Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 129 Tahun

2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, bahwa rumah sakit

sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian

dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung

penyelenggaraan upaya kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan

pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

di rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang merupakan salah satu kegiatan di

rumah sakit yang menunjang tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal

tersebut diperjelas dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 72 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang menyebutkan

bahwa Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang meliputi obat,

bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika dengan maksud mencapai hasil yang

pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Mutu pelayanan di rumah sakit ditentukan dengan indikator pelayanan

mutu (Wahyuli,2019). Menurut Permenkes No. 129 Tahun 2008, standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit di bidang farmasi dapat diukur dengan beberapa

indikator. Standar pengukuran indikator tersebut yaitu waktu tunggu pelayanan

1
2

obat jadi adalah ≤ 30 menit dan obat racikan adalah ≤ 60 menit, tidak adanya

kejadian kesalahan pemberian obat adalah 100%, kepuasan pelanggan adalah ≥

80% dan penulisan resep sesuai formularium adalah 100%.

Waktu tunggu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan

pasien (Esti et al.2015). Sebagian besar masyarakat mengeluh dan merasa tidak

puas dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, baik dari segi

pemeriksaan yang kurang diperhatikan oleh petugas kesehatan, keterampilan

petugas, sarana atau fasiltas yang kurang memadai, serta waktu tunggu yang lama

untuk mendapatkan pelayanan (Pohan 2007).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cikalongwetan sebagai salah satu

pusat pelayanan kesehatan di Kabupaten Bandung Barat, menjadi rumah sakit

rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat pertama di sekitarnya. Sejak didirikan

tahun 2017, dari tahun ke tahun jumlah pasien yang berkunjung ke RSUD

Cikalongwetan semakin meningkat, yang menjadi sebab terjadinya kepadatan

jumlah antrian pendaftaran di rumah sakit dan hal ini akan berdampak pada waktu

tunggu pasien menjadi lebih lama.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian

untuk mengevaluasi waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di Instalasi

Farmasi RSUD Cikalongwetan.


3

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan di instalasi

farmasi RSUD Cikalongwetan?

2. Berapa persentase waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan yang sesuai

dengan Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berapa rata-rata waktu tunggu pelayanan resep rawat

jalan di instalasi farmasi RSUD Cikalongwetan.

2. Untuk mengetahui persentase waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan

yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi .

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit dalam

peningkatan mutu pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Cikalongwetan.

2. Bagi peneliti

Untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dan

mendalam terkait penelitian. Dan dapat mengaplikasikan pengetahuan

yang telah dimiliki setelah melakukan penelitian


4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Cikalongwetan pada bulan Februari 2020

dengan menggunakan data pada bulan Februari tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai