Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328159906

PENGARUH KOMBINASI MOBILISASI DINI DAN RELAKSASI SPIRITUAL


TERHADAP TINGKAT NYERI KLIEN POST OPERASI APENDEKTOMI (Di Rumah
Sakit Islam Surabaya) (The Effect Of a Combination Of Ear...

Article · October 2018

CITATIONS READS

0 433

3 authors, including:

Ah Yusuf
Airlangga University
104 PUBLICATIONS   16 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The effect of knowledge of adolescent girls on the development of secondary sexual characteristics at puberty on self-image of adolescent girls in Wonoayu Sidoarjo
View project

KOMPETENSI PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA View project

All content following this page was uploaded by Ah Yusuf on 09 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH KOMBINASI MOBILISASI DINI DAN RELAKSASI SPIRITUAL
TERHADAP TINGKAT NYERI KLIEN
POST OPERASI APENDEKTOMI
(Di Rumah Sakit Islam Surabaya)

(The Effect Of a Combination Of Early Mobilization And Spiritual Relaxation On The


Pain Level Of Clients Post Operative Appendectomy
At Surabaya Islamic Hospital)

Moch Fatkan1, Ah.Yusuf2, Wesiana.Herisanti3


1
Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
2
Universitas Airlangga Surabaya
3
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Email: fatkanmoch@gmail.com

ABSTRAK
Apendektomi adalah prosedur yang dapat menyebabkan nyeri. Nyeri merupakan pengalaman yang
diekspresikan berbeda oleh setiap orang. Klien post operasi apendektomi membutuhkan perawatan yang
maksimal yang dapat membantu pemulihan fungsi tubuh. Salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat
mengurangi nyeri adalah mobilisasi dini dan relaksasi spiritual. Mobilisasi dini berguna untuk mengalihkan
perhatian klien dari nyeri yang dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi spiritual terhadap tingkat nyeri klien post operasi apendektomi di
Rumah Sakit Islam Surabaya.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperimental: pre-postest control group design.
Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling yang melibatkan 18 orang kelompok kontrol
dan 18 orangkelompok intervensi. Analisis data yang digunakan adalah independent t- test dengan tingkat
signifikansi α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan mean penurunan nyeri pada kelompok intervensi 2.67 dan kelompok
kontrol sebesar 1.61. Analisis data menggunakan independent-t test didapatkan hasil p=0,000 yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan
mobilisasi dini dan relaksasi spiritual.
Kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi spiritual dapat menurunkan tingkatnyeri klien post operasi
apendektomi. Kombinasi dini dan relaksasi spiritual diharapkan dapat menjadi bagian intervensi managemen
nyeri pada pasien post operasi apendektomi sehingga dapat diterapkan perawat di Rumah Sakit Islam
Surabaya.
Kata kunci: mobilisasi dini, relaksasi spiritual, apendektomi, nyeri

ABSTRACT
Appendectomy is a procedure that can cause pain. Pain is an experience that is expressed differently
by each person. Postoperative client appendectomy requires maximum care that can help restore body
function. One of the nonpharmacological therapies that can relieve pain is early mobilization and spiritual
relaxation. Early mobilization is useful for distracting clients from perceived pain. The purpose of this study
was to analyze the effect of a combination of early mobilization and spiritual relaxation on the pain level of
clients post operative appendectomy at Surabaya Islamic Hospital.
This study was used an experimental quasy research design: pre-posttest control design group. The
sampling technique was used consecutive sampling involving 18 controls and 18 intervention groups. The
analysis was used independent t-test with
The results showed the mean reduction in pain in the intervention group 2.67 and the control group
1.61. Data analysis using independent t-test showed that p = 0,000 showed that there were significant
differences between pain scales before and after early mobilization and spiritual relaxation.
Combination of early mobilization and spiritual relaxation can decrease level of client of post
operation of appendectomy. Early combination and spiritual relaxation was expected to be part of the
intervention to manage pain in postoperative appendectomy patients so that nurses can be inserted at
Surabaya Islamic Hospital.

Keywords: early mobilization, spiritual relaxation, appendectomy, pain


PENDAHULUAN makan yang menurun, gangguan istirahat dan
merasa kurang nyaman.
Appendektomi merupakan pengobatan Apendisitis akut sama-sama dapat terjadi
melalui prosedur tindakan operasi hanya pada laki-laki maupun perempuan, tetapi
untuk penyakit appendiksitis atau insidensi pada laki-laki umumnya lebih
pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. banyak dari perempuan terutama pada usia
Appendiktomi dilakukan sesegera mungkin 20-30 tahun (Sjamsuhidajat, 2010),
untuk menurunkan resiko perforasi lebih Dewasa ini semakin banyak dokter dan
lanjut (komplikasi) seperti peritonitis atau tenaga medis yang menganjurkan pasien post
abses (Marijata, 2006). operasi apendektomi agar segera
Hasil survey Departemen Kesehatan mengerakkan tubuhnya atau mobilisasi
Republik Indonesia pada tahun 2008 Angka (Hamidah,2011). Mobilisasi dini adalah
kejadian appendiksitis di sebagian besar kebijaksanaan untuk selekas mungkin
wilayah indonesiahingga saat ini masih membimbing penderita keluar dari tempat
tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang tidur dan membimbingnya selekas mungkin
menderitapenyakit apendiksitis berjumlah berjalan (saleha, S.2009)
sekitar 7% dari jumlah penduduk di Mobilisasi merupakan suatu kebutuhan
Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari dasar manusia yang diperlukan oleh individu
hasil Survey Kesehatan RumahTangga untuk melakukan aktifitas sehari-hari yang
(SKRT) di Indonesia, apendiksitis akut berupa pergerakan sendi, sikap gaya berjalan,
merupakan salah satupenyebab dari akut latihan maupun kemampuan aktivitas
abdomen dan beberapa indikasi untuk (Perry&potter, 2010) mobilisasi dini adalah
dilakukan operasi kegawat daruratan pergerakan yang dilakukan sedini mungkin
abdomen. Insidensi apendiksitis di Indonesia ditempat tidur dengan melatih bagian-bagian
menempati urutan tertinggi di antara kasus tubuh untuk melakukan perengangan atau
kegawatan abdomen lainya (Depkes, 2008). belajar.
Jawa Tengah tahun 2009 menurut dinas Pengertian mobilisasi dini di Rumah
kesehatan jawa tengah, jumlah kasus Sakit Islam Surabaya mayoritas dalam
appendiksitis dilaporkan sebanyak 5.980 dan kategori kurang yaitu 27 responden
177 diantaranya menyababkan kematian. (81,82%), tentang kerugian bila tidak
Jumlah penderita appendiksitis tertinggi ada melakukan mobilisasi dini dalam kategori
di Kota Semarang, yakni 970 orang. Hal ini baik yaitu 22 responden (66,67%), tentang
mungkin terkait dengan diet serat yang tahap-tahap mobilisasi dini mayoritas dalam
kurang pada masyarakat modern (Taufik, kategori cukup yaitu 17 responden
2011). (51,52%).Dilihat secara keseluruhan bahwa
Angka kejadian pada kasus appendiksitis gambaran pengetahuan pasien post op
di RSUD PandanarangBoyolali banyak yang apendektomi tentang mobilisasi dini di
mengalami dan harus di rawat rumah sakit. Rumah Sakit Islam Surabaya tahun 2016
Pada kurun waktu dari Januari sampai Maret mayoritas pengetahuan kategori cukup yaitu
2015 sebanyak 8 kasus apendiksitis yang 18 responden (54,55 %), sedangkan dengan
dirawat di rumah sakit dan semuanya kategori baik berjumlah 8 responden
dilakukan appendiktomi.Sedangkansepanjang (24.24%) dan kategori kurang berjumlah 7
tahun 2014 terdapat sebanyak 37 kasus responden (21,21%).
apendiktomi. Intervensi medis untuk Adapun perubahan intensitas nyeri pada
appendiksitis akut dan kronik perforasi pasien paska operasi yang ditandai dengan
adalahdengan appendiktomi. sebelum diberikan tindakan terapi relaksasi
Pasien dengan post operasi yaitu nyeri ringan 1 orang, nyeri sedang 8
appendektomi perawat harus mampu orang dan nyeri hebat terkontrol 11orang,
memberikan pelayanan asuhan keperawatan sementara tingkat nyeri pasca operasi setelah
secara komprehensif. Masalah-masalah yang diberikan tehnik relaksasi menurun menjadi
timbul akibat luka insisi setelah dilakukan tidak nyeri 1 orang, nyeri ringan 9 orang dan
appendektomi dapat berupa pendarahan, nyeri sedang 10 orang. Serupa dengan
shock, gangguan pernafasan, infeksi, dan penelitian yang dilakukan oleh dewi (2009)
nyeri biasanya akan timbul akibat luka insisi yang menyebutkan bahwa pengukuran rata–
yang dapat mengefektifitasi mobilisasi, nafsu rata tingkat nyeri sebelum diberikan tehnik
relaksasi setelah diklasifikasi dari 10 - Karakteristik umur, pendidikan dan
responden, 4 orang (40%) mengalami nyeri perkawinan responden di Rumah
ringan, dan 6 orang (60%) nyeri sedang, hasil Sakit Islam Surabaya tahun 2018
pengukuran tingkat nyeri rata-rata setelah
pemberian tehnik relaksasi dari 10 Kelompok Kelompok Jumlah
responden 5 orang (50%) mengalami nyeri intervensi kontrol
ringan dan 5 orang lagi masih mengalami n % n % n %
nyeri sedang, bila dilihat dari skala nyeri umur
masing-masing responden (100%) < 25 tahun 4 22,2 14 66,7 16 44.4
> 25 tahun 14 66,7 6 33,3 20 55,6
mengalami penurunan persepsi nyeri ada
Total 18 100 18 100 36 100
perbedaan hasil pengukuran skala nyeri
Pendid
sebelum dan sesudah peberian tehnik ikan
relaksasi pada apendiksitis. S1 1 5,6 2 11,1 3 8,3
Uraian diatas melandasi penelitian untik D3 1 5,6 0 0 1 2.8
melakukan penelitian tentang pengaruh SMA 10 55,6 8 44,4 18 50,0
kombinasi mobilisasi dini dan teknik SMP 5 27,8 3 16,7 8 22,2
relaksasi spiritual terhadap tingkat nyeri klien SD 1 5,6 5 27,8 6 16,7
post operasi apendektomi di Rumah Sakit Total 18 100 18 100 36 100
Islam Surabaya tahun 2018. Perkaw
inan
METODE Belum 4 22.2 11 61.1 15 41.7
kawin
Penelitian ini menggunakan desain
kawin 14 77,8 7 38.9 21 58.3
penelitian quasy eksperimental: pre-postest Total 18 100 18 100 36 100
control group design. Teknik sampling yang
digunakan adalah consecutive sampling yang
melibatkan 18 orang kelompok kontrol dan
b. Data Khusus
18 orangkelompok intervensi. Analisis data
- tingkat nyeri sebelumdilakukan
yang digunakan adalah independent t- test
kombinasi mobilisasi dini dan
dengan tingkat signifikansi α 0,05.
relaksasi spiritual pada pasien post
Variabel idependen pada penelitian ini
operasi apendektomi pada kelompok
adalah kombinasi mobilisasi dini dan
intervensi dan kontrol di Rumah Sakit
relaksasi spiritual, Variabel dependen pada
Islam Surabaya tahun 2018
penelitian ini adalah tingkat nyeri pada kelompok Mean SD SE 95%CI n P
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan value
pasien post op apendektomi. Intervensi 5.67 1.23 0.29 (1,55)- 18 0,08
Kontrol 6.39 1.19 0.28 (0,10) 18 4
HASIL PENELITIAN (0,55)-
a. Data Umum (0,10)
-Karakteristik jenis kelamin Sumber data primer 2018

Kelompok Kelompok Jumlah - Tingkat nyeri sesudah pemberian


intervensi kontrol kombinasi mobilisasi dini dan
n % n % n % relaksasi spiritual pada kelompok
Jenis
intervensi dan kontrol di RSI
Kelamin
Laki-laki 6 33.3 9 50,0 15 41,7 Surabaya 2018
Perempuan 12 66,7 9 50,0 21 58,3 Kelom Me SD SE 95%CI n P
Total 18 100 18 100 36 100 pok an value
Interve 3.00 0.91 0.21 (-2.43) - 18 0.000
nsi (-1.13)
Kontro 4.78 1.00 0.24 (-2.43) - 18
l (-1.13)
Sumber data primer 2018
- Tingkat nyeri sebelum dan sesudah menghambat aktivitas indvidu sehari-hari
pemberian kombinasi mobilisasi dini untuk mempertahankan kemandirian
dan relaksasi spiritual pada kelompok (Rusdiyanto, 2010)
intervensi dan kelompok kontrol di Nyeri adalah pengalaman sensori dan
RSI Surabaya 2018 emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang aktual dan
intervensi kontrol potensial. Nyeri adalah alasan utama
vari Pre Post mean t P Pre Post mean
abel Tes Tes value Tes Tes seseorang untuk mencari bantuan perawat
Mea Mea Mean Mea kesehatan(smeltzer&Bare 2002). Tamsir
n n ±SD n (2012) menjelaskan nyeri sebagai suatu
±SD ±SD ±SD
Nye 5.67 3.00 2.67 -1.78 0.000 6.39 4.78 1.61 keadaan yang memengaruhi seseorang
ri ±1.23 ±0.91 ±1.19 ±1.00 dan eksistensinya diketahui bila seseorang
Uji selisih independent t tes= 0.000 pernah mengalaminya.
- Sumber: Data primer 2018 Katagori nyeri sedang karena secara
obyektif klien mendesis, menyeringai
PEMBAHASAN dapat menunjukkan daerah atau lokasi
1. Tingkat nyeri sebelum dilakukan nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi mengikuti perintah dengan baik. Hal ini
spiritual pada kelompok intervensi dan menunjukkan bahwa dari hasil penelitian
kelompok kontroldi Rumah Sakit Islam tingkat nyeri mengalami penurunan.
Surabaya Sesuai dengan Rusdiyanto (2010) yang
menyatakan bahwa pada pasien post
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan apendektomi dapat mengalami penurunan
bahwa pada Mean skor tingkat nyeri tingkat nyeri setelah dilakukan latihan
sebelum pemberian kombinasi mobilisasi mobilisasi dini dan relaksasi spiritual.
dini dan relaksasi spiritual pada kelompok
intervensi 5.67 dengan standar deviasi 2. Tingkat Tingkat nyeri sesudah dilakukan
sebesar 1,23 sedangkan mean skor tingkat kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi
nyeri pada kelompok kontrol 6.39 spiritual pada kelompok intervensi dan
dengan standar deviasi 1.19 skor nyeri kelompok kontroldi Rumah Sakit Islam
pada kedua kelompok berada pada tingkat Surabaya
nyeri sedang. Hasil analisis menunjukkan
bahwa dalam rentang kepercayaan 95% Mean skor tingkat nyeri sesudah
diyakini mean skor tingkat nyeri sebelum pemberian kombinasi mobilisasi dini dan
dilakukan kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi spiritual pada kelompok
relaksasi spiritual berada pada sedang intervensi 3.00 dengan standar deviasi
1.55 sampai 0.10 pada kelompok sebesar0.91. Sedangkan mean skor
intervensi dan kontrol. Selain itu hasil tingkat nyeri pada kelompok kontrol 4.78
analisisdata menunjukkan bahwa p = dengan standar deviasi 1.00 pada
0.084, yang berarti bahwa tidak ada kelompok intervensi tingkat nyeri
perbedaan bermakna antara mean skor responden turun menjadi ringan,
tingkat nyeri sebelum dilakukan sedangkan pada kelompok kontrol
kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi tingkat nyeri responden tetap berada pada
spiritual pada kelompok intervensi dan tingkat nyeri sedang. Hasil analisis
kontrol. menunjukkan bahwa dalam rentang
Pasien post apendektomi dapat kepercayaan 95% diyakini mean skor
mengalami gangguan fungsional, fokal nyeri sebelum dilakukan kombinasi
maupun global dan berdampak pada mobilisasi dini dan relaksasi spiritual
berbagai fungsi tubuh dengan manifestasi berada pada selang -2.45 sampai -1.13
hambatan mobilitas fisik, penurunan pada kelompok intervensi, dan -2.45
fungsi kognitif yang mengakibatkan sampai -1.13 pada kelompok kontrol.
gangguan persepsi memori, dan kesulitan Selain itu hasil analisisdata menunjukkan
berpikir. Sehingga pada pasien post bahwa p=0.000 yang berarti bahwa ada
operasi apendektomi yang dapat perbedaan bermakna antara mean skor
tingkat nyeri sesudah dilakukan
kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi motivasi atau dorong tenaga sesorang
spiritual pada kelompok intervensi dan untuk menerapkan perilaku caring
kontrol. setelah mendaptakan pelatihan sepuluh
Pada kelompok intervensi peneliti faktor carative caring Watson. Dimana
mengikuti setiap harinya latihan kedua variabel dependen tersebut
mobilisasi dini dan relaksasi spiritual dipengaruhi oleh variabel independen
dilakukan selama 45 menit setiap hari , yaitu pelatihan sepuluh faktor carative
kemudian penelitian menilai skor scala caring Watson.
nyeri responden. Sedangkan pada
kelompok kontrol peneliti tidak 3. Pengaruh kombinasi kombinasi
mengikuti latihan yang dilakukan oleh mobilisasi dini dan relaksasi spiritual
pasienhanya menilai skor scala nyeri terhadaptingkat nyeri klien post operasi
sebelum dilakukan latihan dan dua hari apendektomidi Rumah Sakit Islam
setelah dilakukan latihan. surabayapada kelompok Intervensi dan
Pada kelompok intervensi penurunan Kontrol.
skor scala nyeri lebih berpengaruh pada Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan
fungsi motorik karena latihan kombinasi padaMean tingkat nyeri sebelum
mobilisasi dini dan relaksasi spiritual pemberian kombinasi mobilisasi dini
mampu merangsang fungsi motorik dan relaksasi spirituial pada kelompok
melalui latihan mobilisasi dini dan intervensi 5.67, yakni nyeri sedang
relaksasispiritual yang dapat dengan standar deviasi sebesar 1.23.
menghasilkan peningkatan pergerakan/ Mean tingkat nyeri sesudah pemberian
mobilisasi pada pasien. Hal ini terjadi latihan mobilisasi dini dan relaksasi
karena modulasi (modulation) dimana spiritual pada kelompok intervensi 3.00,
saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh yakni nyeri ringan dengan standar
melepaskan neuromodulator, seperti deviasi sebesar 0.91. Hasil analisis data
opioids (endorphins and enkephalins), menunjukkan bahwa p = 0.000, yang
serotonin, norepinephrine & gamma berarti bahwa ada pengaruh kombinasi
aminobutyric acid- menghalangi / moblisasi dini dan relaksasi spiritual
menghambat transmisi nyeri & terhadap tingkat nyeri. Sedangkan Mean
membantu menimbulkan keadaan tingkat nyeri sebelum pemberian latihan
analgesik, & berefek menghilangkan sesuai standar Rumah sakit pada
nyeri (Dewanto, 2003). kelompok kontrol 6.39, yakni tingkat
Katagori nyeri sedang karena secara nyeri sedang dengan standar deviasi
obyektif klien mendesis, menyeringai sebesar 1.19. dan nilai mean tingkat
dapat menunjukkan daerah atau lokasi nyeri sesudah latihan adalah 4.78, yakni
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat nyeri sedang dengan standar deviasi
mengikuti perintah dengan baik. Hal ini sebesar 1.00. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa p = 0.000, yang
tingkat nyeri mengalami penurunan berarti bahwa ada pengaruh latihan
tingkat nyeri berarti adanya perubahan sesuai standar Rumah Sakit terhadap
penurunan nyeri pada pasien post tingkat nyeri.
apendektomi memenuhi harapan pasien Hasil analisi data didapatkan bahwa
dan mencapai misi rumah sakit. Hal ini nilaip=0.000 pada kelompok intervensi,
sesuai dengan pendapat Swansburg yang berarti bahwa ada pengaruh
(2000) yang menyatakan bahwa perawat mobilisasi dinidan relaksasi spiritual
yang termotivasi akan bekerja/ terhadap tingkat nyeri pada pasien post
berperilaku sesuai dengan tujuan operasi apendektomi. Pada pasien post
organisasi. apendektomi mengalami kelemahan
Penerapan perilaku caring pada klien aktifitas yang dapat berupa kelemahan
memerlukan pengembangan pengetahuan otot yang disebabkan oleh adanya
dan latihan tentang bagaimana cara pengaruh anastesi (SAB) setelah
berperilaku caring yang benar sesuai dilakukan operasi apendektomi dimana
dengan sepuluh faktor carative caring mempengaruhi pergerakanpada
menurut Watson. Demikian juga dengan ekstermitas bagian bawah. Pada tabel
5.5 dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
dini dan relaksasi spiritual berpengaruh kontraktur ekstremitas yang mengalami
terhadap penurunan tingkat nyeri. kelemahan serta dapat meningkatkan
Dengan memberikan latihan–latihan kekuatan otot pada ekstremitas, yang
tertentu diharapkan timbul reaksi-reaksi akan meningkatkan kemampuan
yang sesuai dengan jenis latihan yang fungsional pasien.
ada dan sesuai dengan gerakan-gerakan Latihan mobilisasi merupakan salah
yang diinginkan. Gerakan-gerakan yang satu bentuk latihan dalam proses
kuat bisa dimanfaatkan untuk rehabilitasi yang cukup efektif untuk
memperkuat bagian-bagian yang lebih mencegah kecacatan pada pasien post
lemah untuk membentuk pola gerak operasi apendektomi. Latihan ini
melalui stimulus proprioseptor sehingga meliputi latihan pada lengan, tangan,
mendapat respon neuromuscular secara bahu, dan ekstremitas bawah, latihan
benar sebagai efek yang dihasilkan bangun dari tewmpat tidur. Pelaksanaan
didalam saraf karena penerima rangsang mobilisasi pada pasien post operasi
berikutnya mempermudah reaksi apendektomi secara intens, terarah dan
(gerakan) teratur dapat mempengaruhi
Selain penurunan kekuatan otot, kemampuan motorik pasien untuk
pasien post operasi apendektomi meningkatkan kemandirian. Setelah
mengalami penurunan koordinasi, latihan ini dilakukan di Rumah Sakit,
penurunan koordinasi gerak pada pasien pasien melanjutkannya di rumah
post operasi apendektomi diakibatkan sehingga pasien tidak lagi bergantung
oleh adanya pengaruh anastesi (SAB) pada keluarga. Hal ini berarti bahwa
pada bagian lumbal ke 4-5 yang mobilisasi dini dan relaksasi spiritual
disebabkan karena diberikan anastesi sama-sama berpengaruh terhadap
maka pada pembuluh darah terjadi tingkat penurunan nyeri.
vasodilatasi sehingga mempengaruhi Namun pada nilai p = 0.000, yang
pergerakan pada ektermitas bagian berarti bahwa dari uji perbedaan antara
bawah (Rojo, 2011). kelompok intervensi dan kontrol
Tindakan pemberian mobilisasi dini mobilisasi dini dan relaksasi spiritual
dan relaksasi spiritual dapat lebih signifikan untuk meningkatkan
memperbaiki hemodinamik pasien dan fungsi pergerakan pasien. Pada kedua
mempercepat perbaikan pasien melalui kelompok sebagian mendapatkan
pengukuran tingkat nyeri. Skor skala latihan, dan sebagian pula tidak
nyeri menitputi 10 komponen. mendapatkan latihan. Pada kelompok
Komponen-komponen tersebut yaitu intervensi peneliti rutin memantau
tingkat dari tidak nyeri,nyeri ringan, aktivitas latihan yang dilakukan oleh
nyeri sedang, nyeri berat, nyeri sangat pasien setiap harinya, sedangkan pada
berat. Pada penelitian ini responden kelompok kontrol peneliti hanya menilai
pada kelompok intervensi mengalami skor scala nyeri sebelum dilakukan
kenaikan yang signifikan pada latihan dan dua hari setelah dilakukan
komponen motorik lengan dan tungkai. latihan
Pada kelompok kontrol dilakukan
pengukuran tingkat nyeri sebelum dan KESIMPULAN
sesudah latihan sesuai dengan standar Tingkat nyeri sebelum pemberian
Rumah Sakit. kombinasi mobilisasi dini dan relaksasi
Hasil analisis data didapatkan nilai spiritual pada kelompok intervensi nilai 5.67
p = 0.000 pada kelompok kontrol yang dan 6.39 pada kelompok kontrol. Hal ini
berarti bahwa ada pengaruh latihan menunjukkan bahwa responden pada
sesuai standar Rumah Sakit terhadap kelompok intervensi dan kontrol mengalami
tingkat nyeri . Pada kelompok kontrol nyeri sedang. Tingkat nyeri sesudah
responden diberikan mobilisasi dini dan pemberian kombinasi mobilisi dini dan
relaksasi spiritual. setiap hari oleh relaksasi spiritual pada kelompok intervensi
perawat selama di Rumah Sakit selama menunjukkan nilai mean 3.00 dengan standar
45 menit setiap harinya. Mobilisasi deviasi sebesar 4.78 pada kelompok kontrol.
Halini menunjukkan bahwa responden pada Arif Mutakin (2009). Asuhan Keperawatan
kelompok intervensi mengalami nyeri ringan Perioperatif, Konsep, Proses
dan responden pada kelompok kontrol danAplikasi. Jakarta, Salemba
mengalami nyeri sedang. Kombinasi
Aribowo, H & Andrifiliana, 2011, Infeksi
mobilisasi dini dan relaksasi spiritual
Luka Operasi (Surgical Site Infection),
berpengaruh terhadap tingkat nyeri pasien
Yogyakarta, SMF Bedah RSUP Dr.
post operasi apendektomi di Rumah Sakit
Sarjito
Islam Surabaya
Andre, Y., Rizanda M., & Arina W. M.,
SARAN 2013, Hubungan Pola Makan dengan
Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan Kejadian Depresi pada Penderita
sebagai referensi di rumah sakit yang Dispepsia Fungsional, Jurnal Kesehatan
mungkin selama ini belum dilaksanakan Andalas, 2 (2), 73.
secara terstruktur dan terencana dan Burner & Sudarth (2002). Tex Book Of
melengkapi SOP yang ada di rumah sakit. Medikal Surgikal nursing. Jakar ta,
Adanya peningkatan pengetahuan perawat EGC.
melalui pelatihan dan seminar sehingga
mendapatkan keterampilan yang sama dalam Clair S.T, 2013. Patient Education Partners
merawat pasien paska operasi apendik. Perlu in Your Surgical CareAppendectomy,
penelitian lebih lanjut dengan sampel dan American collage of surgeons, Chicago.
waktu yang cukup agar dapat dijadikan Cook, J, Balu S, Ambrose. E. O.W, & WHO,
rujukan sebagai penelitian lebih lanjut untuk 1995, Penatalaksanaan Bedah
menurunkan tingkat nyeri melalui mobilisasi
dini dan relaksasi spiritual. Penelitian ini Umum di RS, diterjemahkan oleh Harjanto
merupakan aplikasi sehingga perlu Effendi, 118-120, Jakarta, EGC.
dikembangkan untuk meningkatkan Grace, Pierce A & Borley Neil R. 2006. At a
pelayanan keperawatan khususnya Glance Ilmu Bedah. Surabaya: Erlangga
keperawatan medikal bedah. Penelitian ini
terkait dengan peran dan fungsi perawat Ferri Efendi (2009). Keperawatan Kesehatan
profesional sehingga dapat memberikan Komunitas Teori dan Praktik
kontribusi dan cara berfikir kritis serta kreatif Keperawatan. Jakarta, Salemba Medika.
dalam mengembangkan profesionalisme Liang MK, (2015). The Appendix in
keperawatan. scwartz,s Principles of surgery, 10th ed,

DAFTAR PUSTAKA McGraw Hill education, New York, United


Abdullah, M. & Jeffri G., 2012, Dispepsia, Stated, 1241-59
Continuing Medical Education, 39 Herdman, T Heather (ed). 2011. NANDA
(9),647 Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Aribowo, H & Andrifiliana, 2011, Infeksi Hidayat, A.A (2010). Metode Penelitian Dan
Luka Operasi (Surgical Site Infection), Tehnik Analisis Data. Jakarta, Salemba
Yogyakarta, SMF Bedah RSUP Dr. Sarjito Medika.

Andre, Y., Rizanda M., & Arina W. M., Mansjoer, Arif (ed). 2000. Kapita Selekta
2013, Hubungan Pola Makan dengan Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius
Kejadian Depresi pada Penderita Dispepsia Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan
Fungsional, Jurnal Metodologi Penelitian
IlmuKeperawatan. Jakarta, Salemba
Kesehatan Andalas, 2 (2), 73. Medika. Hal 38-126,147,149.
Atkinson L.J And Loise kohn (2009). Barry Notoatmojo, Soekidjo (2002) Metodologi
& Kohn”s Introduction To Penelitian Kesehatan. Jakarta, rineka
OperatingRoom Tecnique, Six Edition, Cipta.
Mc Graw-Hill Book Company,
Singapore. Nursalam (2008). Managemen Keperawatan.
Jakarta, Salemba Medika.
Reeves, Charlene J. et al. 2011. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta. Medika
Reksoprodjo, Soelarto (ed). Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang:
Binapura Aksara
Rasyid, H. N, 2013, Prinsip Pemberian
Antibiotik Profilaksis pada
Pembedahan,Bandung, Bagian
Orthopaedi dan Traumatologi FK
Unpad.
Reksoprodjo, S, 2010, Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah, 115, Tangerang,
BinarupaAksara.
Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar
Ilmu Bedah.Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004.
Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda
G.2001. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda
G.2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda
G.2005. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Surya, B., 2006, Peran C-Reactive Protein
(CRP) dalam Menentukan Diagnosa
Apendisitis Akut, Majalah Kedokteran
Nusantara, 39 (3), 208.
Sugiharto, Chuluq, & Ermita, 2011,
Karakteristik Klinis, Laboratoris
danMortalitas pada Pasien Appendiksitis
Akut di Rumah Sakit UmumDaerah
(RSUD) Dokter Saeiful Anwar Malang,
Ilmu Kesehatan Masyarakat FKUB.
Williams & Wilkins. 2012. Kapita Selekta
Penyakit. Jakarta: EGC

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai