsa, Ny. Y Singgih. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia ( hal 89)

Maramis. 2012. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press
(hal 94, 131,339, 385)

Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia (hal 191)

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC (hal 70, 149)

Sadock, Benjamin J.. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC (hal 189, 630)

http://tokoh-ilmuwan-penemu.blogspot.com/2010/03/tokoh-psikologi-edward-
leethorndike.html.

Anda mungkin juga menyukai