PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Morbiditas (kesakitan) adalah semua penyimpangan dari keadaan sehat.
Kesakitan dapat dinyatakan dalam orang yang sakit. Angka kesakitan pendudukan
didapat dari data yang berasal dari masyarakat (Community Based Data) melaluistudi
morbiditas dan hasil pengumpulan data dari dinas kesehatandalam hal ini bersumber
dari puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang
diperoleh melalui system pencatatan dan pelaporan.
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur
statuskesehatan masyarakat. Angka kesakitan merupakan keluhan atas suatu penyakit
yang dirasakan oleh penderita dan bukan atas hasil pemeriksaan dokter atau petugas
medis lainnya.
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari morbiditas penduduk ?
2. Apa saja penyakit terbesar morbiditas penduduk ?
3. Apa upaya pemerintah dalam menurunkan angka morbiditas penduduk ?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
1. Mengetahui morbiditas penduduk.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui pengertian morbiditas penduduk.
2. Mengetahui penyakit menular terbesar morbiditas penduduk ?
3. Mengetahui upaya pemerintah dalam menurunkan angka morbiditas
penduduk ?
BAB II
PEMBAHASAN
Peningktan Peran serta masyarakat dalam membantu ststus kesehatan inin penting,
sebab upaya pemerintah dalam rangka menurunkan kematian bayi dan anak tidak dapat
dilakukan hanya oleh pemerintah, melainkan peran serta masyarakat dengan
keterlibatan atau partisipasi secara langsung. Upaya masyarakat tersebut sangat
menentukan keberhasilan program pemerintah sehingga mampu mangatasi berbagai
masalah kesehatan. Melalui peran serta masyarakat diharapkan mampu pula bersifat
efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Upaya atau program kesehtan antara
lain pelayanan imunisasi, penyedian air bersih, sanitasi lingkungan, perbaikan gizi dan
lain-lain. Upaya tersebut akan memudahkan pelaksanaan program kesehatan yang tepat
pada sasaran yang ada.
Upaya meningkatan program pelayanan keshatan anak dapat berjalan dan berhasil
dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini adalah meningkatan manajemen pelayanan malalui pendayagunaan
tenaga kesehatan profesional yang mampu secara langsung mengatasi masalah
kesehatan anak. Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga perawat,
bidan,dokter yang berada diperpustakaan yang secara langsung berperan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
A. Tuberkulosis Paru
Kasus Penderita
cakupan CDR Kota Semarang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terus mengalami
peningkatan cakupan. Bahkan di tahun 2016 dengan peningkatan target cakupan 75
% angka temuan kasus dapat dicapai dengan angka 76.6 % . Dengan demikian CDR
kasus TB di tahun 2016 adalah 1.6 % diatas target. Hal ini terjadi karena peningkatan
kinerja seluruh pengelola program P2TB yang didukung oleh semua pihak terkait,
sehingga di tahun-tahun mendatang hal ini perlu dipertahankan dan bahkan
ditingkatkan.
Gambar 3.12 Grafik Penemuan kasus (CDR) TB Paru BTA (+)
Kota Semarang tahun 2010 s.d 2016
Gambar 3.13 Grafik Kasus TB Paru BTA (semua tipe) berdasarkan Jenis
Kelamin & Kelompok Usia Tahun 2016
Penderita TB BTA (semua tipe) pada tahun 2016 sejumlah 3.251 kasus, dengan
persentase TB Semua Tipe pada laki-laki sebanyak 1.845 kasus (57 %) lebih besar dari pada
perempuan sebanyak 1.406 kasus (43 %). Hal ini disebabkan karena (fakta kwalitatif) pada
laki-laki lebih intens kontak dengan faktor risiko dan kurang peduli terhadap aspek
pemeliharaan kesehatan individu dibandingkan dengan wanita. penderita TB semua tipe
terbanyak pada kelompok usia produktif : 15-55 tahun sebanyak 60 % kasus, pada kelompok
usia bayi dan anak : 0-14 tahun sebanyak 18 % kasus, dan pada kelompok usia lansia : > 56
tahun sebanyak 22 % kasus.
TB Paru MDR (Multiple Drug
Resistant)
Total kasus TB-MDR dari tahun 2013 s.d tahun 2016 sebanyak 71 kasus. Insiden
kasus tahun
2014 dan 2015 menunjukkan angka yang sama yaitu sebesar 29.6 % dari total kasus.
Dikaitkan dengan proporsi kejadian TB-MDR pada kasus TB Baru dan TB Kambuh di
tahun
2016 terdapat 16 kasus baru TB-MDR, sehingga CDR pada TB-MDR tahun 2016 sebesar 50
%, tahun 2015 sebesar 68 %. Jika dibandingkan dengan CDR TB-MDR tahun 2014
menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 20 % dan 2 % (CDR TB-MDR tahun 2014 :
70 %).
Angka kesembuhan Kota Semarang dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir tidak
pernah mencapai target nasional, yang tertinggi yang tertinggi sebesar 68 % CR di tahun
2016 dan 2015, yang terendah sebesar 56 % di tahun 2012 sedangkan ditahun 2013 sebesar
Gambar 3.15 Grafik Angka kesembuhan TB Paru BTA (+) Tahun 2010 -
2016
Angka Konversi
Angka Konversi pasien TB Paru BTA (+) dalam 5 tahun terakhir masih berada di
bawah target nasional 80%. Secara gradual 5 tahun berjalan mengalami penurunan rata-rata sebesar
11,8% dari target nasional. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan dari 64% di tahun 2015 menjadi 69%.
b. HIV / AIDS
HIV
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV
positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada
layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei Terpadu Biologis dan
Perilaku (STBP).
Gambar 3.18 Grafik Tren Kumulatif Kasus HIV Kota Semarang 1995 – 2016
5000
Data Per Tahun 4068
4000 3570
3114
Data Kumulatif 2231 2661
3000
1711
2000 997
1284
475 674
280
1000 179 195 199 323 287 427 520 430 453 456
101
49
0