1
1. Tentukan sumber tegangan bolak-balik (AC Supply) sebesar 110 Volt, hati-hati
tegangan selain ini menyebabkan electric shock.
2. Percobaan perangkat ED5060 menggunakan 220V AC, 50 ~ 60Hz fasa satu. Namun
setiap modul menggunakan 110V saja dan daya AC setiap modul disuplay dan 100V
konsul ED5060M.
3. Baca manual (petunjuk) dengan teliti sebelum percobaan dilakukan.
4. Persiapkan peralatan yang diperlukan dan atur setiap input (masukan) sesuai Range
(julat).
5. Sirkit beban dan modul adalah beban resistor internal. Tetapi beban eksternal dapat
dihubungkan sebagai tambahan dengan cara parallel dan nilai beban eksternal
sesuai dengan subjek percobaan. Beban tahanan internal 100V AC : 10kΩ :
tegangan rendah internal 1Ω.
6. Panel perangkat percobaan SCR peka terhadap panas, jangan dipasang pada
tempat yang mempunyai panas tinggi dan hati kontak dengan alat solder.
7. Untuk percobaan yang baik, modul dipasang pada konsul (main frame) a.1 DC Motor
dengan (tacho generator), lampu 10W resistor 200Ω, 300Ω, 400Ω masing-masing
50W.
8. DC V-meter julat skala 50V, 150V.
AC DC V-meter julat skala 50V, 150V.
2
Pengoperasian PNPN dapat digantikan seperti 2 transistor seperti gambar 2 dibawah
ini :
Hubungan 2 transistor aksi saling menghidupkan (regenerative) ketika sinyal gate terjadi
pada base transistor NPN, arus bocor normal sangat kecil sehingga hFE dari umpan balik
(feed back) kedua transistor lebih kecil dan pada hanya satu aja. Keadaan ini seperti
rangkaian dalam keadaan terbuka (OFF). Pulsa positif sesaat pada gate akan membias
transistor NPN dan juga menyebabkan transistor PNP dalam keadaan bias , nilai hFE
sementara akan menjadi lebih besar dari 1 (satu) sehingga pasangan transistor menjadi
jenuh. Arus melalui transistor cukup untuk menahan hFE gabungan
> 1 rangkaian tetap
seperti semula dalam keadaan hidup (ON) sampai keadaan mati (OFF) dengan mengurangi
arus (IT) anoda ke katoda dimana hFE gabungan
< 1 sehingga regeneral terhenti. Arus anoda
threshoid adalah arus holding dan SCR.
3
Cara bekerja TRIAC dapat disamakan dengan 2 SCR yang dihubungkan pararel
secara berlawanan arah seperti pada gambar-3. Walaupun ada 2 gate terpisah untuk SCR
namun TRIAC menggunakan 1 gate dan dapat di tringger dari salah satu gate. Dalam hal ini
TRIAC dioperasikan dari 2 arah dan hakekatnya adalah sama dalam arah forward atau
blocking.
Transistor 2 arah diatas memperlihatkan status blocking high impedans sampai titik
tegangan break over VBO mana
masuk daerah resistans negative karakteristik dasar DIAC
seperti ini menghasilkan pulsa osilasi 2 arah dalam rangkaian AC resistor-kapasitor,
sehingga DIAC adalah 2 arah yang dipakai baik secara ekonomi untuk pengaturan
penyelaan (firing) TRIAC pada rangkaian control fasa seperti lampu kedip (dimmer),
kecepatan motor dll. Gambar-5 adalah rangkaian AC sederhana menggunakan DIAC dan
TRIAC dalam penggunaannya untuk pengaturan fasa.
4
terminal utama TRIAC. Secara alamiah kontruksi thyristor menempatkan kapasitor
junction kecil berada pada masing-masing junction PN. Gambar-6 memperlihatkan
bagaimana sejenis kapasitor internal melekat pada gate thyristor tersebut ketika
tekanan tegangan tiba-tiba terjadi pada junction PN, maka arus pengisian akan
mengalir dengan persamaan I = C. (dV/dt). Ketika C. (dV/dt) bertambah besar atau
sama dengan arus IGT dari
thyristor maka thyristor hidup. Dalam keadaan normal
menghidupkan dengan cara ini tidak merusak karena arus surja yang terbatas,
umumnya penggunaan rangkaian thyristor dirancang dV/dt static jala-jala pendek
untuk mengantisipasi kecepatan kenaikan tegangan.
3. Menghidupkan Dengan Tegangan Break Over : Metoda ini dipakai untuk menyalakan
DIAC. Walaupun dengan tegangan break-over dibolehkan untuk SCR dan TRIAC
namun metoda penyalaan ini tidak disarankan SCR dan TRIAC arus naik ke suatu
harga arus gate dalam titik kecil terlokalisasi yang masih diijinkan sesuai syarat
penyalaan melalui gate dalam titik kecil terlokalisasi yang masih diijinkan sesuai
syarat penyalaan melalui gate thyristor. Jika terjadi penyalaan dengan cara ini maka
ada pemanasan di daerah kecil dan dapat membuat lengkapan silicon leleh atau
rusak jika di /dt akan kenaikan arus tidak dibatasi DIAC digunakan khusus untuk
rangkaian pengontrolan fasa, pada dasarnya memproteksi arus excessive (akibat)
break over selama penyalaan kapasitor tidak besar. Pada waktu DIAC difungsikan
sebagai zener, perlu pembataan arus.
4. Terminologi umum
4.1 istilah-istilah (Terminologi)
ON STATE
5
Suatu keadaan thyristor mempunyai nilai resitans rendah, sebagai tegangan rendah
dan karakteristik dasar sesuai dengan prinsip hubungan tegangan arus rendah dan
karateristik dasar sesuai dengan prinsip hubungan tegangan arus (V/I) dalam kwadran
pensaklaran (switching quadrant).
ON STATE
Suatu keadaan thyristor mempunyai nilai resistant tinggi, bagian tegangan rendah
dan karakteristik dasar sesuai dengan prinsip hubungan tegangan arus (V/I) berada
antara titik asal (nol) dan titik break-over dalam kwadran pensaklaran.
BREAK-OVER POINT
Catatan : Arus melalui terminal-utama 1 dan terminal-utama 2 dan TRIAC atau arus melalui
anoda dan katoda SCR.
Catatan :
1) Dalam hal thyristor reverse blocking tegangan utama lebih besar dan potensial
katoda, dan disebut negative potensial katoda.
2) Dalam hal thyristor 2 arah, tegangan utama disebut positif ketika potensial ketika
anoda lebih besar dari potensial katoda, dan disebut negative ketika potensial
terminal 1.
4.2 Istilah Spesifik
BREAK-OVER VOLTAGE (TEGANGAN BREAK-OVER, VBO)
Nilai saat ini maksimum dan tegangan off-state yang terjadi pada thyristor, transient
voltage tetapi tidak termasuk seluruh non repetitive transient voltage .
6
Nilai sesaat maksimum dari tegangan reverse yang terjadi pada thyristor, transient
voltage tetapi tidak termasuk seluruh non repetitive transient voltage.
Tegangan dasar ketika thyristor dalam status / keadaan hidup (on state).
Nilai sesaat maksimum dan “arus off state” disebabkan penggunaan “repetitive peak off-state
voltage”.
Nilai sesaat maksimum dari “arus reverse” yang disebabkan penggunaan “repetitive peak
reverse voltage”.
Arus keadaan hidup dalam selang waktu singkat dan bentuk gelombang khusus.
Arus dasar minimum diperlukan untuk memelihara thyristor dalam keadaan segera hidup
(on-state immediately) setelah terjadi pensklaran (switching) dari mati ke hidup dan sinyal
kenyalaan (triggering signal) telah terlepas.
Arus dasar minimum diperlukan untuk memelihara thyristor dalam keadaan tetap hidup.
Arus dasar minimum diperlukan untuk mensaklar thyristor dan keadaan mati ke hidup.
Nilai daya gate rata-rata selama waktu perioda penuh yang dipakai antar gate dan terminal
utama-1 (katoda) untuk waktu tertentu.
Nilai daya gate rata-rata selama satu perioda penuh yang dipakai antar gate dan terminal
utama-1 (katoda) untuk waktu tertentu.
7
CRITICAL RATE OFF RISE OFF OFF-STATE VOLTAGE (CRITICAL OR STATIC, dv/dt).
Nilai minimum rata-rata kenaikan tegangan utama yang akan menyebabkan pensaklaran dan
keadaan mati ke keadaan hidup.
Nilai minimum rata-rata kenaikan arus keadaan hidup dimana thyristor dapat tahan efek
merusak.
CRITICAL RATE OFF RISE OFF COMMUTATION VOLTAGE OFF TRIAC (COMMUTATING
dv/dt).
Nilai minimum rata-rata kenaikan tegangan utama yang akan menyebabkan pensaklaran dan
keadaan mati ke keadaan hidup secara tiba-tiba mengikuti konduksi arus keadaan hidup
dalam quadran berlawanan.
Perbedaan temperature antara junction thyristor dan ambient dibagi daya pakai akibat
perbedaan temperatur dalam kondisi keseimbangan ternal.
Catatan : Ambient didefenisikan sebagai titik temperatur tidak berubah sebagai akibat
pemakaian daya.
Perbedaan temperatur antara junction thyristor dan penutup thyristor (case) dibagi daya
pakai akibat perbedaan temperatur dalam kondisi keseimbangan ternal.
8
Untuk maksud penggunaan hanya pemakaian sinyal gate yang sesuai akan dijelaskan dalam
catatan ini. Sinyal gate harus melampui IGT dan
VGT yang
diisyaratkan thyristor. IGT (arus
SCR (lengkap satu arah) membutuhkan sinyal gate positif, dengan akibat berpengaruh pada
polaritas katoda. Gambar-7 memperlihatkan arus mengalir pada sebagaian penampang chip
SCR. Untuk mengunci SCR hidup, arus anoda ke katoda (IT) harus melebihi arus pengunci
(IL) yang disyaratkan. Sekali arus IL mengunci
hidup, maka SCR akan tetap hidup sampai
dimatikan ketika arus anoda ke katoda berada dibawah ini arus hidup (Holding Current, IH)
yang disyaratkan TRIAC (alat dua arah) dapat dihidupkan melalui gate dengan satu salah
polaritas sinyal gate, namun demikian perbedaan polaritas mempunyai beda persyaratkan
dari IGT dan VGT.
9
Gambar-8 berikut ini memperlihatkan mengalir dari chip TRIAC dalam berbagai modus
penyalaan berdasarkan modus cara penyalaan, TRIAC dapat dinyalakan dari 4 (empat)
kwadran dasar modus penyalaan yang diperlihatkan pada gambar-9 pada umumnya
penyalaan TRIAC dilakukan dalam kwadran I dan II dimana, suplai gate disinkronkan dengan
terminal utama suplai daya, misalnya : gate positip, MT2 positip, gate negatif MT2. Kepekaan
(sensitivitas) paling optimum gate TRIAC dicapai ketika bekerja pada kwadran I dan III hal ini
disebabkan kontruksi dalam chip thyristor. Jika operasi kwadran II dan III dimana suplai gate
negatif masing-masing dengan terminal utama disuplai AC. Kepekaan gate kwadran I dan II,
hamper sama walaupun pada kwadran II dan III mempunyai kepekaan arus pengunci
terendah. Namun demikian untuk TRIAC mengunci hidup dalam kwadran II sukar jika suplai
arus terminal utama terlalu kecil. Table pada gambar-10 memberi pengertian terbaik
bagaimana modus penyalaan berhubungan dengan setiap arus yang disyaratkan
menyalakan gate TRIAC. Kwadran IV mempunyai kepekaan site terkecil dari keempat
kwadran. Rangkaian penyalaan pada kwadran I dan IV dipakai dalam penggunaan khusus
10
Contoh untuk TRIAC 4 Amper, jika IGT (I)
= 13mA
Arus trigger gate tergantung pada temperatur seperti yang dilihatkan pada gambar-11.
Thyristor menjadi tidak sensitive dengan menurunya temperatur, demikian pula sebaliknya.
Untuk penggunaan pada temperatur rendah, arus suplai pada gate harus diturunkan pada
sedikitnya 2 (dua) sampai 8 (delapan) kali arus trigger gate yang disyaratkan pada 250 C.
pada kenyataannya factor ini bervariasi tergantung jenis thyristor dan temperatur sekitarnya.
11
Contoh untuk TRIAC 10Amper, jika IGT (I)
= 10a pada 250C maka IGT (II)
= 20Ma pada-40 0 C
dalam pemakaian dimana di/dt tinggi, surja tinggi dan menghidupkan sangat cepat maka
arus alat. Gate harus naik tajam (kenaikan waktu 1µs) dan paling sedikit dua kali IGT atau
lebih tinggi minimum sinyal dengan waktu 3µs. namun jika besarnya aus pengerak gate
sangat tinggi maka waktu harus dibatasi untuk menghindari dan Ovestress (melebihi batas
penyerapan daya) gate junction .
Perlihatkan pada gambar-12.2 bahwa alat tetap hidup untuk setengah gelombang
sampai dengan arus dasar jatuh dibawah level arus holding.
12
Hal yang sama ketika menyalakan gate, arus mengunci diperlukan TRIAC tidak sama untuk
setiap kwadran. Definisi modus mengunci kwadran adalah sama seperti modus menyalakan
gate, gambar-8 & 9 dapat digunakan untuk menjelaskan dengan baik tentang modus
mengunci kwadran gambar-13 memperlihatkan perbedaan modus mengunci kwadran dan
hubungannya dengan kwadran lainya. Dalam penjelasan terdahulu kwadran II mempunyai
kepekaan arus terkecil terhadap kwadran lain.
Gambar-13 tabel perbedaan penguncian kwadran TRIAC contoh untuk TRIAC 10 Amper,
jika IGT (I)
= 12Ma
IGT (III)
= 9.6Ma
Arus mengunci tergantung berapa temperatur selebih besar dibandingkan dengan arus
tigger gate DC. Dengan menggunakan persyaratkan temperatur rendah, harus tersedia arus
utama (arus anoda) yang cukup untuk menjamin thyristor terkunci. Dua hal spesifik menguji
keadaan pengunciaan adalah penggerak gate dan arus utama cukup waktunya. Artinya
lamanya selang waktu menggerakan gate dapat mempertinggi nilai arus penguncian.
13
5.4 Arus Holding SCR dan TRIAC
Arus holding (IH) didefinisikan arus utama minimum diperlukan untuk memelihara
keadaan tetap hidup pada thyristor. Seperti pada kontrak relai mekanik arus holding
dapat digambarkan sebagai level menutup kontak (drop out) atau membuka kontak
(must release). Gambar-12.2 memperlihatkan urutan penyalaan (gate), penguncian.
Akan tetapi sensitivitas akan mendekati nilai arus holding dan pada nilai arus pengunci.
Arus holding tidak tergantung terhadap penyalaan dan penguncian, tetapi alat harus
mengunci penuh sebelum batas arus holding dapat ditentukan.
Modus arus holding thyristor sangat tergantung pada polaritas tegangan terminal utama.
Gambar-14 memperlihatkan bagaimana modus arus holding dan negative TRIAC tergantung
satu dengan lainnya.
Contoh untuk TRIAC 10Ma, kika IH (+) 10ma pada 250C maka IH (-) 7,5 Ma pada 650C arus
holding juga tergantung dan temperatur seperti halnya penyalaan dan penguncian, lihat pada
gambar-15. Perlihatkan bahwa arus mula status hidup 200ma menjamin thyristor mengunci
sebelum arus holding terukur. Juga perhatikan pada temperatur rendah disyaratkan arus
utama (arus anoda) dipenuhi untuk menjaga thyristor tetap dalam keadaan hidup. Arus
holding minimum dan maksimum boleh dispesifikasikan penting, tergantung pada
penggunaannya. Arus holding maksimum juga harus dipertimbangkan jika thyristor berada
dalam keadaan arus utama (anoda) yang rendah. Misalnya arus holding minimum harus
dipertimbangkan jika lengkapan mati dalam keadaan arus utama rendah.
14
MODUL 1
PRAKTIKUM DASAR PENYEARAH TERKONTROL (SCR)
I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari karakteristik dan cara menghidupkan / mematikan SCR (trigger
turn-on dan turn off).
2. Perkiraan julat (range) penggunaan SCR
15
III.2 Pendahuluan
Catatan : Sekali menyala, penunjuk meter arus gate terbalik. Untuk ini pengamatan nilai
arus A-meter harus sebelum SCR hidup.
16
12. Arus gate tergantung keadaan S2, jika S4 ditutup maka SCR Hidup.
13. Matikan / buka (Turn-Off) S4.
14. Tekan tombol / switch S3 sesaat. Amati V-meter bahan, periksa arus beban
mengalir atau tidak.
15. Ubah tegangan masuk DC menjadi : 4 V, 8V, 12V, 16V dan 20V catat nilai arus
gate ketika SCR dinyalakan (ditriger) dengan tegangan berbeda.
16. Setelah menghidupkan SCR, turunkan secara bertahap tegangan masuk DC
antara anoda-katod sekali tegangan diturunkan menjadi 0V
1.
2.
3.
4.
5.
V. Tugas
1. Ketika SCR dinyalakan, dengan bagaimana hubungan arus gate dan tegangan
anoda – katoda?
2. Jelaskan cara mematikan SCR!
3. Apa kesimpulan saudara dari percobaan ini?
17
PERCOBAAN- 1.2 : MENENTUKAN KARAKTERISTIK OPERASI DENGAN
I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari bagaimana cara kerja SCR sebagai reftifer penyearah
2. Mempelajari bagaimana reftifer yang besar dihidupkan atau dimatikan dengan
mengontrol arus gate yang relatif kecil
II. Peralatan Yang Dipakai
1. Konsul (kotak) D-5060M
2. Modul U-5060A
III. Pelaksanaan & Prosedur Percobaan
III.1 Rangkaian Percobaan
Rangkaian percobaan karakteristik penyearah dengan SCR dalam rangkaian
18
III.2 Pendahuluan
19
11. Amati dab catat bentuk gelombang pada R2 (J5-J3) dan antara anoda-katoda
SCR (J2-J3) dengan mengatur secara bertahap R1 berlawanan arah jarum jam.
12. Amati dan catat bentuk gelombang pada R2 dan SCR ketika SCR ditrigger. Pada
ketika ini V-meter pada beban (J1-J2) akan menunjuk 20V.
13. Matikan S4 dalam keadaan SCR hidup dan diperiksa jika SCR mati.
20
MODUL 2
PENGATURAN FASA DAN PENYEARAH
(PHASE CONTROL AND RECTIFICATION EXPERIMENT)
I. Tujaun Percobaan
1. Memahami prinsip dan kerja pengatur fasa dalam sirkit AC.
2. Mempelajari penggunaan pengatur fasa.
3. Mempelajari bekerjanya penyearah gelombang penuh.
II. Peralatan Yang Dipakai
1. Konsul (kotak) ED-5060M.
2. Modul U-5060B (Rectifier and phase control).
3. Oscillioscope dual trace (dua channel).
III. Pelaksanaan & Prosedur Percobaan
III.1 Rangkaian Percobaan
21
III.2 Pendahuluan
Umumnya tegangan AC fasa tunggal berubah nilai positif / negatif sesuai periode
waktu gelombang sinus. Pada tegangan AC lainnya, rata-rata daya beban berubah mengikuti
penyalaan awal titik fasa (turn-on phase point). Pada SCR mati (turn-off) setiap sudut fasa
1800 jika sekali saja dimatikan. Jadi tidak mungkin arus beban mengalir terus kecuali ada
penyalaan gate. Penyalasan ini (continual triggering) harus dilakaukan pada sudut fasa yang
sama untuk frekwensi tegangan AC. Pada penyearah setengah gelombang dengan SCR
penyalaan kembali (retriggering) terjadi setelah setengah periode. Tetapi untuk penyearah
gelombang penuh penyerah menggunakan dua (2) atau lebih SCR, penyalaan dalam satu
periode diperlukan setiap setengah periode (+) dan setengah periode (-). Dalam sirkit
percobaan diode D1-D4 adalah penyearah gelombang penuh 60 Hz dan menggunakan UJT
sebagai pembangkit sinyal trigger setiap periode (+,-) atau 120 kali per detik. Osilasi UJT
22
sebagai pembangkit sinyal trigger setiap periode (+,-) atau 120 kali per detik. Osilasi UJT
dihasilkan oleh komposisi VR, C1 dan UJT. Membangkitkan pengaturan variasi besar sudut
penyalaan pada r3 dengan control oleh besarnya VR1.
23
Posisi VR 00 dan SCR atau S2 dimatikan turn-off
V. Tugas
1. Catat hubungan sudut hantar missal (missal 00, 900, 1800, 2700,….dst).
2. Catat hubungkan sudut hantaran dengan R3, bentuk gelombang.
3. Amati dan gambar bentuk gelombang keluar pada beban dalam keadaan S2
dimatikan (turn-off).
4. Sebutkan komponen peralatan ini yang menentukan time konstan kelambatan
pulsa trigger. Jelaskan mengapa SCR selalu ditrigger dengan fasa konstan?
5. Besarnya pulsanya trigger bertambah sesudah SCR dihidupkan dan ketika sudut
hantar membersar
6. Gambar sket dan jelaskan hubungan antara frekwensi keluar trigger dan sudut
hantar SCR 1 & SCR 2.
7. Jelaskan mengapa ketika S2 terbuka, gambar di beban tampil setengah
gelombang.
8. Jelaskan hubungan antara perbedaan time-konstan dari VR1 & C1 dan sudut
hantar pada beban.
9. Apa yang anda disimpulkan dari percobaan ini.
24
25
MODUL 3
PRAKTIKUM RANGKAIAN GATE PENYEARAH TERKONTROL (SCR)
JENIS BUKA-TUTUP RANGKAIAN TRIGGER SENDIRI
I. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari bagaimana SCR dihidupkan dan dimatikan oleh control terisolasi.
2. Percobaan cara trigger menggunakan transformator jenuh (saturable
transformer).
II. Peralatan Yang Dipakai
1. Konsul (kotak) ED-5060M
2. Modul U-5060C (Trigger by saturable reactor)
3. Oscilioscope
III. Pelaksanaan & Prosedur Percobaan :
III.1 Rangkaian Percobaan
III.2 Pendahuluan
Pada gambar 2.1 trafo jenuh terhubung parallel dengan gate SCR. Jika sekunder trafo
T1 menjadi penuh, maka reaktrans turun mendekati 0. Tetapi jika tidak jenuh reaktans tak
terhingga SCR hidup, karena arus bias yang mengalir melalui R1, R2 dan D2 arus ini juga
mengalir ke gate SCR. Dengan demikian SCR tidak dapat hidup jika jenuh dan nilai reaktans
kecil, sebab arus bias R1, R2 dan D2 mengalir di belitan sekunder T1 coba jelaskan
karakteristik operasi transformator jenuh. Ketika pulsa (-) terjadi pada masukan primer T1
26
maka T1 akan jenuh. Pada waktu arus jenuh mengalir di sekunder, T1 akan berada dalam
keadaan jenuh tanpa masukan sinyal T1, karena dalam keadaan terkunci. Ketika pulsa (+)
terjadi pada masukan primer T1 yang jenuh, T1 akan reset seketika ke keadaan normal dan
kondisi jenuh dan reaktans sekunder besar. Rangkaian ini digunakan untuk mengontrol arus
pulsa control primer dan T1 secara beban dengan perbandingan belitan primer dan
sekunder.
1. Saklar sumber utama konsul ED-5060M dalam keadaan terbuka (turn-off) dan
hubungkan sumber tegangan AC 100V masuk ke terminal U-5060C.
2. S1 terbuka dan hubungkan oscilloscope ke J3 dan J4.
3. Hidupkan konsul dan atur tegangan DC 20V.
4. Hubungkan lampu pada konsul sebagai beban dan masukan saklar s1. Jika lampu
menyala berarti dalam keadaan tidak jenuh dan T1 juga dalam keadaan tidak jenuh.
5. Jika T1 dalam keadaan tidak jenuh, hubungkan polaritas (+) DC 20V ke polaritas (+)
sinyal masuk secara seketikan dan lepaskan hubungkan ke (-), amati nyala lampu.
6. Sekarang hubungkan polaritas (+) sumber DC ke polaritas (-) sinyal masuk secara
seketika dan lepaskan. Hubungkan (-) dan sumber DC ke (+) dan sinyal masuk.
Periksa bahwa lampu tidak menyala.
7. Pada tahap butri 5 dan 6, amati dan gambar sket bentuk gelombang sesaat ketika
SCR dihidupkan dan dimatikan.
27
MODUL 4
I.Tujuan Percobaan :
28
29
30
III. Teori Modul
Tujuan Utama Pengubah Daya Statis adalah menghasilkan gelombang output AC dari catu
daya DC.Untuk output AC sinusoida nilai ,frekuensi dan fase harus dapat dikontrol.
Pengubah daya statis khususnya Inverter dibangun dari saklar daya dan gelombang
output AC.Yang kemudian dibuat nilai diskritnya .Sirkit contoh untuk sirkit inverter pasif
ditunjukkan pada gambar 9.1.
31
IV.PROSEDUR PERCOBAAN
32
Gambar 9.3 Sirkit Kontrol untuk Sirkit Inverter Pasif
1. Hubungkan sirkit seperti gambar 9.1 dan 9.2,kemudian gabungkan kedua sirkit
tersebut menjadi satu dengan menghubungkan Gate dan Cathode serta sumber +15
V dan - 15 V ke masing-masing terminalnya
2. Semua control harus berada pada posisi minimalnya
3. Set frekuensi modul GOTT 588 007 ke 500 Hz
4. Turn On modul GOTT 588 002
5. Gunakan Osiloskop Digital untuk mengamati bentuk gelombang pada terminal A
dan terminal B
6. Pelan-pelan naikkan Reference Variable Generator hingga osiloskop menunjukkan
tON 1800 µs
7. Gunakan Voltmeter DC dan Ammeter untuk mengukur V OUT dan I OUT kemudian
catat hasilnya pada tabel 9.1
8. Pelan-pelan atur reference variable generator hingga osiloskop menunjukkan t ON
1500 µs
9. Gunakan Voltmeter DC dan Ammeter untuk mengukurVOUT dan IOUT kemudian catat
hasilnya pada tabel 9.1
10. Ulangi langkah 8 s/d 9 dengan pengubahan tON 1000 µs,500 µs dan 200 µs
kemudian catat nilainya sesuai dengan tabel 9.1
33
Tabel 9.1 Nilai yang diukur
V. Pertanyaan
34
MODUL 5
SIMULATOR KESALAHAN
I.Tujuan Percobaan :
35
36
III. Teori Modul
IV.Langkah-langkah Percobaan :
37
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk saklar 2 hingga saklar 20 dan Amati simulasi
kesalahannya
38
Symptoms
39
Hubung Singkat trimmer tidak bisa diatur ke nilai
yang
8 minimum.Trimmer diatur ke kanan dan lampu
selalu on
40
Ketika kapasitor C2 tidak dihubungkan yang
menyebabkan
16 lampu tidak bisa diatur. Ketika potensiometer diatur
kekanan
dan lampu akan menyala ( on)
Kegagalan yang kompleks:kapasitor C2 dari 0.1
µF diganti
17 dengan 0.47 µF.Ketika potensiometer diatur ke
kanan ,
sehingga lampu dapat menyala (on)
Kapasitas C1 tanpa koneksi tetapi mempunyai nilai
minimum
18 menjadi terlalu tinggi
Catatan:
V.Pertanyaan
41