Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasien mengalami bad areas, lemah, juga tidak bisa berjalan karena
mengalami luka di telapak kaki, jadi pasien tidak bisa melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar BAB dan BAK secara mandiri ke kamar mandi. Maka pasien
harus dibantu oleh perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar BAB dan BAK
di tempat tidur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian defekasi?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses defekasi?
3. Bagaimana prosedur membantu pasien BAB dan BAK di tempat tidur?

C. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum :

Memberikan gambaran tentang tindakan menolong paisien BAB dan BAK


di tempat tidur sesuai dengan tujuan dan tata prosedur pelaksanaan.

b. Tujuan khusus :

Mampu melaksanakan tindakan keterampilan dasar dalam keperawatan


menolong pasien BAB dan BAK di tempat tidur sesuai dengan prosedur
pelaksanaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang
terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis , sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
menguncup. Reflek defekesi dirangsang untuk buang air besar,kemudian
sfingter anus bagian luar yang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu
menguncup atau mengendor selama defekasi berbagai otot lain membantu
proses itu seperti otot dinding perut, diafragma dan otot-otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat 2 macam reflek yang membantu proses defekasi
yaitu, pertama, reflek defekasi interinsik yang mulai dari zat sisa makanan
(feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi. Kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada
saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, reflek
defekasi parasimpatis, adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf
rectum ke spinal cord. Dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke
sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi
relaksasi sfingter interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi


a. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol
proses defekasi yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan
mengotrol secara penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa
sudah memiliki kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian pada usia
lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

2
b. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi.makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat
mempengaruhinya.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras oleh karenaproses absorbsi yang kurang sehingga dapat
mempengaruhi kesulitan proses defekasi.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas
tonus otot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran
proses defekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon
dapat bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti penggunaan
obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu kering.
f. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air
besar di tempat yang bersih atau toilet.maka ketika seseorang tersebut
buang air besardi tempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia
akan mengalami kesulilan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi.biasanya
penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk
berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.

3
i. Kerusakan motorik dan sensorik
Kerusakan pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi proses
defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris
dalam berdefekasi.hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada
tulang belakang ataukerusakan saraf lainnya.
No Keadaan Normal Abnormal Penyebab
1. Warna Bayi : Putih, hitam / Kurangnya kadar
Kuning tar, atau merah empedu, perdarahan
saluran cerna bagian
atas, atau perdarahan
saluran cerna bagian
bawah.
Dewasa : Pucat berlemak Malabsorpsi lemak.
coklat
2. Bau Khas fases Amis dan Darah dan ifeksi.
dan perubahan bau
dipengaruhi
oleh
makanan
3. Konsistensi Lunak dan Cair Diare dan absorpsi
berbentuk. kurang.

4. Bentuk Sesuai Kecil, Obstruksi dan peristaltik


diameter bentuknya yang cepat.
rectum seperti pensil.
5. Konstituen Makanan Darah, pus, Internal bleeding,
yang tidak benda asing, infeksi, tertelan benda,
dicerna, mukus, atau iritasi, atau inflamasi.
bakteri yang cacing.
mati, lemak,
pigmen
empedu,
mukosa usus,
air.

C. Menolong Buang Air Besar Dengan Menggunakan Pispot


Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu

4
buang air besar secara sendiri dikamar kecil misalnya, pasien yang
mempunyai luka dikaki dan tidak bisa berjalan, pasien yang lemah, bad areas,
dan lain-lain. Yaitu dengan cara menggunakan pispot (penampung) untuk
buang air besar ditempat tidur, dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar BAB dan BAK di tempat tidur, kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi,
memberi rasa nyaman, mengobservasi output.
a. Alat dan bahan :

- Alas / perlak
- Tisu
- Baki
- Bel
- Bengkok

- Handuk
- Pispot/badpanbertutup dan urinal
- Botol berisi air bersih untuk cebok
- kapas cebok dalam mangkok
- Sampiran
- Sarung tangan/handscon
- Sabun
b. Prosedur kerja :

Tahap persiapan :
1. Verifikasi order
2. Siapkan alat dan ruangan
3. Persiapan perawat, cuci tangan dan menggunakan APD
Tahap orientasi :
1. Berikan salam
2. Identifikasi dan validasi kondisi pasien
3. Jelaskan prosedur pelaksanaan kepada pasien dan keluarga : kegiatan,
tujuan, waktu, tempat, serta peran perawat dan pasien.

5
4. Menjaga privacy pasien

5. Memberikan kesempatan pada pasien sebelum dilakukan tindakan

6. Berdo’a

Tahap kerja :

 Memasang pispot

1. Mencuci tangan

2. Menyiapkan alat-alat didekatkan kepada pasien ditempat yang


layak

3. Memberitahu pasien

4. Menutup pintu dan sampiran

5. Menutup/menyelimuti pasien secara melintang dapat diganti


dengan selimut mandi

6. Menganjurkan pasien menekuk lutut dan mengangkat pantat.


Perawat memasang alas pantat dan bila perlu menolong pasien
mengangkat pantatnya dengan meletakkan tangan yang terdekat
dengan kepala pasien antara pinggang dan pantat. Tangan lainnya
memasang pispot, posisi pispot dibetulkan agar pasien merasa
nyaman.

7. Untuk pasien yang lemah atau terlalu gemuk :

- Dimiringkan menjauhi perawat

- Meletakan pispot dibawah pantat, kemudian ditelentangkan


lagi. Posisi pispot tetap dijaga agar tetap dan pasien merasa
nyaman, jika pasien terlalu gemuk dan terlalu lemah
perawat dapat melakukan bersama orang lain.

8. Membetulkan selimut kembali

6
9. Menyediakan bel pemanggil bila sudah selesai

 Mengambil pispot

1. Mencuci tangan

2. Menentukan sejauh manakah perlu membantu membersihkan


daerah vulva,anus

3. Membantu membersihkan daerah vuvla, untuk membersihkan


daerah vuva menggunakan tisu klesset kearah anus dengan sekali
hapus atau mengguyur daerah vulva dengan mengunakan air

4. Menolong pasien mengangkat pantat (seperti akan memasang


pispot) dengan tangan lain pispot tersebut, menutup dan
meletakkan di kaki tempat tidur atau tempat yang layak. Klien
diberi kesempatan mencuci tangan

5. Melipat selimut atau mengganti dengan selimut yang sebelumnya.


Sprei dirapihkan dank lien dikembalikan pada posisi yang nyaman.

6. Alat-alat dibawa kebelakang. Jika dibutuhkan pengukuran intake


dan output atau bahan pemeriksaan lab.lain yang berkaitan dengan
urine dan fases bisa langsung diusapkan.

7. Mengososngkan dan membersihkan pispot sambil menilai sifat


urine dan fases, kemudian dikembalikan ke tempatnya

8. Mencuci tangan

9. Mencatat jumlah dan sifat urine atau fases dalam buku atau status
klien.

Tahap terminasi :
1. Rapikan alat dan pasien
2. Evaluasi kegiatan dan respon pasien

7
3. Jelaskan RTL dan kontak selanjutnya

4. Berdo’a salam

5. Pemeriksa fases di kamar mandi lalu amati warna, bau, konsistensi,


lendir, darah, nanah dll.

Tahap dokumentasi :
Dokumentasikan prosedur pelaksanaan dan respon pasien

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat dibekali dengan ilmu tentang pemenuhan kebutuhan dasar
BAB dan BAK di tempat tidur agar perawat mampu membantu atau
menolong pasien yang tidak mampu untuk melakukan BAB dan BAK
secara mandiri di kamar mandi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Suryani, 2012. Panduan Praktikum Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.


STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Yogyakarta

http://wadung.wordpress.com/2010/03/21/menolong-pasien-bab-diatas-tempat-
tidur-huknah-dan-kolostomi/

http://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/01/05/menolong-pasien-
buang-air-besar-di-tempat-tidur/

10

Anda mungkin juga menyukai