A. Latar Belakang
kebijakan nasional di Perancis pada masa Presiden Giscard d’Estaing dan Francois Mitterand.
Dalam penelitian yang tergolong singkat ini, penulis akan berusaha menggambarkan konteks
sosial, ekonomi politik yang kemudian, mengantarkan pada pembahasan terjadinya perubahan
orientasi politik “konservatif” di kalangan politisi ataupun elite politik di Perancis di kedua
rejim presiden itu. Dalam tulisan ini, akan digambarkan bagaimana fungsi dan peran suatu
tokoh yang tengah “naik daun” dalam pemilihan presiden terkini Perancis, yakni Francois
Fillon. Menurut beberapa pemberitaan, Francois Fillon tergolong sebagai dan berjanji untuk
menjadi presiden yang konservatif jika terpilih nanti. Fillon, yang notabene merupakan seorang
konservatif republikan mendasarkan dirinya pada beberapa bayangan kebijakan, antara lain
penguatan Uni Eropa; penguatan nilai tradisional keluarga Perancis; pencabutan jaminan sosial
bagi para imigran; dan penguatan nilai Katholisisme. Dari penjelasan tersebut, kita dapat
memahami bahwa seorang konservatif merujuk pada upaya untuk mempertahankan atau
melestarikan (conserve) nilai-nilai yang dipegang selama ini. Dalam beberapa literatur
mereka sadar bahwa perubahan merupakan sesuatu yang tidak bisa dinafikan.
politik Perancis, kita perlu beranjak lebih dalam mengenai bagaimana tradisi kepemimpinan di
Perancis berlangsung. Dalam hal ini, tradisi kepemimpinan dimaksudkan untuk mempermudah
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pembacaan mengenai orientasi ide atau ideologi yang diusung oleh para pemangku
Secara prinsipil, tradisi kepemimpinan Perancis dibedakan menjadi dua, yaitu tradisi
menekankan pentingnya untuk membangun kerjasama diantara Eropa, AS dan Kanada, baik di
bidang ekonomi, politik dan keamanan. Atlantisisme inilah, yang menjelaskan bagaimana
kedekatan hubungan diantara ketiganya, yang terejawantah dalam beberapa organisasi, seperti
NATO dan OECD. Sedangkan, Gaullisme sendiri merupakan sebuah ideologi yang
diperkenalkan pertama kali, oleh Charles de Gaulle, seorang Presiden Perancis yang
memerintah pada 1959-69. Lebih lanjut, Gaullisme memuat tiga prinsip, antara lain (1)
penegasan hak Perancis terhadap peran independen dan utama dalam politik dunia; (2)
dirigisme, sejenis kebijakan ekonomi Keynesian dengan fokus utama negara Perancis; dan (3)
international. Selain itu, Gaullisme juga dianggap sebagai sebuah pragmatisme politik – yang
mengedepankan independensi Perancis, baik untuk menjalin aliansi dan kerja sama ekonomi.
Gaulisme kemudian, menjadi sebuah ideologi politik yang dibawa oleh empat presiden setelah
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk menjawab pertanyaan “ Mengapa ideologi
konservatisme dapat bangkit di Perancis pasca-de Gaulle pada masa kepresidenan Valery
C. Kerangka Konseptual
Berkaitan dengan upaya untuk menjawab rumusan masalah tersebut, penulis akan
menggunakan beberapa konsep dan teori yang dimaksudkan untuk meletakkan permasalahan
dalam konsep tertentu dan memberikan penjelasan secara teoretis mengapa fenomena atau
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
permasalahan tersebut dapat terjadi. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan konsep
1. Ideologi
Setiap orang pasti memiliki sebuah ide atau gagasan, yang mengarahkan bagaimana
seharusnya dia hidup dan berinteraksi dengan sesamanya. Namun, seringkali tidak setiap
orang lain atau ranah publik. Sebuah ide yang kemudian, ditransmisikan kepada publik
secara sederhana, dapat disebut sebagai ideologi. Sebuah ideologi yang dirumuskan
bersama, tentu saja tidak berada dalam ruang hampa. Keberadaan sebuah ideologi selalu
didasarkan pada pertimbangan situasi dan kondisi kekinian, yang menuntut sebuah
perubahan bagi masyarakat. Menurut Andrew Heywood (1992), keberadaan ide dan
ideologi tersebut mempengaruhi kehidupan politik dalam beberapa cara, antara lain
1. Ide dan ideologi menyediakan sebuah persepktif tentang bagaimana dunia dipahami
dan dijelaskan;
2. Ide-ide politik juga membantu untuk membentuk sifat/hakikat (nature) sebuah sistem
politik; dan
3. Ide-ide politik dan ideologi dapat bertindak sebagai bentuk perekat sosial (social
Selain itu, keberadaan ideologi tertentu juga menyediakan basis tindakan politik, yang
kekuasaan yang ada. Lebih lanjut, Heywood mengidentifikasi tiga fungsi, diantaranya
Untuk lebih memahami manifestasi ideologi dalam sistem politik, ada baiknya untuk
menjadi dua tingkatan, yakni (1) fundamental dan (2) operasional (operative). Di tingkatan
fundamental, sebuah ideologi memuat gagasan teroretis dan filosofis yang menerangkan
bagaimana dunia, bagaimana seharusnya dunia diorganisasikan, dan tujuan mengapa dunia
memuat bentuk gerakan-gerakan politik; terlibat dalam mobilisasi rakyat; dan perjuangan
kekuasaan. Dalam hal ini, ideologi dapat berbentuk slogan (sloganizing); retorika politik;
hal yang sulit untuk dilakukan dan cenderung untuk tidak menghasilkan sesuatu.
liberalisme atau sosialisme yang berdiri diatas ranah nasional, fenomena konservatisme
merupakan fenomena nasional yang muncul secara berbeda dari satu negara ke negara yang
mendasarkan dirinya pada traidisi hokum alam yang ketat, sementara konservatisme
Jerman berkembang dengan langkah sebagai oposisi terhadap ide filosofi yang sama. Disisi
lain, konservatisme Amerika berakar pada permulaan demokrasi Amerika, dan selalu
1
Greiffenhagen, Martin.(1979).”The Dilemma of Conservatism in Germany”. Journal of Contemporary
History, Vol. 14, No. 4 (October 1979). hal 611
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Di lain kesempatan, Ludwig Freund berargumen bahwasanya konservatisme
merupakan sebuah konsep yang tidak teridenfitikasi secara jelas sebagaimana yang dia tulis
berikut ini.2
“In contrast to liberalism and socialism and a whole series of other subject matters
of political theory, conservatism is not a clearly definable concept. Not only does
it respond to the constant flux and change in society: this would be true also of
other social movements and ideas. (Thus, modern liberalism has undergone all
kinds of transformations and has demonstrated variable aspecs of its basic creed,
ever since John Locke and Adam Smith applied similar hopes and terms to
different fields of human endeavor; and of course, we are only too familiar with
the various phases and emphases through which modern socialism has passed.)
The special point with regard to conservatism is that it varies not only as to form
or temper but also as to substance from one society to another, this is the major
American conservatives” who try to prove their case by quoting endlessly from
beberapa kajian teoretis yang mengulas mengenai konservatisme. Salah satu ilmuwan yang
menjelaskan konservatisme adalah Samuel P. Huntington. Huntington dalam hal ini, telah
terdapat tiga konsepsi untuk memahami hakikat konservatisme sebagai sebuah ideologi.3
2
Freund, Ludwig.(1955).”The New American Conservatism and European Conservatism”. Ethics, Vol.66,
No.1, (October 1955). hal 10
3
Huntington, Samuel P.(1957).”Conservatism as an Ideology”. The American Political Science Review, Vol. 51,
No. 2 (June 1957). page 454-455
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Pertama, teori aristokrasi mendefinisikan konservatisme sebagai ideologi dari sebuah
gerakan sejarah yang unik dan spesifik. Beberapa contoh gerakan bersejarah itu, antara lain
bangkitnya kelas borjuis pada akhir abad 18 dan selama pertengahan pertama abad 19.
Kedua, teori otonom yang mengartikan konservatisme sebagai hal yang tidak
berhubungan dengan kepentingan kelompok tertentu saja. Lebih dari itu, konservatisme
merupakan sebuah sistem ide yang otonom yang mengedepankan nilai-nilai universal,
dari sebuah tipe situasi sejarah tertentu dan distingtif, dimana sebuah tantangan
fundamental diarahkan pada institusi-institusi yang mapan dan dimana pendukung dari
Jika kita dapat merangkum tentang apa yang dimaksud dengan konservatisme,
konservatisme dapat diartikan sebuah ide yang berusaha untuk mengedepankan tradisi,
sistem dan bangunan institusi yang telah ada, bahkan mapan untuk dijadikan orientasi
tindakan di masa depan. Lebih lanjut, konservatisme merupakan ide yang tidak hanya
direpresentasikan oleh politikus ataupun negarawan saja, setiap orang tanpa terkecuali
dimungkinkan untuk bertindak secara konservatif. Hal ini dikarenakan setiap orang
memiliki pedoman hidup yang senantiasa dipegang, seperti nilai dan moral. Seperti yang
dikatakan oleh Francis G. Wilson, pemikiran konservatif, lebih dari jenis yang lain
menekankan pada kontinuitas nilai-nilai moral.4 Selain itu, konservatisme juga menyetujui
akan adanya struktur ketidaksetaraan (equality) yang berubah. Alih-alih untuk berusaha
meniadakan struktur yang tidak setara tersebut, kaum konservatif melihat bahwa
4
Wilson, Francis G.(1941).”A Theory of Conservatism”. The American Political Science Review, Vol. 35, No. 1
(February 1941). page 32
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
ketimpangan yang dipahami sebagai diferensiasi penguasaan kekuasaan (possession of
power) diterima sebagai sebuah fakta yang normal dalam kehidupan sosial.5
konservatisme primer dan sekunder, berkaitan dengan derajat aspek ketidaksetaraan yang
bervariasi.6
leads to the preposition that, in this respect, there is a primary and secondary
change. The conservatives may well insist on the principle of private property while
Dalam kajian yang didalami Edward Burke, salah satu teoretisi konservatisme, dia
perjuangan sebagai tujuan penguasaan politiknya.7 Hal inilah, yang sedikit banyak
Sehingga, perubahan apapun akan selalu dilandasi oleh sikap perubahan perlahan, yang
menekankan keselarasan dengan rejim atau tradisi sebelumnya. Hal ini tentu saja, sangat
jauh dengan para liberalis, yang ingin melakukan perjuangan radikal terhadap tradisi lama.
Setelah membaca lebih jauh mengenai konservatisme sebagai ideologi, kita perlu
membaca ulang apa yang dimaksud dengan politik konservatif. Jika kita mengandaikan
bahwa konservatisme sebagai ideologi berada dalam ranah kognitif, politik konservatif
mewujud dalam ranah praktik. Tentu saja, terdapat kesenjangan untuk memahami
5
ibid, hal 31
6
Dawson, Christopher. Enquiries into Religion and Culture (1933); Religion and the Modern State (1935). dalam
ibid, hal 33
7
Horowitz, Irving Louis.(1956).”The New Conservatism”. Science & Society, Vol. 20, No. 1, hal 2-3
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dipakai sebagai upaya untuk menjelaskan secara teoretis bagaimana sebuah tindakan politik
dimaknai sebagai sebuah kerja kognitif. Sedangkan, tindakan politik itu sendiri tidak selalu
harus melandaskan diri pada kepemilikan terlebih dahulu mengenai ide apa yang akan
Dalam hal ini, terma politik konservatif dianggap mampu untuk merepresentasikan
perubahan tindakan yang diambil oleh para elite politik Perancis selama terjadinya krisis
ekonomi. Secara sangat jelas, terma politik konservatif tidak dimaksudkan untuk mengganti
menjadi orientasi politik Perancis. Dalam bahasa yang lebih populer, kita dapat bertanya
lebih jauh bagaimana corak konservatisme ala Perancis, karena kita memahami bahwa
Perancis adalah salah satu kiblat bagi pemikiran sosial dan politik modern, dengan salah
Revolusi Perancis menandai sebuah perubahan yang signifikan dalam skema dan
kenegaraan Perancis dari monarki absolut menjadi republik tersebut, tentu saja
menyisakan berbagai kelompok politik dalam politik Perancis di era selanjutnya. Dalam
pembagian yang sederhana yang dipakai Schlesinger untuk menjelaskan dua oposisi
dalam sejarah Amerika adalah kelompok liberal dan konservatif. Hanya saja,
Perancis.
kelompok baru, yang disebut kelompok liberal (dalam bahasa Schlesinger). Kelompok
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
ini dianggap sebagai kelompok yang berusaha untuk mendapatkan kebebasan, baik
dalam ranah politik maupun ekonomi, yang mana selama di era monarki – peran raja
dan keluarga kerajaan yang sedemikian dominan dalam ranah ekonomi dan politik
meniadakan kebebasan dan peluang mereka untuk berkiprah di ranah yang sama. Oleh
karena itu, peristiwa revolusi perancis menjadi titik balik mereka untuk menjadi elite di
bagaimana nasib kelompok yang sebelum era revolusi mengalami kejayaan dan
kekuasaan yang besar. Nah, kelompok inilah yang kemudian, disebut kelompok
keuntungan yang sedemikian besar ketika rejim monarki absolut berkuasa. Mereka
dapat tergolong keluarga kerajaan ataupun mitra bisnis dari keluarga kerajaan tersebut.
hilangnya peran dominan mereka dalam politik Perancis. Mereka tergolong kelompok
Setiap negara pasti memiliki tradisi politik yang unik dan khas, yang
membedakannya dengan negara lain. Hal demikian juga berlaku di Perancis. Setiap
orang di Perancis, dalam hal ini dimungkinkan untuk bertindak konservatif, ataupun
karakteristik, antara lain a. pada level pemerintah, terdapat ketergantungan yang kuat
dengan mendasarkan diri pada berbagai tatan institusional yang dilandaskan de Gaulle.
Meskipun tidak dapat dipungkiri, bahwa masing-masing presiden tentu saja, memiliki
Gaulle adalah perilaku mereka berusaha merestorasi apa yang selama ini menjadi
pegangan rakyat dan pemerintah Perancis, seperti negara sentralistik, republik sekuler
dan anti-amerikanisme.
Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, basis konservatisme Perancis, dalam era
kekinian dibagi kedalam dua tipe, yakni basis konservatif di era pasca-revolusi Perancis
dan era pasca-de Gaulle berkuasa. Era Revolusi Perancis, kelompok konservatif ditandai
dengan mereka yang berusaha untuk menggali kembali tradisi di era monarki absolut.
Sedangkan, di era pasca-de Gaulle, kelompok konservatif adalah mereka yang berusaha
8
Hoffmann, Stanley. (1974). "The Vichy Circle of French Conservatives" in Hoffmann. Decline or Renewal?
France since 1930s. page 3–25
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menjunjung kembali visi politik dan kenegaraan yang digaungkan oleh Charles de Gaulle
dan Gaullisme.
Sebelum membahas teori siklus bisnis politik, sebenarnya diawali dari sebuah asumsi
bahwa terdapat sebuah teori siklus umum yang diperkenalkan oleh seorang sejarawan
Amerika. Teori yang dikenal sebagai teori siklus politik, tak lain adalah sebuah teori yang
diturunkan dari teori siklus secara umum, yang menandai terjadinya perubahan sosial dari
satu era ke era yang lain. Teori ini diperkenalkan oleh sejarawan Amerika, Arthur
sejarah Amerika berlangsung. Dia berargumen bahwasanya perubahan rejim politik yang
utama, didasari oleh perasaan nasional (national mood). Alih-alih untuk melihat perubahan
politik secara top-down, Schlesinger membawanya pada aras bottom-up, yang meletakan
mentalitas massa daripada penciptaan figur atau individu berpengaruh selama periode
tertentu.
Dalam penelitian tentang sejarah Amerika yang cukup panjang tersebut, Schlesinger
memperkenalkan dua titik atau konsep untuk menjembatani poros perubahan dari waktu ke
waktu, yakni tujuan publik (public purpose) dan kepentingan privat (private interest).
Lebih jauh, tujuan publik merujuk pada sejumlah hal yang dianggap menjadi kepentingan
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
bersama. Sifat dari kepentingan bersama ini biasanya universal dan berdiri diatas banyak
golongan atau kelompok. Hal yang dapat menjadi ilustasi tujuan publik adalah kepentingan
publik untuk mendapatkan keamanan dan jaminan hidup, seperti mendapatkan iklim
kebebasan politik; hak untuk selamat dari perang dan sebagainya. Sedangkan, kepentingan
privat merujuk pada sejumlah hal yang dianggap menjadi kepentingan masing-masing
individu, seperti kebebasan untuk memilih, memiliki hak kepemilikan privat maupun
membuka usaha atau bisnis. Kepentingan privat, disini seringkali diasosiakan dengan
kepentingan pasar.
tipologi, yaitu liberal dan konservatif. Pertama, kelompok liberal diasosiasikan dengan
kelompok yang menginginkan perubahan (progresif), hingga tak ayal ingin mereformasi
berbagai struktur politik maupun ekonomi di suatu negara. Kelompok ini tentu saja, ingin
membuka harapan dan masa depan yang baru dengan meninggalkan tradisi lama yang
dianut selama ini. Kedua, kelompok konservatif dikategorikan sebagai kelompok yang
berusaha mempertahankan tatanan dan tradisi sosial yang telah berkembang selama ini.
Meskipun sadar bahwa perubahan adalah sesuatu yang tak terelakkan, kelompok ini tetap
berusaha mendasarkan diri pada tatanan yang sudah ada. Dalam bahasa yang lebih
pragmatis, kelompok konservatif ini biasanya adalah kelompok yang diuntungkan oleh
tatanan sebelumnya, dan tidak diuntungkan oleh tatanan yang baru. Perlu dicatat bahwa
kedua kelompok ini tidak akan selalu sama, baik sifat ataupun bentuknya di setiap siklus
perubahan. Dari penjelasan inilah, kita perlu memahami bagaimana konteks terjadinya
Dalam pembacaan teori siklus tersebut, tampak tidak terdapat sebuah argumen yang
meyakinkan mengapa terjadi perubahan orientasi politik. Dalam penjelasan lebih lanjut,
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
atas dasar apa seorang pemimpin melakukan perubahan kebijakan, kapan itu dilaksanakan
dan atas variabel apa perubahan itu dapat diamati. Untuk mengatasi persoalan tersebut,
teori siklus bisnis politik yang diperkenalkan William Nordhaus dapat digunakan.
(unemployment), dan inflasi (inflation), yang disaksikan melalui siklus elektoral. Terdapat
dua dasar model untuk melihat trend siklus terkait, yaitu model oportunistik dan partisan.
Model oportunistik adalah model yang diperkenalkan pertama kali, oleh sebuah tesis
yang berpengaruh dari Nordhaus, pada dekade 1970an, yang melihat bahwa struktur
sebuah tarik ulur (trade-off) antara tingkat pengangguran dan inflasi yang tak diperkirakan
(unexpected inflation).9 Adapun inflasi yang tak diperkirakan ini, seringkali didikotomikan
dengan inflasi yang diperkirakan, yang mana berdasarkan pada inflasi yang diobservasi di
masa sebelumnya. Dia berargumen bahwa para pemilih (voters) identik sangat
mendasarkan diri pada pencapaian inflasi agregat dan keluaran pengangguran relatif
terhadap keluaran yang paling diinginkan (most preferred outcomes). Mereka cenderung
untuk menginginkan tingkat pengangguran dan inflasi yang rendah. Bercermin dari
kecenderungan pemilih inilah, para pejabat politik petahana (incumbent) berusaha untuk
in the short-run (a quarter or a year) than in the long run; a given change in unemployment
9
Nordhaus, William D.. (1975).”The Political Business Cycle”. The Review of Economic Studies, Vol. 42, No. 2
(April 1975). hal 169
10
ibid,hal 170
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
will lead to less inflation in the short run than in the long run. There are two basic reasons
for the difference: first, the usual presumption is that unemployment affects money wages
and money wages then affect prices. To the extent that there are lags in the relation
between unemployment and inflation, the short-run effect will be less than the long-run
effect. Second, there is a feedback from prices to wages. Higher inflation leads agents
to expect higher inflation in the future. This higher expected rate of inflation leads unions
and workers to escalate their wage demands by some fraction (that is, workers consider
real wages rather than simply money wages). This also leads to a long-run relation which
partai-partai, yang berdasar pada ideoogi dan tujuan-tujuan ekonomi mereka. Model
partisan ini, menurut Hibbbs, didasarkan pada preferensi-preferensi yang berbeda diantara
lintas partai atas inflasi dan pengangguran.11 Lebih lanjut, argumen yang diajukan Alesina
keluaran-keluaran pemilihan umum. Model ini cukup berbeda seperti yang diperkenalkan
Nordhaus, yang mengandaikan perilaku pemilih dan harapan yang irrasional serta
dihindarkan jika partai-partai melakukan adposi terhadap aturan kebijakan bersama yang
11
Hibbs, D.(1977).”Political Parties and Macroeconomic Policy. American Political Science Review 71. hal
1467
12
Alesina, A.(1987).”Macroeconomic Policy in a Two-party System as A Repeated Game. Quarterly Journal of
Economics 102. hal 653
13
ibid
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5. Model Pemilih Median (Median Voter Model)
konservatif dibawah Giscard d’Estaing dan Francois Mitterand, sebuah model diperlukan
untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis situasi politik yang kompleks. Lebih
lanjut, Model Pemilih Median (MPM) ini biasanya digunakan dalam model pembuatan
bahwa tidak ada penjelasan yang lebih transparan atau dikomunikasikan dengan mudah
dari sebuah keluaran politik (political outcomes) di sebuah demokrasi daripada semua
median adalah pemilih yang berada ditengah-tengah kubu, yang biasanya menentukan
menang tidaknya suatu calon. Keberadaan jenis pemilih inilah, yang memungkinkan
sebuah koalisi untuk mengubah spektrumnya, dari kanan ke tengah ataupun kiri ke tengah.
D. Hipotesis
munculnya fenomena konservatisme politik Perancis di era Valery Giscard d’Estaing dan
Francois Mitterand akan dilakukan sebagai berikut. Pertama, diskursus ideologi dalam ranah
perubahan orientasi kebijakan, terutama kebijakan ekonomi pada era Valery Giscard d’Estaing
dan Francois Mitterand. Kedua, kebijakan konservatisme di Perancis yang bercorak Gaullisme
kembali muncul di Perancis pada era pemerintahan Presiden Valery Giscard d’Estaing dan
Francois Mitterand disebabkan oleh kondisi krisis ekonomi yang melanda Perancis dan dunia
pada saat itu. Melalui analisis ekonomi makro yang mengandaikan perilaku pemilih yang
rasional, perubahan kebijakan ke arah konservatif tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk
Congleton, Roger D.”The Median Voter Model”. Center for Study of Public Choice George Mason
14
University. hal 1
MUNCULNYA KONSERVATISME POLITIK DI PERANCIS DIBAWAH PRESIDEN VALERY GISCARD
D(petik satu)ESTAING DAN
FRANCOIS MITTERAND
ANDI TRISWOYO
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
mengembalikan simpati dan kepercayaan konstituen terhadap kepemimpinan mereka. Adapun
dan inflasi yang ada. Ketiga, perubahan kebijakan yang konservatif tersebut disamping
E. Sistematika Penulisan
Argumen pokok skripsi ini hendak dianalisis di bab V, yang membahas bagaimana praktik
munculnya konservatisme politik di kedua era presiden, baik Valery Giscard d’Estaing dan
tersebut, perlu juga untuk memahami beberapa konsep yang melatar belakangi argumen-
a. Kerangka konseptual, yang terdiri dari ideologi, Gaullisme, konservatisme, teori siklus
b. Gaullisme, yang tak lain merupakan salah satu ideologi di Perancis dibahas di bab II;
d. Peristiwa krisis ekonomi yang terjadi di dua dekade (1970an dan 1980an) yang menjadi