Anda di halaman 1dari 41

PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

1. Abstrak dan Tujuan.


Praktikum Elektronika Daya ini terdiri dari percobaan – percobaan menggunakan
perangkat percobaan (experiment set) SCR atau Penyearah Terkontrol dilengkapi dengan
peragaan karakteristik operasi dan petunjuk percobaan dalam percobaan ini, dicantumkan
juga tujuan yang ingin dicapai sesuai tingkatannya dan dilengkapi pula dengan diagram
rangkaian titik uji (test point) yang diperlukan on / off (hidup / mati) pada panel modul
perangkat percobaan SCR terdiri dari 1 (satu) konsul ED 2060m dan 9 modul yaitu :

1. Karakteristik SCR (Trigger and Control 1 : Modul U – 5060C).


2. Penyearah dan pengaturan fasa (Rectifier and Phase Control : Modul U –
5060B).
3. Trigger dan Kontrol (Trigger and Control 1 : Modul U – 5060C).
4. Trigger dan Kontrol 2 (Trigger and Control 2 : Modul U – 5060D).
5. Sirkit Kontrol Cahaya (Photo Controlled Circuit : Modul U – 5060E).

6. Pengisi Baterai Otomatis (Battery Auto Charger : Modul U – 5060F).


7. Inverter DC – AC (DC to AC Converter : Modul U - 50600).
8. Pengaturan Kecepatan Motor (Motor Speed Control : Modul U – 5060H).
9. Sirkit Pengaturan DC (DC Regulator Circuit : Modul U – 5060B).

2. Petunjuk Umum Untuk Perangkat Percobaan.


Praktikum Elektronika Daya ini dibagi menjadi 3 tingkat (bagian) dan semuanya terdiri
daru 12 (dua belas) percobaan. Petunjuk Umum untuk percobaan ini sebagai berikut :

1
1. Tentukan sumber tegangan bolak-balik (AC Supply) sebesar 110 Volt, hati-hati
tegangan selain ini menyebabkan electric shock.
2. Percobaan perangkat ED5060 menggunakan 220V AC, 50 ~ 60Hz fasa satu. Namun
setiap modul menggunakan 110V saja dan daya AC setiap modul disuplay dan 100V
konsul ED5060M.
3. Baca manual (petunjuk) dengan teliti sebelum percobaan dilakukan.
4. Persiapkan peralatan yang diperlukan dan atur setiap input (masukan) sesuai Range
(julat).
5. Sirkit beban dan modul adalah beban resistor internal. Tetapi beban eksternal dapat
dihubungkan sebagai tambahan dengan cara parallel dan nilai beban eksternal
sesuai dengan subjek percobaan. Beban tahanan internal 100V AC : 10kΩ :
tegangan rendah internal 1Ω.
6. Panel perangkat percobaan SCR peka terhadap panas, jangan dipasang pada
tempat yang mempunyai panas tinggi dan hati kontak dengan alat solder.
7. Untuk percobaan yang baik, modul dipasang pada konsul (main frame) a.1 DC Motor
dengan (tacho generator), lampu 10W resistor 200Ω, 300Ω, 400Ω masing-masing
50W.
8. DC V-meter julat skala 50V, 150V.
AC DC V-meter julat skala 50V, 150V.

3. Karakteristik Dasar Thyristor.


3.1 Pendahuluan
Thyristor termasuk jenis semi konduktor terdiri dari lengkapan yang sangat berguna.
Jenis yang banyak dipakai yaitu : Silicon Controlled Rectifier (SCR), TRIAC dan DIAC.
Banyak penggunaan peralatan dengan komponen ini adalah untuk fungsi lingkungan
kecepatan dan keadalan spesifik yang tidak dapat dipenuhi oleh lengkapan elektromekanik,
karena penggunaannya untuk menggantikan lengkapan elektromekanik bermacam-macam
maka banyak karakteristik, terus dan parameter perlu dipahami. Tujuaannya agar SCR,
TRIAC dan DIAC dan digunakan dengan baik sesuai dengan karakteristik Thyristor.

3.2 Dasar Penggunaan Thyristor

2
Pengoperasian PNPN dapat digantikan seperti 2 transistor seperti gambar 2 dibawah
ini :

Hubungan 2 transistor aksi saling menghidupkan (regenerative) ketika sinyal gate terjadi
pada base transistor NPN, arus bocor normal sangat kecil sehingga h​FE dari umpan balik
(feed back) kedua transistor lebih kecil dan pada hanya satu aja. Keadaan ini seperti
rangkaian dalam keadaan terbuka (OFF). Pulsa positif sesaat pada gate akan membias
transistor NPN dan juga menyebabkan transistor PNP dalam keadaan bias , nilai h​FE
sementara akan menjadi lebih besar dari 1 (satu) sehingga pasangan transistor menjadi
jenuh. Arus melalui transistor cukup untuk menahan h​FE gabungan
​ > 1 rangkaian tetap
seperti semula dalam keadaan hidup (ON) sampai keadaan mati (OFF) dengan mengurangi
arus (I​T​) anoda ke katoda dimana h​FE gabungan
​ < 1 sehingga regeneral terhenti. Arus anoda
threshoid adalah arus holding dan SCR.

3.3 Dasar Pengoperasian TRIAC


Kontruksi TRIAC dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini fungsi utama TRIAC
mengatur daya bolak-balik pada rangkaian arus bolak-balik (AC).

3
Cara bekerja TRIAC dapat disamakan dengan 2 SCR yang dihubungkan pararel
secara berlawanan arah seperti pada gambar-3. Walaupun ada 2 gate terpisah untuk SCR
namun TRIAC menggunakan 1 gate dan dapat di tringger dari salah satu gate. Dalam hal ini
TRIAC dioperasikan dari 2 arah dan hakekatnya adalah sama dalam arah forward atau
blocking.

3.4 Dasar Pengoperasian DIAC.


Kontruksi DIAC sama seperti “open base” transistor NPN di bawah ini :

Transistor 2 arah diatas memperlihatkan status blocking high impedans sampai titik
tegangan break over V​BO mana
​ masuk daerah resistans negative karakteristik dasar DIAC
seperti ini menghasilkan pulsa osilasi 2 arah dalam rangkaian AC resistor-kapasitor,
sehingga DIAC adalah 2 arah yang dipakai baik secara ekonomi untuk pengaturan
penyelaan (firing) TRIAC pada rangkaian control fasa seperti lampu kedip (dimmer),
kecepatan motor dll. Gambar-5 adalah rangkaian AC sederhana menggunakan DIAC dan
TRIAC dalam penggunaannya untuk pengaturan fasa.

3.5 Metode Menghidupkan Thyristor.


Ada 3 cara umum menghidupkan SCR agar
hidup (on-state) sebagai berikut :
1. Penggunaan Sinyal Gate : Harus melebihi
syarat I​GT Thyristor yang dipakai untuk
SCR arah tunggal (unilateral device) sinyal ini
harus positif ke masing-masing polaritas
katoda. Untuk 2 arah (bilateral device)
TRIAC dapat dihidupkan dengan sinyal
gate pada salah satu polaritas meskipun perbedaan polaritas mempunyai
perbedaan persyaratan dari I​GT dan V​GT. ​Karena DIAC tidak mempunyai gate metoda
menghidupkan TRIAC.
2. Menghidupkan Dengan (Dv/dt) STATIC : Metoda ini berdasarkan dan cepatnya
kenaikan tegangan yang digunakan pada terminal anoda dan katoda dan SCR atau

4
terminal utama TRIAC. Secara alamiah kontruksi thyristor menempatkan kapasitor
junction kecil berada pada masing-masing junction PN. Gambar-6 memperlihatkan
bagaimana sejenis kapasitor internal melekat pada gate thyristor tersebut ketika
tekanan tegangan tiba-tiba terjadi pada junction PN, maka arus pengisian akan
mengalir dengan persamaan I = C. (dV/dt). Ketika C. (dV/dt) bertambah besar atau
sama dengan arus I​GT dari
​ thyristor maka thyristor hidup. Dalam keadaan normal
menghidupkan dengan cara ini tidak merusak karena arus surja yang terbatas,
umumnya penggunaan rangkaian thyristor dirancang dV/dt static jala-jala pendek
untuk mengantisipasi kecepatan kenaikan tegangan.

3. Menghidupkan Dengan Tegangan Break Over : Metoda ini dipakai untuk menyalakan
DIAC. Walaupun dengan tegangan break-over dibolehkan untuk SCR dan TRIAC
namun metoda penyalaan ini tidak disarankan SCR dan TRIAC arus naik ke suatu
harga arus gate dalam titik kecil terlokalisasi yang masih diijinkan sesuai syarat
penyalaan melalui gate dalam titik kecil terlokalisasi yang masih diijinkan sesuai
syarat penyalaan melalui gate thyristor. Jika terjadi penyalaan dengan cara ini maka
ada pemanasan di daerah kecil dan dapat membuat lengkapan silicon leleh atau
rusak jika di /dt akan kenaikan arus tidak dibatasi DIAC digunakan khusus untuk
rangkaian pengontrolan fasa, pada dasarnya memproteksi arus excessive (akibat)
break over selama penyalaan kapasitor tidak besar. Pada waktu DIAC difungsikan
sebagai zener, perlu pembataan arus.

4. Terminologi umum
4.1 istilah​-​istilah (Terminologi)
ON STATE

5
Suatu keadaan thyristor mempunyai nilai resitans rendah, sebagai tegangan rendah
dan karakteristik dasar sesuai dengan prinsip hubungan tegangan arus rendah dan
karateristik dasar sesuai dengan prinsip hubungan tegangan arus (V/I) dalam kwadran
pensaklaran (switching quadrant).

ON STATE

Suatu keadaan thyristor mempunyai nilai resistant tinggi, bagian tegangan rendah
dan karakteristik dasar sesuai dengan prinsip hubungan tegangan arus (V/I) berada
antara titik asal (nol) dan titik break-over dalam kwadran pensaklaran.

BREAK-OVER POINT

Beberapa titik pada karakteristik dasar hubungan tegangan-arus dimana perbedaan


resistans adalah nol dan tegangan dasar mencapai harga maksimum.

PRINCIPAL CURRENT (ARUS DASAR)

Besaran generic arus melalui kolektor junction.

Catatan : ​Arus melalui terminal-utama 1 dan terminal-utama 2 dan TRIAC atau arus melalui
anoda dan katoda SCR.

PRINCIPAL VOLTAGE (TEGANGAN DASAR)

Tegangan Antara Terminal

Catatan :

1) Dalam hal thyristor reverse blocking tegangan utama lebih besar dan potensial
katoda, dan disebut negative potensial katoda.
2) Dalam hal thyristor 2 arah, tegangan utama disebut positif ketika potensial ketika
anoda lebih besar dari potensial katoda, dan disebut negative ketika potensial
terminal 1.
4.2 Istilah Spesifik
BREAK-OVER VOLTAGE (TEGANGAN BREAK-OVER, V​BO​)

Tegangan dasar pada titik break over

REPETITIVE PEAK OFF-STATE VOLTAGE (V​DRM​)

Nilai saat ini maksimum dan tegangan off-state yang terjadi pada thyristor, transient
voltage tetapi tidak termasuk seluruh non repetitive transient voltage .

REPETITIVE PEAK REVERSE VOLTAGE OFF ON SCR (V​RRM​)

6
Nilai sesaat maksimum dari tegangan reverse yang terjadi pada thyristor, transient
voltage tetapi tidak termasuk seluruh non repetitive transient voltage.

ON STATE VOLTAGE (TEGANGAN HIDUP, V​T​)

Tegangan dasar ketika thyristor dalam status / keadaan hidup (on state).

GATE TRIGGER VOLTAGE (TEGANGAN PENYALAAN GATE, V​GT​).

Tegangan gate yang diperlukan untuk menghasilkan arus trigger gate.

BREAK-OVER CURRENT (ARUS BREAK-OVER, I​BO​).

Arus dasar ketika titik break over.

REPETITIVE PEAK OFF STATE CURRENT (I​DRM​).

Nilai sesaat maksimum dan “arus off state” disebabkan penggunaan “repetitive peak off-state
voltage”.

REPETITIVE PEAK REVERSE CURRENT OFF AN SCR (I​RRM​).

Nilai sesaat maksimum dari “arus reverse” yang disebabkan penggunaan “repetitive peak
reverse voltage”.

ON STATE CURRENT (I​T​).

Arus dasar ketika thyristor dalam keadaan hidup (on state).

SURGE (NON REPETITIVE) ON-STATE CURRENT (I​ySM​)

Arus keadaan hidup dalam selang waktu singkat dan bentuk gelombang khusus.

LATCHING CURRENT (ARUS MENGUNCI, I​L​).

Arus dasar minimum diperlukan untuk memelihara thyristor dalam keadaan segera hidup
(on-state immediately) setelah terjadi pensklaran (switching) dari mati ke hidup dan sinyal
kenyalaan (triggering signal) telah terlepas.

HOLDING CURRENT (ARUS HIDUP I​H​)

Arus dasar minimum diperlukan untuk memelihara thyristor dalam keadaan tetap hidup.

GATE TRIGGER CURRENT (I​GT​)

Arus dasar minimum diperlukan untuk mensaklar thyristor dan keadaan mati ke hidup.

PEAK GATE POWER DISSIPATION (P​GAV​)

Nilai daya gate rata-rata selama waktu perioda penuh yang dipakai antar gate dan terminal
utama-1 (katoda) untuk waktu tertentu.

AVARAGE GATE POWER DISSIPATION (​GAV​)

Nilai daya gate rata-rata selama satu perioda penuh yang dipakai antar gate dan terminal
utama-1 (katoda) untuk waktu tertentu.

7
CRITICAL RATE OFF RISE OFF OFF-STATE VOLTAGE (CRITICAL OR STATIC, dv/dt).

Nilai minimum rata-rata kenaikan tegangan utama yang akan menyebabkan pensaklaran dan
keadaan mati ke keadaan hidup.

CRITICAL RATE OFF RISE OFF ON-STATE CURRENT (di/dt).

Nilai minimum rata-rata kenaikan arus keadaan hidup dimana thyristor dapat tahan efek
merusak.

CRITICAL RATE OFF RISE OFF COMMUTATION VOLTAGE OFF TRIAC (COMMUTATING
dv/dt).

Nilai minimum rata-rata kenaikan tegangan utama yang akan menyebabkan pensaklaran dan
keadaan mati ke keadaan hidup secara tiba-tiba mengikuti konduksi arus keadaan hidup
dalam quadran berlawanan.

THERMAL RESISTANCE, JUNCTION TO AMBIENT (V​θJA​)

Perbedaan temperature antara junction thyristor dan ambient dibagi daya pakai akibat
perbedaan temperatur dalam kondisi keseimbangan ternal.

Catatan : ​Ambient didefenisikan sebagai titik temperatur tidak berubah sebagai akibat
pemakaian daya.

THERMAL RESISTANCE, JUNCTION TO CASE (R​θJC​)

Perbedaan temperatur antara junction thyristor dan penutup thyristor (case) dibagi daya
pakai akibat perbedaan temperatur dalam kondisi keseimbangan ternal.

5 Gating, Latching dan Holding Off SCR dan TRIAC


5.1 Pendahuluan
Penyalaan (gating), penguncian (latching) dan holding arus thyristor adalah beberapa
dari parameter penting. Parameter-parameter ini dan sehubungan dengannya ditentukan
apabila SCR dan TRIAC akan berfungsi dengan baik dalam bermacam-macam penggunaan
rangkaian. Tujuan dari pemakaian catatan ini memperlihatkan pemakai SCR dan TRIAC
bagaimana parameter ini berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga cara operasinya
dapat dipilih terbaik.

5.2 Penyalaan SCR dan TRIAC


Ada 3 cara menswitch thyristor keadaan status hidup :
(1) Memakai sinyal gate yang sesuai
(2) Melampaui karakteristik static dv/dt thyristor
(3) Melampaui titik tegangan break over

8
Untuk maksud penggunaan hanya pemakaian sinyal gate yang sesuai akan dijelaskan dalam
catatan ini. Sinyal gate harus melampui I​GT dan
​ V​GT yang
​ diisyaratkan thyristor. I​GT (arus

trigger gate) harus melampaui I​GT dan


​ V​GT yang
​ disyaratkan thyristor. V​GT (arus
​ trigger gate)
didefiniskan arus minimum thyristor yang diisyaratkan thyristor. I​GT (arus
​ trigger gate)
didefenisikan arus minimum thyristor yang diisyaratkan untuk menswitch thyristor dari status
mati ke hidup. V​GT (tegangan
​ trigger gate) didefinisikan tegangan yang disyaratkan untuk
menghasilkan arus trigger arus trigger gate.

SCR (lengkap satu arah) membutuhkan sinyal gate positif, dengan akibat berpengaruh pada
polaritas katoda. Gambar-7 memperlihatkan arus mengalir pada sebagaian penampang chip
SCR. Untuk mengunci SCR hidup, arus anoda ke katoda (IT) harus melebihi arus pengunci
(I​L​) yang disyaratkan. Sekali arus I​L mengunci
​ hidup, maka SCR akan tetap hidup sampai
dimatikan ketika arus anoda ke katoda berada dibawah ini arus hidup (Holding Current, I​H​)
yang disyaratkan TRIAC (alat dua arah) dapat dihidupkan melalui gate dengan satu salah
polaritas sinyal gate, namun demikian perbedaan polaritas mempunyai beda persyaratkan
dari I​GT dan V​GT.

9
Gambar-8 berikut ini memperlihatkan mengalir dari chip TRIAC dalam berbagai modus
penyalaan berdasarkan modus cara penyalaan, TRIAC dapat dinyalakan dari 4 (empat)
kwadran dasar modus penyalaan yang diperlihatkan pada gambar-9 pada umumnya
penyalaan TRIAC dilakukan dalam kwadran I dan II dimana, suplai gate disinkronkan dengan
terminal utama suplai daya, misalnya : gate positip, MT2 positip, gate negatif MT2. Kepekaan
(sensitivitas) paling optimum gate TRIAC dicapai ketika bekerja pada kwadran I dan III hal ini
disebabkan kontruksi dalam chip thyristor. Jika operasi kwadran II dan III dimana suplai gate
negatif masing-masing dengan terminal utama disuplai AC. Kepekaan gate kwadran I dan II,
hamper sama walaupun pada kwadran II dan III mempunyai kepekaan arus pengunci
terendah. Namun demikian untuk TRIAC mengunci hidup dalam kwadran II sukar jika suplai
arus terminal utama terlalu kecil. Table pada gambar-10 memberi pengertian terbaik
bagaimana modus penyalaan berhubungan dengan setiap arus yang disyaratkan
menyalakan gate TRIAC. Kwadran IV mempunyai kepekaan site terkecil dari keempat
kwadran. Rangkaian penyalaan pada kwadran I dan IV dipakai dalam penggunaan khusus

10
Contoh untuk TRIAC 4 Amper, jika I​GT (I)
​ = 13mA

Maka I​GT ​(III) 13mA

I​GT ​(IV) 50mA

Arus trigger gate tergantung pada temperatur seperti yang dilihatkan pada gambar-11.
Thyristor menjadi tidak sensitive dengan menurunya temperatur, demikian pula sebaliknya.
Untuk penggunaan pada temperatur rendah, arus suplai pada gate harus diturunkan pada
sedikitnya 2 (dua) sampai 8 (delapan) kali arus trigger gate yang disyaratkan pada 25​0 ​C.
pada kenyataannya factor ini bervariasi tergantung jenis thyristor dan temperatur sekitarnya.

11
Contoh untuk TRIAC 10Amper, jika I​GT (I)
​ = 10a pada 25​0​C maka I​GT (II)
​ = 20Ma pada-40 0​​ C
dalam pemakaian dimana di/dt tinggi, surja tinggi dan menghidupkan sangat cepat maka
arus alat. Gate harus naik tajam (kenaikan waktu 1µs) dan paling sedikit dua kali I​GT atau

lebih tinggi minimum sinyal dengan waktu 3µs. namun jika besarnya aus pengerak gate
sangat tinggi maka waktu harus dibatasi untuk menghindari dan Ovestress (melebihi batas
penyerapan daya) gate junction .

5.3 Arus Penguncian SCR dan TRIAC


Arus penguncian (I​L​) didefenisikan sebagai arus dasar minimum yang dibutuhkan untuk
memelihara dalam keadaan status hidup sesaat setelah pensaklaran dari mati ke hidup dan
sinyal penyalaan tidak ada arus penguncian dapat lebih dipahami seperti gejala relai
mekanik “pick-up atau “full in” dari relai mekanik. Gambar 12. 1 dan 12.2 memperlihatkan
gejala penguncian pada contoh thyristor. Dalam gambar 12.1 thyristor tidak jadi hidup
seteloha pengerak gate lepas karena ketidakcukupan arus dasar karena lebih rendah dan
pada arus pengunci diperlukan.

Perlihatkan pada gambar-12.2 bahwa alat tetap hidup untuk setengah gelombang
sampai dengan arus dasar jatuh dibawah level arus holding.

12
Hal yang sama ketika menyalakan gate, arus mengunci diperlukan TRIAC tidak sama untuk
setiap kwadran. Definisi modus mengunci kwadran adalah sama seperti modus menyalakan
gate, gambar-8 & 9 dapat digunakan untuk menjelaskan dengan baik tentang modus
mengunci kwadran gambar-13 memperlihatkan perbedaan modus mengunci kwadran dan
hubungannya dengan kwadran lainya. Dalam penjelasan terdahulu kwadran II mempunyai
kepekaan arus terkecil terhadap kwadran lain.

Gambar-13 tabel perbedaan penguncian kwadran TRIAC contoh untuk TRIAC 10 Amper,
jika I​GT (I)
​ = 12Ma

Maka I​GT ​(II) = 48Ma

I​GT (III)
​ = 9.6Ma

I​GT ​(IV) = 8.4Ma

Arus mengunci tergantung berapa temperatur selebih besar dibandingkan dengan arus
tigger gate DC. Dengan menggunakan persyaratkan temperatur rendah, harus tersedia arus
utama (arus anoda) yang cukup untuk menjamin thyristor terkunci. Dua hal spesifik menguji
keadaan pengunciaan adalah penggerak gate dan arus utama cukup waktunya. Artinya
lamanya selang waktu menggerakan gate dapat mempertinggi nilai arus penguncian.

13
5.4 Arus Holding SCR dan TRIAC
Arus holding (I​H​) didefinisikan arus utama minimum diperlukan untuk memelihara
keadaan tetap hidup pada thyristor. Seperti pada kontrak relai mekanik arus holding
dapat digambarkan sebagai level menutup kontak (drop out) atau membuka kontak
(must release). Gambar-12.2 memperlihatkan urutan penyalaan (gate), penguncian.
Akan tetapi sensitivitas akan mendekati nilai arus holding dan pada nilai arus pengunci.
Arus holding tidak tergantung terhadap penyalaan dan penguncian, tetapi alat harus
mengunci penuh sebelum batas arus holding dapat ditentukan.

Contoh untuk TRIAC 10 Amper, jika I​H ​(+) = 10ma

Maka I​H (-)


​ = 14ma

Modus arus holding thyristor sangat tergantung pada polaritas tegangan terminal utama.
Gambar-14 memperlihatkan bagaimana modus arus holding dan negative TRIAC tergantung
satu dengan lainnya.

Contoh untuk TRIAC 10Ma, kika I​H ​(+) 10ma pada 25​0​C maka I​H ​(-) 7,5 Ma pada 65​0​C arus
holding juga tergantung dan temperatur seperti halnya penyalaan dan penguncian, lihat pada
gambar-15. Perlihatkan bahwa arus mula status hidup 200ma menjamin thyristor mengunci
sebelum arus holding terukur. Juga perhatikan pada temperatur rendah disyaratkan arus
utama (arus anoda) dipenuhi untuk menjaga thyristor tetap dalam keadaan hidup. Arus
holding minimum dan maksimum boleh dispesifikasikan penting, tergantung pada
penggunaannya. Arus holding maksimum juga harus dipertimbangkan jika thyristor berada
dalam keadaan arus utama (anoda) yang rendah. Misalnya arus holding minimum harus
dipertimbangkan jika lengkapan mati dalam keadaan arus utama rendah.

14
MODUL 1
PRAKTIKUM DASAR PENYEARAH TERKONTROL (SCR)

PERCOBAAN – 1.1 : KARAKTERISTIK OPERASI DENGAN RANGKAIAN


TEGANGAN SEARAH (DC)

I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari karakteristik dan cara menghidupkan / mematikan SCR (trigger
turn-on dan turn off).
2. Perkiraan julat (range) penggunaan SCR

II. Peralatan Yang Dipakai


1. Konsul (kotak) ED – 5060 M
2. Modul U – 5060 A
3. Avometer 1 buah

III. Pelaksanaan & Prosedur Percobaan


III.1 Rangkai Percobaan
Rangkaian percobaan karakteristik operasi SCR dengan serah sesuai dengan modul
5060 A. seperti gambar di bawah ini.

15
III.2 Pendahuluan

Dalam percobaan ini akan diperagakan karateristik operasi menghidupakan


(Turn-On) antara arus gate dan anoda-katoda dan dinaikan secara bertahap dari kondisi mati
(Turn-Off). Amati nilai tertentu dari arus gate ketika SCR tumon. Sekali SCR hidup maka
SCR tidak akan mati walaupun arus gate dikurangi. Peran rangkaian DC disini sebagai kunci
mengoperasikan SCR. Dengan percobaan ini dipelajari bagaimana cara mematikan SCR.

Catatan : ​Sekali menyala, penunjuk meter arus gate terbalik. Untuk ini pengamatan nilai
arus A-meter harus sebelum SCR hidup.

III.3 Prosedur Percobaan

1. Saklar sumber utama konsul ED – 5060 M, keadaan terbuka (Turn-Off).


2. Keluaran (output) DC dari ED – 5060 M dihubungkan ke terminal masuk 0 – 20
volt U – 5060 A.
3. Buka S2 pada U – 5060 A dan masukan saklar daya konsul putar tombol
berlawanan arah jarum jam pada angka terendah sehingga tegangan DC
keluaran pada 0 volt.
4. Tentukan switch S2 dari U – 5060 A pada posisi DC 0-20 V.
5. Putar pengatur arus gate R1 berlawanan arah jarum jam sehingga posisi
minimum
6. Hubungan V-meter pada terminal beban (J1-J2)
7. Hubungan A-meter DC antara terminal beban J4-J5
8. Hidupkan (Turn-On) saklar 10 V saklar S4 (pada posisi atas)
9. Atur tegangan keluar DC sekitar 10 V, lalu masukan S2
10. Atur R1 perlahan searah jarum jam agar arus gate naik. Catat nilai arus gate
ketika V-meter beban menunjuk ke angka hamper sama dengan tegangan DC
yang digunakan. ​Lihat catatan.
11. Untuk mengubah keadaan SCR dari hidup ke mat, lakukan percobaan dibawah ini
dengan hati-hati.
(1) Atur R1 berlawanan jarum jam sehingga arus gate sekecil mungkin.
(2) Matikan (Turn-Off) S4 (pada posisi bawah).
(3) Matikan S2, lalu hidupkan lagi.
Perlihatkan saat SCR mati antara langkah (1) s/d (3) di atas.

16
12. Arus gate tergantung keadaan S2, jika S4 ditutup maka SCR Hidup.
13. Matikan / buka (Turn-Off) S4.
14. Tekan tombol / switch S3 sesaat. Amati V-meter bahan, periksa arus beban
mengalir atau tidak.
15. Ubah tegangan masuk DC menjadi : 4 V, 8V, 12V, 16V dan 20V catat nilai arus
gate ketika SCR dinyalakan (ditriger) dengan tegangan berbeda.
16. Setelah menghidupkan SCR, turunkan secara bertahap tegangan masuk DC
antara anoda-katod sekali tegangan diturunkan menjadi 0V

IV. Pengolahan Data Pengamatan


Catat : Arus gate (IG) Tegangan beban (VB) dan tegangan sumber DC yang
digunakan (VDC), dalam tabel dibawah ini.

No I​G (Amp) V​B (Volt)


​ V​DC (Volt)
​ KET

1.

2.

3.

4.

5.

V. Tugas
1. Ketika SCR dinyalakan, dengan bagaimana hubungan arus gate dan tegangan
anoda – katoda?
2. Jelaskan cara mematikan SCR!
3. Apa kesimpulan saudara dari percobaan ini?

17
PERCOBAAN- 1.2 : MENENTUKAN KARAKTERISTIK OPERASI DENGAN

RANGKAIAN TEGANGAN BOLAK-BALIK (AC)

I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari bagaimana cara kerja SCR sebagai reftifer penyearah
2. Mempelajari bagaimana reftifer yang besar dihidupkan atau dimatikan dengan
mengontrol arus gate yang relatif kecil
II. Peralatan Yang Dipakai
1. Konsul (kotak) D-5060M
2. Modul U-5060A
III. Pelaksanaan & Prosedur Percobaan
III.1 Rangkaian Percobaan
Rangkaian percobaan karakteristik penyearah dengan SCR dalam rangkaian

tegangan bolak-balik (AC) seperti gambar di bawah ini

18
III.2 Pendahuluan

Dalam percobaan ini, SCR dihubungkan sebagai penyearah setengah gelombang


yang dipakai sebagai sumber arus beban DC. Arus gate hanya mengalir untuk setengah
perioda positif D1, artinya anoda-katoda SCR hidup hanya untuk setengah perioda tegangan
bolak-balik (AC) pada fasa yang sama. Sebagai tegangan masuk AC, jika arus gate tidak
mengalir SCR akan dimatikan (dan tegangan masuk AC, jika arus gate tidak mengalir SCR
akan dimatikan (dan keadaan nyala) yaitu tepat ketika tegangan anoda-kanoda berbalik arah
atau tegangan berubah ke 0V. ada perbedaan dengan sirkit DC, SCR dalam sirkit AC selalu
dihidupkan waktu setengah perioda positif dan dimatikan sewaktu setengah perioda negatif
dengan demikian gate SCR selalu ternyalakan (retriggered) kembali setiap perioda.

III.3 Prosedur Percobaan


1. Saklar sumber utama konsUL ED-5060M dalam keadaan terbuka (Turn-Off) dan
hubungkan sumber tegangan AC 100V masuk ke terminal U-5060A untuk catu
daya.
2. Siapkan oscilloscope dua channel, probe channel akan dihubungkan ke J2 dan J3
(Grnd) dan probe channel yang lain akan dihubungkan ke J5 & J3 (Grad).
3. Matikan S2 dan tentukan S1 pada 20V AC. Hidupkan saklar konsul.
4. Putar pengatur arus gate R1 pada minimum berlawanan arah jarum jam
5. Hidupkan S4 (pada posisi ke atas).
6. Hubungkan DC V-meter pada ujung terminal beban (J1-J2).
7. Hubungkan jumper code atara J4-J5.
8. Hubungkan probe oscilloscope antara J5 & J3 Hubungkan Grnd ke J3 dan
masukan vertical ke J5.
9. Hubungkan masukan vertikal probe yang satu lagi ke J2. Hubungkan Grnd ke J3.
Perhatian I : Ssebelum menghubungkan oscilloscope, atur masukan vertikal,
vertikal in-put attenuartor sesuai dengan tegangan masuk pilih tinggi gelombang
(vertikal sweep time) secukupnya agar mudah didapat pengamatan bentuk
gelombang karena pengukuran AC 60 Hz fasa tunggal. Khususnya Grnd dari
probe tiap channel harus terhubung pada posisi yang sama. Jika kawat Grnd
porbe terhubung pada posisi berbeda maka tegangan yang ada berbeda
hubungan tititk Grnd dihubung singkat dengan kawat lain.
10. Hidupkan sumber oscilloscope dan masukan S2.

19
11. Amati dab catat bentuk gelombang pada R2 (J5-J3) dan antara anoda-katoda
SCR (J2-J3) dengan mengatur secara bertahap R1 berlawanan arah jarum jam.
12. Amati dan catat bentuk gelombang pada R2 dan SCR ketika SCR ditrigger. Pada
ketika ini V-meter pada beban (J1-J2) akan menunjuk 20V.
13. Matikan S4 dalam keadaan SCR hidup dan diperiksa jika SCR mati.

20
MODUL 2
PENGATURAN FASA DAN PENYEARAH
(PHASE CONTROL AND RECTIFICATION EXPERIMENT)

I. Tujaun Percobaan
1. Memahami prinsip dan kerja pengatur fasa dalam sirkit AC.
2. Mempelajari penggunaan pengatur fasa.
3. Mempelajari bekerjanya penyearah gelombang penuh.
II. Peralatan Yang Dipakai
1. Konsul (kotak) ED-5060M.
2. Modul U-5060B (Rectifier and phase control).
3. Oscillioscope dual trace (dua channel).
III. Pelaksanaan & Prosedur Percobaan
III.1 Rangkaian Percobaan

21
III.2 Pendahuluan

Umumnya tegangan AC fasa tunggal berubah nilai positif / negatif sesuai periode
waktu gelombang sinus. Pada tegangan AC lainnya, rata-rata daya beban berubah mengikuti
penyalaan awal titik fasa (turn-on phase point). Pada SCR mati (turn-off) setiap sudut fasa
180​0 ​jika sekali saja dimatikan. Jadi tidak mungkin arus beban mengalir terus kecuali ada
penyalaan gate. Penyalasan ini (continual triggering) harus dilakaukan pada sudut fasa yang
sama untuk frekwensi tegangan AC. Pada penyearah setengah gelombang dengan SCR
penyalaan kembali (retriggering) terjadi setelah setengah periode. Tetapi untuk penyearah
gelombang penuh penyerah menggunakan dua (2) atau lebih SCR, penyalaan dalam satu
periode diperlukan setiap setengah periode (+) dan setengah periode (-). Dalam sirkit
percobaan diode D1-D4 adalah penyearah gelombang penuh 60 Hz dan menggunakan UJT
sebagai pembangkit sinyal trigger setiap periode (+,-) atau 120 kali per detik. Osilasi UJT

22
sebagai pembangkit sinyal trigger setiap periode (+,-) atau 120 kali per detik. Osilasi UJT
dihasilkan oleh komposisi VR, C1 dan UJT. Membangkitkan pengaturan variasi besar sudut
penyalaan pada r3 dengan control oleh besarnya VR1.

III.3 Prosedur Percobaan

1. Saklar sumber utama konsul ED-5060M, keadaan terbuka (Turn-Off) dan


hubungkan sumber tegangan AC 100V masuk ke terminal U-5060B.
2. S1 pada U-5060B dalam keadaan terbuka dan masukan S2.
3. Probe CH-1 oscilloscope dua channel dihubungkan ke beban dan Grnd ke J2
atau J7 dan probe CH-2 di hubungkan ke J6 dan J7 (Grnd).
Perhatian ! ​Guanakan probe oscilloscope dengan 10 : 1, pastikan hubungkan
kawat bumi ke J7 hubungkan DC V-meter pada beban.
4. Putar VR1 penuh berlawanan arah jarum jam.
5. Hidupkan saklar daya konsul dan masukan S1.
6. Atur oscilloscope agar didapat gambar dengan bentuk gelombang cukup baik.
7. Catat variasi beberapa sudut hantar pada bentuk gelombang keluar dengan
memutar control fasa VR1 secara bertahap searah jarum jam (missal 0​0​, 90​0​,
180​0​, 270​0​,….dst).
8. Amati dan catat bentuk gelombang keluar pada beban dalam keadaan S2
dimatikan (turn-off).
9. Lepaskan V-meter dari beban dan hubungkan lampu pada konsul ED-5060M.
amati dan catat sudut hantar pada bentuk gelombang dan terangnya cahaya
lampu.
10. Bandingkan dan gambar sket bentuk gelombang 100V AC dengan bentuk
gelombang beban pada keadaan berbeda : menghidupkan S2 dan mematikan S2.
11. Bandingkan dan gambar sket bentuk gelombang 100V AC dengan bentuk
gelombang pada R3.

IV. Pengolahan Data Pengamatan

23
Posisi VR 0​0 ​dan SCR atau S2 dimatikan turn-off

V. Tugas
1. Catat hubungan sudut hantar missal (missal 0​0​, 90​0​, 180​0​, 270​0​,….dst).
2. Catat hubungkan sudut hantaran dengan R3, bentuk gelombang.
3. Amati dan gambar bentuk gelombang keluar pada beban dalam keadaan S2
dimatikan (turn-off).
4. Sebutkan komponen peralatan ini yang menentukan time konstan kelambatan
pulsa trigger. Jelaskan mengapa SCR selalu ditrigger dengan fasa konstan?
5. Besarnya pulsanya trigger bertambah sesudah SCR dihidupkan dan ketika sudut
hantar membersar
6. Gambar sket dan jelaskan hubungan antara frekwensi keluar trigger dan sudut
hantar SCR 1 & SCR 2.
7. Jelaskan mengapa ketika S2 terbuka, gambar di beban tampil setengah
gelombang.
8. Jelaskan hubungan antara perbedaan time-konstan dari VR1 & C1 dan sudut
hantar pada beban.
9. Apa yang anda disimpulkan dari percobaan ini.

24
25
MODUL 3
PRAKTIKUM RANGKAIAN GATE PENYEARAH TERKONTROL (SCR)
JENIS BUKA-TUTUP RANGKAIAN TRIGGER SENDIRI

I. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari bagaimana SCR dihidupkan dan dimatikan oleh control terisolasi.
2. Percobaan cara trigger menggunakan transformator jenuh (saturable
transformer).
II. Peralatan Yang Dipakai
1. Konsul (kotak) ED-5060M
2. Modul U-5060C (Trigger by saturable reactor)
3. Oscilioscope
III. Pelaksanaan & Prosedur Percobaan :
III.1 Rangkaian Percobaan

Rangkaian percobaan menghidupkan dan mematikan dengan penyalaan sendiri (self


trigger) sesuai dengan modul U-5060C, seperti gambar dibawah ini.

III.2 Pendahuluan

Pada gambar 2.1 trafo jenuh terhubung parallel dengan gate SCR. Jika sekunder trafo
T1 menjadi penuh, maka reaktrans turun mendekati 0. Tetapi jika tidak jenuh reaktans tak
terhingga SCR hidup, karena arus bias yang mengalir melalui R1, R2 dan D2 arus ini juga
mengalir ke gate SCR. Dengan demikian SCR tidak dapat hidup jika jenuh dan nilai reaktans
kecil, sebab arus bias R1, R2 dan D2 mengalir di belitan sekunder T1 coba jelaskan
karakteristik operasi transformator jenuh. Ketika pulsa (-) terjadi pada masukan primer T1

26
maka T1 akan jenuh. Pada waktu arus jenuh mengalir di sekunder, T1 akan berada dalam
keadaan jenuh tanpa masukan sinyal T1, karena dalam keadaan terkunci. Ketika pulsa (+)
terjadi pada masukan primer T1 yang jenuh, T1 akan reset seketika ke keadaan normal dan
kondisi jenuh dan reaktans sekunder besar. Rangkaian ini digunakan untuk mengontrol arus
pulsa control primer dan T1 secara beban dengan perbandingan belitan primer dan
sekunder.

III.3 Prosedur Percobaan

1. Saklar sumber utama konsul ED-5060M dalam keadaan terbuka (turn-off) dan
hubungkan sumber tegangan AC 100V masuk ke terminal U-5060C.
2. S1 terbuka dan hubungkan oscilloscope ke J3 dan J4.
3. Hidupkan konsul dan atur tegangan DC 20V.
4. Hubungkan lampu pada konsul sebagai beban dan masukan saklar s1. Jika lampu
menyala berarti dalam keadaan tidak jenuh dan T1 juga dalam keadaan tidak jenuh.
5. Jika T1 dalam keadaan tidak jenuh, hubungkan polaritas (+) DC 20V ke polaritas (+)
sinyal masuk secara seketikan dan lepaskan hubungkan ke (-), amati nyala lampu.
6. Sekarang hubungkan polaritas (+) sumber DC ke polaritas (-) sinyal masuk secara
seketika dan lepaskan. Hubungkan (-) dan sumber DC ke (+) dan sinyal masuk.
Periksa bahwa lampu tidak menyala.
7. Pada tahap butri 5 dan 6, amati dan gambar sket bentuk gelombang sesaat ketika
SCR dihidupkan dan dimatikan.

27
MODUL 4

SIRKIT INVERTER PASIF

I.Tujuan Percobaan ​:

1. Memahami struktur dan karakteristik sirkit inverter jembatan satu fasa


2. Memahami proses sirkit inverter pasif

II. Peralatan yang dibutuhkan​ :

28
29
30
III. Teori Modul

SIRKIT INVERTER PASIF

Tujuan Utama Pengubah Daya Statis adalah menghasilkan gelombang output AC dari catu
daya DC.Untuk output AC sinusoida nilai ,frekuensi dan fase harus dapat dikontrol.
Pengubah daya statis khususnya Inverter dibangun dari saklar daya dan gelombang
output AC.Yang kemudian dibuat nilai diskritnya .Sirkit contoh untuk sirkit inverter pasif
ditunjukkan pada gambar 9.1.

Gambar 9.1 Sirkit Inverter Pasif

31
IV.PROSEDUR PERCOBAAN

Gambar 9.2 Sirkit Utama untuk sirkit Inverter Pasif

32
Gambar 9.3 Sirkit Kontrol untuk Sirkit Inverter Pasif

1. Hubungkan sirkit seperti gambar 9.1 dan 9.2,kemudian gabungkan kedua sirkit
tersebut menjadi satu dengan menghubungkan Gate dan Cathode serta sumber +15
V dan - 15 V ke masing-masing terminalnya
2. Semua control harus berada pada posisi minimalnya
3. Set frekuensi modul GOTT 588 007 ke 500 Hz
4. Turn On modul GOTT 588 002
5. Gunakan Osiloskop Digital untuk mengamati bentuk gelombang pada terminal A
dan terminal B
6. Pelan-pelan naikkan Reference Variable Generator hingga osiloskop menunjukkan
t​ON​ 1800 µs
7. Gunakan Voltmeter DC dan Ammeter untuk mengukur V ​OUT​ dan I ​OUT ​ kemudian
catat hasilnya pada tabel 9.1
8. Pelan-pelan atur reference variable generator hingga osiloskop menunjukkan t ​ON
1500 µs
9. Gunakan Voltmeter DC dan Ammeter untuk mengukurV​OUT dan ​ I​OUT​ kemudian catat
hasilnya pada tabel 9.1
10. Ulangi langkah 8 s/d 9 dengan pengubahan t​ON​ 1000 µs,500 µs dan 200 µs
kemudian catat nilainya sesuai dengan tabel 9.1

33
Tabel 9.1 Nilai yang diukur

Gambar 9.3 Grafik V​OUT​ versus T​ON

V. Pertanyaan

1 Apakah fungsi Inverter ?


2 Jelaskan secara singkat konstruksi Inverter Jenis Jembatan

34
MODUL 5

SIMULATOR KESALAHAN

I.Tujuan Percobaan :

1. Untuk memahami struktur dan karakteristik DIAC


2. Untuk memahami struktur dan karakteristik TRIAC

II.Alat yang diperlukan :

35
36
III. Teori Modul

Percobaan ini terutama digunakan untuk TRIAC yang dihubungkan ke rangkaian


Pengaturan Tegangan Beban. Ia dapat digunakan untuk pengaturan kecerahan
lampu.

Percobaan ini adalah percobaan analisis simulator kesalahan.Ia mempunyai 20


jenis percobaan simulasi kesalahan dan saklar-saklar. Percobaan ini akan
mengarahkan mahasiswa yang berkaitan dengan pemahaman prinsip-prinsip dan
rangkaiannya.Berdasarkan simulator-simulator kesalahan yang berbeda-beda yang
dihubungkan ,simulator kesalahan akan menunjukkan lokasi kesalahan.

Gambar 10.1 Diagram sirkit Simulator Kesalahan

IV.Langkah-langkah Percobaan :

1. Berdasarkan diagram sirkit pada percobaan pada gambar 10.2,hubungkan


sirkit sesuai gambar tersebut
2. Ia akan dihubungkan dengan modul GOTT 588-008 dengan AC 220 V dan
Lampu sebagai beban
3. Pertama tama ,pastikan semua saklar pada modul GOTT 588-008
kondisinya off
4. Kemudian ,turn on saklar 1 dan amati output Lampu
5. Turn off saklar 1

37
6. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk saklar 2 hingga saklar 20 dan Amati simulasi
kesalahannya

Gambar 10.2 Sirkit Kontrol fase Simulator Kesalahan

38
Symptoms

Saklar Kondisi Kesalahan

Hubung singkat DIAC ,Kondisi kecerahan


(brightness)
1 tidak mampu diatur ke nol

Tahanan DIAC diasumsikan tinggi,hanya


potensiometer yang
2 diatur ke kanan,sehingga lampu akan menyala

Fungsi Gate pada TRIAC sama seperti pada


THYRISTOR yang
3 di trigger pada pulsa-pulsa negatif.Sehingga
kecerahan lampu
diturunkan
Fungsi Gate pada TRIAC sama seperti pada
THYRISTOR yang
4 ditriggerpada pulsa-pulsa positif. Sehingga
kecerahan lampu
diturunkan
sirkit di cut off diantara MP4 dan potensiometer.
5 Ini menyebabkan lampu tidak bisa nyala

Ketika tahanan diantara MP4 dan potesiometer


(220 KΩ)
6 disetting pada tahanan tinggi. Lampu tidak bisa
menyala.

Kesalahan perakitan dapat disebabkab oleh


tahanan
7 komponen RC sangat kecil.Oleh karena itu nilai
minimum
nya tinggi.Sehingga potensiometer bisa diatur ke
kanan
dan lampu selalu on (menyala)

39
Hubung Singkat trimmer tidak bisa diatur ke nilai
yang
8 minimum.Trimmer diatur ke kanan dan lampu
selalu on

Membantu komponen RC tanpa dihubungkan ,


sehingga tidak
9 diinisialisasi ke nilai minimumnya

Hubung singkat potensiometer, membuatnya tidak


mampu
10 diatur dan lampu selalu on

Hubung singkat TRIAC ,membuatnya tidak mampu


diatur ,
11 lampu selalu on

Kesalahan-kesalahan TRIAC membuat ada


masalah atau
12 Anode1 tidak dihubungkanhingga lampu tidak
akan on

Gate dihubungkan ke anoda1 yang dihubung


singkat,sehingga
13 lampu tidak menyala

Saklar Kondisi Kesalahan

Kapasitor C2 dihubung singkat dengan tahanan


10 KΩ.
14 Ketika potensiometer diatur ke kanan dan lampu
akan on

Kesalahan perakitan komponen RC.Kapasitor 0.1


µF diganti
15 0.022 µF dan lampu dapat menyala (on) tetapi
hanya dengan
pengaturan sedikit-sedikit

40
Ketika kapasitor C2 tidak dihubungkan yang
menyebabkan
16 lampu tidak bisa diatur. Ketika potensiometer diatur
kekanan
dan lampu akan menyala ( on)
Kegagalan yang kompleks:kapasitor C2 dari 0.1
µF diganti
17 dengan 0.47 µF.Ketika potensiometer diatur ke
kanan ,
sehingga lampu dapat menyala (on)
Kapasitas C1 tanpa koneksi tetapi mempunyai nilai
minimum
18 menjadi terlalu tinggi

Antara terminal C1 dan terminal Nterdapat


tahanan 10 KΩ
19 tetapi nilai minimum tidak mempunyai efek
(pengaruh)

Gate dan Anoda 2 dengan tahanan rendah,lampu


tidak akan
20 on dan tidak bisa diatur

Catatan:

Alasan-alasan utama fenomena kegagalan seperti berikut :

● Kecerahan lampu tidak dapat diatur hingga nol


● Hanya potensiometer dapat diatur hingga sisi sebelah kanan
● Kecerahan lampu akan diturunkan
● Lampu tidak dapat di on kan
● Lampu selalu ada dalam kondisi on ,sehingga tidak dapat diatur

V.Pertanyaan

1. Pada kesalahan 5 ,apa yang menyebabkan lampu tidak menyala ?


2. Apa yang menyebabkan lampu dalam kesalahan 1 tidak bisa diatur
kecerahan ke nol ?

41

Anda mungkin juga menyukai