Anda di halaman 1dari 16

A.

PENDAHULUAN
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Berdasarkan laporan akhir survei nasional perkembangan penyalahgunaan narkoba tahun
anggaran 2014, diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang yang pernah
memakai narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59 tahun.
Angka tersebut terus meningkat dengan merujuk hasil penelitian yang dilakukan Badan
Narkotika Nasional (BNN) dengan Puslitkes UI, diperkirakanjumlah pengguna narkoba
mencapai 5,8 juta orang pada tahun 2015.1 Penelitian yang dilakukan BNN dan perguruan
tinggi Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2016, menyebutkan ada 27,32 persen pengguna
narkoba di Indonesia adalah mahasiswa dan pelajar. Pernyataan tersebut disampaikan Kepala
Subdirektorat Lingkungan Pendidikan BNN Agus Sutanto.1
Secara umum faktor internal penyebab individu penyalahgunaan Napza antara lain: (1)
Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa berpikir panjang mengenai akibatnya, (2)
Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran, (3) Keinginan untuk bersenangsenang atau
just for fun, (4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya (fashionable), (5) Keinginan
untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok (konformitas), (6) Laridari kebosanan,
masalah atau kegetiran hidup, (7) Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-kali tidak
menimbulkan ketagihan,(8) Ketidakmampuan atau tidak berani menghadapi tekanan dari
lingkungan atau kelompok, pergaulan untuk menggunakan Napza, dan (9) Tidak dapat
berkata tidak terhadap Napza.1
Faktor eksternal penyebab terjadinya penyalahgunaan Napza berasal dari keluarga, teman
sebaya yang kurang baik (salah dalam memilih teman), dan komunitas atau lingkungan
yangkurang baik. Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antaranggota kelurga, atau
perselisihan antaranggota keluarga (hubungan keluarga kurang harmonis) dapat memicu
perilaku negatif generasi muda/remaja, antara lain mengkonsumsi Napza. Pendidikan yang
salah di keluarga seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberi pendidikan agama, atau
penolakan terhadap eksistensi anak, dapat menjadi penyebab terjadinya penyalahgunaan
Napza.1
B. LATAR BELAKANG

1. Pengertian Narkoba
Pengertian Narkotika/Narkoba Narkotika/ Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika
dan Obat/Bahan berbahaya yang telah populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun di
pedesaan, termasuk bagi aparat hukum. Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga
mengenal istilah madat sebagai sebutan untuk candu atau opium, suatu golongan narkotika
yang berasal dari getah kuncup bunga tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar
Thailand, Myanmar dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan.
Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan RI
adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai
risiko yaitu kecanduan (adiksi). Menurut Ghoodse (2002), Narkoba adalah zat kimia yang
dibutuhkan untuk merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk kedalam organ tubuh
maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi didalam tubuh. Lalu dilanjutkan lagi
ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh, sehingga bila zat tersebut dihentikan
pengkonsumsiannya maka akan terjadi gangguan secara fisik dan psikis.2
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana
disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.
Golongan Psikotropika adalah zat atau obat baik alami maupun sintetis namun bukan
Narkotika yang berkhasiat aktif terhadap kejiwaan (psikoaktif) melalui pengaruhnya pada
susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan perubahaan tertentu pada aktivitas mental
dan perilaku. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran,
mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi).2

2. Jenis Narkotika/Narkoba Yang sering digunakan pelajar 2


Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin,
termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain. Sedangkan jenis Psikotropika
yang sering disalahgunakan adalah amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti
mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, Mushroom.Zat
adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan Narkotika & Psikotropika seperti
alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat pelarut
(solven). Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok remaja (usia
14-20 tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya pemakaian kedua zat tersebut
cenderung menjadi pintu masuk penyalahgunaan Narkoba lain yang lebih berbahaya
(Putauw). Adapun jenis-jenis Narkotika/Narkoba Yang sering digunakan pelajar sebagai
berikut :
1. OPIAT atau Opium (candu) Merupakan golongan Narkotika alami yang sering
digunakan dengan cara dihisap (inhalasi). Efek yang dapat ditimbukan antara
lain :  Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation)  Menimbulkan
semangat  Merasa waktu berjalan lambat  Pusing, kehilangan
keseimbangan/mabuk  Merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual
hilang)
2. MORFIN Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui
pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara
pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah
(intravena). Efek yang ditimbulkan antara lain :  Menimbulkan euforia. 
Mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi)  Kebingungan (konfusi) 
Berkeringat  Dapat menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar  Gelisah
dan perubahan suasana hati.  Mulut kering dan warna muka berubah.
3. HEROIN atau Putaw Merupakan golongan narkotika semisintetis yang
dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga
diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni
berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan
(street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih
kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik
atau dihisap. Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (±
30-60 detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian
dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia). Ingin selalu menyendiri untuk
menikmatinya. Efek yang ditimbulkan antara lain :  Denyut nadi melambat.
 Tekanan darah menurun.  Otot-otot menjadi lemas/relaks.  Diafragma
mata (pupil) mengecil (pin point).  Mengurangi bahkan menghilangkan
kepercayaan diri.  Membentuk dunia sendiri (dissosial) : tidak bersahabat. 
Penyimpangan perilaku : berbohong, menipu, mencuri, kriminal. 
Ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari.
4. GANJA atau Kanabis Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica.
Pada tanaman ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol
dan kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.Efek yang
ditimbulkan antara lain :  Denyut jantung atau nadi lebih cepat.  Mulut dan
tenggorokan kering.  Merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira. 
Sulit mengingat sesuatu kejadian. Kesulitan kinerja yang membutuhkan
konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi. Kadang-kadang menjadi
agresif bahkan kekerasan. Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti
dengan sakit kepala, mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek.
5. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs LSD Termasuk sebagai golongan
halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas
berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar.
Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan
meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit
kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam. Efek yang ditimbulkan antara lain :
 Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.  Diafragma mata melebar
dan demam.  Disorientasi.  Depresi.  Pusing  Panik dan rasa takut
berlebihan.  Flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau
bulan kemudian.  Gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan
berat badan.
6. Ekstasi dikenal dalam dunia pengobatan sebagai Methydioxy Methampetamin
dengan nama populemya MDMA. Ekstasi obat sintesis yang dikembangkan
oleh perusahaan ERNTS MERK di Jerman pada tahun 1914. Pada waktu itu
Ekstasi digunakan untuk meningkatkan daya tahan prajurit di Amerika
digunakan pengobatan pasien yang sudah parah.
7. Sabu-sabu Shabu-shabu merupakan komoditas baru yang sedang laris. Zat ini
mempunyai nama kimia Methamfetamine yang mempunyai kesamaan sifat
dengan Ekstasi yang sama-sama tergolong dalam zat psikotropika stimulasia
otak yang dapat menyebabkan ketergantungan. Segmentasi pasar dan shabu-
shabu adalah para eksekutif, professional dan kaum selebritis. Zat ini
menyebabkan lepasnya neurotransmitter dopamine dan ujung-ujung saraf ke
bagian otak yang mengatur perasaan kenikmatan penghentian termasuk
persaan kesal, tertekan, tegang, gelisah, sulit berkonsentrasi, lapar, pusing,
serta dapat menyebabkan kecanduan. Beberapa kasus menunjukkan dampak
desturktif shabu-shabu yaitu menyebabkan orang menjadi ganas, agiatif serta
meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi berbuntut tingkah laku yang
brutal.
8. KOKAIN Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan
bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit
dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan
rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow,
charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu
membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas
permukaan kaca dan benda.
9. AMFETAMIN Nama generik/turunan amfetamin adalah D-pseudo epinefrin
yang pertama kali disintesis pada tahun 1887 dan dipasarkan tahun 1932
sebagai pengurang sumbatan hidung (dekongestan). Berupa bubuk warna
putih dan keabu-abuan. Ada 2 jenis amfetamin yaitu MDMA (metil dioksi
metamfetamin) dikenal dengan nama ectacy. Nama lain fantacy pils, inex.
Metamfetamin bekerja lebih lama dibanding MDMA (dapat mencapai 12 jam)
dan efek halusinasinya lebih kuat. Nama lainnya shabu, SS, ice. Cara
penggunaan dalam bentuk pil diminum. Dalam bentuk kristal dibakar dengan
menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap melalui hidung, atau
dibakar dengan memakai botol kaca yang dirancang khusus (bong). Dalam
bentuk kristal yang dilarutkan dapat juga melalui suntikan ke dalam pembuluh
darah (intravena).
10. SEDATIF-HIPNOTIK (Benzodiazepin/BDZ) Sedatif (obat penenang) dan
hipnotikum (obat tidur). Nama jalanan BDZ antara lain BK, Lexo, MG, Rohip,
Dum. Cara pemakaian BDZ dapat diminum, disuntik intravena, dan melalui
dubur. Ada yang minum BDZ mencapai lebih dari 30 tablet sekaligus. Dosis
mematikan/letal tidak diketahui dengan pasti. Bila BDZ dicampur dengan zat
lain seperti alkohol, putauw bisa berakibat fatal karena menekan sistem pusat
pernafasan. Umumnya dokter memberi obat ini untuk mengatasi kecemasan
atau panik serta pengaruh tidur sebagai efek utamanya, misalnya
aprazolam/Xanax/Alviz.
11. INHALANSIA atau SOLVEN Adalah uap bahan yang mudah menguap yang
dihirup. Contohnya aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry
cleaning, tinner, uap bensin.Umumnya digunakan oleh anak di bawah umur
atau golongan kurang mampu/anak jalanan. Penggunaan menahun toluen yang
terdapat pada lem dapat menimbulkan kerusakan fungsi kecerdasan otak.

3. Faktor Penyebab Berkembangnya Narkoba3


Dalam buku terbitan BNN-RI tahun 2009 judul Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba. Menyimpulkan bahwa Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai
“pemicu” seseorang dalam penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor
diri, faktor lingkungan, dan faktor kesediaan narkoba itu sendiri.
1. Faktor Diri
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berfikir panjang
tentang akibatnya di kemudian hari.
b. Keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.
c. Keinginan untuk bersenangsenang.
d. Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok (komunitas) atau lingkungan
tertentu.
e. Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan stimulant (perangsang).
f. Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup.
g. Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar.
h. Menderita kecemasan dan kegetiran.
i. Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini merupakan gerbang ke arah
penyalahgunaan narkoba.
j. Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-puasnya.
k. Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan obat
penghilang rasa lapar yang berlebihan.
l. Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam
lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulan.
m. Ketidak mampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
n. Ketidak tahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.
o. Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak akan
menimbulkan masalah.
p. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan narkoba.
q. Tidak dapat atau tidak mampuberkata TIDAK pada narkoba.
2. Faktor Lingkungan
a. Keluarga bermasalah atau broken home.
b. Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau
bahkan pengedar gelap nrkoba.
c. Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau bahkan
semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap narkoba.
d. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).
e. Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
f. Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.
g. Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan,
perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.
h. Orang tua yang otoriter,.
i. Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa
pengawasan.
j. Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
k. Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.
l. Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi, tidak
ada hubungan primer, ketidakacuan, hilangnya pengawasan sosial dari
masyarakat,kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan public yang buruk, dan
tingginya tingkat kriminalitas.
m. Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.
3. Faktor Ketersediaan Narkoba.
Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakai narkoba
karena :
a. Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.
b. Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.
c. Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasan.
d. Modus Operandi Tindak pidana narkoba makin sulit diungkap aparat hukum.
e. Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap.
f. Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang bisa membantu
bisnis perdagangan gelap narkoba.
g. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan
narkoba.
h. Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.
i. Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan professional.

4. Upaya Pencegahan3
Dalam konteks pencegahan terhadap berkembangnya penyalahgunaan Narkoba pada
remaja dibutuhkan pilar utama dalam membentenginya, yaitu :
1. Setiap Orang
Bagi orang beragama Islam narkoba adalah barang haram yang harus dijuahi, sehingga
bagi setiap orang pemeluk Islam wajibberpegang teguh untuk tidak mengkonsumsi
narkoba. Setiap orang sejak dini harus menanamkam penolakan terhadap Narkoba dengan
membentuk opini se negatif mungkin terhadap narkoba. “ Hai orang – orang yang
beriman sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala dan mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan – perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan”.( Qs. Al Maa – idah : 90 ).
2. Orangtua
Orangtua yang pertama adalah orangtua ayah dan ibu kandung. Selain itu orangtuaadalah
orang-orang dewasa yang ada disekitar anak-anak. “Apakah mereka mengira bahwa harta
dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami segera
memeberikan kebaikan kebaikan kepada meraka ?Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar
(QS. Al mu’minuun:55-56).
Para orangtua harus menampakan sikap antipati terhadap narkoba, dan melakukan
bimbingan, pengawasan terhadap anakanak di lingkungannya.
3. Pendidik
Garda terdepan pendidik di sekolah adalah guru Bimbingan dan Konseling wajib
menjalankan fungsi preventif, kuratif, destributif dan preseveratif. Semua guru sebagai
pendidik bertanggung jawab penuh bagi berkembangnya siswa ke arah yang lebih baik,
mampu hidup mandiri dan berakhlak mulia. Narkoba merupakan racun yang paling
berbahaya dan mematikan bagi perkembangan siswa baik aspek fisik, mental, spiritual.
4. Tokoh Agama dan penyuluh Agama
Peran Alim ulama dan penyuluh agama dalam menjauhkan Narkoba di masyarakat sangat
efektif. Para Alim ulama dan Penyuluh agama mempunyai daya sugestibel dalam
membawa umat ke arah yang lebih baik. Dengan maraknya penyalahgunaan narkoba di
masyarakat peran ulama dan penyuluh agama sangat urgen, bahkan dengan adanya ulama
dan penyuluh agama dapat menjadi penangkal bagi peredaran Narkoba di suatu daerah.

C. PERMASALAHAN
Polda Sulawesi Tengah mencatat kasus penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang
(Narkoba) pada 2018 sebanyak 456 kasus atau naik hampir 18 persen dibanding 2017. “Ada
kenaikan 17,82 persen atau 387 kasus dari tahun 2017,” peningkatan kasus juga diikuti
peningkatan prosentase jumlah tersangka sebesar 24,21 persen atau dari 482 tersangka di
tahun 2017 naik menjadi 636 di tahun 2018. Jumlah barang bukti Narkotika jenis sabu-sabu
di tahun 2018 sebanyak sekira 5,1 kilogram naik dari tahun 2017 sebanyak 4,5 kilogram.
Untuk obat-obatan terlarang jenis pil THD di tahun 2018 sebanyak 13.874 butir naik dari
tahun 2017 sebanyak 804 butir. Untuk barang bukti dan kasus Narkotika jenis ganja tidak
ditemukan.4
Sebanyak 598 penyalah guna narkoba ditangkap anggota Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah
sepanjang tahun 2019. Jmlah itu terdiri dari laki-laki sebanyak 551 orang dan perempuan
sebanyak 47 orang dengan total 598 orang.5 jadi total sebanyak 1.250 penyalahguna narkoba
ditangkap selama tahun 2019 Jika dibandingkan dengan kasus narkoba tahun 2018 sebanyak
472 kasus, maka tahun 2019 mengalami penurunan 3.38 persen.5
Masih tinggi nya angka penyalahgunaan narkoba merupakan masalah, oleh karena itu penting
nya kesadaran para remaja untuk menjauhi narkoba.

D. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Sampai dengan saat ini, praktek pencegahan penyalahgunaan narkoba termasuk penyusunan
dan implementasi program penyalahgunaan narkoba, yang dilaksanakan oleh berbagai pihak
menggunakan 3 (tiga) tipe pencegahan yaitu:

1. Pencegahan Primer: melakukan berbagai upaya pencegahan sejak dini agar orang tidak
menyalahgunakan narkoba.

2. Pencegahan Sekunder: bagi yang telah memulai, menginisiasi penyalahgunaan narkoba,


disadarkan agar tidak berkembang menjadi adiksi, menjalani terapi dan rehabilitasi, serta
diarahkan agar yang bersangkutan melaksanakan pola hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari (healthy lifestyle).

3. Pencegahan Tertiary: bagi mereka yang telah menjadi pecandu narkoba, direhabilitasi
agar dapat pulih dari ketergantungan, sehingga bisa kembali bersosialisasi dengan
keluarga, dan masyarakat.

Pada kali ini penulis melakukan pencegahan primer dengan cara melakukan sosialisai bahaya
narkoba dan pencegahannya terhadap masyarakat.

E. PELAKSANAAN
Pelaksanaan dilakukan pada

F. MONITORING
Monitoring dilakukan dengan cara melakukan sesi tanya jawab, untuk mengukur sejauh mana
responden memahami materi sosialisasi bahaya narkoba dan pencegahannya.
Kepala Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) DIY Komisaris Besar Polisi Soetarmono
menyatakan kontribusi terbesar penyalahgunaan narkoba di DIY adalah pekerja lulusan SMA
dan mahasiswa. Mahasiswa adalah sasaran empuk sebagai pengedar narkoba, karena untuk
membayar kuliah, kost dan biaya hidup di Jogja. Data penyalahgunaan narkoba di DIY pada
tahun 2015 tercatat sebanyak 60.182 orang. Dari jumlah 60.182 orang penyalahgunan
tersebut, sebanyak 23.028 orang di antaranya berusia muda yang masih coba-coba
bersentuhan dengan narkoba, sisanya pengguna yang teratur melalui jarum suntik dan tanpa
jarum suntik. Banyaknya pengguna narkoba di DIY menempatkan DIY dalam peringkat ke
delapan setelah DKI Jakarta. Namun demikian, Soetarmono menyatakan, data
penyalahgunaan narkoba pada tahun 2015 itu sudah berkurang dibanding tahun 2014 yang
mencapai 62.028 orang (peringkat lima). Penyalahguna narkoba sebanyak 83.952 di tahun
2011, dan pada tahun 2008 sejumlah 68.981 orang.1
Maraknya obat-obat terlarang seperti narkotika, dapat berpengaruh pada remaja. Apabila
remaja sudah menggunakan narkoba tentu sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi
mental dan kepribadiannya. Hal tersebut sangat merugikan apalagi bagi mereka yang masih
usia sekolah. Masa depan bangsa salah satunya ditentukan oleh rasa aman dari pengaruh
narkoba terutama bagi generasi muda, mengingat peredaran narkoba telah menyentuh
lingkaran yang semakin dekat dengan kita.1
Menghadapi era globalisasi teknologi komunikasi berdampak langsung pada keluarga
terutama generasi muda mengisyaratkan kita agar senantiasa waspada dan selalu berusaha
terutama bagi orangtua/keluarga untuk membimbing dan mengarahkan putra putrinya agar
terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Kedudukan remaja yang sangat strategis dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mengharuskan kita untuk mengantarkan,
mengenal, dan menemukan identitas diri sesuai dengan tahap perkembangannya.
Penyimpangan perilaku generasi muda terutama dalam penyalahgunaan Napza merupakan
ancaman bagi masa depan bangsa. Para ahli perkembangan sering kali menekankan bahwa
masa remaja adalah masa ketika seseorang mengalami perubahan yang substansial, baik dari
segi fisik, mental, maupun identitas sosialnya (Santrock, 2002). Bagaimana remaja
menghadapi dan melalui berbagai perubahan yang dialami akan turut menentukan konsep
dirinya. Peningkatan kesadaran diri akan membantu untuk dapat lebih mengembangkan
pemahaman diri. Pemahaman diri ini bukanlah sesuatu yang tetap, namun selalu berubah
sesuai dengan pengalaman hidup yang dilalui.1
Masa remaja (Atwater, 1992) merupakan masa yang mengarah kepada pertumbuhan dan
perubahan yang cepat dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Santrock (2002) juga
berpendapat bahwa masa remaja adalah sebagai periode masa transisi dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Lebih jauh disampaikan bahwa masa remaja dimulai sekitar usia 10 –
13 tahun, dan berakhir sekitar usia 18 sampai dengan usia 22 tahun. Hal ini senada juga
disampaikan Monks, dkk (2002) yang menyatakan bahwa remaja berada pada tahap yang
secara fisik telah dapat berfungsi layaknya orang dewasa, namun secara mental dan sosial
masih belum matang. Bandura berpendapat bahwa masa remaja menjadi suatu masa
“pertentangan dan pemberontakan”, karena pada masa ini terjadi ungkapan bebas dan
ketidakpatuhan seperti membolos, merokok, dan melanggar aturan (Singgih D. Gunarso dan
Gunarso, 1985). Remaja sering mengalami berbagai konflik sosial ataupun psikis dalam
dirinya. Semua itu dilakukan remaja dalam rangka mencari identitas diri. Pencarian identitas
diri pada remaja sangat memerlukan bimbingan dan arahan yang baik dari orangtua
khususnya dan masyarakat pada umumnya, agar remaja tidak terjerumus hal-hal yang negatif
salah satunya penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba terjadi peningkatan baik
secara kualitas maupun kuantitas kasus modus operandinya. 1
Secara umum faktor internal penyebab individu penyalahgunaan Napza antara lain: (1)
Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa berpikir panjang mengenai akibatnya, (2)
Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran, (3) Keinginan untuk bersenangsenang atau
just for fun, (4) Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya (fashionable), (5) Keinginan
untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok (konformitas), (6) Laridari kebosanan,
masalah atau kegetiran hidup, (7) Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-kali tidak
menimbulkan ketagihan,(8) Ketidakmampuan atau tidak berani menghadapi tekanan dari
lingkungan atau kelompok, pergaulan untuk menggunakan Napza, dan (9) Tidak dapat
berkata tidak terhadap Napza.1
Faktor eksternal penyebab terjadinya penyalahgunaan Napza berasal dari keluarga, teman
sebaya yang kurang baik (salah dalam memilih teman), dan komunitas atau lingkungan
yangkurang baik. Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antaranggota kelurga, atau
perselisihan antaranggota keluarga (hubungan keluarga kurang harmonis) dapat memicu
perilaku negatif generasi muda/remaja, antara lain mengkonsumsi Napza. Pendidikan yang
salah di keluarga seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberi pendidikan agama, atau
penolakan terhadap eksistensi anak, dapat menjadi penyebab terjadinya penyalahgunaan
Napza.1
Penggunaan narkoba yang berlebihan dapat merusak organ tubuh pengguna. Kerusakan organ
dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat, gangguan persepsi, daya pikir, daya ingat, daya
belajar, daya kreasi, daya emosi, dan kurang kontrol diri pada perilaku. Kondisi tersebut
didukung dengan penelitian Hawari (1991), bahwa dampak penyalahgunaaan narkoba adalah
prestasi sekolah merosot (96%), hubungan kekeluargaan memburuk (93%), mengakibatkan
perkelahian dan tindak kekerasan (65,3%), penyebab terjadinya kecelakaan lalulintas
(58,7%). Penggunaan narkoba baik dalam taraf coba-coba maupun sudah pada
ketergantungan merupakan manifestasi gangguan jiwa dalam bentuk penyimpanagan perilaku
dari normanorma umum yang berlaku. Penelitian yang dilakukan juga menemukan bahwa
remaja berkepribadian anti sosial (psikopatik), mempunyai resikorelatif 19,9 kali untuk
penyalahgunaan narkoba. Hal senada juga terjadi pada remaja yang mempunyai kecemasan
berlebihan mempunyai resiko relatif 13,8 kali untuk penyalahgunaan narkoba.1
Penyimpangan perilaku remaja dapat disebabkan pula adanya ketidakharmonisan hubungan
antara orangtua dan anak. Hasil penelitian Ress dan Wilborn (Purwani Trang Westi, 1992)
menemukan bahwa remaja pecandu obat-obatan terlarang menganggap orangtua mereka
terlalu ikut campur, berkuasa memberikan perlindungan dan sering menyalahkan. Mereka
juga memandang orangtua kurang mempunyai arah dalam perannya sebagai orangtua.
Sebaliknya remaja yang tidak terlibat dalam penggunaan obat-obat terlarang menerima
orangtua mereka sebagai pendorong kemampuan sosial dan mendukung berfikir mandiri.
Penelitian Hawari (1990), ditemukan remaja dengan kondisi keluarga yang tidak baik
mempunyai resiko relatif 7,9 kali untuk penyalahgunaan zat/obat. Menurut Gusti K. Alit
(1995), upaya penanggulangan dalam bentuk pencegahan antara lain sadar narkoba melalui
pemberian pengertian kepada masyarakat secara luas bahaya dan dampak narkoba.1
Salah satu alternatif upaya penanggulangan penyalahgunan narkoba di masyarakat,
khususnya di lingkungan generasi muda, adalah penyebaran informasi tentang bahaya
dandampak narkoba. Misalnya dengan kampanye pencegahan, pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap napza.1
Kampanye penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan melalui pendekatan individu (social
casework), pendekatan kelompok (social groupwork), dan pendekatan kemasyarakatan
(community development/community organization). Berdasarkan hal tersebut, maka
penelitian sikap dan kepedulian remaja terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba
ditinjau dari pengetahuan dilakukan. Rumusan masalah adalah bagaimananakah pengaruh
pengetahuan remaja terhadap sikap dan kepedulian dalam penanggulangan penyalahgunaan
narkoba? Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kementerian Sosial RI
melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza denganberbagai
program penanggulangan penyalahgunaan Napza. Program tersebut dengan mengedepankan
pemberian pengetahuan dan pemahaman tentang narkoba, dan penanggulangan
penyalahgunaan narkoba terutama pada remaja.1
1. Yuni. Sikap Dan Kepedulian Remaja Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba Teenagers Attitude And Concern In Overcoming Drugs Abuse Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Kementerian Sosial
Ri. Yogyakarta. Disetujui 23 Maret 2018, Jurnal Pks Vol 17 No 1 Maret 2018; 47 –
60.
2. Ismawati . Bahaya Narkoba Dikalangan Pelajar Dan Upaya Penanggulangannya .
Media.Neliti.Com/Media/Publications/170413-Id-Bahaya-Narkoba-Dikalangan-
Pelajar-Dan-Up.Pdf. 2017
3. Rahmiyati. Strategi Pencegahan Narkoba Terhadap Remaja. Jurnal “Al-Hiwar”
Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015
4. ADHA. sulteng.antaranews.com/berita/47014/kasus-narkoba-di-sulteng-meningkat-
hampir-18-persen. 1 JANUARI 2019.
5. LITA palu.tribunnews.com/2020/01/09/sepanjang-tahun-2019-sebanyak-1250-
penyalahguna-narkoba-di-sulteng-ditangkap. Kamis. 9 januari 2019.

Anda mungkin juga menyukai