Anda di halaman 1dari 75

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN


TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI LEMBAGA PAUD PARAMATA BUNDA
KOTA PALOPO TAHUN 2019

ANSAR
K.15.01.005

PROGRAM STUDI S1. KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA BUANA PALOPO
PALOPO TAHUN
2019
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN
TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI LEMBAGA PAUD PARAMATA BUNDA
KOTA PALOPO TAHUN 2019

ANSAR
K.15.01.005

Skripsi Ini DiajukanSebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1keperawatan

PROGRAM STUDI S1. KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA BUANA PALOPO
PALOPO TAHUN
2019

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN


TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DILEMBAGA PAUD PARAMATA BUNDA
KOTA PALOPO TAHUN 2019

Ansar
K.15.01.005

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi dan disetujui untuk
diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.

Palopo,...................20

Tim Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Sriwahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Lindriani, S.Kep.,Ns.,M.Kes)


NIDN. 0925078501 NIDN. 0914048204

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIKES Mega Buana Palopo

(Sriwahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kep)
NIDN.0925078501

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN


TOILET TRAINING PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DILEMBAGA PAUD PARAMATA BUNDA
KOTA PALOPO TAHUN 2019

Ansar
K.15.01.005

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal.................... dinyatakan telah memenuhi syarat
Untuk diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana S1 Keperawatan STIKES Mega Buana Palopo

Palopo,...................20

TimPenguji

Pembimbing Utama :Sriwahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kep (.............)

Pembimbing Pendamping :Lindriani, S.Kep.,Ns.,M.Kes (.............)

Penguji : Tri Ayu Patmawati, S.Kep., Ns.,M.Kep (.............)

Mengetahui,
Ketua STIKES

(Dr.Nilawati Uly, S.Si.,Apt.,M.Kes)


NIDN. 0922017901

iii
ABSTRAK

Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia
Pra Sekolah Di Lembaga Paud Paramata Bunda Kota Palopo Tahun 2019

Ansar

Latar Belakang: Toilet training adalah suatu teknik untuk mengajarkan anak
buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK) di toilet pada waktu yang
dapat diterimah secara social dan usia. Toilet training secara umum dapat di
laksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian pada
anak.suksesnyatoilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak
dankeluarga, seperti kesiapansfisikdimana kemampuan anak secara fisik sudah
kuat dan mampu. Tujuan:Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan
keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah di Lembaga Paud Paramata
Bunda Kota Palopo Tahun 2019.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional
study.Dengan tujuan menemukan ada atau tidaknya keberhasilan Toilet Training
pada anak prasekolahpengambilan sampel dilakukan dengan teknik total
sampling, didapatkan 96 responden.Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan lembar kuesioner. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah
dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsoft excel dan
program statistik(SPSS) versi 20.Hasil:Analisi univariat mencari distribusi
frekuensi, analisis bivariat didapatkan hubungan Pola Asus Orang Tua dengan
keberhasilan toilet traingpada anak usia prasekolah di lembaga paud paramata
bunda (p=,011),hubunganPeran Keluarga dengan keberhasilan toilet traning pada
anak usia prasekolah di lembaga paud paramata bunda (p=,017),dan hubungan
pengetahuan ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak ussia prasekolah di
lembaga paud paramata bunda (p=,020). Kesimpulan:Berdasarkan hasil
penelitian terdapat Pola Asuh Orang Tua, Peran Keluarga dan Pengatahuan Ibu
berhubungan dengan keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah di
Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019.

Kata Kunci:Toilet Training, Pola Asuh Orang, Peran Keluarga dan


Pengentahuan Ibu

iv
v
KATA PENGANTAR

Pujidan syukurpenulispanjatkankepadaAllah SWT atasrahmatdanhidayah-Nya


sehingga penulis dapatmenyelesikan skripsiini dengan judulpenelitian “Faktor
yang berhubungan dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah
di lembaga paud paramata bunda kota Palopo Tahun 2019”.
Penulismenyadaribahwa penyusunanlaporan penelitian inijauh darikesempurnaan
disebabkanterbatasnyapengetahuanyang dimilikioleh penulisolehnyaitu dengan
rendah hatimengharapkan saran dan kritik.Penulis
ucapkanbanyakterimakasihkepadapembimbing pertama Ibu Sriwahyuni,
S.Kep,Ns.,M.Kep danpembimbingpendampingibu Lindriani,
S.Kep.,Ns.,M.Kesyang telahmembimbingdanmemberikanarahankepada penulis
sehingga dapatmenyelesaikan proposal ini.
Ucapan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya penulis sampaikan
terkhusus kepada kedua orang tua Bapak Azis.Mdan Ibu Naharia yang
senangtiasa mendidik, mendoakan dan selalu sabar dalam memberikan nasehat,
sertapihak-pihakyang telahmembantuprosespenelitianmaupunpenyusunan laporan
hasilpenelitianini, diantaranya kepadayangterhormat:
1. Bapak RahimMunir, SP.,MM selaku Pembina Yayasan Pendidikan Sekolah
TinggiIlmu Kesehatan MegaBuana Palopo.
2. IbuDr.NilawatyUly,S.Si.,Apt.,M.KesselakuKetuaSekolahTinggiIlmu
Kesehatan MegaBuanaPalopo.
3. IbuNurAsphina R. Djano, SKM.,MM selaku Wakil Ketua Bidang Akademik
Sekolah TinggiIlmu Kesehatan MegaBuana Palopo.
4. IbuEvawatiUly,S.Farm.,AptselakuWakilKetuaBidangKeuangan Sekolah
TinggiIlmu Kesehatan MegaBuana Palopo.
5. Bapak Imran Nur, S.IP.,M.Si selaku Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan
Sekolah TinggiIlmu Kesehatan MegaBuana Palopo.
6. Ibu Sriwahyuni S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo.

vi
7. Ibu Tri Ayu Patmawati, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku penguji
8. Bapak I Wayan Djuliarsa, SKM.,M.Kes selaku Penasehat Akademik
9. BapakdanIbuDosensertaStafSekolahTinggiIlmuKesehatanMega
BuanaPalopo.
10. Ibu Nurhayati,S.PD.I,M.PDPaud Paramata Bunda Kota Palopo
Akhir katasemogaTuhan Yang MahaEsasenantiasa melimpahkanrahmat,
berkat dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang
setimpal atas semua jerih payah dari pihakyang telahmemberikanbantuandan
dukungankepada penulisserta senantiasamenambahilmupengetahuanyang
bermanfaatdan menjadikan kitasebagaihambanyayangselalu bersyukur.

Palopo, Mei2019

Penulis

Ansar

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PERNYATAAN SIAP UJIAN PROPOSAL ....................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI....................................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xivi
BAB IPENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 7
A. Tinjauan Umum tentang Toilet Training .................................................... 7
B. Konsep Pra Sekolah...................................................................................16
C. Kerangka Konsep ...................................................................................... 17
D. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif ............................................. 17
E. Hipotesis.................................................................................................... 19
BAB IIIMETODE PENELITIAN ..................................................................... 21
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 21
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 21
D. Instrumen Penelitian.................................................................................. 23
E. Pengumpulan Data .................................................................................... 23
F. Pengelolaan dan Analisa Data .................................................................. 24
G. Etika Penelitian ......................................................................................... 26

viii
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 29
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 29
B. Pembahasan ............................................................................................... 38
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 44
A. Kesimpulan ............................................................................................... 44
B. Saran .......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


2.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................. 17

4.1 DistribusiberdasarkanPekerjaan responden tentang 30


keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah
dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun
2019.........................................................................................
4.2 Distribusi berdasarkan umur responden tentang keberhasilan 30
toilet training pada anak usia pra sekolah dilembaga Paud
Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019
4.3 Distribusiberdasarkantoilet training responden tentang 31
keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah
dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun
2019.........................................................................................
4.4 DistribusiberdasarkanPola Asuh Orang Tua responden 32
tentang keberhasilan toilet training pada anak usia pra
sekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun
2019.........................................................................................
4.5 Distribusiberdasarkanperan keluarga tentang keberhasilan 32
toilet training pada anak usia pra sekolah dilembaga Paud
Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019...............................
4.6 DistribusiberdasarkanPengetahuan tentang keberhasilan 33
toilet training pada anak usia pra sekolah dilembaga Paud
Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019...............................
4.7 Hubungan pola asuh orang tua tentang keberhasilan toilet 34
training pada anak usia pra sekolah dilembaga Paud
Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019...............................
4.8 Hubungan peran keluarga tentang keberhasilan toilet 36
training pada anak usia pra sekolah dilembaga Paud

x
Tabel Judul Halaman
Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019...............................

4.9 Hubungan pengetahuan ibu tentang keberhasilan toilet 37


training pada anak usia pra sekolah dilembaga Paud
Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019...............................

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


2.1 Kerangka Kosep.................................................................. 17

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengambilan Data Awal


Lampiran 2 : Instrumen Penelitian (kuesioner)
Lampiran 3 :Surat izin penelitian
Lampiran 4 :Surat Selesai Penelitian Dari Lokasi Penelitian
Lampiran 5 :Informed consent
Lampiran 6 :Master Tabel
Lampiran 7 :Output SPSS
Lampiran 8 :Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 :Daftar Riwayat Hidup

xiii
DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buang Air Kecil
DKK : Dan Kawan-Kawan
Kemenkes : Kementrian kesehatan

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta

biasanya sudah mulai mngikuti program preschool.Perkembangan

komunikasi pada usia ini dapat ditunjukan dengan perkembangan bahasa anak

dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih 10 kata,

pada tahun kedua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata

ulangan.

Pada anak usia ini kususnya usia tiga tahun anak sudah mampu menguasai

sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa,

apa, kapan, dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sipatnya sangat

ego sentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan

bahasa mulai meningkat,mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karna

tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap

ketidaktahuan dan perlu di ingat bahwa pada usia ini anak masi belum fasi

dalam berbicara (Soetjingsih,2014).

Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan

memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberikan kesempatan pada

mereka untuk menyentu alat pemeriksaan yang akan di gunakan,

menggunakann ada suara,bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang

1
2

lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak

untuk di jawab seperti kata-kata ‘jawab dong‘, mengahlikan aktifitas saat

komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak

mudah diajak komunikasi, mengatur jarak interaksi dimana kita dalam

berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri

dimana kita harus menghindari kontfrontasi langsung, duduk yang terlalu

dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan

penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa

disetujui dari anak, salaman dengan anak merupakan cara untuk

menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita, dalam

memanggil perasaan dan pikiran anak disaat melakukan komunikasi

(Hidayat,2012 ).

Menurut data Kemenkes (2014) populasi anak usia 1-4 tahun di Indonesia

mencapai sekitar 19,3 juta. Jumlah tersebut meliputi anak nusia balita 1-4

tahun yang di Indonesia kepada anak calon generasipenerus bangsa, oleh

sebab itu kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapatkan

perhatian khusus,salah satunya dengan upaya pembinaan yang tepat akan

berdampak pada pertubuhan dan perkembangan anak yang berkualitas salah

satunya dengan memberikan stimulasi secara intensif, deteksi dan intervensi

dini sangat tepat dilakukan sedini mungkin mengatahui penyimpangan

perkembangan balita.

Toilet training merupakan salah satu tugas dari perkembangan anak pada usia

toddler. Padatahapan usia 1–3 tahun atau yang disebutdengan usia toddler,
3

kemampuan sfingteruretrayang berfungsiuntuk mengontrolrasa ingin defekasi

dan rasa ingin berkemihmulai berkembang, dengan bertambahnyausia, kedua

sfingter tersebut semakin mampumengontrol rasa ingin berkemih dan rasa

ingindefekasi. Walaupun demikian, satu anak keanak yang lainnya

mempunyai kemampuanyang berbeda dalam pencapaian

kemampuantersebut.Hal tersebut bergantung kepadabeberapa faktor yaitu

baik faktor fisik maupunfaktor psikologis.(Andriyani, Ibrahim & Wulandari,

2014).

Kemampuan anak untukbuang air besar (BAB) biasanya lebih awalsebelum

kemampuan buang air kecil (BAK)karena keteraturan yang lebih besar,

sensasiyang lebih kuat untuk BAB daripada BAK,dan sensasi BAB lebih

mudah dirasakan anak. Latihan BAB atau BAK pada anak

sangatmembutuhkan persiapan bagi ibu, yaitu baiksecara fisik, psikologis,

maupun intelektual.Melalui persiapan-persiapan tersebut, anakdiharapkan

dapat mengontrol kemampuanBAB atau BAK secara mandiri.Suksesnyatoilet

training tergantung pada kesiapan yangada pada diri anak dan keluarga

terutamaibu, seperti kesiapan fisik yaitu kemampuananak sudah kuat dan

mampu (Andriyani, Ibrahim & Wulandari, 2014).

Orang tua berperan penting dalam aktivitas self care,dan orang tua perlu

dibekali perilaku untuk bertanggung jawab dalam kemandirian anak,

pembentukan kepribadian, dan,memberikan pendidikan sehingga orang tua

dapat mengerti dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan terhadap anak-

anaknya agar berprilaku baik dalam membimbing tumbuh kembang anak


4

secara mandiri dan sesui dengan tahap perkembanganya (Kusumaningrum

dkk, 2011).

Dampak paling umum dalam kegagalan toilet training seprti adanya perilaku

atau aturan yang ketat dari orang tua kepada anaknya yang dapat

menggunakan kepribadian anak yang cenderung bersifat retentive dimana

anak cenderung bersikap keras kepalah bahkan kikir.Hal ini dapat terjadi

apabila orang tua sering memarahi anak pada saat buang air besar atau buang

air kecil saat berpergian karena sukar mencari toilet. Bila orang tua santai

memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalamin

kepribadian eksprensif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka

membuat gara-gara emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan

sehari-hari (Elsera ,2016).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Paud Paramata

Bunda Kota Palopo Tahun 2019 didapatnya peserta didik sejumlah 96 orang

terdiri dari 43 orang laki-laki,perempuan 53 orang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah

proposal penelitian ini adalah “Apakah faktor yang berhubungan dengan

keberhasilan toilet training pada anak usiaprasekolah di Lembaga Paud

Paramata Bunda Kota Palopo 2019.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah di Lembaga Paud Paramata Bunda

Kota Palopo Tahun 2019.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi Pola Asuh Orang Tuatoilet training pada anak usia

prasekolah Di Lembaga Paud Pramata Bunda Kota Palopo

b. Mengidentifikasi Peran Keluargatoilet training pada anak usia

prasekolah Di Lembaga Paud Paramata Bunda Kota Palopo.

c. Mengidentifikasi Pengetahuan Ibutoilet training pada anak usia

prasekolah Di Lembaga Paud Paramata Bunda Kota Palopo.

d. Mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah Di Lembaga Paud Paramata Bunda

Kota Palopo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan penelitian serta sebagai media untuk menerapkan ilmu telah

didapatkan selama kuliah. Memberikan informasi ilmiah bidang

kesehatan mengenai faktor yang berhubungan dengan toilet training pada

anak usia prasekolah.


6

2. Bagi institusi

Menjadi informasi penting bagi anak usia prasekolah Di Lembaga Paud

Paramata Bunda Kota Palopo.

3. Bagi praktis

Bagi peneliti sebagai bahan pembelajaran dalam penerapan penelitian

serta sumber informasi tentang faktor yang berhubungan dengan

keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah dan sebagai bahan

perbandingan untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Toilet Training

1. DefenisiToilet Training

Anak pra-sekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta

biasanya sudah mulai mengikuti program preschool.Toilet training

merupakan salah satu tugas dari perkembangan anak pada usia toddler

(Hockenbery, Wilson, &Wong , 2012). Padatahapan usia 1–3 tahun atau

yang disebut dengan usia toddler, kemampuan sfingter uretrayang

berfungsiuntuk mengontrol rasa ingin defekasi dan rasa ingin berkemih

mulai berkembang, dengan bertambahnya usia, kedua sfingter tersebut

semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan rasa ingin defekasi.

Walaupun demikian, satu anak ke anak yang lainnya mempunyai

kemampuan yang berbeda dalam pencapaian kemampuan tersebut.Hal

tersebut bergantung kepada beberapa faktor yaitu baik faktor fisik

maupun faktor psikologis (Andriyanidkk, 2014).

Toilet training adalah suatu teknik untuk mengajarkan anak buang air

besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK) di toilet pada waktu yang

dapat diterimah secara social dan usia .Toilet training secara umum dapat

di laksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase

kemandirian pada anak.suksesnyatoilet training tergantung pada kesiapan

yang ada pada diri anak dan keluarga, seperti kesiapan fisik,

7
8

dimana kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu. Hal ini

dapat di tunjukan anak mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan

anak untuk dilatih buang air besar dan buang air kecil, demikian juga

kesiapan psikologis dimana anak membutuhkan suasana buang air besar

atau kecil. Persiapan intelektual pada anak juga dapat membantu dalam

proses buang air besar dan buang air kecil. Hal ini dapat di tunjukkan

apabila anak dapat memahami arti buang air besar atau kecil sangat

memudahkan proses dalam pengontrolan, anak dapat mengetahui kapan

saatnya harus buang air kecil dan buang air besar, kesiapan tersebut akan

menjadikan diri anak selalu mempunyai kemandirian dalam mengontrol

khusunya buang air kecil dan buang air besar (toilet training).

Pelaksanaan toilet training dapat di mulai sejak dini untuk melatih respon

terhadap kemampuan untuk buang air kecil dan buang air besar.(Kiddo

dkk,2012).

1. Dampak Toilet Training

Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti

adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya

yang dapat mengganggu kepribadian atau cenderung bersifat retentif

dimana anak cenderung keras kepala bahkan kikir.Hal ini dapat

dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang

air besar atau kecil, atau melarang anak saat bepergian. Bila orang tua

santai memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat

mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung


9

ceroboh, suka membuat gara-gara, emosinal dan seenaknya dalam

melakukan sehari-hari (Hidayat 2012).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Toilet Training

a. Faktor Lingkungan

Adalah faktor yang paling dominan dalam memengaruhi

keberhasilan toilet training pada anak.

b. Faktor Pegatahuan

Yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya toilet training adalah

dukungan orang tua terutama dari ibu. Pengetahuan yang dimiliki

orang tua tentang toilet training, akan berpengaruh terhadap

penerapan toilet training pada anak. Apabila pengetahuan orang tua

tentang toilet training baik, akan berdampak positif bagi keberhasilan

toilet training tersebut (Suryabudhi, 2013).

Pengetahuan dari orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat

mendukung dalam keberhasilan toilet training pada anak. Di mana

semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua maka ada

kecenderungan semakin baik dalam mengajarkan toilet training hal

itu disebabkan karena tingkat pengetahuan mampu membuat

seseorang menempatkan dirinya dalam situasi tertentu dan semakin

tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka orang tersebut akan

mampu menempatkan dirinya serta dapat menjalankan tugasnya

sebagai orang tua yang mampu mendidik anak (Kyle & Carman,

2015).
10

c. Peran orang tua

Yang baik tetapi toilet training pada anak tidak baik hal itu

tergantung pada diri anak itu sendiri.Kesiapan anak di mana harus

melihat apakah anak tersebut sudah siap secarafisik dan

biologis.Meskipun anak tersebut telah diajarkan secara terus

menerus oleh orang tua tetapi kesiapan fisik dan dan psikologis

anak tersebut belum memungkinkan maka sulit untuk anak tersebut

belajar dengan cepat tentang toilet training karena setiap anak

berbeda-beda dalam kesiapan fisik dan psikologis. Peran orang tua

yang kurang baik dan toilet training pada anak kurang baik hal ini

di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, pendidikan dan

pekerjaan orang tua. Baik dan buruknya peran orang tua bisa

dikarenakan oleh berbagai faktor yaitu faktor usia, pendidikan dan

pekerjaan. Usia ibu juga menjadikan indikator kedewasaan dalam

pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamanya,

dimana pada ibu yang cukup umur atau berusia 26-35 tahun akan

lebih dewasa peran dan pengasuhannya terhadap anak tetapi pada

usia tersebut ibu biasanya memiliki banyak masalah baik dalam

rumah maupun diluar (Notoadmodjo, 2010).

Faktor yang mempengaruhi toilet training adalah peran orang tua

kurang baik tetapi toilet traning baik, yaitu trgantung pada fisik dan

mental anak itu sendri dimana tidak ada patokan usia kapan anak
11

harus mulai melakukan toilet trainingsaat yang tepat yaitu

tergantung dari anak.(Supartini, 2010).

d. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam

mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreativitas.

Orang anak di biasakan dengan suasana keluarga yang terbuka,

saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat

anggota keluarganya, maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang

terbuka, fleksibel, penuh insiatif, dan produktif, suka akan

tantangan dan percaya diri. Perilaku kreatif dapat tumbuh dan

berkembang baik. Lain halnya jika seorang anak dibesarkan

dengan pola asuh yang mengutamakan kedisiplinan yang tidak di

barengin dengan toleransi, wajib menaati peraturan, memaksakan

kehendak, yang tidak memberikan peluang bagi anak untuk

berinisiatif, maka yang muncul adalah generasi yang tidak

memiliki fisi masa depan, tidak punya keinginan untuk maju dan

berkembang, siap berubah dan beradap tasi dengan baik, terbiasa

berfikir satu arah (liniyer), dan lain sebagainya (Rachmawati, Y., &

Kurniati , E, 2010).

Beberapa anak mencapai kontrol buang air kecil atau kontrol buang

air besar lebih awal pada usia 18 sampai 24 bulan akan tetapi

toilettraining harus dimulai ketika anak telah memperlihatkan

tanda kesiapan sehingga pelatihaSn buang air besar biasanya


12

dilakukan pada saat anak berumur 2 - 3 tahun, sedangkan pelatihan

buang air kecil dapat dilakukan pada usia 3-4 tahun.

Toilet training dilakukan pada usia yang bervariasi, 31% orang tua

memulai toilet training ketika anak mereka berusia 18-22 bulan,

27% dimulai saat usia 23-27 bulan dan 16% dimulai saat usia 28-

32 bulan serta 22% saat usia 32 bulan ke atas. Toilet training

sebaiknya dilakukan saat anak telah berusia 18- 24 bulan, pada saat

kontrol volunter sfingter anal dan uretra tercapai dengan

memerhatikan faktor psikofisiologis anak Toilet training yang

terlalu dini (diajarkan pada usia 36 bulan) dapat memberikan efek

negatif terhadap seorang anak (Denada, 2015).

Pola asuh orang tua dalam keluarga adalah sebuah frase yang yang

menghimpun empat unsur penting, yaitu pola asuh, orang tua, dan

keluarga. Polah adalah pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola

dan asuh. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti

corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Maka

hal itu semakna dengan bentuk /struktur yang tetap, maka hal itu

semakin dengan istilah “kebiasaan”.Asuh berarti mengasuh, satu

bentuk kata kerja yang bermakna (1) menjaga (merawat dan

mendidik) anak kecil; (2) membimbing (membantu , melati,

sebagainya) supaya dapat berdiri sendri ; (3) memimpin

(mengalami menyelanggarakan) badan kelembagaan. Ketika

mendapat awalan dan akhiran, kata asuh memiliki makna yang


13

berbeda. Pengasuh berarti orang yang mengasuh; wali (orang

tua,dan sebagainya).Pengasuh berarti proses, perbuatan, cara

pengasuhan. Kata asuh menyangkut kata askep berkaitan dengan

pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga dapat

berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.Orang tua, menurut

Kamus Besar Berbasa Indonesia, adalah ayah ibu kandung, (orang

tua) orang yang dianggap orang tua (cerdik pandai, ahli, dan

sebagainya); orang-orang yang dihormati (segani) di

kampung.Dalam konteks keluarga, tentu saja orang tua yang

dimaksud adalah ayah dan atau ibu kandung dengan tugas

dantanggung jawab mendidik anak dalam keluarga.

Pola asuh dalam keluarga dalam keluargaberarti kebiasaan orang

tua,ayah dan atau ibu, dalam memimpin, mengasuh dan

membimbing anak dalam keluarga. Mengasu dalam arti dan

menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing

dengan cara membantu, melatih, dan sebagainya. Keluarga adalah

sebagai institusi bati yang disebut nuclear family.Menurut Ahmad

Tafsir pola asuh berarti pendidikan.Dengan demikian, pola asuh

orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten

dalam dalam menjaga dan membimbing anak sejak dilahirkan

hingga remaja.Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang

diterapkan pada anak yang bersipat relatif konsisten dari waktu

kewaktu.Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak. Cara dan pola
14

tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga

yang lainnya pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang

sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi,

berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam

kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan

perhatian, peraturan, displin,hadiah dan hukuman, serta tanggapan

terhadapan keinginan anaknya.sikap, perilaku, dan kebiasaan orang

tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiruh oleh anaknya yang kemudian

semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi, kemudian

menjadi kebiasaan anak-anaknya.(Djamarah,2012)

e. Peran keluarga

Peran keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan

toilet training pada anak. Peran keluarga tersebut dapat berupa

pendorong yaitu memberikan dorongan untuk tetap semangat

belajar toilet training, inisiator yaitu memberikan ide-ide untuk

keberhasialn toilet training, koordinator yaitu merencanakan untuk

meningkatkan keberhasilan toilet training, motivator yaitu

memberi perhatian dan dukungan pada anak serta edukator yaitu

memberikan informasi dan pengatahuan pada anak. Peran keluarga

bagi anak-anak mememiliki porsi yang berbeda-beda mulai baik,

cukup baik bahkan kurang baik. Beberapa faktor yang

mempengaruhi peran keluarga adalah faktor yang kelas sosial (

pendididikan, pekerjaan, penghasilan dan lain-lain), faktor bentuk


15

keluarga (mengenali keluarga dan tempat tinggal), faktor tahap

perkembangan keluarga, keberhasilan faktor model peran, dan

faktor peristiwa situasional (kesahatan atau sakit). Dari faktor-

faktor ini tidak ada diteliti tetapi mempengaruhi peran keluarga

dalam keberhasilan toilet training pada anak. Selain adanya peran

keluarga, keberhasilan toilet training dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya pengetahuan orang tua, kesiapan anak, dan

kesiapan orang tua,serta kesadaran anak.

Peran aktif orang tua pada anak prasekolah tentang toilet training

adalah orang tua harus mulai melatih kemampuan anaknya untuk

buang air kecil dan buang air besar ke toilet. Orang tua harus sabar

dan mengerti kesiapan anak untuk memulai pengajaran

menggunakan toilet.Orang tua juga harus memiliki dukungan

positif kepada anak agar anak berhasil dalam melakukan toilet

training. Contohnya yaitu jangan selalu menggunakan diapers pada

anak sebaiknya orang tua harus siap mengantarkan anak pada saat

mau buang air besar dan buang air kecil ke toilet (Mendur,dkk

2018).

f. Pengetahuan ibu

Pengetahuan berpengaruh pada penerapan toilet training pada anak

ibu yangmempunyai tingkat pengatahuan yang baik, diharapankan

pemahaman ibu baik tentang manfaat dan dampak dari toilet


16

training,sehingga ibu akan mempunyai sikap yang positif terhadap

toilet training (Lilis, Suryani, 2016).

Pengatahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan

panca indera yang dilakukan seorang terhadap objek tertentu untuk

dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat,

2012).

Dampak ibu yang kurang pengetahuan tentang toilet training

adalah tidak menerapkan toilet training pada anak sehingga anak

menjadi keras kepala dan susah untuk diatur, selain itu anak tidak

mandiri dan masih membawa kebiasaan mengompol hingga besar.

Toilet training yang tidak diajarkan sejak dini akan berdampak

pada terganggunya psikologis anak seperti rasa kurang percaya

diri, rasa malu bergaul dengan teman sebaya dan gangguan

perkembangan sosial lainnya. Kondisi sebaliknya dapat terjadi

pada anak yang telah diajarkan toilet training sejak dini yaitu rasa

percaya diri yang tinggi saat bergaul dengan teman sebaya, anak

cenderung memiliki jiwa sosial yang tinggi sehingga anak dapat

memotivasi teman sebaiknya agar tidak lagi mengompol (Rudhiati,

2016).

B. Konsep Pra Sekolah

1. Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Prasekolah

Anak usia pra sekolah masih dalam peningkatan pertumbuhan dan

perkembangan yang berlanjut dan stabil terutama kemapuan kognitif serta


17

aktivitas fisik. Selain itu anak berada pada fase inisiatif dan rasa bersalah

(inisiative vs guilty) rasa ingin tahu (corius) dan daya imajinasi anak

berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di

sekelilingnya yang tidak diketahui. Selain itu anak dalam usia prasekolah

belum mampu membedakan hal yang abstrak dan tidak abstrak. Proses

pertumbuhan dan perkembangan bersifat dinamis dimana terjadi sepanjang

siklus hidup anak. Anak pada masa prasekolah akan mengalami proses

perubahan baik dalam pola makan, proses eliminasi dan perkembangan

kognitif memajukan proses kemandirian (Hidayat, 2012).

2. Kerangka Konsep

Pola Asuh Orang tua

Peran Keluarga Toilet training

Pengetahuan Ibu
Keterangan :
ooooooooooooorang
orang tuaOrang : Variabel independen

: Variabel dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
3. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Tabel 2.1 Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif


Hasil
Alat Cara
No Variabel Defenisi (kriteria Skala
ukur ukur
objektif)
Variable dependen
1 Toilet Toilet Wawa Kuesioner 1.Berhasil :jika Ordinal
18

training training yang ncara jawaban


di maksud responden
oleh peneliti >65%
ini adalah 2.tidak
toilet training berhasil:jika
yang di jawaban
ajarkan oleh responden<
orang tua 65%
murid dalam
melatih
membuang
air kecil (
BAK ) dan
BAB secara
dini
Variable independen
1 Pola Cara orang Kuesi Membagik 1) Baik : jika Ordinal
Asuh tua mengasuh oner an skor yang
Orang dan kuesioner diperoleh
tua mengajarkan ≥65%
anak tentang
toilet training 2) Kurang : jika
skor yang
diperoleh
<65%
2 Peran Peran Kuesi Membagik 1) Baik : jika Ordinal
Keluarga keluarga oner an skor yang
tersebut kuesioner diperoleh ≥
berupa 65%
pendorong 2) Kurang : jika
19

yaitu skor yang


memberikan diperoleh <
dorongan 65%
untuk
semngat
belajar toilet
training
3 Pengetah Segalah Kuesi 1) Baik : jika Nominal
uan ibu sesuatu yang oner skor yang
diketahui diperoleh ≥
orang tua 50%
tentang toilet
training dan 2) Kurang : jika
cara skor yang
penerapannya diperoleh
pada anak <50%

4. Hipotesis

1. Hipotesisi Null (H0)

a. Tidak ada hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah Di Lembaga Paud Paramata Bunda

Kota Palopo tahun 2019.

b. Tidak ada hubungan Peran Keluarga dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah Di Lembaga Paud Paramata Bunda

Kota Palopo tahun 2019.


20

c. Tidak ada hubungan Pengatahuan Ibu dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah Di Lembaga Paud Paramata Bunda

Kota Palopo tahun 2019


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional study.Dengan tujuan menemukan

ada atau tidaknya keberhasilan Toilet Training pada anak prasekolah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Lembaga Paud Paramata Bunda

kotaPalopo tahun 2019.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Agustus tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel

Populasi Adalah Keseluruhan dari unit di dalam pngamatan yang akan kita

lakukan, sedangkan sampel adalah sebagia dari populasi yang nilai atau

kerakteristiknya kita ukur dan yang nantinya yang kita pakai untuk menduga

kerakteristik dari populasi.(Luknis dan Sutanto, 2018)

1. Populasi

Populasi Adalah Keseluruhan Dari Unit

Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua anak prasekolah di

Lembaga Paud Pramata Bunda Kota Palopo tahun 2019,Sebanyak 96

orang.

21
2. Sampel

Sebagian anak prasekolah di Lembaga Paud Paramata Bunda Kota

Palopo.Pada penelitian ini sampel diambil menggunakan total

22
23

samplingyakni semua responden menjadi sampling.Adapun

kriterianya, yaitu :

a. Kriteria inklusi:

1) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi:

1) Orang tua yang tidak bersedia menjadi responden

2) Apabila responden sakit

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar dalam bentuk ceklistdan

kuesioner.

1. Kuesioner pola asuh orang tua, menggunakan skala likert dengan jumlah

pertanyaan 17 nomor. Dikatakan pola asu baik jika skor ≥ 65% dan pola

asuh kurang jika skor < 65%.

2. Kuesioner pengetahuan ibu, menggunakan skala Guttman dengan pilihan

benar (skor 1) dan Tidak (skor 0), jumlah pertanyaan 18 nomor. Dikatakan

pengetahuan baik jika skor ≥ 65% dan pengetahuan kurang skor <65%

3. Kuesioner peran keluarga, menggunakan skala likert, jumlah petanyaan 14

nomor dengan pilihan selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

Dikatakan peran keluarga baik jika skor ≥65% dan peran keluarga kurang

jika skor < 65%.

E. Pengumpulan Data

1. Data primer
24

Data yang diperoleh dari perawat pelaksana dengan menggunakan

kuesioner yang telah disiapkan kepada responden dengan langkah-

langkah

sebagai berikut :

a. Sebelum kuesioner diserahkan kepada responden, peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian.

b. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka responden

diminta kesediannya untuk mengisi kuesioner.

c. Jika responden menyatakan telah bersedia, maka kuesioner diberikan

dan responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu tentang cara

pengisian kuesioner.

d. Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, selanjutnya di kumpul

dan dipersiapkan untuk diolah dan dianalisa.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi di Lembaga Paud

Pramata Bunda Kota Palopotahun 2019.

F. Pengelolaan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Apabila data terkumpul maka tahap selanjutnya adalah mengorganisir atau

mengklasifikasikan data tersebut guna tujuan penelitian, dimana data

dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan perangkat komputer

yang dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing
25

Dilakukan setelah semua data terkumpul, untuk memeriksa semua

kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data.

b. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data semua data perlu

disederhanakan yaitu dengan mengklasifikasikan jawaban dari

responden menurut macamnya dengan memberi kode pada masing-

masing jawaban menurut item pada kuesioner.

c. Tabulasi

Semua data telah terkumpul dikelompokan ke dalam suatu tabel

menurut sifat-sifat dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian dengan

cara :

1) Menyusun data yang tersedia menurut urutannya, misalnya dari

variabel yang bernilai kecil ke variabel bernilai besar.

2) Mengelompokan dan menghitung jumlah masing-masing variabel.

3) Memindahkan variabel yang telah dikelompokan tersebut ke dalam

variabel yang telah disiapkan.

2. Analisa data

Analisa data kuantitatif dimaksudka untuk mengolah dan

mengorganisasikan data, serta menemukan hasil dapat dibaca dan dapat di

interpretasikan meliputi

a. Analisis univariat
26

Analisis univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, sehingga

menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel penelitian.

b. Analisis bivariate

Analisis data yang ditunjukan untuk menjawab tujuan penelitian yakni

menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen sebagai resiko dengan variabel sebagai faktor

akibat dengan kontinensi tingkat kemaknaan 0,05 menguji hipotesis

penelitian. Untuk maksud tersebut uji statistik yang digunakan adalah

chi-square dengan menggunakan tabel tabulasi silang 2x2.

G. Etika Penelitian

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etik penelitian keperawatan

(Rifqi Nugraha Pratama, 2011) :

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respec for human dignity)

Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan informed consent yaitu persetujuan

untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan

penjelasan yang lengkap dan terbuka dari penelitian tentang keseluruhan

pelaksanaan penelitian. Penelitian melakukan beberapa hal yang

berhubungan dengan anatara lain :

1) Mempersiapkan formulir persetujuan yang akan ditandatangani oleh

subjek penelitian. Isi formulir informen consent mencakup :

a) Penjelasan tentang judul penelitian, tujuan dan manfaat penelitian


27

b) Permintaan kepada subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian

c) Penjelasan prosedur penelitian

d) Gambaran tentang resiko dan ketidaknyamanan selama penelitian

e) Penjelasan tentang keuntungan yang didapat dengan berpartisipasi

sebagai subjek penelitian

f) Penjelasan tentang jaminan kerahasiaan dan anonimitas

g) Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai subjek

penelitian, kapanpun sesuai dengan keinginan subjek

h) Persetujuan penelitian untuk memberikan informasi yang jujur

terkait dengan prosedur penelitian

i) Pernyataan persetujuan dari subjek untuk ikut serta dalam

penelitian.

2) Memberikan penjelasan langsung kepada subjek mencangkup seluruh

penjelasan yang tertulis dalam formulir informed consent dan

penjelasan lain yang diperlukan untuk memperjelas pemahaman

subjek tentang pelaksanaan penelitian.

3) Memberikan kesempatan kepada subjek untuk bertanya tentang aspek-

aspek yang belum dipahami dari penjelasan peneliti dan menjawab

seluruh pertanyaan subjek dengan terebuka.

4) Memberikan waktu yang cukup kepada subjek untuk menentukan

pilihan mengikuti atau menolak ikut serta sebagai subjek penelitian.

5) Meminta subjek untuk menandatangani formulir informed

consent,jikaia menyetujui ikut serta dalam penelitian.


28

6) Menghormati privasi dan kerahasiaan (respect for privacy and

confidentiality)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi

untuk mendapatkan kerahasiaan informasi.Namun tidak bisa

dipungkiri bahwa penelitian menyebabkan terbukanya informasi

tentang subjek. Sehingga peneliti perlu merahasiakan sebagai

informasi yang menyangkut privasi subjek yang tidak ingin

identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui oleh orang

lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara menyediakan

identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan

kode tertentu. Dengan demikian segala informasi yang

menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara luas.

7) Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

peneliti dilakukan secara jujur, cepat, cermat, hati-hati dan

dilakukan secara profesional.Sedangkap prinsip keadilan

mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan

dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan subjek.

8) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harm and benefits).


29

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitiandan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan

(beneficience).Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang

merugikan bagi subjek penelitian (non maleficience).Prinsip ini

yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika mengajukan usulan

penelitian untuk mendapatkan persetujuan atik dari komite etik

penelitian. Penelitian harus mempertimbangkan rasio antara

manfaat dan kerugian/resiko dari penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Paud Paramata Bunda Kota Palopo

Tahun 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 96 responden,adapun gambaran

umum lokasi penelitian dan hasil pengolahan data dengan menggunakan

analisis ujichi-square yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lembaga Paud Paramata Bunda berada di wilayah Kecamatan Wara Utara

Kota Palopo Kelurahan Batupasi.Lembaga Paud Paramata Bunda

memiliki 96 siswa yang terdiri dari 43 siswa laki-laki, dan perempuan

sebanyak 53 siswa.

2. Analisis Univariat

a. Pekerjaan orang tua

Berikut ini adalah distribusi frekuensi kelompok pekerjaan

responden di Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019 di

tampilkan dalam bentuk 4.1.

29
30

Tabel 4.1
DistribusiberdasarkanPekerjaan responden tentang keberhasilan
toilet training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata
Bunda Kota Palopo Tahun 2019(n =96)
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
IRT 53 55,2
PNS 22 22,9
GURU 16 16,7
WIRASWASTA 5 5,2
Total 96 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, dimana jumlah responden yang paling dominan ialah

responden yang bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak

53 responden (55,2%), dan responden yang memiliki pekerjaan

sebagai wiraswasta adalah responden yang terendah sebanyak 5

responden (5,2%).

b. Umur orang tua

Berikut ini adalah distribusi frekuensi kelompok umur responden di

Paud Paramata Bunda Kota Palopo Tahun 2019 di tampilkan dalam

bentuk 4.2.

Tabel 4.2
Distribusi berdasarkan umur responden tentang keberhasilan toilet
training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda
Kota Palopo Tahun 2019(n =96)
Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
23-28 tahun 29 30,2
29-34 tahun 42 43,8
35-40 tahun 20 20,8
> 41 tahun 5 5,2
Total 96 100
Sumber: Data Primer, 2019
31

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, dimana jumlah responden yang berumur 23 sampai 28 tahun

sebanyak 27 responden (28,1%), responden yang berumur 29 sampai

35 tahun adalah jumlah responden yang paling dominan yaitu

sebanyak 40 responden (41,7%), jumlah responden yang berumur 36

sampai 41 tahun sebanyak 24 responden (25,0%), dan responden yang

paling sedikit adalah responden yang berumur 42 sampai 45 tahun

sebanyak 5 responden (5,2%).

c. Toilet Training

Berikut ini adalah distribusi frekuensi toilet training responden di

Paud Paramata Bunda Kota Palopo Tahun 2019 di tampilkan dalam

bentuk tabel 4.3.

Tabel 4.3
Distribusiberdasarkantoilet training responden tentang keberhasilan
toilet training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata
Bunda Kota Palopo Tahun 2019(n =96)
ToiletTraining Frekuensi (f) Persentase (%)
Berhasil 44 45,8
Tidak Berhasil 52 54,2
Total 96 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, dimana jumlah responden yang berhasil melakukan

toilettraining sebanyak 44 responden (45,8%), dan jumlah responden

yang tidak berhasil melakukan toilettraining sebanyak 52 responden

(54,2%).
32

d. Pola Asuh Orang Tua

Berikut ini adalah distribusi frekuensi toilettraining responden di Paud

Paramata Bunda Kota Palopo Tahun 2019 di tampilkan dalam bentuk

tabel 4.4.

Tabel 4.4
DistribusiberdasarkanPola Asuh Orang Tua responden tentang
keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah dilembaga
Paud Paramata Bunda Kota Palopo Tahun 2019(n =96)
Pola Asuh Orang Tua Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 28 29,2
Kurang Baik 68 70,8
Total 96 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, dimana jumlah responden yang memiliki sikap baik sebanyak

28 responden (29,2%), dan jumlah responden yang memiliki sikap

kurang baik sebanyak 68 responden (70,8%).

e. Peran Keluarga

Berikut ini adalah distribusi frekuensi toilettraining responden di Paud

Paramata Bunda Kota Palopo tahun 2019 di tampilkan dalam bentuk

tabel 4.5.

Tabel 4.5
Distribusiberdasarkanperan keluarga tentang keberhasilan toilet
training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda
Kota Palopo tahun 2019(n =96)
Peran Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 23 24,0
Kurang Baik 73 76,0
Total 96 100
Sumber: Data Primer, 2019
33

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, dimana jumlah responden yang memiliki sikap baik sebanyak

23 responden (24,0%), dan jumlah responden yang memiliki sikap

kurang baik sebanyak 73 responden (76,0%).

f. Pengatahuan Ibu

Berikut ini adalah distribusi frekuensi toilettraining responden di Paud

Paramata Bunda Kota Palopo tahun 2019 di tampilkan dalam bentuk

tabel 4.6.

Tabel 4.6
DistribusiberdasarkanPengetahuan ibu tentang keberhasilan toilet
training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda
Kota Palopo Tahun 2019(n =96)
Pengatahuan Ibu Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 35 36,5
Kurang Baik 61 63,5
Total 96 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, dimana jumlah responden yang memiliki sikap baik sebanyak

35 responden (36,5%), dan jumlah responden yang memiliki sikap

kurang baik sebanyak 61 responden (63,5%).

3. Analisis Bivariat

Pada tahapan ini akan dilakukan analisis hubungan antara variabel

independen (pola Asuh Orang Tua, Peran Keluarga Dan Pengatahuan Ibu)

dengan variabel dependen (ToiletTraining). Pada analisis ini juga

digunakan uji untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen

terhadap variabel dependen menggunakan uji P = < ,05 (ada hubungan


34

hasil yang diperoleh dari analisis ini yaitu nilai signifikan variabel dalam

alpha (α) ,05 atau 5%

a. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan keberhasilan toilettraining

Pola Asuh Orang Tua dalam penelitian ini dibedakan menjadi

dua skriteria yaitu baik dan kurang baik , dikatakan baik jika jawaban

responden > 65% artinyapola asuh orang tua baik dalam keberhasilan

toilet training kemudian dikatakan kurang baik jika jawaban

responden ≤ 65% artinya pola asuh orang tua kurang baik dalam

keberhasilan ToiletTraning.

Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel pola asuh

orang tua merupakan salah satu penyebab keberhasilan

toilettrainingpada anak usia pra sekolah di Lembaga Paud Paramata

Bunda kota Palopo tahun 2019 pada penelitian ini, ditampilkan pada

tabel 4.7.

Tabel 4.7
Hubungan pola asuh orang tua tentang keberhasilan toilet training
pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda Kota
Palopo Tahun 2019(n =96)
Keberhasilan toilet training
Pola Asuh Total P
Berhasil Tidak Berhasil
Orang Tua
n % n % n %
Baik 19 67,9 9 32,1 28 100
,011
Kurang Baik 25 36,8 43 63,2 68 100
Sumber: uji chi-square 2019

Berdasarkan Tabel4.7 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, pola asuh orang tua yang memiliki sikap baik dalam

keberhasilan toilet traningpada anak usia pra sekolah dilembaga Paud

Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019 yang berhasil sebanyak 19


35

responden (67,9%), dan pola asuh orang tua yang memiliki sikap baik

dalam keberhasilan toilet traning yang tidak berhasil sebanyak 9

responden (32,1%). Sedangkan pola asuh orang tua yang memiliki

sikap kurang baik dalam keberhasilan toilet traning pada anak usia

pra sekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019

yang berhasil sebanyak 25 responden (36,8%), dan pola asuh orang

tua yang memiliki sikap kurang baik dalam keberhasilan toilet

traningyang tidak berhasil sebanyak 43 responden (63,2%).

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakanujichis-quare

menunjukkan bahwa,nilaip= ,011.Haliniberartip< α = ,05.Karena

nilaiplebih kecildari (α=,05) maka Ho ditolak berarti ada hubungan

pola asuh orang tua dengan keberhasilan toilet traningpada anak usia

pra sekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019.

b. Hubungan Peran Keluarga dengan keberhasilan toilet traning

Peran keluarga dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua

skriteria yaitu baik dan kurang baik , dikatakan baik jika jawaban

responden > 65% artinyaPeran keluarga baik dalam keberhasilan toilet

traningkemudian dikatakan kurang baik jika jawaban responden ≤

65% artinya Peran keluarga kurang baik dalam keberhasilan toilet

traning.

Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel peran

keluarga merupakan salah satu penyebab keberhasilan toilet


36

trainingpada anak usia pra sekolah di lembaga paud paramata bunda

kota palopo pada penelitian ini, ditampilkan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8
Hubungan peran keluarga tentang keberhasilan toilet training pada
anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda Kota Palopo
Tahun 2019(n =96)
Keberhasilan toilet training
Peran Total P
Berhasil Tidak Berhasil
Keluarga
n % n % n %
Baik 16 69,6 7 30,4 28 100
,017
Kurang Baik 28 38,4 45 61,6 68 100
Sumber: uji chi-square 2019

Berdasarkan Tabel4.8 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, peran keluarga yang memiliki sikap baik dalam keberhasilan

toilet training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata

Bunda kota Palopo tahun 2019 yang berhasil sebanyak 16 responden

(69,6%), dan peran keluarga yang memiliki sikap baik dalam

keberhasilan toilet training yang tidak berhasil sebanyak 7 responden

(30,4%). Sedangkanperan keluarga yang memiliki sikap kurang baik

dalam keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah

dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019 yang

berhasil sebanyak 28 responden (38,4%), dan peran keluraga yang

memiliki sikap kurang baik dalam keberhasilan toilet training yang

tidak berhasil sebanyak 45 responden (61,6%).

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakanujichis-quare

menunjukkan bahwa,nilaip= ,017.Haliniberartip< α = ,05.Karena

nilaiplebih kecildari (α=,05) maka Ho ditolak berarti ada hubungan


37

Peran Keluraga dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra

sekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019.

c. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan keberhasilan toilet training

Pengetahun ibu dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua

skriteria yaitu baik dan kurang baik , dikatakan baik jika jawaban

responden >50% artinya Pengetahuan Ibu sebagai responden baik

dalam keberhasilan toilet training kemudian dikatakan kurang baik

jika jawaban responden ≤ 50% artinya Pengetahuan Ibu sebagai

responden kurang baik dalam keberhasilan toilet traning.

Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel

pengetahuan ibu merupakan salah satu penyebab keberhasilan toilet

trainingpada anak usia prasekolah di lembaga paud paramata bunda

kota palopo pada penelitian ini, ditampilkan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9
Hubungan pengetahuan ibu tentang keberhasilan toilet training pada
anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo
Tahun 2019(n =96)
Keberhasilan toilettraining
Pengetahuan Total P
Berhasil Tidak Berhasil
Ibu
n % n % N %
Baik 22 62,9 13 37,1 35 100
,020
Kurang Baik 22 36,1 39 63,9 61 100
Sumber: uji chi-square 2019

Berdasarkan Tabel4.9 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang

diteliti, pengetahuan Ibu baik dalam keberhasilan toilettraining pada

anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo

tahun 2019 yang berhasil sebanyak 22 responden (62,9%), dan

pengetahuan Ibu baik dalam keberhasilan toilet training yang tidak


38

berhasil sebanyak 13 responden (37,1%). Sedangkan pengetahuan Ibu

kurang baik dalam keberhasilan toilet training pada anak usia

prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019

yang berhasil sebanyak 22 responden (36,1%), dan pengetahuan Ibu

kurang baik dalam keberhasilan toilet training yang tidak berhasil

sebanyak 39 responden (63,9%).

Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakanujichis-quare

menunjukkan bahwa,nilaip= ,020.Haliniberartip< α = ,05.Karena

nilaiplebih kecildari (α=,05) maka Ho ditolak berarti ada hubungan

pengetahuan Ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak usia

prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019.

B. Pembahasan

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian yang diperoleh setelah

dilakukan pengelolaan, penyajian dan analisis data, maka selanjutnya akan

dibahas hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sebagai

berikut:

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Keberhasilan Toilet Training

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang diteliti, pola

asuh orang tua yang memiliki sikap baik dalam keberhasilan toilet

traningpada anak usia pra sekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota

Palopo tahun 2019 yang berhasil sebanyak 19 responden (67,9%), dan

pola asuh orang tua yang memiliki sikap baik dalam keberhasilan toilet

traning yang tidak berhasil sebanyak 9 responden (32,1%). Sedangkan


39

pola asuh orang tua yang memiliki sikap kurang baik dalam keberhasilan

toilet traning pada anak usia pra sekolah dilembaga Paud Paramata

Bunda kota Palopo tahun 2019 yang berhasil sebanyak 25 responden

(36,8%), dan pola asuh orang tua yang memiliki sikap kurang baik dalam

keberhasilan toilet traningyang tidak berhasil sebanyak 43 responden

(63,2%).

Hasil penelitian ini menimbulkan kesenjangan, dimana responden

yang menyatakan pola asuh orang tua baik sebanyak 28 orang,

diantaranya terdapat 9 orang (32,1%) yang tidak berhasil karena adanya

faktor ketidaksiapan anak secara psikologis. Menurut penelitian Dian

Rahmawati (2016). Ketidaksiapan anak secara psikologis menjadi

penyebab ketidakberhasilan toilet training dikarenakan adanya

ketidaknyamanan pada anak ketika akan melakukan buang air besar dan

buang air kecil pada toilet yang disediakan.

Hasil penelitian ini menimbulkan kesenjangan, dimana responden

yang menyatakan pola asuh orang tua kurang baik sebanyak 68 orang,

diantaranya terdapat 25 orang (36,8%) yang berhasil karena adanya

faktor sikap positif. Menurut penelitian Nindy Ilmalia (2018), sikap yang

baik ibu dalam memberikan kegiatan toilet training yaitu ibu mampu

mengkombinasikan antara tekhnik lisan dan tekhnik modeling.

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji satatistik dengan

menggunakan uji chi-square yang menunjukkan bahwa nilai p = ,011. Hal

ini berati p <α = ,05. Karena nilai p lebih kecil dari (α = ,05) maka H0
40

ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola

asuh orang tua dengan keberhasilan toilet training pada usia prasekolah di

Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Shofa Diak Umami

(2017), bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan

keberhasilan toilet training.

2. Hubungan Peran Keluarga dengan Keberhasilan Toilet Training

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang diteliti,

peran keluarga yang memiliki sikap baik dalam keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota

Palopo tahun 2019 yang berhasil sebanyak 16 responden (69,6%), dan

peran keluarga yang memiliki sikap baik dalam keberhasilan toilet

training yang tidak berhasil sebanyak 7 responden (30,4%).

Sedangkanperan keluarga yang memiliki sikap kurang baik dalam

keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud

Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019 yang berhasil sebanyak 28

responden (38,4%), dan peran keluraga yang memiliki sikap kurang baik

dalam keberhasilan toilet training yang tidak berhasil sebanyak 45

responden (61,6%).

Hasil penelitian ini menimbulkan kesenjangan, dimana responden

yang menyatakan peran keluarga baik sebanyak 28 orang, diantaranya

terdapat 7 orang (30,4%) yang tidak berhasil karena adanya faktor

ketidaksiapan anak secara intelektual. Menurut penelitian Dian


41

Rahmawati (2016). Ketidaksiapan anak secara intelektual menjadi

penyebab ketidakberhasilan toilet training dikarenakan pada latihan

buang air besar dan buang air kecil anak belum mengerti dan tidak dapat

mengkomunikasikan dan menyadari timbulnya buang air besar dan buang

air kecil.

Hasil penelitian ini menimbulkan kesenjangan, dimana responden

yang menyatakan peran keluarga kurang baik sebanyak 68 orang,

diantaranya terdapat 28 orang (36,8%) yang berhasil karena adanya

faktor penyuluhan tentang stimulasi toilet training. Menurut penelitian

Mandasari Sintawati (2016), perilaku ibu dalam melatih toilet training

pada anak rata- rata mengalami peningkatan pada kelompok ekesperimen

setelah mengikuti penyuluhan stimulasi toilet training karena ketika

diberikan penyuluhan stimulasi toilet training dengan media leaflet ibu

mengalami dengan seksama saat materi diberikan.

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji satatistik dengan

menggunakan uji chi-square yang menunjukkan bahwa nilai p = ,017. Hal

ini berati p <α = ,05. Karena nilai p lebih kecil dari (α = ,05) maka H0

ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

Peran keluarga dengan keberhasilan toilet training pada usia prasekolah di

Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dwi Puri Ita

Nugraha Sari (2017), bahwa terdapat hubungan antara peran keluarga

dengan keberhasilan toilet training.


42

3. Hubungan Pengatahuan ibu dengan Keberhasilan ToiletTraining

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 96 responden yang diteliti,

pengetahuan Ibu baik dalam keberhasilan toilettraining pada anak usia

prasekolah dilembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019

yang berhasil sebanyak 22 responden (62,9%), dan pengetahuan Ibu baik

dalam keberhasilan toilet training yang tidak berhasil sebanyak 13

responden (37,1%). Sedangkan pengetahuan Ibu kurang baik dalam

keberhasilan toilet training pada anak usia prasekolah dilembaga Paud

Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019 yang berhasil sebanyak 22

responden (36,1%), dan pengetahuan Ibu kurang baik dalam keberhasilan

toilet training yang tidak berhasil sebanyak 39 responden (63,9%).

Hasil penelitian ini menimbulkan kesenjangan, dimana responden

yang menyatakan pengetahuan baik sebanyak 35 orang, diantaranya

terdapat 13 orang (37,1%) yang tidak berhasil karena adanya faktor

kurangnya kualitas perhatian ibu. Menurut penelitian Arif Wijaya (2018).

Kasih sayang dan perhatian ibu pada dasarnya dapat berpengaruh pada

cepat atau lambatnya dalam melatih anak untuk melakukan toilet training.

Hasil penelitian ini menimbulkan kesenjangan, dimana responden

yang menyatakan peran keluarga kurang baik sebanyak 61 orang,

diantaranya terdapat 22 orang (36,1%) yang berhasil karena adanya

faktor dukungan keluarga. Menurut penelitian Ibnu Hajar Effendi (2016),

dukungan orang tua mempengaruhi kebehasilan toilet training karena


43

lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi

anak, karena dalam lingkungan inilah seorang anak manusia pertama

sekali mendapatkan pendidikan dan bimbingan.

Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji satatistik dengan

menggunakan uji chi-square yang menunjukkan bahwa nilai p = ,020. Hal

ini berati nilai p <α = ,05. Karena nilai p lebih kecil dari (α = ,05) maka

H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

pengatahuan ibu dengan keberhasilan toilet training pada anak usia pra

sekolah di Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Serly Vermita

(2016), bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan

keberhasilan toilet training.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya mengenai faktor yang berhubungan dengan keberhasilan toilet

training pada anak usia prasekolah di Lembaga Paud Paramata Bunda kota

Palopo tahun 2019.

1. Ada hubungan pola asuh orang tua dengan keberhasilan toilet training

pada anak usia prasekolah di Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo

tahun 2019.

2. Ada hubungan peran keluarga dengan keberhasilan toilet training pada

anak usia prasekolah di Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo

tahun 2019.

3. Ada hubungan pengetahuan Ibu dengan keberhasilan toilet training pada

anak usia pra sekolah di Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo

tahun 2019.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pihak Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo

agar membuat suatu program dengan memberikan penyuluhan kepada

orang tua atau Ibu siswa-siswi di Lembaga Paud Paramata Bunda kota

Palopo tentang bagaimana cara memberikan pelatihan, bagaimana

menerapkan keberhasilan toilet training dilingkungan rumah. Jadi,

44
45

2. keberhasil toilet training bukan hanya dilakukan disekolah saja tapi bisa

dilakukan oleh orang tua atau Ibu siswa dirumah masing-masing demi

keberhasilan toilet training pada anak usia pra sekolah

3. Diharapkan kepada pihak Lembaga Paud Paramata Bunda kota Palopo

untuk lebih meningkatkan kegiatan toilet training di sekolah agar siswa-

siswi di sekolah mampu mengetahui dan berinteraksi kepada orang tua

maupun guru disekolah ketika ingin buang air besar (BAB) dan buang air

kecil (BAK), sehingga keberhasilan toilet trainingLembaga Paud

Paramata Bunda kota Palopo dapat diterapkan secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S., Ibrahim , K., & Wulandari, S. (2014). Analisis Faktor-faktor yang
berhubungan Toilet training pada anak prasekolah. e-Journal keperawatan,
146-153.
Panduan Penulisan Skripsi S1 Keperawatan Stikes Mega Buana Palopo Tahun 2019.

Kusumaningrum, A., Nataosba, J.,& Julia, E. Pengaruh pendidikan Kesehatan


Terhadap Perilaku Orang Tua Dalam Tioilet trainng Toddler. Ilmu Kesehatan
Masyarakat,2(2), 97-102

DHARMA, K. K. (2011). Metodoligi Penelitian Keperawatan panduan


melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Depok: TIM.
Djamarah , S. B. (2012). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga
upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Elsera , C. (2016). Tingkat Penegetahuan Berhubungan Dengan Sikap Ibu dalam
Toilet Training pada Toddler . Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia , 35-38.
Effendi, Hajar Ibnu (2016). Hubungan Dukungan Orang Tua Denga Keberhasilan Toiltet
Training pada Usia PrA Sekolah Di TK Pertiwi Sine 1 Sragen

Ilmalia, Nindya. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu dengan
keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Sekolah di PAUD Desa Sumber adi Sleman
Yogyakatra.

Hidayat , A. A. (2012). pengantar ilmu keperawatan anak 1. jakarta: Salemba


Medika.
Hockenbery, M. J., Wilson., & Wong, D. L. (2012). Wong S essential of pediatric
nurrsing 9: Wong S essential of pediatric

Kiddoo, D. A. (2012), Toilet Training Children:When to strat and how to


train.Canadian Medical Association jurnal, 184(5), 511-511.

Kemenkes RI, (2014) Sensus Data Nasional

Kyle & Carman., (2015). Buku Ajar Keperawatan Pdiatrik. Jakarta: EGC
MANSUR , H. (2012). PSIKOLOGI IBU DAN ANAK UNTUK KEBIDANAN .
Jakarta : Salemba medika.
Mendur, J,P.,Rottie, J., Bataha, Y., (2018). Gambaran Peran Orang Tua Dengan
Kemampuan Toilet Trainjng Pada Anak Pra Sekolah Di TK Gmim Sion
Sentrum Sendangan Kawangkoan Satu, Jurnal Kerawatan Volume 6 Nomor
1.
Notoadmojo, soekidjo . (2011). Ilmu Perilaku kesehatan . Jakarta: Reneka Cipta

Astuti, A. D., & Agustin. (2017). Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Latihan BAB
dan BAK (Toilet Training) Pada Batita Usia 18-24 Bulan Di Posyandu
Wijaya Kusuma Kerja Puskesmas Mekar Baru. Jurnal Cakrawala Volume 8
Nomor 1.
Rachmawati, Y., & Kurniati , E. (2010). STRATEGI PENGEMBANGAN
KREATIVITAS PADA ANAK USIA TAMAN KANAK KANAK. Jakarta:
Kencana .
Rudhiati , F., R, S. D., & M, D. S. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Toilet Training Dengan Pelaksanaannya di Posyandu Bunga Tanjung
Kelurahan Tanjung Sari Purwakarta. Jurnal kesehatan Kartika, 72-79.
Sintawati, Mandasari. (2016). Pengaruh Penyuluhan tentang Stimulasi Toilat Training
PadaIbu yang Memiliki Anak Toodler Di Dusun Pundung Sleman Yogyakarta.

Supartini, ((2010) Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatn Anak. Jakarta.

Soetjiningsih, (2014). Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC

SETIAWAN , A., & SARYONO. (2011). Metodologi Penelitian KEBIDANAN DIII,


DIV, S1 DAN S2. YOGYAKARTA : NUHA MEDIKA.
Sabri , L, & Hastono, S.P, (2018). Statistik Kesehatan

Vermita, Serly (2016), Pengetahuan Ibu Behubungan Dengan Pelaksanaan Toilet


Training Pada ANAK Usia 3-5 tahun Di PAUD ISLAM Pekanbaru.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

A. Kuesioner toilet training

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang- TIDAK


Kang PERNA
1 Anak tahu waktu buang air kecil (Bak) dan buang air besar (bab)
2 Ank menggunakan kata pipis, pup atau istilah lainnya pada saat
ingin buang air kecil (BAK) dan buang air besar (bab)
3 Anak memberi tahu jika celana /popok sekali pakenya sudah kotor
atau basah
4 Anak memegang alat kelamin atau minta kamar kecil sebagai
‘’alaram ‘’bahwa anak ingin memebuang air kecil (bak) dan buang
air besar (bab)
5 Anak membuka dan memakai celana secara mandiri jika akan
buang air kecil (bak)dan buang air besar (bab)
6 Anak masi meminta bantuan pada saat membuka celana ketika
ingin bak dan bab
7 Anak menyiram toiletnya sendiri
8 Anak masi meminta bantuan untuk menyiram toilet setelah bab
9 Anank bisa cebok sendiri setelah bab dan bak
10 Anak masi meminta bantuan pada orang tua untuk mencebok
setelah bab dan bak
11 Anak buang air pada tempatnya

B. Kuesioner pola asuh orang tua

Petunjuk pengisian :
1. Tulis identitas bapak/ibu pada lembaran jawab yang telah disediakan
jawaban bapak /ibu terjamin kerahasiannya
2. Jawablah semua pertanyaan yang ada
3. Pada saat pertanyaan penulis sediakan 4 (empat) alternatif jawaban antara
lain :
SS :Bila pertanyaan sanagat setuju dengan kondisi yang anda
S :Bila pertanyaan setuju dengan kondisi yang anda
TS :Bila pertanyaan tidak setuju dengan kondisi yang anda
STS :Bila pertanyaan setuju tidak setuju dengan kondisi yang anda.bapak
/ibu harus memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang(X)
pada kolom jawaban yang telah disesuikan. Usahakan jangan terpengaruh
jawaban orang lain.
4. Jika bapak/ibu merasa jawaban yang dipilih kurang tepat, maka berikan
tanda (=) pada jawaban yang kurang tepat, selanjutnya berikan tanda (x)
pada jawaban yang bapak/ibu annggap sesuai.
5. Telitih kembali apakah ada nomor yang belum terjawab
6. Terimakasi atas perhatian dan kerja samanya.
Jawaban
No Pertanyaan ST
SS S TS
S
1 Saya memberiksn hukuman kepada anak ketika iysa merusak
mainannya
2 Saya akan mendengarkan penjelasan anak tentang kesalahan
yang ia perbuat sebelum menghukumnya.
3 Saya akan mendengarkan penjelasan anak tentang kesalahan
yang ia perbuat sebelum menghukumnya.
4 Selama tempat yang digunakan bersih, saya akan mengijinkan
anak bermain dimana saja
5 Anak harus mengikuti semua perintah yang saya berikan
6 Saya akan inembicarakan dengan apa yang dia inginkan
7 Orang tua adalah pembuat keputusan di rumah dan anak hanya
menjalankannya
8 Anak saya memiliki cita-cita sendiri tanpa saya pengaruhi
9 Ketika anak rewel di depan umum, saya akan mencubitnya
sebagai peringatan
10 Saya akan membawa anak pulang ketika ia mulai rewel di
keramaian.
11 Jika anak meminta mainan yang mahal, maka saya dan anak akan
mendiskusikan pengganti permainannya.
12 Menurut saya, anak harus mengikuti semua kemauan orang tua.
13 Ketika anak meminta bermain saat jam tidur siang, saya akan
melarangnya.
14 Kapanpun anak meminta bermain, saya mengijinkannya.
15 Saat anak mengeluh karena perintah yang saya berikan, maka
saya akan mendengarkan dan memberinya penjelasan.
16 Saya akan marah ketika anak membantah perintah saya.
17 Ketika anak belajar, saya akan membaca buku di dekatnya.

C. Kuesioner Peran Keluarga

Petunjuk pengisian
1. Sebelum membaca pertanyaan di mohon membaca dengan setiap pertanyaan.
2. Berilqah tanda checklist (√ ) pada tabel dibawa ini dengan jawaban sesuai
dengan anda
3. Semua jawaban di isi oleh keluarga yang memiliki anak usia dini
4. Atas kesediannya saya ucapkan terima kasih.
Keterangan :
SL (Selalu) : Apabila pertanyaan tersebut selalu dilakukan
SR (Sering) : Apabila pertanyaan tersebut sering dilakukan
KK (Kadang-kadang) :Apabila pertanyaan tersebut dilakukan tetapi
tidak
TP (Tidak Pernah) :Apabila pertanyaan tersebut tidak perna dilakukan
No Pernyataan SL SR KK TP
1 Saya menberikan pujian atau penghargaan ketika anak buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB) ditoilet?
2 Saya melakukan waktu untuk mengajarkan buang air kecil maupun
buang air besar meskipun sibuk dengan pekerjaan?
3 Saya mengajarkan anak buang kecil dengan cara membawa anak ke
toilet secara teratur 2-4 jam sekali?
4 Saya mengajarkan tolet training dengan mengajak anak ke kamar
mandi setiap BAK dan BAB?
5 Saya selalu mengawasi anak ketika melakukan latihan BAK maupun
BAB?
6 Saya membawa anak ke kamar mandi sebelum tidur?
7 Saya mengajarkan tolet training dengan cara melatih anak untuk
mengatakan sesuatu jika ingin BAK dan BAB, misalnya mengatakan
“ibu ingin pipis”?
8 Saya mengajarkan anak memakai dan membuka celana sendiri?
9 Saya mengingatkan anak BAK ke kamar mandi sebelum tidur dengan
cara bertanya (sudah pipis apa belum)?
10 Saya mengingatkan anak BAK ke kamar mandi saat anak baru bangun
tidur?
11 Saya mengingatkan dna mneyankinkan anak bahwa sangat baik BAK
dan BAB ke kamar mandi?
12 Saya memberitahukan kepada anak bahwa BAK dan BAB
disembarang tempat itu tidak baik?
13 Saya memberitahukan kepada anak contoh menyiram bekas BAK dan
BAB agar terbiasa melakukannya?
14 Saya memberitahukan kepada anak setelah membasuh (mencebok)
harus mencuci tangan?

D. Kuesioner pengatahuan ibu


No Uraian Benar Salah
1 Toilet training adalah suatu proses dalam membantu anak belajar
menggunakan toilet/WC sebagai pengganti buang air kecil dan buang air
besar
2 Anak dapat mengetahui nama bagian-bagian tubuh serta fungsinya
3 Anak dapat belajar melakukan tanggung jawab sosial melalui Toilet
training
4 Dengan Toilet training anak dapat belajar mandiri dalam buang air
5 Apabilah keluarga berniat untuk pindah rumah sebaiknyan Toilet training
ditunda dahulu
6 Kesiapan fisik, mental ataupun psikososial anak sangat berpengaruh
terhadpa kesuksesan Toilet training
7. Kamampuan fisik anak untuk mengontrol buang air besar dan buang air
kecil akan dicapai pada usia 12-36
8. pola asuh orang tua memberikan hukuman dan memenuhi dalam Toilet
trainingdan membuat anak terpacu dalam menyelesaikan Toilet training
9. kelahiran saudara kandung (adik) akan memperlancar pelaksanaan Toilet
training
10. popok sekali pakai (pempers) dapat membantu ,mempercepat pelaksanaan
Toilet training
11. jika anak tidak mengompol selama 2 jam atau saat bangun dari bangun tidur
siang berarti anak siap untuk Toilet training
12. jika anak nsudah dapat duduk , berjalan dan jongkok berarti anak siap
secara fisik untuk Toilet training
13. jika anak sudah dapat melepas pakain sendri berarti anak sikap secara fisik
untuk Toilet training
14. jika anak mampu meminta secara lisan atau dengan isayarattubuh ketika
ingin buang air kecil atau buang air besar anak siap untuk secara mental
untuk Toilet training
15. jika anak mampu memngikuti perintah atau petunjuk (misalnya dapat
mengambil sesuatu ketika di minta oleh ibu) berarti anak siap mental untuk
Toilet training
16. jika anak mampu jongkok selama 5-10 menit berarti anak belum siap secara
psikososial untuk Toilet training
17. pujian atau hadia saat anak berhasil buang air pada tempatnya hanya akan
membuat anak manja dan malas melakukan Toilet training
18. ibu memeberi pujian kepada pada anak jika anak berhasil melakukan buang
air kecil dan buang air besar di toilet / WC

E. Kuesioner pola asuh orang tua

Petunjuk pengisian :
1. Tulis identitas bapak/ibu pada lembaran jawab yang telah disediakan
jawaban bapak /ibu terjamin kerahasiannya
2. Jawablah semua pertanyaan yang ada
3. Pada saat pertanyaan penulis sediakan 4 (empat) alternatif jawaban antara
lain :
SS :bila pertanyaan sanagat setuju dengan kondisi yang anda
S :bila pertanyaan setuju dengan kondisi yang anda
TS :bila pertanyaan tidak setuju dengan kondisi yang anda
STS :bila pertanyaan setuju tidak setuju dengan kondisi yang anda.bapak
/ibu harus memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda
silang(X) pada kolom jawaban yang telah disesuikan. Usahakan
jangan terpengaruh jawaban orang lain.
4. Jika bapak/ibu merasa jawaban yang dipilih kurang tepat, maka berikan
tanda (=) pada jawaban yang kurang tepat, selanjutnya berikan tanda (x)
pada jawaban yang bapak/ibu annggap sesuai.
5. Telitih kembali apakah ada nomor yang belum terjawab
6. Terimakasi atas perhatian dan kerja samanya.
Jawaban
No Pertanyaan ST
SS S TS
S
1 Saya memberiksn hukuman kepada anak ketika iysa merusak mainannya
2 Saya akan mendengarkan penjelasan anak tentang kesalahan yang ia
perbuat sebelum menghukumnya.
3 Saya akan mendengarkan penjelasan anak tentang kesalahan yang ia
perbuat sebelum menghukumnya.
4 Selama tempat yang digunakan bersih, saya akan mengijinkan anak
bermain dimana saja
5 Anak harus mengikuti semua perintah yang saya berikan
6 Saya akan inembicarakan dengan apa yang dia inginkan
7 Orang tua adalah pembuat keputusan di rumah dan anak hanya
menjalankannya
8 Anak saya memiliki cita-cita sendiri tanpa saya pengaruhi
9 Ketika anak rewel di depan umum, saya akan mencubitnya sebagai
peringatan
10 Saya akan membawa anak pulang ketika ia mulai rewel di keramaian.
11 Jika anak meminta mainan yang mahal, maka saya dan anak akan
mendiskusikan pengganti permainannya.
12 Menurut saya, anak harus mengikuti semua kemauan orang tua.
13 Ketika anak meminta bermain saat jam tidur siang, saya akan
melarangnya.
14 Kapanpun anak meminta bermain, saya mengijinkannya.
15 Saat anak mengeluh karena perintah yang saya berikan, maka saya akan
mendengarkan dan memberinya penjelasan.
16 Saya akan marah ketika anak membantah perintah saya.
17 Ketika anak belajar, saya akan membaca buku di dekatnya.
Lampiran 8

DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS
NAMA : ANSAR
NIM : K.15.01.005
TEMPAT, TANGGAL LAHIR :PADANG TUJU, 27 MEI 1996
SUKU/BANGSA : LUWU/INDONESIA
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : PADANG TUJU

B. NAMA ORANG TUA


AYAH : AZIS M
IBU : NAHRIA
AGAMA : ISLAM
ALAMAT : PADANG TUJU

C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TAMAT SD TAHUN 2009 SD NEGERI 363 MALENGGANG
2. TAMAT SMP TAHUN 2012 SMP YPN NOLING
3. TAMAT SMA TAHUN 2015 SMA YPN NOLING
4. MELANJUTKAN PENDIDIKAN S1 KEPERAWATAN DI STIKES
MEGA BUANA PALOPO TAHUN 2015-2019.

Anda mungkin juga menyukai