Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PEMBERIAN LOGOTERAPI TERHADAP HARGA DIRI PENDERITA KUSTA YANG

MENGALAMI HARGA DIRI RENDAH DI UPT RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI

Claudia Wuri Prihandini1, Sri Andarini2, Setyoadi3

1
Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
2,3
Pengajar Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
E-mail: cloudymax2312@gmail.com

ABSTRAK
Kusta atau Morbus Hansen merupakan penyakit menular yang menyerang syaraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya. Kusta selain menimbulkan masalah fisik juga menimbulkan dampak psikososial.
Harga diri rendah merupakan masalah psikososial yang paling banyak ditemukan pada penderita kusta
yang diakibatkan adanya perubahan pada tubuh dan stigma di masyarakat. Penderita kusta, yang tidak
memiliki kepercayaan diri yang baik, akan mengalami gangguan interaksi sosial. Tujuan penelitian ini
menjelaskan pengaruh logoterapi dalam meningkatkan harga diri penderita kusta yang mengalami
harga diri rendah. Desain penelitian ini adalah quasy experimental pre post test with control group
design. Sampling yang digunakan adalah quota sampling dengan besar sampel sebanyak 32 orang
yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan 16 responden dan kelompok kontrol 16
responden. Analisis data menggunakan uji T berpasangan. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan secara statistik pada harga diri antara sebelum dan setelah pemberian logoterapi pada
kelompok perlakuan (p-value=0,000). Kelompok kontrol terdapat perbedaan namun tidak signifikan
secara statistik pada harga diri antara sebelum dan setelah penyuluhan kesehatan (p-value=0,058).
Hasi akhir penelitian didapatkan perbedaan yang signifikan pada harga diri antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol setelah pemberian logoterapi (p-value=0,000). Logoterapi perlu
direkomendasikan untuk dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dalam menangani pasien
dengan harga diri rendah dan Rumah Sakit Kusta Kediri diharapkan memfasilitasi pelayanan
kesehatan jiwa bagi penderita kusta yang mengalami masalah psikososial.

Kata Kunci: Logoterapi, harga diri rendah, penderita kusta


THE INFLUENCE OF LOGOTHERAPY TOWARD THE SELF-ESTEEM OF LEPROSY PATIENTS
WHO HAVE LOW SELF-ESTEEM AT KEDIRI HOSPITAL OF LEPROSY

Claudia Wuri Prihandini1, Sri Andarini2, Setyoadi3

1
Postgraduate Student Master of Nursing, Faculty of Medicine-Brawijaya University
2,3
Nursing Instructor, Faculty of Medicine-Brawijaya University
E-mail: cloudymax2312@gmail.com

ABSTRACT
Leprosy or Morbus Hansen is an infectious disease that attacks the peripheral nerves, skin and
other body tissues. Leprosy can cause not only physical problems but also psychosocial impact. Low
self-esteem is the most common psychosocial problem that found in leprosy patients due to changes in
their body and stigma from the community. Leprosy patients, who do not have good self-esteem, will
have social interaction disorders. The purpose of this study was to explain the effect of logotherapy to
increase the self-esteem of leprosy patient who have low self-esteem. The design of this study was
quasy experimental pre post test with control group design. The sampling was used quota sampling
technique and the number of sampel was 32 people that were divided into 2 groups, which are 16
respondents in treatment group and 16 respondents in control group. Data analysis using paired T-test.
The results showed a statistically significant differences in self-esteem between before and after
logotherapy in the treatment group (p-value = 0.000). The control group was have different but not
statistically significant in the self-esteem between before and after health education (p-value = 0.058).
The final result of the study showed significant differences in self-esteem between treatment group and
control group after logotherapy (p-value = 0,000). Logotherapy should be recommended to be used as
a standard of nursing specialist therapy in the handling of patients with low self esteem and Kediri
Leprosy’s Hospital is expected to facilitate mental health services for leprosy patient who sufferered
psychosocial problems.

Keywords: Logotherapy, self-esteem, leprosy patient.


PENDAHULUAN didaerah utara provinsi Jawa Timur dan Pulau
Madura (Rukua, Martini, & Notobroto, 2015).
Kusta (Lepra) atau Morbus Hansen Penderita kusta sampai saat ini sering
merupakan penyakit menular, menahun dan mengalami stigma sebagai akibat penilaian
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae sosial yang merugikan tentang penyakit
yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan mereka. Stigma ini mempengaruhi kualitas
tubuh lainnya. (Dzikrina & Purnami, 2013). hidup orang yang menderita kusta. Orang-
Seseorang dapat tertular kusta apabila orang yang terkena dampak, termasuk anggota
seseorang tersebut tinggal dan kontak dekat keluarga, akan mendapatkan pengalaman
dengan penderita kusta dalam waktu yang sikap negatif serta praktik diskriminatif lainnya
lama. Penderita kusta wajib untuk minum obat. (Rensen, Bandyopadhyay, Gopal & Van Brakel,
Penderita kusta apabila obat tidak diminum 2011). Stigma pada penderita kusta tentu akan
secara teratur, maka bakteri penyebab kusta mempengaruhi pemahaman tentang penyakit
akan menjadi aktif kembali, sehingga akan dan penerimaan diri bagi penderita itu sendiri
menimbulkan gejala-gejala baru pada kulit dan (Putri, Harmayetty & Utomo, 2016)
syaraf yang dapat memperburuk keadaan Sebanyak 55,6% penderita kusta
pasien (Papuling, Huragana, & Nursalam, mengalami interaksi sosial yang kurang baik.
2016). Penderita kusta tidak memiliki kepercayaan diri
Kusta saat ini masih menjadi salah satu yang baik sehingga tidak mampu melakukan
masalah kesehatan dunia. Menurut data World interaksi dengan lingkungan yang ada
Health Organization (WHO) saat ini, tingkat disekitarnya (Wicaksono & Rifqi, 2015).
prevalensi kusta secara global mencapai Masalah psikososial yang timbul pada
sekitar 1,4 kasus per 10.000 orang. Menurut penderita kusta lebih menonjol dibandingkan
WHO, terdapat 24 negara dengan endemik dengan masalah medis. Masalah psikososial ini
penyakit dan Indonesia termasuk di dalamnya disebabkan oleh adanya stigma yang muncul
(Hussain, 2007). Distribusi jumlah kasus baru (Robby, 2013). Kusta menimbulkan dampak
kusta tahun 2011 paling banyak terdapat di pada penderita kusta yang mengalami
Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2012). WHO kecacatan dimana penderita akan mengalami
juga melaporkan bahwa pada tahun 2014 perasaan malu (Fadilah, 2013).
Indonesia menempati urutan ke-3 dalam jumlah Penderita kusta sebagian besar akan
kasus baru kusta setelah India dan Brazil mengalami percaya diri yang rendah, berusaha
(Oentari, 2015). menghindari orang lain, tidak suka dengan
Di Indonesia, selama periode 2008-2013, perubahan pada tubuhnya dan enggan untuk
angka prevalensi kejadian kusta berkisar antara keluar rumah (Rahmawati, Hidayati & Nafiah,
0,79 hingga 0,96 per 10.000. Kasus baru kusta 2015) Rata-rata penderita kusta mengalami
terbanyak di Indonesia berada di provinsi Jawa harga diri rendah. Sebesar 56,9% penderita
Timur yaitu sebanyak 4.132 jiwa (Kemenkes RI, kusta merasa malu pada diri sendiri (Lestari,
2015). Data yang telah dipaparkan dapat Arwani, & Purnomo, 2013). Harga diri rendah
disimpulkan bahwa Jawa Timur merupakan mengindikasikan penolakan diri dan membenci
provinsi dengan angka kejadian kusta diri yang secara sadar atau tidak sadar, dimana
terbanyak di Indonesia. Kasus kusta di Jawa rendah juga akan menyebabkan produktifitas
Timur sampai dengan tahun 2014, tercatat individu menurun sehubungan dengan kondisi
tersebar di 12 kabupaten atau kota dengan tersebut (Mubin, 2009).
prevalensinya di atas 1/10.000 penduduk Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
(prevalensi tinggi) dengan penyebaran tertinggi peneliti di UPT Rumah Sakit Kusta Kediri
didapatkan gambaran bahwa hampir sebagian
penderita kusta mengalami masalah pada statistik bivariat yaitu uji t berpasangan dan uji t
harga diri mereka. Respon harga diri rendah tidak berpasangan.
yang teridentifikasi pada penderita yaitu pasien
memakai masker dan pakaian yang menutupi HASIL PENELITIAN
seluruh bagian tubuh yang terkena kusta,
terlihat menunduk ketika bertemu dengan 1. Karakteristik Responden
orang, menghindar ketika berpapasan dengan Tabel 1.Karakteristik responden berdasarkan
orang lain dan kontak mata kurang saat diajak usia dan lama menderita kusta
berbicara.
Intervensi keperawatan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan harga diri rendah
berupa membantu pasien memeriksa penilaian
kognitif dirinya terhadap situasi yang
berhubungan dengan perasaan untuk
membantu pasien dalam meningkatkan Berdasarkan tabel 1, karakteristik usia
penghayatan diri dan kemudian melakukan didapatkan penderita kusta pada kelompok
tindakan untuk mengubah perilaku yaitu perlakuan usia termuda adalah 26 tahun dan
dengan pemberian psikoterapi logoterapi usia tertua adalah 45 tahun sedangkan pada
(Nauli, 2012). Logoterapi merupakan salah satu kelompok kontrol usia termuda adalah 28 tahun
bentuk psikoterapi yang dimana menekankan dan usia tertua adalah 45 tahun.
asas-asas kehidupan manusia meraih hidup Karakteristik lama menderita kusta
yang bermakna (the meaningful life). diketahui penderita kusta menderita kusta pada
Kehidupan akan menjadi lebih berharga apabila kelompok perlakuan terlama adalah 48 bulan (4
seseorang berhasil menemukan dan memenuhi tahun) dan yang terbaru adalah 5 bulan
makna hidupnya (Bastaman, 2007). sedangkan pada kelompok kontrol lama
menderita kusta yang terlama adalah 60 bulan
METODE (5 tahun) dan yang terbaru adalah 4 bulan.

Metode penelitan yang digunakan adalah Tabel 2.Karakteristik responden berdasarkan


metode eksperimen yaitu quasy experiment jenis kelamin, pekerjaan, status
design dengan pendekatan pre test - post test pernikahan dan pendidikan terakhir.
with control group. Perlakuan yang diberikan
yaitu logoterapi. Responden berjumlah 32
orang yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang
didapatkan dengan teknik quota sampling.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2017.
Instrumen yang digunakan adalah instrument
tentang data demografi dan instrumen harga
diri yang diadopsi dari teori harga diri rendah
milik Kaplan & Saddock serta Self Esteem
Inventory milik Coopersmith yang terdiri dari 36
pertanyaan untuk mengukur harga diri
penderita kusta. Berdasarkan tabel 2, karakteristik jenis
Analisis data yang digunakan dalam kelamin penderita kusta pada kelompok
penelitian ini adalah uji statistik univariat dan uji perlakuan sebagian besar berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 12 responden (75%) sedangkan pada perubahan harga diri penderita kusta
pada kelompok kontrol juga sebagian besar yang mengalami harga diri rendah setelah
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 dilakukan penyuluhan kesehatan dan logoterapi
responden (62,5%).
Karakteristik pekerjaan penderita kusta 3. Perbedaan Harga Diri Penderita Kusta
pada kelompok perlakuan sebagian besar Yang Mengalami Harga Diri Rendah
masih bekerja sebanyak 11 responden Setelah Intervensi Pada Kelompok
(68,75%) sedangkan pada kelompok kontrol Kontrol
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 9 Tabel 4.Perbedaan Harga Diri Penderita Kusta
responden (56%). Yang Mengalami Harga Diri Rendah
Karakteristik status pernikahan penderita Pada Kelompok Kontrol
kusta pada kelompok perlakuan sebagian besar
telah menikah sebanyak 10 responden (62,5%)
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian
besar juga telah menikah sebanyak 14
responden (87,5%).
Karakteristik pendidikan terakhir Berdasarkan tabel 4 pada kelompok
penderita kusta pada kelompok perlakuan kontrol dapat diinterpretasikan data bahwa hasil
paling banyak adalah lulusan SMA sebanyak 7 uji T berpasangan menunjukkan nilai
responden (43,75%) sedangkan pada signifikansi sebesar 0,058 dimana p>0,05, yang
kelompok kontrol paling banyak adalah lulusan artinya tidak terdapat perbedaan yang
SD sebanyak 9 responden (56,25%). signifikan pada perubahan harga diri penderita
Hasil uji kesetaraan pada semua kusta yang mengalami harga diri rendah
karakteristik responden menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan kesehatan. Hal
karakterstik pada kelompok perlakuan dan ini mengindikasikan bahwa penyuluhan
kelompok kontrol adalah setara dibuktikan kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan
dengan nilai p-value>0,05. secara statistik terhadap perubahan harga diri
penderita kusta tetapi terdapat peningkatan
2. Perbedaan Harga Diri Penderita Kusta harga diri dimana nilai post test (mean=81,88)
Yang Mengalami Harga Diri Rendah responden naik 0,88 point bila dibandingkan
Setelah Intervensi Pada Kelompok dengan nilai pre test (mean=81).
Perlakuan
Tabel 3.Perbedaan Harga Diri Penderita Kusta 4. Perbedaan Harga Diri Penderita Kusta
Yang Mengalami Harga Diri Rendah Yang Mengalami Harga Diri Rendah
Pada Kelompok Perlakuan Setelah Intervensi Pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Tabel 5.Perbedaan Harga Diri Penderita Kusta
Yang Mengalami Harga Diri Rendah
Pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 3 pada kelompok


perlakuan dapat diinterpretasikan data bahwa
hasil uji T berpasangan menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 dimana p<0,05, yang
artinya terdapat perbedaan yang signifikan
Berdasarkan tabel 5 perbandingan hasil Perlakuan dan Kelompok Kontrol Setelah
post test pada kelompok perlakuan dan Intervensi
kelompok kontrol setelah intervensi dapat Tabel 7. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek
diinterpretasikan bahwa hasil uji T tidak Kognitif Penderita Kusta Yang
berpasangan menunjukkan nilai signifikansi Mengalami Harga Diri Rendah Pada
sebesar 0,000 dimana p<0,05, yang artinya Kelompok Perlakuan dan Kelompok
terdapat perbedaan yang signifikan pada Kontrol
perubahan harga diri penderita kusta yang
mengalami harga diri rendah pada kelompok
perlakuan yang diberikan penyuluhan dan
logoterapi dengan kelompok kontrol yang
hanya diberikan penyuluhan.

5. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek Fisik Berdasarkan tabel 7 pada kelompok
Penderita Kusta Yang Mengalami Harga perlakuan dapat diinterpretasikan data bahwa
Diri Rendah Pada Kelompok Perlakuan hasil uji T berpasangan menunjukkan nilai
dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi signifikansi sebesar 0,000 dimana p<0,05, yang
Tabel 6. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek artinya terdapat perbedaan yang signifikan
Fisik Penderita Kusta Yang Mengalami pada aspek kognitif dari harga diri penderita
Harga Diri Rendah Pada Kelompok kusta yang mengalami harga diri rendah
Perlakuan dan Kelompok Kontrol setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dan
logoterapi.
Kelompok kontrol dapat diinterpretasikan
data bahwa hasil uji T berpasangan
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,006
dimana p<0,05, yang artinya terdapat
perbedaan yang signifikan pada perubahan
Berdasarkan tabel 6, kelompok perlakuan aspek kognitif harga diri penderita kusta yang
dapat diinterpretasikan data bahwa hasil uji T mengalami harga diri rendah setelah dilakukan
berpasangan menunjukkan nilai signifikansi penyuluhan kesehatan.
sebesar 0,000 dimana p<0,05, yang artinya
terdapat perbedaan yang signifikan pada aspek 7. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek Afektif
fisik dari harga diri penderita kusta yang Penderita Kusta Yang Mengalami Harga
mengalami harga diri rendah setelah dilakukan Diri Rendah Pada Kelompok Perlakuan
penyuluhan kesehatan dan logoterapi. dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi
Kelompok kontrol dapat diinterpretasikan Tabel 8. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek
data bahwa hasil uji T berpasangan Afektif Penderita Kusta Yang
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,738 Mengalami Harga Diri Rendah Pada
dimana p>0,05, yang artinya tidak terdapat Kelompok Perlakuan dan Kelompok
perbedaan yang signifikan pada perubahan Kontrol
aspek fisik harga diri penderita kusta yang
mengalami harga diri rendah setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan.

6. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek


Kognitif Penderita Kusta Yang Mengalami
Harga Diri Rendah Pada Kelompok
Berdasarkan tabel 8 pada kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
perlakuan dapat diinterpretasikan data bahwa perubahan aspek sosial harga diri penderita
hasil uji T berpasangan menunjukkan nilai kusta yang mengalami harga diri rendah
signifikansi sebesar 0,000 dimana p<0,05, yang setelah dilakukan penyuluhan kesehatan.
artinya terdapat perbedaan yang signifikan
pada aspek afektif dari harga diri penderita 9. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek
kusta yang mengalami harga diri rendah Perilaku Penderita Kusta Yang
setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dan Mengalami Harga Diri Rendah Pada
logoterapi. Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kelompok kontrol dapat diinterpretasikan Kontrol Setelah Intervensi
data bahwa hasil uji T berpasangan Tabel 10. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,214 Perilaku Penderita Kusta Yang
dimana p>0,05, yang artinya tidak terdapat Mengalami Harga Diri Rendah Pada
perbedaan yang signifikan pada perubahan Kelompok Perlakuan dan Kelompok
aspek afektif harga diri penderita kusta yang Kontrol
mengalami harga diri rendah setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan.

8. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek Sosial


Penderita Kusta Yang Mengalami Harga
Diri Rendah Pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi Berdasarkan tabel 5.13 pada kelompok
Tabel 9. Perbedaan Harga Diri Pada Aspek perlakuan dapat diinterpretasikan data bahwa
Sosial Penderita Kusta Yang hasil uji T berpasangan menunjukkan nilai
Mengalami Harga Diri Rendah Pada signifikansi sebesar 0,007 dimana p<0,05, yang
Kelompok Perlakuan dan Kelompok artinya terdapat perbedaan yang signifikan
Kontrol pada aspek perilaku dari harga diri penderita
kusta yang mengalami harga diri rendah
setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dan
logoterapi.
Pada kelompok kontrol dapat
diinterpretasikan data bahwa hasil uji T
berpasangan menunjukkan nilai signifikansi
Berdasarkan tabel 9 pada kelompok sebesar 0,001 dimana p<0,05, yang artinya
perlakuan dapat diinterpretasikan data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
hasil uji T berpasangan menunjukkan nilai perubahan aspek perilaku harga diri penderita
signifikansi sebesar 0,000 dimana p<0,05, yang kusta yang mengalami harga diri rendah
artinya terdapat perbedaan yang signifikan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan.
pada aspek sosial dari harga diri penderita 10. Perubahan Harga Diri Penderita
kusta yang mengalami harga diri rendah Kusta Yang Mengalami Harga Diri
setelah dilakukan penyuluhan kesehatan dan Rendah Setelah Intervensi Pada
logoterapi. Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Pada kelompok kontrol dapat Kontrol
diinterpretasikan data bahwa hasil uji T
berpasangan menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,788 dimana p>0,05, yang artinya
Tabel 11. Harga Diri Penderita Kusta Setelah harga diri rendah dan termasuk dalam
Intervensi Pada Kelompok Perlakuan kelompok usia dewasa dari usia 26-45 tahun.
dan Kelompok Kontrol Menurut Stuart (2016), harga diri akan
meningkat seiring dengan usia dan akan
mencapai fase stabil pada masa dewasa
dimana konsep diri orang dewasa akan lebih
jelas. Pada fase ini, masalah harga diri akan
muncul ketika terdapat tantangan baru seperti
gangguan fisik dan hal ini yang terjadi pada
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan penderita kusta. Pada kelompok perlakuan,
bahwa dari hasil penelitian didapatkan nilai post sebagian besar penderita kusta pendidikan
test harga diri penderita kusta yang mengalami akhirnya setingkat SMA sebesar 43,75%, tidak
harga diri rendah pada kelompok perlakuan ada yang setingkat perguruan tinggi. Menurut
sebanyak 12 responden (75%) harga drinya Muharry (2014), faktor intelegensi juga
meningkat menjadi harga diri tinggi sedangkan termasuk menjadi salah satu penyebab
pada kelompok kontrol nilai post test harga diri terjadinya harga diri rendah pada seseorang,
hanya sebanyak 3 responden (18,75%) yang mengingat kusta sangat erat hubungannya
harga dirinya meningkat menjadi harga diri dengan faktor pengetahuan dimana penderita
tinggi. Uji kesetaraan yang dilakukan mempunyai pengetahuan yang rendah tentang
menunjukkan bahwa harga diri pada kelompok kusta. Penderita kusta dengan pengetahuan
perlakuan dan kelompok kontrol setelah yang tinggi akan memiliki mekanisme koping
diberikan intervensi adalah berbeda dibuktikan yang adaptif sehingga harga diri rendah tidak
dengan nilai p-value 0,007 (p<0,05). terjadi.
Harga diri rendah yang dialami oleh
PEMBAHASAN penderita kusta juga sesuai dengan teori yang
lain bahwa dampak psikologis yang timbul bila
1. Harga Diri Penderita Kusta Sebelum dan seseorang menderita kusta adalah akan
Setelah Pemberian Penyuluhan dan munculnya stressor yang diakibatkan oleh
Logoterapi Pada Kelompok Perlakuan adanya lesi pada kulit, perubahan fungsi tubuh,
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh keterbatasan gerak dan penampilan yang
peneliti menunjukkan harga diri penderita kusta berubah. Munculnya masalah-masalah ini
di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sakit nantinya akan berkembang menimbulkan
Kusta Kediri pada kelompok yang mendapatkan perasaan malu, menyendiri dan merasa rendah
logoterapi terjadi peningkatan rata-rata sebesar diri (Ariyanta dkk., 2013). Kenyataan
16,875 point bila membandingkan selisih nilai dilapangan ternyata sesuai dengan teori
pre test dan post test dari kuisioner harga diri. tersebut dimana ternyata masih ada penderita
Hasil penelitian diketahui hampir seluruh kusta yang mengalami harga diri rendah.
responden penelitian ini mengalami Kenyataan ini sangat mungkin terjadi karena
peningkatan skor harga diri yang ditunjukkan memang masih adanya stigma tentang penyakit
secara bermakna menggunakan uji statistik kusta yang masih melekat di masyarakat
didapatkan nilai p<0,05, sehingga dapat diambil hingga saat ini. Menurut Stigma ini yang
kesimpulan bahwa dengan pemberian membuat penderita kusta merasa pesimis dan
logoterapi kepada penderita kusta berpengaruh tak mempunyai harapan terkait penyembuhan
positif terhadap peningkatan harga diri mereka. sehingga otomatis membuat penderita kusta
Pada penelitian ini, responden yang merasa rendah diri. Menurut (Groot, Van
diambil adalah penderita kusta yang mengalami Beakel & Vries, 2011), stigma sosial dapat
menimbulkan rasa rendah diri & menarik diri didapatkan data bahwa sebanyak 75%
dari interaksi sosial. Melihat hal ini, maka penderita kusta mengalami peningkatan harga
diperlukan upaya untuk meningkatkan harga diri dimana mereka memiliki harga diri yang
diri pada penderita kusta diperlukan intervensi tinggi dibandingkan penderita kusta yang hanya
spesialis keperawatan yaitu logoterapi. mendapatkan penyuluhan kesehatan dimana
Logoterapi diberikan setelah dilakukan mereka hanya meningkat 18,75%. Hal ini
intervensi penyuluhan kesehatan. Logoterapi membuktikan bahwa logoterapi mempunyai
merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang efektifitas dalam meningkatkan harga diri.
melatih pasien untuk memahami potensi yang Ariyanta dkk. (2013) mengatakan bahwa bila
ada di dalam diri individu dan membuat hidup individu dengan harga diri rendah tidak
menjadi lebih bermakna/berarti dari suatu dilakukan intervensi psikologis yang tepat maka
kejadian yang dialami (Rochmawati, Febriana & hal ini akan berkembang menjadi depresi
Nugroho, 2013). Pelaksanaan logoterapi pada bahkan bunuh diri, sehingga logoterapi sangat
penelitian ini, penderita kusta dilatih agar dapat tepat bila diaplikasikan pada penderita kusta
berpikir positif dan memaknai hidup dalam yang mengalami masalah psikologis yaitu
menghadapi permasalahan atau situasi hidup harga diri rendah.
yang tidak sesuai dengan harapan. Oleh Penyuluhan kesehatan juga diberikan
karena itu, tujuan dari diberikannya logoterapi kepada kelompok perlakuan yang dilaksanakan
adalah agar penderita kusta dapat mencapai juga secara berkelompok dengan cara
hidup yang bahagia serta bermakna meski memberikan penjelasan pada penderita kusta
dengan permasalahan penyakit yang mereka tentang gambaran dari penyakit kusta dan
derita. dilanjutkan dengan diskusi atau tanya jawab.
Peneliti membantu merubah proses Responden dalam penyuluhan kesehatan ini
kognitif pada penderita kusta agar mereka hanya diberikan berupa penjelasan saja.
memiliki sebuah harapan sehingga Pemberian penjelasan yang tepat diharapkan
memunculkan penerimaan diri atau konsep diri dapat meningkatkan pengetahuan pada
yang positif terhadap penyakit yang mereka penderita kusta. Tetapi dalam penyuluhan
derita ketika dalam kehidupan sehari-hari kesehatan ini hanya terbatas pada pemberian
sehingga hidup mereka akan menjadi lebih pengetahuan saja tanpa menggali konsep diri
berharga dan berarti melalui pemberian yang positif pada penderita kusta yang
logoterapi. Logoterapi mengajarkan kepada tentunya berkaitan dengan harga diri. Dimana
individu untuk menemukan arti hidup mereka sebagian besar penderita kusta pada kelompok
meski dalam masa sulit (Mohammadi, Fard & perlakuan berpendidikan SMA (43,75%), maka
Heidari 2014). Pernyataan ini diartikan bahwa dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
meskipun dalam situasi yang sulit sekalipun, penyuluhan kesehatan. Menurut Effendy
seseorang diharapkan memiliki harapan untuk (2003), mengatakan bahwa salah satu faktor
hidup bahagia. Adanya hasrat untuk memiliki yang mempengaruhi keberhasilan dari
makna/arti dalam hidupnya maka akan penyuluhan kesehatan adalah faktor tingkat
membuat seseorang tersebut mengisi hari-hari pendidikan responden.
mereka dengan kegiatan yang bermanfaat Berdasarkan uraian hasil penelitian di
untuk dirinya dan masa depannya (Erlangga, atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
2017). Bila seseorang mampu memenuhi pemberian intervensi logoterapi pada penderita
makna hidupnya, maka kehidupannya akan kusta yang mengalami harga diri rendah
menjadi berharga (Bastaman, 2007). berpengaruh positif terhadap peningkatan
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui harga diri pada penderita kusta.
bahwa setelah dilakukan intervensi logoterapi
2. Harga Diri Penderita Kusta Sebelum dan Media yang digunakan dalam penyuluhan
Sesudah Pemberian Penyuluhan kesehatan kelompok pada penderita kusta
Kesehatan Pada Kelompok Kontrol adalah berupa leaflet. Leaflet ini mencakup
Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penyebab, gejala, klasifikasi, tujuan
menunjukkan bahwa harga diri penderita kusta pengobatan, pencegahan kecacatan dan
pada kelompok yang hanya mendapatkan stigma tentang kusta itu sendiri. Pada hasil
penyuluhan kesehatan terjadi peningkatan penelitian ini, jika dilihat dari aspek-aspek harga
sebesar 0,875 point bila membandingkan diri penderita kusta yang diberikan penyuluhan
selisih nilai pre test dan post test dari kuisioner kesehatan dimana aspek yang terdapat
harga diri. Hasil penelitian diketahui responden pengaruh positif adalah aspek kognitif dan
mengalami peningkatan pada skor harga diri aspek perilaku, dimana didapatkan dari hasil uji
yang tetapi secara uji statistik ditunjukkan tidak statistik nilai p<0,05 sedangkan aspek fisik,
ada perbedaan yang signifikan karena nilai afektif dan sosial tidak berpengaruh dimana
yang didapatkan p>0,05, sehingga dapat hasil dari uji statistik menunjukkan nilai p>0,05.
disimpulkan bahwa dengan pemberian Menurut Ukus, Bidjuni dan Karundeng (2015),
penyuluhan kesehatan kepada penderita kusta mengatakan bahwa perubahan tindakan dalam
terjadi peningkatan harga diri tetapi tidak berperilaku dapat terjadi karena adanya
berpengaruh signifikan. Pada sesi pemberian kekuatan/dorongan pemberian informasi atau
penyuluhan kesehatan, penderita kusta diskusi. Pemberian penyuluhan kesehatan
sebagian besar juga merasa rendah diri. hanya berfokus dalam melakukan kegiatan
Pelaksanaan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan peningkatan aspek
tentang penyakit kusta yang diberikan 1 (satu) kognitif yang diberikan tanpa adanya suatu
kali pertemuan secara berkelompok dengan 16 kebutuhan atau alasan sebuah makna hidup
responden tiap kelompoknya. Pada penelitian didalamnya ataupun yang berkaitan dengan
ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok masing- kemampuan positif yang dimiliki sehingga hal
masing 16 responden dan selama 60 menit ini yang menyebabkan aspek kognitif dan
yang dilakukan dengan cara memberikan perilaku dari harga diri menunjukkan hubungan
penjelasan kepada penderita kusta tentang pengaruh sedangkan aspek fisik, afektif dan
gambaran penyakit kusta yang kemudian sosial tidak dipengaruhi oleh pemberian
dilanjutkan dengan diskusi/tanya jawab. penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada Jika melihat dari selisih nilai pre test dan
penderita kusta hanya sebatas memberikan post test yang rendah hanya 0,875, hal yang
gambaran tentang kusta itu sendiri. Menurut mungkin terjadi karena mayoritas penderita
Kusumawardani (2012), penyuluhan kesehatan kusta tidak ada yang memiliki tingkat
adalah penambahan pengetahuan seseorang pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi,
melalui teknik praktik atau instruksi dengan dimana sebanyak 56,25% penderita kusta pada
tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku kelompok yang hanya mendapatkan
seseorang secara individu maupun kelompok penyuluhan kesehatan hanya memiliki
untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai pendidikan terakhir setingkat Sekolah Dasar
tujuan hidup sehat. Metode pendekatan (SD). Menurut Effendy (2003), mengatakan
penyuluhan kesehatan secara kelompok bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
hasilnya lebih efektif bila dibandingkan dengan keberhasilan dari penyuluhan kesehatan
secara individu karena sasaran dibimbing dan adalah faktor sasaran dari penyuluhan
diarahkan untuk melakukan kegiatan atas dasar kesehatan tersebut dimana apabila tingkat
kerjasama dan diskusi. Penelitian ini melakukan pendidikan sasaran penyuluhan kesehatan
penyuluhan kesehatan secara berkelompok.
rendah maka akan sulit menerima pesan yang kategori harga diri rendah, sedangkan pada
diberikan oleh penyuluh. kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang
Penelitian ini apabila dilihat dari tempat signifikan karena sebanyak 81,25% penderita
dilakukannya penyuluhan kesehatan tersebut kusta masih termasuk dalam kategori harga diri
dilakukan di poli rawat jalan (poli kusta) rendah. Pernyataan tersebut membuktikan
sehingga kemungkinan proses penyuluhan bahwa logoterapi berpengaruh positif dalam
kesehatan tidak berjalan dengan baik meningkatkan harga diri penderita kusta yang
dikarenakan tempat yang ramai dengan mengalami harga diri rendah bila dibandingkan
penderita kusta lainnya yang tidak dijadikan dengan pemberian penyuluhan kesehatan saja.
responden pada penelitian ini yang sedang Logoterapi yang diterapkan dalam ke
berobat sehingga hal ini bisa menjadi salah penderita kusta pada kelompok perlakuan di
satu faktor yang mungkin berpengaruh dalam penelitian ini menggunakan teknik medical
keberhasilan pemberian penyuluhan kesehatan ministry. Maryatun, Hamid dan Mustikasari
ini. Penyuluhan kesehatan ini juga dilakukan (2014), mengatakan bahwa untuk menemukan
pada siang hari setelah penderita kusta selesai makna hidup dengan logoterapi adalah dengan
berobat. Menurut Lucie (2005), banyak unsur melalui kegiatan-kegiatan, mengalami sesuatu
yang berperan dalam tercapainya efektifitas (pengalaman) atau melalui seseorang dan
penyuluhan kesehatan, salah satunya adalah bagaimana cara individu tersebut menyikapi
waktu dan tempat penyuluhan kesehatan yang penderitaan yang dihadapi. Logoterapi dengan
sesuai. teknik medical ministry ini membantu penderita
Berdasarkan uraian hasil penelitian di kusta untuk mampu mengenali permasalahan
atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan mereka selama menderita kusta. Logoterapi
pemberian penyuluhan kesehatan kepada mengajarkan penderita kusta memahami
penderita kusta yang mengalami harga diri kondisi yang dialaminya kemudian
rendah tanpa pemberian logoterapi tidak mengarahkan terhadap harapan yang
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan diinginkan terkait dengan kondisinya dan
harga diri penderita kusta. bagaimana cara mengatasi penderitaannya
saat ini. Penderita kusta dapat belajar
3. Perbedaan Harga Diri Penderita Kusta pengalaman dari penderita kusta lainnya yang
Sesudah Penyuluhan Kesehatan dan memiliki kondisi yang lebih baik, sama atau
Logoterapi Pada Kelompok Perlakuan bahkan lebih berat dari kondisinya saat ini.
dan Sesudah Pemberian Penyuluhan Penderita kusta menemukan makna hidup
Kesehatan Pada Kelompok Kontrol bahwa mereka harus bersabar dalam
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan menghadapi penyakitnya dan mempunyai
nilai mean post test harga diri pada penderita keyakinan untuk sembuh.
kusta yang mengalami harga diri rendah pada Logoterapi dalam penelitian ini dilakukan
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol, dalam bentuk terapi kelompok atau disebut
dimana nilai mean post test pada kelompok group therapy. Pelaksanaan logoterapi pada
perlakuan setelah intervensi penyuluhan penelitian ini, penderita kusta dibagi menjadi 2
kesehatan dan logoterapi sebesar 101,19 (dua) kelompok besar, dimana 1 (satu)
sedangkan pada kelompok kontrol setelah kelompok terdiri dari 8 orang. Menurut Sutejo
intervensi penyuluhan kesehatan hanya (2009), jumlah ideal anggota dalam terapi
sebesar 81,88. Data ini menyatakan bahwa kelompok berkisar antara 6-12 orang dengan
pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan masalah yang sama. Kondisi ini memungkinkan
pada harga diri penderita kusta dan hanya 25% logoterapi berjalan efektif dan mempunyai
penderita kusta yang masih termasuk dalam waktu yang cukup untuk memberikan
kesempatan kepada penderita kusta untuk p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang
memecahkan masalahnya dengan kehadiran signifikan pada semua aspek harga diri, yaitu
orang lain, mengamati bagaimana reaksi orang aspek fisik, kognitif, afektif, sosial dan perilaku
lain terhadap perilaku mereka dan mencoba sebelum dan sesudah pemberian logoterapi.
cara respon yang baru untuk memecahkan Melihat dari data statistik ini, maka dapat
masalah. diambil kesimpulan bahwa logoterapi dapat
Hasil analisis terhadap tingkat harga diri membantu meningkatkan semua aspek dari
rata-rata penderita kusta sebelum dilakukan harga diri penderita kusta.
penyuluhan kesehatan dan logoterapi Data penelitian dapat dilihat dari data
menunjukkan tingkat harga diri yang rendah statistik dimana aspek yang paling berpengaruh
dengan nilai sebesar 84,31 pada kelompok atau dengan nilai selisih post test dan pre test
perlakuan dan sebesar 81 pada kelompok yang paling tinggi setelah pemberian logoterapi
kontrol, yang dimana nilai ini ditentukan oleh adalah aspek kognitif dengan nilai mean
peneliti bahwa bila harga diri tinggi bila difference 4,00 dan aspek afektif dengan nilai
responden memiliki nilai >90, artinya jika dilihat mean difference 4,125 sehingga dapat ditarik
dari hasil nilai pre test nilai harga diri penderita kesimpulan bahwa penderita kusta telah
kusta rata-rata mendekati batas rentang harga mampu mengubah pemikiran mereka dalam
diri tinggi namun masih jauh dari nilai mengambil sikap yaitu menjadi sabar dalam
optimalnya yaitu 144. Rata-rata nilai pre test mengadapi penyakitnya dan tetap bersemangat
harga diri penderita kusta yang mendekati dalam pengobatan sehingga mereka tetap
batas rentang harga diri tinggi dikarenakan baik mempunyai perasaan bahagia dan berharga.
pada kelompok maupun kelompok kontrol rata- Sebanyak 68,75% penderita kusta yang
rata menderita kusta sekitar 20-21 bulan mendapatkan logoterapi masih bekerja. Hal ini
(hampir 2 tahun). dapat dikaitkan dengan peningkatan harga diri
Hal ini berarti bahwa penderita kusta pada aspek fisik, aspek perilaku dan aspek
sebenarnya sudah lama menderita kusta dan sosial. Menurut Frankl (1999) dalam Maryatun
mampu menyesuaikan dirinya dengan penyakit (2011) mengatakan bahwa kegiatan harian
yang diderita. Hal ini sesuai dengan pernyataan dapat memunculkan makna/arti di dalamnya.
Ali dan Asrori (2006), yang menyatakan bahwa Cara menemukan makna hidup salah satunya
penyesuaian diri yaitu dalam bentuk adaptasi yaitu dengan aktivitas. Keberhasilan logoterapi
dimana seorang individu mampu menghadapi dalam penelitian ini juga di dukung karena
sesuatu yang timbul dari lingkungan sehingga sebelumnya penderita masih aktif bekerja
konsep diri lebih baik bila dibandingkan ketika sehingga dapat melakukan kegiatan yang
masih awal menderita kusta atau pertama kali dapat memberikan makna bagi hidupnya.
didiagnosa kusta tetapi masih adanya penderita Selain itu, hubungan dengan orang lain atau
kusta yang mengalami harga diri rendah tidak interaksi sosial yang terjalin di lingkungan
terlepas dari stigma yang masih ada di mereka bekerja atau keluarga sebelumnya,
masyarakat sehingga membuat penderita kusta dimana sebesar 62,5% penderita kusta
masih sulit menerima keadaan mereka. sudah menikah, juga bermanfaat dalam
Pada hasil penelitian ini, didapatkan data pencapaian makna hidup menjadi lebih berarti
bahwa pada ke 5 (lima) aspek harga diri sehingga penderita kusta merasakan bahwa
penderita kusta yang mengalami harga diri hidupnya masih berharga bagi diri dan orang
rendah pada kelompok perlakuan yang disekitar mereka. Menurut Endriyani (2014),
diberikan logoterapi terdapat pengaruh yang mengatakan bahwa menjalani kehidupan di
signifikan, dimana dari kelima aspek tersebut lingkungannya memberikan dampak positif
didapatkan dari hasil uji statistik dengan nilai
terhadap pemenuhan psikososial penderita diukur dengan menggunakan mean skor
kusta, yaitu diterima secara sosial. kuisioner menunjukkan adanya perbedaan.
Penyuluhan kesehatan yang diberikan 3. Terdapat perbedaan pada harga diri pada
oleh peneliti juga dilaksanakan secara penderita kusta yang mengalami harga diri
berkelompok dengan cara memberikan rendah pada kelompok perlakuan dengan
penjelasan pada penderita kusta tentang kelompok kontrol.
gambaran dari penyakit kusta dan dilanjutkan
dengan diskusi atau tanya jawab. Penyuluhan SARAN
kesehatan ini hanya terbatas pada pemberian
pengetahuan saja tanpa menggali konsep diri Penelitian ini dapat dijadikan usulan
yang positif pada penderita kusta yang kepada Direktur Rumah Sakit Kusta Kediri
tentunya berkaitan dengan harga diri. Intervensi untuk dapat memaksimalkan perhatian
penyuluhan kesehatan ini juga tidak adanya terhadap masalah kesehatan mental penderita
berbagi pengalaman (sharing) antara sesama kusta yang sedang menjalani pengobatan,
anggota kelompok tentang permasalahan yang terutama pada penderita kusta yang mengalami
mucul atau perasaan yang sama dialami ketika masalah psikologis yang berkaitan dengan
menderita kusta sehingga hasilnya kurang konsep diri yaitu harga diri rendah. Pihak
maksimal dalam meningkatkan meningkatkan pendidikan tinggi ilmu keperawatan dapat
harga diri penderita kusta yang mengalami menggunakan hasil penelitian ini sebagai
harga diri rendah. Hasil penelitian ini evidence based dalam pengembangan
memberikan sebuah kesimpulan bahwa penerapan logoterapi bagi masalah
penderita kusta akan mampu menemukan keperawatan jiwa khususnya pada penderita
makna hidup mereka setelah mengikuti semua kusta yang mengalami harga diri rendah serta
sesi logoterapi hingga sesi berakhir yang pengembangan penerapan logoterapi untuk
akhirnya membuat harga diri mereka meningkat menyelesaikan masalah-masalah psikososial
lainnya yang mungkin muncul pada penderita
KETERBATASAN PENELITIAN kusta.

Keterbatasan dalam penelitian dalam


proses pelaksanaannya dimana penderita kusta
yang melakukan rawat jalan merupakan pasien DAFTAR PUSTAKA
rujukan dari beberapa daerah di luar Kota
Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad.
Kediri serta buku rapot kegiatan terapi
(2006). Psikologi Remaja: Perkembangan
kelompok logoterapi tidak menjelaskan secara
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
detail bagian di tiap sesinya yang berhubungan
dengan setiap aspek dari harga diri.
Ariyanta, F., Muhlisin, H. A. & Lisytorini, D.
(2013). Hubungan antara Dukungan
KESIMPULAN
Keluarga dengan Konsep Diri Penderita
Kusta di Desa Banglean Kabupaten Blora
1. Pemberian logoterapi berpengaruh terhadap
(Doctoral Dissertation, Universitas
harga diri penderita kusta yang mengalami
Muhammadiyah Surakarta)
harga diri rendah pada kelompok perlakuan.
2. Pemberian penyuluhan kesehatan tidak
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi: Psikologi
berpengaruh signifikan terhadap harga diri
Untuk Menemukan Makna Hidup dan
penderita kusta yang mengalami harga diri
Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: PT.
rendah pada kelompok kontrol, namun jika
Raja Grafindo
Dzikrina, A. M. & Purnami, S. W. (2013). Kusumawardani, Erika. (2012). Pengaruh
Pemodelan angka prevalensi kusta dan Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat
faktor-faktor yang mempengaruhi di jawa Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu
timur dengan pendekatan geographically Dalam Pencegahan Demam Berdarah
weighted regression. Jurnal Sains dan Pada Anak (Skripsi, Universitas
Seni Pomits, 2(2), 2337-3520 Diponegoro)

Effendy, N. (2003). Dasar-dasar Keperawatan Lestari, S. D., Arwani, & Purnomo. (2013).
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Hubungaan dukungan keluarga dengan
harga diri penderita kusta rawat jalan di
Endriyani S. (2014). Studi fenomenologi rumah sakit rehatta donorojo jepara.
pengalaman spiritual pasien kusta yang Jurnal Karya Ilmiah STIKES Telogorejo.
menjalani kehidupan di rs rivai abdullah ISSN: 2252-6854
Palembang. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya, 1(1), 55-61 Maryatun, S., Hamid, A. Y. S., & Mustikasari.
(2014). Logoterapi meningkatkan harga
Erlangga, Erwin. (2017). Terapi kelompok diri narapidana perempuan pengguna
dengan teknik logoterapi untuk narkotika. Jurnal Keperawatan Indonesia,
meningkatkan penerimaan anak broken 17(2), 48-56
home. Jurnal Penelitian Pendidikan
Indonesia, 2(1), 1-6 Mohammadi, F., Fard, F. D., & Heidari, H.
(2014). Effectiveness of logotherapy in
Fadilah, S. Z. (2013). Hubungan Dukungan hope of life in the women depression.
Keluarga dengan Depresi Penderita Elsevier, 59(2014), 643-646
Kusta di Dua Wilayah Tertinggi Kusta di
Kabupaten Jember. (Skripsi. Universitas Mubin, M. F. (2009). Penerapan terapi spesialis
Jember) keperawatan jiwa: terapi kognitif pada
harga diri rendah di rw 09, 11 dan 13
Groot, R. D., Van Brakel, W. H., & De Vries, H. kelurahan bubulak bogor. Jurnal
J. (2011). Social implications of leprosy in Keperawatan, 2(2), 28-35
the Netherlands: Stigma among ex-
leprosy patients in non-endemic setting. Muharry, Andy. (2014). Faktor risiko kejadian
Leprosy Review, 82, 168-177 kusta. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
2(2014), 174-182
Hussain, Tahziba. (2007). Leprosy and
tuberculosis: an insight-review. Critical Nauli. (2012). Pengaruh Logoterapi Kelompok
Reviews in Microbiology, 33, 15-66 dan Psikoedukasi Keluarga Pada Lansia
Depresi Dengan Diagnosa Keperawatan
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Harga Diri Rendah, Ketidakberdayaan,
Nasional Program Pengendalian Penyakit Kepututasaan, dan Isolasi Sosial di
Kusta. Direktorat Jenderal Pengedalian Kelurahan Katulampa. Jakarta. (Tesis,
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan FIK Universitas Indonesia)

Kementerian Kesehatan RI. (2015). InfoDATIN: Oentari, Widyaningsih. (2015). Eradikasi kusta:
Pusat Data dan Informasi Kementerian apakah memungkinkan?. Eradikasi
Kesehatan RI. Kusta, 3(3), 161-164
Papuling, F. C., Huragana, J., & Nursalam. Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik
(2016). Hubungan dukungan psikososial Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi
keluarga dengan kepatuhan pengobatan Indonesia. Singapore: Elsevier
pasien kusta. E-Jurnal Sariputra, 3(1)
Sutejo. Pengaruh Logoterapi Kelompok
Putri, M. A., Harmayetty, & Utomo, B. (2016). Terhadap Ansietas Pada Penduduk
Psycoeducative family therapy Pasca Gempa di Kabupaten Klaten Jawa
mempengaruhi pengetahuan, dukungan Tengah (Tesis, Universitas Indonesia)
keluarga dan stigma kusta. Jurnal Ners,
11(1), 88-98 Ukus, V., Bidjuni, H., & Kerundeng, M. (2015).
Pengaruh penerapan logoterapi terhadap
Rahmawati, R., Hidayati, R., & Nafiah, H. kebermaknaan hidup pada lansia di
(2015). Mekanisme koping pasien kusta. badan penyantunan lanjut usia senjah
Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1). ISSN 1978- serah paniki manado. Ejournal
3167 Keperawatan, 3(2), 1-8

Rensen, C., Bandyopadhyay, S., Gopal, P. K., Wicaksono, A. & Rifqi C. M. (2015). Hubungan
& Van Brakel, W. H. (2011). Measuring dukungan keluarga dengan interaksi
leprosy-related stigma-a pilot study to sosial pada penderita kusta di dusun
validate a toolkit of instruments. Disability sumber glaga desa tanjung kenongo
and Rehabilitation, 33(9), 711-719 kecamatan pacet kabupaten mojokerto.
Jurnal Penelitian Kesehatan, 12(2)
Robby, D. R. (2013). Hubungan antara
kecerdasan spiritual dengan depresi pada
penyandang cacat pasca kusta di liposos
donorojo binaan yastimakin bangsri.
Journal of Social and Industrial
Psychology, 2(1), 50-55

Rochmawati, D., H., Febriana, B., & Nugroho,


A., P. (2013). Pengaruh Logoterapi
Terhadap Konsep Diri dan Kemampuan
Memaknai Hidup pada Narapidana
Remaja di Lembaga Permasyarakatan
Kelas 1 Semarang. Paper
dipresentasikan di The National Nursing
Seminar The Association of Indonesian
Nurse Education Center (AINEC)

Rukua, M. S., Martini, S., & Notobroto, H. B.


(2015). Pengembangan indeks prediktif
kejadian default pengobatan kusta tipe
mb di kabupaten sampang. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 3(3), 387-399

Anda mungkin juga menyukai