Anda di halaman 1dari 114

Daftar Isi

Daftar Isi ..................................................................................................................................... i


Daftar Gambar ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Nama Proyek .................................................................................................................... 1
1.2 Latar belakang Proyek ...................................................................................................... 1
1.3 Lokasi Proyek ................................................................................................................... 1
1.4 Maksud dan Tujuan Proyek.............................................................................................. 2
1.5 Ruang Lingkup Penulisan ................................................................................................ 3
1.6 Metodologi ....................................................................................................................... 3
1.7 Sistematika Penulisan....................................................................................................... 4
BAB II PERENCANAAN ......................................................................................................... 6
2.1 Uraian Umum ................................................................................................................... 6
2.2 Kriteria dan Azaz–azaz Perencanaan ............................................................................... 6
2.3 Dasar – dasar Perencanaan ............................................................................................... 9
2.4 Metode Perhitungan ....................................................................................................... 11
2.5 Klasifikasi Pembebanan Rencana .................................................................................. 12
2.6 Dasar Perhitungan .......................................................................................................... 13
BAB III PERHITUNGAN STRUKTUR ................................................................................. 14
3.1 Perencanaan Stuktur Atap .............................................................................................. 14
3.1.1 Perhitungan Struktur Rangka Atap .......................................................................... 14
3.2 Perencanaan Tangga ....................................................................................................... 48
3.2.1 Data teknis tangga ................................................................................................... 50
3.2.2 Pembebanan dan penulangan tangga ....................................................................... 51
3.2.3 Pembebanan dan penulangan bordes ....................................................................... 61
3. 3 Perhitungan struktur akibat gaya gempa ....................................................................... 75
3.3.1 Berat Bangunan Total (Wt) ..................................................................................... 76
3.3.2 Waktu Getar Bangunan (T) ..................................................................................... 80
3.3.3 Koefisien Gempa Dasar ........................................................................................... 80
BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ...................................................... 81
4.1. SYARAT – SYARAT UMUM ..................................................................................... 81

i
4.2 SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI ........................................................................ 98
4.3 SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM ...................................................................... 109

ii
Daftar Gambar

Gambar 1 Denah Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi


Jawa Tengah............................................................................................................................... 2
Gambar 2 Denah Balok Lantai ............................................................................................... 39
Gambar 3 Skema Tangga Type K ............................................................................................ 49
Gambar 4 Denah Tangga ......................................................................................................... 49
Gambar 5 Potongan Tangga..................................................................................................... 51

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Nama Proyek

Nama proyek ini adalah Perencanaan Struktur Gedung 5 (Lima) Lantai Dekranasda Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah yang berlokasi di Jalan Pahlawan No.4

Semarang.

1.2 Latar belakang Proyek

Proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jawa Tengah ini

dilatarbelakangi oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan kepada Pemerintah Daerah

Semarang merasa karena masih banyaknya kekurangan sarana dan prasarana bila dibandingkan

dengan kepentingan Disperindag yang membutuhkan tempat atau sarana gedung dengan

kapasitas yang memadai. Pemilihan Proyek Pembangunan Gedung Dekranasda sebagai Tugas

Akhir dikarenakan struktur gedung yang memiliki 5 (lima) lantai dan sebagai pertimbangan lain

belum adanya Tugas Akhir dari teman satu angkatan dengan struktur yang berlantai banyak.

Pembangunan gedung ini nantinya akan di gunakan untuk kegiatan yang membutuhkan

ruang luas. Pembangunan Gedung Dekranasda mempunyai maksud dan tujuan antara lain :

1 . Meningkatkan sarana dan prasarana di Disperindag.

2 . Meningkatkan kenyamanan dan efektifitas kegiatan di Disperindag.

1.3 Lokasi Proyek

Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jawa Tengah ini

terletak di Jl. Pahlawan No.4 Semarang.

1
Error!

Plaza Simpang Lima

E C B

A Jl. Pahlawan D

Keterangan :

A. Lapangan Pancasila

B. Biro Pusat Statistik (BPS)

C. DISPERINDAG (Lokasi Proyek)

D. Bundaran Air Mancur

E. Ramayana Dept. Store

Gambar 1 Denah Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jawa Tengah

1.4 Maksud dan Tujuan Proyek

Tujuan dari Proyek Akhir ini adalah untuk menerapkan materi perkuliahan yang telah

diperoleh ke dalam bentuk penerapan secara utuh. Penerapan materi perkuliahan yang telah

diperoleh diaplikasikan dengan merencanakan suatu bangunan gedung bertingkat banyak,

minimal tiga lantai. Dengan merencanakan suatu bangunan bertingkat ini diharapkan mahasiswa

dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang diaplikasikan dan mampu merencanakan suatu

struktur yang cukup kompleks.

2
1.5 Ruang Lingkup Penulisan

Dalam Penyusunan Proyek Akhir ini, Penulis hanya menentukan pada permasalahan dari

sudut pandang ilmu teknik sipil yaitu pada bidang perencanaan struktur meliputi:

1. Perencanaan atap,

2. Perencanaan plat lantai,

3. Perencanaan tangga,

4. Perencanaan balok,

5. Perencanaan kolom,

6. Perencanaan pondasi,

7. Rencana kerja dan syarat - syarat (RKS), dan

8. Rencana anggaran biaya

1.6 Metodologi

Data yang akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan laporan

Proyek Akhir ini dapat di kelompokkan dalam dua jenis yaitu:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang didapat melalui peninjauan dan

pengamatan langsung di lapangan terdari dari:

a. Lokasi Proyek : Jl. Pahlawan No.4 Semaramg

b. Topografi : Tanah datar

c. Elevasi bangunan :

o Lantai 1 : + 00,00 m

o Lantai 2 : + 04,73 m

o Lantai 3 : + 09,46 m

o Lantai 4 : + 14,19 m

3
o Lantai 5 : + 28,77 m

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses pembuatan

dan penyusunan laporan Proyek Akhir. Yang termasuk dalam klasifikasi data sekunder

ini antara lain:

a. Literatur panjang

b. Grafik – grafik penunjang

c. Tabel – tabel penunjang

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :

1) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data primer melalui peninjauan dan

pengamatan langsung di lapangan sejak melaksanakan Kerja Praktek, yang telah

dilaksanakan pada proyek yang sama pada tanggal 1 September sampai dengan 1

November 2005.

2) Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk pengumpulan data sekunder dan landasan teori dengan

mengambil data literatur yang relevan maupun standar yang diperlukan dalam

perencanaan bangunan. Pengumpulan dilakukan melalui perpustakaan atau pun instansi –

instansi pemerintah yang terkait.

1.7 Sistematika Penulisan

Proyek Akhir ini garis besarnya disusun dalam 6 (enam) bab yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi nama proyek, latar belakang, lokasi proyek, maksud dan tujuan, pembahasan

masalah, dan sistematika penulisan.

4
BAB II : PERENCANAAN

Berisi uraian, kriteria, dan azas – azas perencanaan, dasar – dasar perencanaan,

metode perencanaan, dasar perhitungan, dan klasifikasi pembebanan rencana.

BAB III : PERHITUNGAN STRUKTUR

Berisi perhitungan pembebanan, perencanaan atap, tulangan plat, tulangan balok,

tulangan kolom, tulangan tangga, dan pondasi

BAB IV : RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

Berisi tentang rencana kerja dan syarat – syarat (RKS), terdiri dari syarat umum,

syarat administrasi, dan syarat teknis.

BAB V : RENCANA ANGGARAN BIAYA

Berisi perhitungan volume pekerjaan, anggaran biaya, rekapitulasi akhir rencana

anggaran biaya serta time schedule dalam kurva S.

BAB VI : PENUTUP

Berisi daftar pustaka dan lampiran.

5
BAB II PERENCANAAN

2.1 Uraian Umum

Pada tahap perencanaan Struktur Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng ini

perlu dilakukan study literatur untuk menghubungkan satuan fungsional gedung dengan

sistem struktur yang akan digunakan, disamping untuk mengetahui dasar-dasar teorinya.

Pada jenis gedung tertentu, perencanaan sering kali diharuskan menggunakan suatu pola

akibat syarat- syarat fungsional maupun strukturnya. Hal ini merupakan salah satu faktor

yang menentukan, misal pada situasi yang mengharuskan bentang ruang yang besar serta

harus bebas kolom, sehingga akan menghasilkan beban besar dan berdampak pada balok.

Study literatur dimaksudkan untuk dapat memperoleh hasil perencanaan yang

optimal dan aktual. Dalam bab ini akan dibahas konsep pemilihan sistem struktur dan

konsep perencanaan struktur bangunannya, seperti denah, pembebanan struktur atas dan

struktur bawah serta dasar-dasar perhitungan.

2.2 Kriteria dan Azaz–azaz Perencanaan

Perencanaan pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng ini

diharuskan memenuhi beberapa kriteria perencanaan, sehingga konstruksi bangunan tersebut

sesuai yang diharapkan, dan tidak terjadi kesimpang- siuran dalam bentuk fisiknya.

Adapun kriteria-kriteria perencanaan tersebut adalah :

1. Harus memenuhi persyaratan teknis

Dalam setiap pembangunan harus memperhatikan persyaratan teknis yaitu bangunan yang

didirikan harus kuat untuk menerima beban yang dipikulnya baik itu beban sendiri gedung

maupun beban yang berasal dari luar seperti beban hidup, beban angin dan beban gempa. Bila

persyaratan teknis tersebut tidak diperhitungkan maka akan membahayakan orang yang berada di

dalam bangunan dan juga bisa merusak bangunan itu sendiri. Jadi dalam perencanaan harus
6
berpedoman pada peraturan- peraturan yang berlaku dan harus memenuhi persyaratan teknis yang

ada.

2. Harus memenuhi persyaratan ekonomis

Dalam setiap pembangunan, persyaratan ekonomis juga harus diperhitungkan agar tidak

ada aktivitas-aktivitas yang mengakibatkan membengkaknya biaya pembangunan sehingga akan

menimbulkan kerugian bagi pihak kontraktor. Persyaratan ekonomis ini bisa dicapai dengan

adanya penyusunan time schedule yang tepat, pemilihan bahan-bahan bangunan yang digunakan

dan pengaturan serta pengerahan tenaga kerja yang profesional. Dengan pengaturan biaya dan

waktu pekerjaan secara tepat diharapkan bisa menghasilkan bangunan yang berkualitas tanpa

menimbulkan pemborosan.

3. Harus memenuhi persyaratan aspek fungsional

Hal ini berkaitan dengan penggunaan ruang. Biasanya hal tersebut akan mempengaruhi

penggunaan bentang elemen struktur yang digunakan.

4. Harus memenuhi persyaratan estetika

Agar bangunan terkesan menarik dan indah maka bangunan harus direncanakan dengan

memperhatikan kaidah-kaidah estetika. Namun persyaratan estetika ini harus dikoordinasikan

dengan persyaratan teknis yang ada untuk menghasilkan bangunan yang kuat, indah dan menarik.

Jadi dalam sebuah perencanaan bangunan harus diperhatikan pula segi artistik bangunan tersebut.

5. Harus memenuhi persyaratan aspek lingkungan

Setiap proses pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan karena hal ini sangat

berpengaruh dalam kelancaran dan kelangsungan bangunan baik dalam jangka pendek (waktu

selama proses pembangunan) maupun jangka panjang (pasca pembangunan). Persyaratan aspek

lingkungan ini dilakukan dengan mengadakan analisis terhadap dampak lingkungan di sekitar

bangunan tersebut berdiri. Diharapkan dengan terpenuhinya aspek lingkungan ini dapat ditekan

seminimal mungkin dampak negatif dan kerugian bagi lingkungan dengan berdirinya Gedung

Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng ini.

7
6. Harus memenuhi aspek ketersediaan bahan di pasaran

Untuk memudahkan dalam mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan maka harus

diperhatikan pula tentang aspek ketersediaan bahan di pasaran. Dengan kata lain sedapat mungkin

bahan-bahan yang direncanakan akan dipakai dalam proyek tersebut ada dan lazim di pasaran

sehingga mudah didapat.

Selain kriteria-kriteria perencanaan juga harus diperhatikan juga adanya azas-azas

perencanaan yaitu antara lain:

1. Pengendalian biaya

Pengendalian biaya dalam suatu pekerjaan konstruksi dimaksudkan untuk mencegah

adanya pengeluaran yang berlebihan sehingga sesuai dengan perhitungan Rencana Anggaran

Biaya (RAB) yang telah ditetapkan. Biaya pelaksanaan harus dapat ditekan sekecil mungkin

tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas pekerjaan. Dalam hal ini erat kaitannya dengan

pemenuhan persyaratan ekonomis.

a. Pengendalian mutu

Pengendalian mutu dimaksudkan agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan

persyaratan yang telah ditetapkan dalam RKS. Kegiatan pengendalian mutu tersebut

dimulai dari pengawasan pengukuran lahan, pengujian tanah di lapangan menggunakan

alat sondir dan boring serta uji tekan beton. Mutu bahan-bahan pekerjaan yang digunakan

dalam pembangunan sudah dikendalikan oleh pabrik pembuatnya. Selain itu juga

diperlukan pengawasan pada saat bangunan tersebut sudah mulai digunakan, apakah telah

sesuai dengan yang diharapkan atau belum.

b. Pengendalian waktu

Pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek bertujuan agar

proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan.

Untuk itu dalam perencanaan pekerjaan harus dilakukan penjadwalan pekerjaan dengan

8
teliti agar tidak terjadi keterlambatan waktu penyelesaian proyek.

2. Pengendalian tenaga kerja

Pengendalian tenaga kerja sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang

baik sesuai jadwal. Pengendalian dilakukan oleh Pengawas (mandor) secara terus menerus

maupun berkala. Dari pengawasan tersebut dapat diketahui kemajuan dan keterlambatan

pekerjaan yang diakibatkan kurangnya tenaga kerja maupun menurunnya efisiensi kerja yang

berlebihan. Jumlah tenaga kerja juga harus dikendalikan untuk menghindari terjadinya

penumpukan pekerjaan yang menyebabkan tidak efisiensinya pekerjaan tersebut serta dapat

menyebabkan terjadinya pemborosan materil dan biaya.

2.3 Dasar – dasar Perencanaan

Dalam perhitungan perencanaan bangunan ini digunakan standar yang berlaku di Indonesia,

antara lain:

1. Plat Lantai

Perencanaan plat didasarkan pada peraturan SK SNI T-15-1991-03 dan Pedoman Beton 1989.

Untuk merencanakan plat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya

pembebanan namun juga ukuran dan syarat– syarat tumpuan.

Pada proyek pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng ini tebal plat

lantai adalah 12 cm.

2. Balok

Perencanaan balok didasarkan pada persyaratan SK SNI T-15-1991-03 yaitu:

a. Syarat - syarat tumpuan yang dipertimbangkan adalah:

1) Tumpuan jepit penuh

2) Tumpuan jepit sebagian

b. Ukuran balok
9
Dalam pra desain, tinggi balok menurut SK SNI T-15-1991-03 merupakan fungsi dari

bentang dan mutu baja yang dipergunakan. Adapun balok dan sloof yang digunakan pada

proyek pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jawa Tengah ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 1. Dimensi balok

No Balok Dimensi balok (cm)

1 Balok lantai 1 30 x 80

2 Balok lantai 2 30 x 80

3 Balok lantai 3 30 x 80

4 Balok lantai 4 30 x 80

5 Balok anak lantai 20 x 40

6 Balok atap (R) 20 x 70

7 Balok Sloof 25 x 70

3. Kolom

Menurut SK SNI T-15-1991-03 untuk merencanakan kolom yang diberi beban lentur dan

beban aksial ditetapkan koefisien reduksi bahan (φ) = 0,65. Pada proyek pembangunan

Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng ini, kolom yang digunakan berukuran :

Tabel 2. Dimensi kolom

No Kolom Dimensi kolom (cm)

1 Kolom type K1 80 x 80

2 Kolom type K2 80 x 80

3 Kolom type K3 50 x 50

10
4 Kolom type K4 70 x 70

5 Kolom type K5 60 x 60

4. Pondasi

Pondasi yang dipergunakan pada konstruksi ini adalah pondasi plat lajur dan pondasi

tiang pancang.

2.4 Metode Perhitungan

Dalam perencanaan pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag Propinsi Jateng

ini, perhitungan mekanika struktur menggunakan program Struktur Analysis Program

(SAP) 2000. Perhitungan ini digunakan untuk memudahkan menghitung tulangan. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam perhitungan mekanika ini adalah :

1. Plat dianggap sebagai membran dan semua beban yang ada pada plat dianggap sebagai

beban merata.

2. Balok hanya menumpu beban dinding yang ada di atasnya dan beban

hidup balok dianggap nol, karena telah ditumpu oleh plat.

Sebelum melakukan perhitungan mekanika, terlebih dahulu harus menghitung

beban-beban yang bekerja pada eleman struktur antara lain:

1. Beban Gempa Statik

Beban gempa yang hanya memperhitungkan beban dari gedung itu sendiri.

2. Beban Gempa Dinamik

Beban gempa yang memperhitungkan beban yang ada di sekitar gedung.

3. Beban Mati

Beban yang diambil dari elemen struktur beserta beban yang ada di atasnya.

4. Beban Hidup

Diambil dari Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPIUG)
11
1987 untuk bangunan gedung.

2.5 Klasifikasi Pembebanan Rencana

Pembebanan rencana diperhitungkan berdasarkan Pedoman Perencanaan

Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987. Pembebanan diperhitungkan sesuai dengan

fungsi ruangan yang direncanakan pada

gambar rencana.

Besarnya muatan–muatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Massa jenis beton bertulang : 2400 kg/m 3

2. Berat plafon dan penggantung (gpf) : 18 kg/m 2

3. Tembok batu bata (1/2) batu : 250 kg/m 2

4. Beban hidup untuk tangga : 300 kg/m 2

5. Beban hidup untuk gedung fasilitas umum : 250 kg/m 2

6. Adukan dari semen, per cm tebal : 21 kg/m2

7. Penutup lantai, per cm tebal : 24 kg/m2


Kombinasi beban gempa diperhitungkan untuk zone 4 yang berlaku

di Kota Semarang. Kombinasi pembebanan digunakan dengan beberapa alternatif, yaitu:

1. Comb 1 = 1 DL + 0,5 LL

2. Comb 2 = 1,2 DL + 1,6 Q

3. Comb 3 = 1,05 (DL + LL + Q)

Combo (comb) = beban total untuk menahan beban yang telah dikalikan

dengan faktor beban atau momen dan gaya dalam

yang berhubungan dengannya.

DL (dead load) = beban mati atau momen dan gaya dalam yang

berhubungan dengan beban mati.

LL (live load) = beban hidup atau momen dan gaya dalam yang

12
berhubungan dengan beban hidup.

Q (quake) = beban gempa atau momen dan gaya-gaya yang

berhubungan dengan beban gempa.

2.6 Dasar Perhitungan

Dalam perhitungan perencanaan pembangunan Gedung Dekranasda Disperindag

Propinsi Jawa Tengah ini digunakan standar perhitungan yang didasarkan pada ketentuan

yang berlaku di Indonesia antara lain:

1. Pedoman Beton 1989.

2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SK SNI T-15-1991-03.

3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987.

4. Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987.

5. Data perhitungan SAP.

13
BAB III PERHITUNGAN STRUKTUR

3.1 Perencanaan Stuktur Atap

Letak geografis Negara Indonesia mengakibatkan terjadinya dua musim yaitu musim

penghujan dan musim kemarau. Antara keduanya terdapat perbedaan temperatur yang

cukup ekstrim yang menimbulkan harus adanya kemampuan bagi atap untuk mampu

menahan tekanan yang timbul pada kedua musim.

Penutup atap direncanakan memakai bahan genteng dipasang di atas gording baja

profil C (kanal). Struktur rangka atap direncanakan memakai rangka baja profil dobel

siku.

3.1.1 Perhitungan Struktur Rangka Atap

1. Data teknis

Bentang kuda- kuda (L) : 20 m

Jarak antar balok atap arah horizontal ( l ) : 3,354 m

Kemiringan atap ( α ) : 45°

Penutup atap : genteng (50 kg/m²)

Sambungan konstruksi : baut (BJ 37)

Mutu baja profil siku : BJH 37

Tegangan dasar baja (σd) : 1600 kg/cm²

Jenis kayu (reng dan usuk) Bengkirai : Kelas kuat II

Koefisien angin pantai : 40 kg/m²

Tegangan lentur kayu ( σlt ) : 100 kg/cm²

2. Perencanaan Reng

a. Pembebanan Reng

Berat genting (gt) = 50 kg/m²

14
Jarak reng (Jr) = 0,25 m

Jarak usuk (Ju) = 0,5 m

Beban pada reng (qr)

Berat genting . Jarak reng = gt . Jr

= 50 . 0,25 = 12,5 kg/m²

b. Momen yang terjadi

Mx = 1/8 . qr . cos 45° . (Ju)²

= 1/8 . 12,5 . 0,707 . (0,5)²

= 0,2762 kg m

My = 1/8 . qr . sin 45° (Ju)²

= 1/8 . 12,5 . 0,707. (0,5)²

= 0,2762 kg m

c. Dimensi Reng
2
Dimensi reng dimisalkan b = .h
3

Wx = 1/6 . b . (h)2
2
= 1/6 . h . h2
3

1
= h3 cm3 9

Wy = 1/6 . b2 . h

2
= 1/6 . h2 .h
3

2
= h3 cm3 27

σltr = Mx + My
Wx Wy

27,62 + 27,62
100 kg/cm2 =
h3

15
615,87
100 kg/cm2 =
h3

615,87
h3 = 100

h3 = 6,1587
3
h = 6,1587

h = 1,83 cm dipakai kayu ukuran 3 cm, maka :

2
b = h
3

2
b = . 3 cm
3

b = 2 cm

Jadi dipakai reng dengan dimensi 2/3 cm

d. Kontrol Lendutan

1
fijin = 200 . Ju

16
e. Kontrol Tegangan

σ ytb = Mx +My
Wx Wy

27,62 27,62
= +
1/ 6.3.(2)2 1/ 6.2.(3)3

17
= 23,016 kg/cm2 ≤ 100 kg/cm2 (σltr)
Jadi, reng kayu dengan dimensi 2/3 cm aman dipakai

3. Perencanaan Usuk

a. Pembebanan Usuk
3
Berat genting (gt) = 50 kg/m
Jarak gording (Jgd) = 1,665 m

Jarak usuk (Ju) = 0,5 m

Beban pada usuk (qu)

Beban genting, reng dan usuk = ggt . Ju = 50 . 0,5

qu = 25 kg/m

qx = qu . cos 45
= 25 . cos 45

= 17,677 kg/m

qy = qu . sin 45

= 25 . sin 45

= 17,677 kg/m b. Momen yang


terjadi

Mx1 = 1/8 . qu . cos α . (Jgd)2

= 1/8 . 25 . cos 45º . (1,665)2

= 6,125 kgm

My1 = 1/8 . qu . sin α . (Jgd)2

= 1/8 . 25 . sin 45º . (1,665)2

= 6,125 kgm

c. Karena Berat Pekerja

18
Beban Pekerja (P) = 100 kg = 1 kN

Px = 100 . cos 45

1. 100 . cos 45

2. 70,7111 kg

Py = 100 . sin 45

= 100 .sin 45

= 70,711 kg

Mx2 = 1/4 . P . cos α . Jgd

= 1/4 . 100 . cos 45º . 1,665

= 29,433 kg m

My2 = 1/4 . P . sin α . Jgd

= 1/4 . 100 . sin 45º . 1,665

= 29,433 kg m

d. Karena Beban Angin

Koefisien Angin pantai (w) = 0,4 kN/m2


Angin Tekan = (0,02 . α) – 0,4

= (0,02 . 45) – 0,4

= 0,5 kN/m

W tekan = angin tekan . w . Ju

= 0,5 . 0,4 . 0,5

= 0,1 kN/m

Momen yang timbul akibat beban angin

19
Mx = 1/8 . Wx . (Jgd)2

= 1/8 . 0,5. (1,665)2


= 0,1733 kg.m

Kombinasi pembebanan pada usuk


Mx = Mx1 + Mx2

= 6,125 + 29,433

= 35,558 Kg m

My = My1 + My2

= 6,125 + 29,433

= 35,558 Kg m

e. Dimensi Usuk

2
Dimensi usuk dimisalkan b = h3

Wx = 1/6 . b . h2

20
b = 6,667 cm = 6 cm

Jadi dipakai Usuk dengan dimensi 6 / 10 cm

f. Kontrol Lendutan

21
g. Kontrol Tegangan

Mx My
σytb = +
1/ 6bh2 1/ 6hb2

35,558 35,558
= +
1/ 6 1/ 6.
= 94,821 kg/cm
= 94,821 kg/cm2 ≤ 100 kg/cm2 ( = σltr) OK! Jadi, usuk

kayu dengan dimensi 6/10 cm aman dipakai

4. Perencanaan Gording a. Pembebanan


22
Jarak antar balok (l) = 3,354 m

Jarak gording (Jgd) = 1,665 m

Jarak plapon (Jp) = 1,50 m

Berat sendiri gording ditafsir (ggd) = 5,93 kg/m

Berat sendiri plapon (gp) = 18 kg/m


b. Berat pada gording (qg)

Berat sendiri pada gording = ggd . jgd = 5,93 . 1,665 = 9,873 kg/m

Berat Penggantung = gp . jp = 18 . 1,50 = 27 kg/m

Berat atap genting = ggt . jgd = 0,50 . 1,665 = 83,25 kg/m

q = 120,123 kg/m
Berat Branching 10% = 12,0123 kg/m

q = 132,135 kg/m

Momen Akibat Beban Mati (DL)

Mx = 1/8 . q . cos α . (l)2

2
= 1/8 . 132,135 . cos 45º . (3,354)
= 131,385 kg.m

My = 1/8 . q . sin α . (l)2

= 1/8 .132,135 . sin 45º . (3,354)2

= 32,846 kgm

c. Karena Berat Pekerja (LL)

Beban Pekerja (P) = 100 kg = 1 kN

Mx = 1/4 . P . cos α . l

= 1/4 . 100 . cos 45º . 3,354

= 59,291 kg m

23
My = 1/4 . P . sin α . l

= 1/4 . 100 . sin 45º . 3,354

= 29,645 kg m

d. Karena Beban Angin (Whisap, Wtekan)

Koefisien Angin pegunungan (w) = 40 kg/m2 Koefisien angin tekan =

(0,02 . α) – 0,4
= (0,02 . 45) – 0,4

= 0,5
W tekan = angin tekan . w . Jgd

= 0.5 . 40 . 1,665

= 33,3 kg/m2

Koefisien angin hisap = - 0,4


W hisap = -0,4 . Jgd . w

= -0,4 . 1,665. 40

= - 26,64 kg/m

Momen yang timbul akibat beban angin

Momen akibat angin tekan

Mx = 1/8 . Wtekan . (l)2


2
= 1/8 . 33,3. (3,354)
= 46,825 kg.m

My =0

Momen akibat angin hisap

M = 1/8 Whisap . l2

= 1/8 . (-26,64) . 3,3542


= 37,46 kg.m

Kombinasi pembebanan pada gording


24
Mx1 = 1,4 .DL

= 1,4 . 131,3859

= 183,940 kg.m
My1 = 1,4 . DL

= 1,4 . 32,8465

= 45,981 kgm
Mx2 = 1,2 . DL + 1,6 . LL

= (1,2 . 131,385) + (1,6 . 59,2909)

= 252,5285 kgm

My2 = 1,2 . DL + 1,6 . LL

= (1,2 . 32,8465) + (1,6 . 29,6454)

= 86,8484 kgm
Mx3 = 1,2 . DL + 0,5 . LL + 0,8 . W

= (1,2 . 131,385) + (0,5 . 59,291) + (0,8 . 37,46)

= 217,275 kgm
My4 = 1,2 . DL + 0,5 . LL + 0,8 . W

= (1,2 . 32,846) + (0,5 . 29,645) + (0,8 .0)

= 54,238 kgm

Mx4 = 1,2 . DL + 0,5 . LL - 0,8 . W

= (1,2 . 131,385) + (0,5 . 59,291) + (0,8 . 37,46)

= 130,340 kgm e. Pendimensian Gording

Direncanakan memakai profil C tipis, diambil moment arah x yang terbesar.

Berat sendiri genteng (ggt) = 0,50 kN/m

Jarak gording (Jgd) = 1,88 m

Mx My
0,9 σ ijin = + .4
wx wx

0,9 2400 = 25252,85 + (4.8684,84) wx


59992,21
2160 kg/cm2 = wx

25
wx = 27,77 cm3

Direncanakan memakai profil baja C 150 x 65 x 20 x 3,2 Dari tabel Section

Properties (hal 50) diperoleh data:

ωx = 44,3 cm
3
ix = 5,89 cm1
3 1
ωy = 12,2 cm iy = 2,37 cm

Ix = 332 cm
4 berat = 7,51 kg/m

4
Iy = 53,8 cm

f. Analisa Pembebanan

Beban Mati

o Berat sendiri gording (ggt) = 7,51 kg/m

o Berat plafon = gp . Jp =18 . 1,50 = 27 kg/m


o Berat sendiri genting = ggt .
Jgd = 50 . 1,665 = 83,25 kg/m
q = 117,76 kg/m

o Berat Branching 10 % = 11,776 kg/m


q total = 129,536 kg/m

qx = q total . cos 450


= 129,536 . cos 450
= 91,59 kg/m

qy = q total . sin 450

2. 129,536 . sin450
3. 91,59 kg/m

Mx = 1/8 . qx . (I)2

= 1/8 . 91,59 . (3,354)2


= 128,79 kgm

26
(I ) 2

My = 1/8 . qy . 2
3,354 2

= 1/8 . 91,59 . 2
= 32,19 kg.m

Momen Kombinasi (dimensi gording beban angin diabaikan) Mx = 128,79 +

59,2909 = 188.0809 kgm

My = 32,19 + 29,645 = 61,8354 kgm

Kontrol Tegangan

Mx My
σ ytb = + < σd
Wx Wy

= 18808,09 + 6183,54
44,3 12,2

= 931,409 kg/cm2 < σd = 1600 kg/cm2 (OK!)

Kontrol Lendutan

Tabel 3. Syarat–syarat Lendutan Maksimum Berdasarkan (PBBI’87)

No Kondisi Pembebana δ maks

1 Beban mati + Bebab hidup L / 250

2 Beban hidup L / 100

3 δ atap 25 mm

1) Beban Mati + Beban Hidup

fx = 5 . qx.(I )3 + Px.(I )3 384 EIx 48.EIx


5.93,433.(3,354)4 70,711.(3,354)3
= +
384.2,1.10 6 .3,32 48.2,1.10 6.3,32

= 0,000221 + 0,0000797

= 0,000301 m = 0,0301 cm
3
l
Py.
5.qy.(I / 2)4 2 27
fy = +
384.EIy 48.EIy

3,354 4 3,354 3
70,711.

5.93,4337( 2 ) 2
= 384.2,1.106 .0,538 + 48.2,1.106.0,538
= 0,0000852 + 0,000061

= 0,000146 m = 0,0146 cm

f = fx2 + fy2

= (0,0301)2 + (0,0146)2

= 0,0334 cm < L/250 = 3,354/250 = 1,3416 cm

= 0,0334 cm < 1,3416 cm (OK!)

2) Beban Hidup

fx = Px.l3 48.EIx

= 70,711(3,354)3 48.2,1.106.3,32

= 0,0000797 m

= 0,00797 cm

Py.(l / 2)3
fy =
48.EIy

3,354 3
70,711.
2
=
48.2,1.106 .0,538

= 0,000061 m = 0,0061 cm

f = fx2 + fy2

= (0,00797)2 + (0,0061)2

= 0,01001 cm < I/500 = 335,4/500 = 0,6708 cm

= 0,01001 cm < 0,6708 cm (OK!)

3) P = 100 kg = 1 kN

28
f = fx2 + fy2

= 0,007972 + 0,00612

= 0,01001 cm < 2,5 cm (OK!)

Jadi Gording Profil Canal 150 x 65 x 20 x 3,2 memenuhi syarat

5. Perhitungan pembebanan struktur rangka

a. Beban Mati

Berat penutup atap (genting) = ggt . l . Jgd

= 50 . 3,354 . 1,665

= 279,2205 kg

Berat sendiri gording = ggd . l

= 11 . 3,354 m

= 249,2202 kg

Berat sendiri plafond = gp . l . Jp

= 18 . 3,354 . 1,5

= 90.558 kg

Beban hidup = 100 kg

P = 718,9807 kg

Berat Branching 10 % = 71,807 kg

Ptot = 790,8787 kg

Titik buhul (P) = 790,8787 kN

diambil = 791 kN

½P = 395,5 kN

b. Beban Angin (bangunan di pantai, P = 40 kg dan α = 450)

Koefisien angin tekan = (0,02 . α) – 0,4

= (0,02 . 45) – 0,4

29
= 0,5

Koefisien angin hisap = - 0,4

Beban angin tekan (Wt) = 0,2 . 40 . 3,354 . 1,665

= 111,6882 kg

diambil = 112 kg

Angin pada tumpuan (1/2 Wt) = 56 kg

Beban angin hisap (Wh) = - 0,4 . 40 . 3,354 . 1,665

= - 89,3501 kg

diambil = 90 kg

Angin pada tumpuan (1/2Wh) = 45 kg

6. Perhitungan kuda – kuda

Tabel 4 . Gaya - gaya pada Kuda - Kuda

Panjang (m) Gaya ( kgm) Panjang (m) Gaya (kgm)

A1= A16 = 2,578 572,76 V1 = V16 = 1,82 37,43

A2= A15 = 1,665 189,28 V2 = V15 = 3 129,38

A3= A14 = 1,665 378,34 V3 = V14 = 3 33,10

= A13 = 1,665 484,42 V4 = V13 = 3 777,69

= A12 = 1,655 495,75 V5 = V12 = 3 1640,27

= A11 = 1,665 477,58 V6= V11 = 3 2551,46

= A10 = 1,655 219,23 V7= V10 = 3 3506,24

= A9 = 1,665 31,86 V8= V9 = 3 4225,91

B1 = B12 = 1,777 2662,73 D1 = D14 = 2,121 70,00

B2 = B11 =1,777 2874,07 D2 = D13 = 2,121 241,09

B3 = B10 = 1,777 2583,42 D3 = D12 = 2,121 10,10

B4 = B9 = 1,777 1804,12 D4 = D11 = 2,121 122,11

B5 = B8 = 1,777 512,63 D5 = D10 = 2,121 191,00

30
B6 = B7 = 1,777 193,97 D6 = D9 = 2,121 264,43

D7 = D8 = 2,121 340,46

Kontrol terhadap kekakuan batang 1. Batang

diagonal

P = 340,46 kg = 0,3406 ton

σ = 1600 kg/cm2
σl = 2400 kg/cm2

Angka keamanan (n) = 1,5

δ = 12 mm

lk = 2,121 m
2
imin = n . p . ( lk )
= 1,5 . 0,3405 . ( 2,121 )2
= 2,29 cm

Untuk satu profil


imin = 1,148 cm

Dicoba baja double siku 50 x 50 x 5

2
A = 4.80 cm
ix = 1.51 cm

iy = 1.51 cm

lx = 11 cm4

31
32
Dicoba baja double siku 90 x 90 x 9

2
A = 15,5 cm
ix = 2,785 cm

iy = 2,785 cm

lx = 116 cm4

33
I
y = 116 cm4
e = 2,54

d =2.e+δ

= 2 . 2,54 + 12

= 17,08

Pemeriksaan tekuk arah (x – x )


Ix profil = 2 . Ix

= 2 . 116

= 232 cm4
A profil = 2.A

= 2 . 15,5

= 31 cm4

i
x = I X profil
Aprofil

232
=
31

= 2,74 cm

λx = lx
i
x

257,8
= 2,74

= 94,08 < 240 oke

λg =π E
0,7.σl

2,1106
= 3,14
0,74.2400

= 111

34
λx
λs = λg

94,08
=
111

= 0,847

1,41
ωx = 1,593 − λs

= 1,41
1,593 − 0,847

= 1,89

Kontrol tegangan

p.ωx
σ = Aprofil

572,76.1,89
=
31

= 34,919 kg/cm2 < 1600 kg/cm2

3. Batang bawah P = 2874,07 kg

σ = 1600 kg/cm2
σl = 2400 kg/cm2

Angka keamanan (n) = 1,5

δ = 12 mm

lk = 1,177 m
σ
tarik = 75% . 1600

= 1200 kg/cm2
p
Anet = σtarik

287,07
=
1200
35
= 2,395 cm2

Abruto = Anet
0,85

= 2,18 cm2
lk
imin = 240

182,3
=
240

= 0,759 cm

Dicoba baja double siku 80 x 80 x 8

2
A = 12,3 cm
ix = 2,42 cm

iy = 2,42 cm

lx = 72,3 cm4
I 4
y = 72,3 cm
e = 2,26

d = 0,5 . δ + e

= 0,5 . 12 + 2,26

= 2,86

Pemeriksaan tekuk arah (y– y )


Iyr = 2 ( Iy + a2 . A )

= 2 ( 72,3 + 12,3 . 2,862 )

= 345,82 cm4

i
y = Iyprofil
A.2

345,82
=
2.12,3

36
= 3,749 cm

dipakai min = 2,42 cm

lk
λ =
i min

= 182,3
2,42

= 8,679 cm

= 1,41
1,593 − 0,847

= 1,89

Kontrol tegangan

p.ωx
σ =
Aprofil

= 2874,07
2.12,3

= 116,83 kg/cm2 < 1600 kg/cm2


3.1.2 Perhitungan Struktur Plat

Data teknis :

Dari PMI bab II pasal 2.2 diperoleh:

Mutu beton (fc) = 22,5 MPa

Mutu baja (fy) = 240 MPa

Beban lantai tribun (qLL) = 5 kN/m2

Beban tangga (qt) = 3 kN/m2


Selimut beton (p) = 20 mm = 0,02 m

Berat satuan spesi/ adukan = 0,21 kN/m2

Berat keramik = 0,24 kN/m2

Berat satuan eternit = 0,11 kN/m2

Berat satuan penggantung = 0,07 kN/m2

37
Berat satuan beton bertulang = 24 kN/m3
- Lx : panjang plat arah x

- Ly : panjang plat arah y

- Lx1 : panjang plat efektif arah x

- Ly1 : panjang plat efektif arah y

- Mlx : momen lapangan arah x

- Mtx : momen tumpuan arah x

- Mly : momen lapangan arah y

- Mty : momen tumpuan arah y

-β : perbandingan antara Ly dan Lx

38
Gambar 2 Denah Balok Lantai

Dimensi balok lantai tribun yang dipakai sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan,

yaitu;

Tabel 5. Asumsi Dimensi Balok

Balok Dimensi (cm)

Balok lantai 1 30 x 80

Balok lantai 2 30 x 80

Balok lantai 3 30 x 80

Balok lantai 4 30 x 80

39
1. Perencanaan Plat Lantai

Ly = 8 m

Lx = 6 m

Ly1 = 8000 – 300 – 300

= 7400 mm

Lx1 = 6000 – 300 – 300

= 5400 mm

1
.200.8003
α = 12
1
.5400.1203
12

= 1,6 < 2,0


Ly
1
β =
Lx
1

7474000
=
5400

= 1,37

Untuk memenuhi persyaratan terhadap lendutan yang terjadi maka plat dua arah harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

fy
0,8 + .Ly
1500
h min =
+
1
36 + 5.β. α − 0,12 1

β
240
0,8 + .7400
1500
=
1
36 + 5.1,37 1,6 − 0,12 1 +
1,37

= 7104
53,538

= 132,69 mm, atau

fy
40
0,8 + .Ly
1500
h min =
36 + 9.β

240
0,8 + .7400
1500
=
36 +9.1,37

7104
=
48,33

= 147,73 mm

fy
0,8 + .Ly
1500
h max =
36

240
0,8 + .7400
1500
=
36

= 7104
36

= 197 mm

Dipakai h min =15 cm

Pembebanan

• Beban Mati (qDL)


2
- Berat sendiri plat = 24 . 0,15 = 3,6 kN/m

- Berat spesi = 0,21 kN/m2

- Berat keramik = 0,24 kN/m2


- Berat plafond + penggantung = 0,18 kN/m2

2
q DL = 4,23 kN/m

• Beban Hidup (q LL) = 5 kN/m2


• Beban Berfaktor (qu)

qu = 1,2 . q DL + 1,6 . q LL

= 1,2 . 4,23 + 1,6 . 5


41
= 13,076 kN/m2

Momen Rancangan

Berdasarkan karakteristik plat di atas dan menggunakan teknik interpolasi, dari tabel A – 14

dalam buku Dasar – dasar Perencanaan Beton Bertulang, Kusuma, G.( 1991), diperoleh faktor

pengali momen sebagai berikut :

Cy+ = 18,6 Cy- = 54,85


+ 2
Mlx = Cx . 0,001 . qu . Lx
= 40,8 . 0,001 . 13,076 . (6)2
= 19,206 kNm

Mly = Cy+ . 0,001 . qu . Lx2

= 18,6 . 0,001 . 13,076 .(6)2


= 8,756 kNm

Mtx = Cx- . 0,001 . qu . Lx2

= 70,65. 0,001 . 13,076 .(6)2


= 33,25 kNm

Mty = Cy- . 0,001 . qu . Lx2

= 54,85 . 0,001 . 13,076. (6)2


= 25,819 kNm

2. Penulangan plat lantai

- P (selimut beton) = 20 mm

- Asumsi tul. Utama

Arah x , Dx = 10 mm

Arah y, Dy = 10 mm

- Tinggi Efektif

Arah x, dx = h – p – Dx/2

= 120 – 20 – 10/2

42
= 95 mm

Arah y, dy = h – p – Dy – Dy/2

= 120 – 20 – 10 – 10/2 = 85 mm

Dy

h dy dx

Dx

Menghitung penulangan plat lantai tribun

Digunakan lebar per meter panjang (b) = 1m = 1000 mm

• Tulangan Lapangan Arah X

Mlx = 19,2065 kNm

Mlx
Koefisien ketahanan (K) = θ..b.dx
19,206.106
=
0,8.1000.(95 )2

= 2,66 Mpa

Dari tabel A-10 ( Struktur Beton Bertulang hal 464-465) ditentukan untuk nilai K = 24,8 MPa,

maka diambil ρ perlu = 0,0120

Dari tabel A- 6 ( Struktur Beton Bertulang hal 460) ditentukan untuk fc = 22,5 MPa dan fy =
240 MPa, maka di dapat :

ρmin = 0,0058

ρmaks = 0,0363

Maka, nilai ρmin = 0,0058 < ρ perlu = 0,0120 < ρ mak = 0,0363 Chek luas penampang

tulangan

Diasumsi digunakan tulangan berdiameter 10 mm (D10)

1 2

Luas tulangan ( D10) = 4 . π . d

43
1
= 4 . 3,14. 102

= 78,5 mm2

Untuk luas tampang (As Ix) = ρperlu . b . dx

= 0,0120 . 1000 . 95
2
= 1140 mm
Aslx
Jumlah tulangan (n) =
D10

= 1140
78,5

= 14,52 dipakai = 15 batang

1000
Spasi antar tulangan =
n −1

1000
=
15 −1

= 71,428 mm

dipakai = 70 mm

Jadi dipakai D10-70

As = D10 . n

= 78,5. 15

= 1177,5 mm2 > 1140 mm2 (Ok!)

• Tulangan Tumpuan Arah X

Mtx = 33,257 kNm

Mtx
Koefisien ketahanan (K) = θ.b.dx

33,257.10 6
= 0,8.1000.(95 )2
= 4,601 MPa

44
Dari tabel A-10 ( Struktur Beton Bertulang hal 464-465) ditentukan untuk nilai K= 4,302 MPa,

maka diambil ρ perlu = 0,0224

Dari tabel A- 6 ( Struktur Beton Bertulang hal 460) ditentukan untuk fc = 22,5 MPa dan fy =
240 MPa, maka di dapat :

ρmin = 0,0058

ρmaks = 0,0363

Maka, nilai ρmin = 0,0058 < ρ perlu = 0,0224 < ρ mak =

0,0363

Chek luas penampang tulangan

1 2

Dengan D10 = 4 .π.d

1
= 4 . 3,14. 102

= 78,5 mm2
As tx = ρperlu . b . dx

= 0,0224 . 1000 . 95

= 2128 mm2

Astx
Jumlah tulangan (n) =
D10

= 2128
78,5

= 28 batang

1000
Spasi antar tulangan =
n −1

= 1000
28 −1

= 37,037mm dipakai 40 mm

Jadi dipakai D10-40

As = D10. n

45
= 78,5. 28
= 2198 mm2 > 2128 mm2 (Ok!)

• Tulangan lapangan arah Y Mly = 8,756 kNm

Koefisien ketahanan (K) = Mly

θ..b.dy
8,756.106
=
0,8.1000.(85 )2

= 1,52 Mpa

Dari tabel A-10 ( Struktur Beton Bertulang hal 464-465) ditentukan untuk nilai K = 1,414

MPa, maka diambil ρ perlu = 0,0066

Dari tabel A- 6 ( Struktur Beton Bertulang hal 460) ditentukan untuk fc = 22,5 MPa dan fy =

240 MPa, maka di dapat :

ρmin = 0,0058

ρmaks = 0,0363

Maka, nilai ρmin = 0,0058 < ρ perlu = 0,0066 < ρ mak = 0,0363 Chek luas penampang tulangan

1 2

Dengan D10 = 4 . π . d

1
= 4 . 3,14. 102

= 78,5 mm2
As Iy = ρperlu . b . dy

= 0,0066 . 1000 . 85

= 561 mm2

Asly
Jumlah tulangan (n) =
D10

= 561
78,5

= 7,146 dipakai 8 batang

46
1000
Tebal spasi = n −1

= 1000 8 −1
= 142,25 mm dipakai 150 mm

Jadi dipakai D10-150

As = D10. n

= 78,5. 8
2 2
= 628 mm > 561 mm (Ok!)

• Tulangan tumpuan arah Y

Mty = 25,819 kNm

Mty
Koefisien ketahanan (K) = θ..b.dy

25,819.10 6
= 0,8.1000.(85 )2

= 4,46 MPa

Dari tabel A-10 ( Struktur Beton Bertulang hal 464-465)

ditentukan untuk nilai K = 4,17 MPa, maka diambil ρ perlu =

0,0215

Dari tabel A- 6 ( Struktur Beton Bertulang hal 460) ditentukan untuk fc = 22,5 MPa dan fy =
240 MPa,maka di dapat

ρmin = 0,0058

ρmaks = 0,0363

Maka, nilai ρmin = 0,0058 < ρ perlu = 0,0215 < ρ mak = 0,0363 Chek luas penampang

tulangan

1 2

Dengan D10 = 4 . π . d

1
= 4 . 3,14. 102

47
= 78,5 mm2

As ty = ρperlu . b . dy

= 0,0215 . 1000 . 85

= 1831 mm2

Asty
Jumlah tulangan (n) =
D10

1831
=
78,5

= 23,32 dipakai 24 batang

1000
Tebal spasi =
n −1

= 1000
24 −1

= 43,47 mm dipakai 50 mm

Jadi dipakai D10-50

As = D10. n

= 78,5. 24

=1884 mm2 > 1831 mm2 (Ok! )

3.2 Perencanaan Tangga

Bentuk tangga yang dipakai adalah tangga dengan tipe K dengan bordes yang terletak tepat di
tengah-tengahnya. Sketsa tangga tersebut sebagai berikut:

48
Gambar 3 Skema Tangga Type K

Gambar 4 Denah Tangga

49
3.2.1 Data teknis tangga

50
3.2.2 Pembebanan dan penulangan tangga

Panjang tangga sisi miring (L)

Gambar 5 Potongan Tangga

51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
3.2.3 Pembebanan dan penulangan bordes

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
3. 3 Perhitungan struktur akibat gaya gempa

(Berdasarkan PMI bab II pasal 2.2)


Data teknis
􀂃 Beban lantai tribun (qLL) = 500 kg/m2
75
􀂃 Koefisien reduksi = 0,5 (untuk beban hidup)
􀂃 Berat satuan spesi/ adukan (s) = 21 kg/m2
􀂃 Berat keramik (gk) = 24 kg/m2
􀂃 Berat satuan eternit dan penggantung (ge) = 18 kg/m2
􀂃 Berat satuan beton bertulang (gb) = 2400 kg/m3
􀂃 Tebal plat (hl) = 0,12 m
􀂃 Berat sendiri genteng (ggt) = 50 kg/m2
􀂃 Tinggi bangunan (H) = 28,77 m
Perhitungan struktur akibat gaya gempa menggunakan Pedoman Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan Gedung.

3.3.1 Berat Bangunan Total (Wt)

76
77
78
79
3.3.2 Waktu Getar Bangunan (T)

3.3.3 Koefisien Gempa Dasar

Menurut pembagian gempa Indonesia, di jawa tengah masuk dalam wilayah 4. Untuk Tx =
Ty =0,7 detik dan jenis tanah lunak diperoleh C = 0,05

80
BAB IV RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

4.1. SYARAT – SYARAT UMUM

Pasal I. 01

PERATURAN UMUM

Tatkala dalam penyelenggaraan bangunan ini dilaksanaakan berdasarkan

peraturan-peraturan sebagai berikut :

1. Sepanjang tidak ada ketentuan lain untuk melaksanakan pekerjaan borongan bangunan di

Indonesi, maka sah dan mengikat adalah syarat-syarat umum (disimngkat SU) untuk

melaksanakan pekerjaan borongan bangunan Indonesia (AV) yang disyahkan dengan surat

keputusan Pemerintah No.9 tanggal : 28 Mei 1941 dan tambahan Lembaran Negara No.

14571.

2. Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 42 tahun 2002, Pengganti kepres R.I No.17

tahun 2000, dan Kepres R.I No. 80 Tahun 2003, PenggantiKepres No. 18 tahun 2000, dan

Kepres R.I No. 61 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa

Pemerintah.

3. Surat Edaran Bersama (SEB) Bappenas dan Departeman Keuangan

Nomor : 181/ D.VI / 011999 SE − 07 / A / 21/


0199

Tanggal 11 Januari 1999, Tentang harga satuan tertinggi Pembangunan Bangunan

Gedung Negara Tahun Anggaran 1999/2000.

4. Surat Edaran Bersama (SEB) Bappenas dan Departeman Keuangan

S − 42 / A /
Nomor : S − 2262 / D.2 / 05/ Tanggal 3 Mei, Tentang Petugas Teknis

Pelaksanaan Keppres RI No. 18 tahun 2000 Tentang pedoman Pelaksanaan

81
Pengadaan Barang/jasa Instansi Pemerintah.

5. Surat Keputusan Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor :

0295/KPTS/CK/1997 tanggal 1 April 1997, tentang Pedoman Operasional Pelaksanaan

Penyelenggaraan Pembangunan, Pemeliharaan dan Perawatan (Rehabilitas, Renovasi,

Restorasi) Bangunan Gedung Negara.

6. Peraturan Mendagri No. 2 tahun 1999 dan No. 3 tahun 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Proyek APBDN Propinsi Jawa Tengah.

7. Suara Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah RI No. IK. 02.05-Mn/134 tanggal 19

Februari 2003, No. Ik.02.05-Mn/135 tanggal 19 februari 2003.

8. Peraturan- peraturan lain yang berhubungan dengan Pembangunan ini.

9. Peraturan Pemerintah Daerah setempat yang berhubungan dengan pekerjaan.

Pasal I.02

PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN

Pemberi Tugas Pekerjaan adalah : Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Propinsi Jawa Tengah sebagai Pengguna Anggaran.

Pasal I.03

PENGELOLAAN KEGIATAN PEKERJAAN

Pengelolaan Kegiatan Pekerjaan terdiri atas :

1. Pengelolaan Pekerjaan dari Unsur Pemegang Mata Anggaran.

2. Pengelolaan Kegiatan Pekerjaan (PKP) yang terdiri dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Propinsi Jawa Tengah.

3. Pengelolaan Teknis Kegiatan Pekerjaan (BPP) adalah personil yang ditunjuk oleh Dinas

Kimtaru Propinsi Jawa Tengah.

82
Pasal I.04

PERENCANA / ARSITEK

1. Biro Perencana teknis Pembangunan yang telah terdaftar dalam Daftar Rekaman Mampu

(DRM) yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah dalam hal ini

adalah ; CV. ARSI GRANADA, Jalan Pahlawan No.04 Semarang.

2. Perencana berkewajiban pula mengadakan pengawasan berkala dalam bidang arsitektur dan

struktur.

3. Perencana tidak dibenarkan merubah ketentuan- ketentuan pelaksanaan pekerjaan sebelum

mendapt ijin secara tertulis dari Pengguna Anggaran dan Pengendali Kegiatan.

4. Bilamana Perencana menjumpai kejanggalan- kejanggalan dalam pelaksanaan atau

menyimpang dari bestek/RKS supaya memberitahukan secara tertulis kepada Penguna

Anggaran dan Pengendali Kegiatan.

5. Perencana terikat UU Jasa Konstruksi No.18 tahun 2001 dan PP yang berlaku.

6. Konsultan Perencana diwajibkan membuat buku Pedoman perawatan Gedung Kegiatan ini (

disampaikan kepada Pengguna Anggaran dan Pengendali Kegiatan).

Pasal I.05

PENGAWASAN LAPANGAN

1. Konsultan Pengawas Teknis Pembangunan yang terdaftar dalam Daftar Rekanan Mampu

(DRM) yang telah disusun oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah,

dalam hal ini akan ditentukan kemudian oleh Pengguna Anggaran.

2. Tugas Konsultan Pengawas adalah mengawasi Pekerjaan sesuai gambar Bestek/RKS dan

perubahan- perubahan dalam berita acara Aanwijzing selama pelaksanaan sampai dengan

serah terima pekerjaan ke I dan masa pemeliharaan sampai serah terima pekerjaan ke II.

3. Pengawasan lapangan tidak dibenarkan merubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan

sebelum mendapat ijin tertulis dari Pengguna Anggaran dan Pengendali Kegiatan.

4. Bilamana Pengawas lapangan menjumpai kejanggalan-kejanggalan dalam pelaksanaan atau


83
menyimpan dari bestek, supaya segera memberitahukan secara tertulis kepada Pengguna

Anggaran dan Pengendali Kegiatan.

5. Kelalaian akibat Pengawas menjadi resiko konsultan Pengawas.

6. Pengawas terikat UU Jasa Konstruksi No.18 tahun 2001 dan PP yang berlaku.

7. Konsultan Pengawas diwajibkan menyusun rekaman pengawasan selama pelaksanaan

berlangsung 0% sampai dengan serah terima pekerjaan ke II dan disampaikan kepada

Pengguna Anggaran dan Pengendali Kegiatan.

Pasal I. 06

CALON PEMBORONG / KONTRAKTOR

1. Perusahaan yang berstatus Badan Hukum yang usaha pokoknya adalah melaksanakan

pekerjaan pemborong bangunan yang memenuhin syarat-syarat bonafiditas dan kwalitas

menurut Panitia Pengadaan Jasa Konstruksi yang ditunjuk oleh Kepala Dinas ( Pengguna

Anggaran ) untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan gedung tersebut setelah

memenangkan lelang ini.

2. Rekanan yang diundang oleh Panitia Pengadaan Jasa Konstruksi.

3. Pengundangan Kontraktor / Rekanan harus dengan memperhatikan peraturan yang berlaku.

Pasal I.07

PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING)

1. Pemberian penjelasan (Aanwijzing) akan diadakan pada :

1. Hari :

2. Tanggal :

3. Waktu :

4. Tempat : Ruang Rapat Kantor Disperindag Propinsi Jateng

2. Bagi mereka yang tidak mengikuti/menghadiri Aanwijzing tidak tetap diperbolehkan

84
mengikuti pelelangan.

3. Berita acara pemberian penjelasan (Aanwijzing) dapat diambil pada :

1. Hari :

2. Tanggal :

3. Waktu :

4. Tempat : Kantor Disperindag Propinsi Jawa Tengah

Pasal I. 08

PELELANGAN

1. Pelelangan akan dilaksanakan sesuai keputusan Presiden No.16 tahun 1994 serta perubahan

saat pelelangan.

2. Pemasukan surat penawaran paling lambat pada :……………………….2005, Jam

:……………..WIB.

3. Pembukaan surat-surat penawaran akan dilakukan oleh Panitia lelang dihadapan Rekanan,

pada :……………………..2005, Jam :…………………..WIB.

4. Wakil Rekanan yang mengikuti/ menghadiri pelelangan harus membawa syrat kuasa

bermeterai Rp.6.000,-- dari Direksi Rekanan dan bertanggung jawab penuh.

Pasal I.09

SAMPUL SURAT PENAWARAN

1. Sampul surat penawaran berukuran A4 sesuai dokumen ± 25 x 40 cm berwarna putih dan

tidak tembus baca.

2. Sampul surat penawaran yang sudah terisi surat penawaran lengkap dengan lampiran-

lampirannya supaya ditutup, dan diberi lak 5 (lima) tempat dan tidak boleh diberi kode cap

85
cincin atau cap perusahaan dan kode lain.

3. Sampul penawaran di sebelah kiri atas dan di sebelah kanan bawah supaya ditulis (periksa

contoh surat penawaran).

4. Alamat sampul seperti tertulis digambar dibawah bisa ditempel huruf besar langsung pada

kertas sampulnya.

5. Sampul surat penawaran dibuat sendiri oleh pemborong, ukuran sesuai contoh.

Pasal I. 10

SAMPUL SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH

Sampul surat penawaran yang tidak sah dan dinyatakan gugur bilamana :

1. Sampul surat penawaran dibuat menyimpang dari atau tidak sesuai dengan syarat – syarat.

2. Sampul surat penawaran terdapat nama atau terdapat hasil penawarannya atau terdapat

juga tanda-tanda lain di luar syarat-syarat yang telah ditentukan.

Pasal I. 11

PERSYARATAN PENAWARAN

1. Penawaran yang diminta adalah penawaran sama sekali lengkap menurut gambar, ketentuan-

ketentuan RKS serta berita acara aanwijzing

2. Surat penawaran, surat Pernyataan, daftar RAB, Daftar harga satuan Bahan dan Upah kerja,

Daftar Analisa Pekerjaan dan daftar harga Satuan Pekerjaan halaman supaya dibuat di atas

kertas kop nama perusahaan (pemborong) dan harus ditanda tangani oleh Direktur Rekanan

yang bersangkuatan dan di bawah tanda tangan supaya disebutkan nama terang dan cap

perusahaan.

3. Bilamana surat penawaran tidak ditandatangani oleh Direktur Pemborong sendiri harus

86
dilampiri :

a. Surat kuasa dari Direktur Pemborong yang bersangkutan bermaterai Rp. 6000,- diberi

tanggal dan cap perusahaan terkena pada meterai tersebut.

b. Foto copy akte pendirian berbadan hukum.

4. Surat penawaran supaya dibuat rangkap 3 (tiga) lengkap dengan lampiran-lampirannya dan

surat penawaran yang asli diberi materai Rp. 6000,- dan materai supaya diberi tanggal terkena

tanda tangan dan cap perusahaan.

5. Surat penawaran termasuk lampiran-lampiran supaya dimasukkan ke dalam satu amplop

sampul surat penawaran yang tertutup.

6. Penawaran berisi :

1. Surat Penawaran

2. Lampiran :

a. RAB

b. Harga satuan

c. Analisa

d. Harga Upah dan Bahan

e. Jaminan Penawaran yang berbentuk copy (asli diserahkan ) dari Bank

Pemerintah atau lembaga Keuangan yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan

sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

3. Dokumen Teknis

a. Tatakala / Time Schedule

b. Daftar Personil

c. Data peralatan

d. Data pengalaman perusahaan

e. Metode pelaksanaan

4. Dokumen Adminnistrasi

87
a. Melampirkan Daftar isian Pasca Prakualifikasi

b. Pakta Integritas

7. Bagi Pemborong yang sudah memasukkan surat penawaran, tidak dapat mengundurkan diri

dan terikat untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut, bilamana pekerjaan

diberikan kepadanya menurut penawaran yang diajukan.

Pasal I.12

SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH

Surat yang tidak sah dan dinyatakan gugur bilamana ;

1. Surat penawaran yang tidak dimasukkan dalam sampul tertutup.

2. Surat penawaran, surat pernyataan dan daftar RAB tidak dibuat di atas kertas kop Rekanan

yang bersangkutan.

3. Surat penawaran tidak ditanda tangani si penawar.

4. Harga penawaran yang tertulis dengan angka tidak sesuai dengan yang tertulis dengan huruf.

5. Surat penawaran asli tidak bermeterai Rp.6000,- tidak diberi tanggal dan tidak terkena tanda

tangan penawar/tidak ada cap perusahaan.

6. Tidak jelas besarnya jumlah penawaran baik yang tertulis dengan angka maupun huruf.

7. Terdapat salah satu lampiran yang tidak ditanda tangani oleh penawar dan tidak diberi cap

dari Rekanan.

8. Surat penawaran dari Rekanan yang tidak diundang.

9. Surat penawaran yang tidak lengkap lampiran-lampirannya.

10. Penawaran yang disampaikan dilihat batas waktu yang ditentukan

Pasal I. 13
88
CALON PEMENANG

1. Apabila harga dalam penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas ketentuan mengenai

harga satuan (harga standard) yang telah ditetapkan serta telah sesuai dengan ketentuan yang

ada, maka panitia menetapkan 3 (tiga) peserta yang telah memasukkan penawaran yang

paling menguntungkan Negara dalam arti :

a. Penawaran harga yang ditawarkan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Penawaran tersebut adalah yang terendah diantara penawaran yang memenuhi syarat

seperti tersebut diatas.

2. Jika dua peserta atau lebih mengajukan harga mempunyai kemampuan dan kecakapan yang

terbesar. Jika bahan-bahan untuk menentukan pilihan tersebut tidak ada maka penilaiannya

dilakukan dengan penilaian kembali, hal mana harus dicatat dalam berita acara.

3. Panitia membuat laporan kepada pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai

penetapan calon pemenang laporan tersebut disertai usulan serta penjelasan tambahan dan

keterangan lain yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil

keputusan.

4. Aspek teknis, administrasi dan harga.

Pasal I. 14

PENETAPAN PEMENANG

Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Panitia, pejabat yang berwenang menerapkan

pemenang pelelangan dan cadangan pelelangan diantara calon yang ditentukan oleh Panitia dan

Keputusan Panitia tidak dapat diganggu gugat.

89
Pasal I. 15

PENGUMUMAN PEMENANG

1. Penetapan pemenang lelang diputuskan oleh pejabat yang berwenang.

2. Pengumuman pemenang dilakukan oleh panitia setelah ada penetapan pemenang pelelangan

yang berwenang.

3. Kepada rekanan yang berkebaratan atas penetapan pemenang pelelangan diberikan

kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada atasan yang bersangkutan

selambat-lambatnya dalam waktu 4 hari kerja setelah diterimanya pengumuman penetapan

pemenang.

4. Sanggahan hanya dapat diajukan terhadap pelaksanaan prosedur pelelangan, jawaban

terhadap sanggahan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya 4 hari kerja setelah

diterimanya sanggahan tersebut.

5. Sanggahan tertulis ditujukan kepada :

a. Pengguna Anggaran

b. Panitia Pengadaan Jasa Konstruksi

Pasal I. 16

PELELANGAN ULANG

Lelang dibatalkan bilamana :

1. Diantara rekanan yang diundang dan mengikuti Aanwijzing dan mengajukan penawaran yang

sah kurang dari 3 (tiga).

2. Penawaran melampaui anggaran yang tersedia.

3. Harga-harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar.

4. Sanggahan dari rekanan ternyata benar

5. Berhubungan dengan pelbagai hal tidak mungkin mengadakan penetapan.

90
6. Dalam pelelangan dinyatakan gagal atau pemenangnya yang ditunjuk mengundurkan diri atau

urutan pemenang kedua tidak bersedia ditunjuk, maka panitia pelangan atas permintaan

kepala kantor satuan kerja, atau pemimpin kegiatan akan mengadakan pelelangan ulang.

Pasal I. 17

PEMBERIAN ATAU PELULUSAN PEKERJAAN

1. Pengguna Anggaran akan memberikan pekerjaan kepada rekanan yang penawarannya pantas,

wajar dan menguntungkan Negara serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. SPK akan diberikan kepada rekanan yang telah ditunjuk dalam waktu paling lambat 10 hari

kerja setelah pemberitahuan pengumuman penetapan pemenang pelelangan.

3. Rekanan diperkenankan mulai bekerja setelah diterbitkannya SPK sekaligus memberikan

jaminan pelaksanaan.

Pasal I. 18

PELAKSANA PEMBORONG

1. Bilamana akan dimulai di lapangan, pihak Pemborong supaya memberitahukan secara tertulis

kepada Pemberi Tugas.

2. Pemborong supaya menempatkan seorang kepala pelaksana yang ahli (S1 Sipil) dan diberi

kuasa oleh Direktur Pemborong untuk bertindak atas namanya.

3. Kepada Pelaksana yang diberi kuasa penuh harus selalu ditempat pekerjaan agar pekerjaan

dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang telah ditugaskan oleh direksi.

4. Kepala Pelaksana supaya yang berpengalaman dalam pekerjaan gedung bertingkat dan

pembantu-pembantunya minimal memahami bestek dan mengerti gambar.

Pasal I. 19
91
SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN

Pekerjaan harus dikerjakan menurut :

1. RKS dan gambar-gambar kerja/gambar detail secara menyeluruh untuk kegiatan ini.

2. RKS dengan segala perubahan–perubahan dalam Aanwijzing (Berita Acara

Aanwijzing).

3. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis dari Pengguna Anggaran/Pengelola Kegiatan.

4. Lapangan/lahan yang tersedia.

Pasal I. 20

PENETAPAN UKURAN DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN

1. Pemborong harus bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan menurut ukuran-ukuran yang

tercantum dalam gambar dan bestek.

2. Pemborong berkewajiban mencocokkan ukuran satu sama lain dan apabila ada perbedaan

ukuran dalam gambar dan RKS segera dilaporkan kepada Pemberi Tugas/Manajemen

Konstruksi lapangan.

3. Bilamana ternyata terdapat selisih atau perbedaan ukuran dalam gambar dan RKS, maka

petunjuk pemberi tugas yang dijadikan pedoman.

4. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan-perubahan, maka pemborong

tidak berhak minta ongkos kerugian kecuali bilaman pihak pemborong dapat membuktikan

bahwa dengan adanya perubahan-perubahan tersebut pemborong menderita kerugian.

5. Bilamana dalam pelaksanaan pekerjaan diadakan perubahan-perubaha, maka perencana harus

membuat gambar perubaha (refisi) dengan tanda garis berwarna di atas gambar aslinya.

Kesemuanya atas biaya perencana, gambar perubahan tersebut harus disetujui oleh Pemberi

Tugas (tertuang dalam berita acara perubahan pekerjaan).

92
6. Di dalam pelaksanaan., Pemborong tidak boleh menyimpang dari ketentuan RKS dan ukuran-

ukuran gambar, kecuali seizin dan sepengetahuan pemberi tugas.

Pasal I. 21

PENJAGAAN DAN PENERANGAN

1. Pemborong harus mengurus penjagaan di luar jam kerja (siang dan malam) dalam kompleks

pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lain-lain.

2. Untuk kepentingan keamanan dan penjagaan perlu diadakan penerangan/lampu pada tempat

tertentu, satu sama hal lain tersebut atas kehendak Direksi.

3. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat lainnya yang disimpan

dalam gudang dan halaman pekerjaan, apabila terjadi kebakaran dan pencurian, maka harus

segera mendatangkan gantinya untuk kelancaran pekerjaan.

4. Pemborong harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran sabotase di tempat pekerjaan,

alat-alat kebakaran atau alat-alat bantu lain untuk keperluan yang sama harus selalu berada di

tempat pekerjaan.

5. Segala resiko dan kemungkinan kebakaran yang menimbulkan kerugian dalam pelaksanaan

pekerjaan dan bahan-bahan materi juga gudang dan lain-lain sepenuhnya.

Pasal I. 22

KESEJAHTERAAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Bilamana terjadi kecelakaan, Pemborong harus segera mengambil tindakan penyelamatan dan

segera memberitahukan kepada pemberi tugas.

2. Pemborong harus memenuhi atau mentaati peraturan-peraturan tentang perawatan korban dan

keluarganya.

3. Pemborong harus menyediakan obat-obatan yang tersusun menurut syarat-syarat palang

93
merah.

4. Pemborong selain memberikan pertolongan kepada pekerjanya, juga selalu memberikan

bantuan pertolongan kepada pihak ketiga dan menyediakan air minum yang memenuhi syarat

kesehatan.

5. Pemborong diwajibkan mentaati undang-undang keselamatan kerja.

Pasal I. 23

PENGGUNAAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN

1. Bahan-bahan bangunan yang dipakai diutamakan hasil produksi dalam negeri kwalitas baik.

2. Harus diperhatikan syarat-syarat dan mutu barang dan jasa yang bersangkutan.

3. Semua bahan-bahan bangunan untuk pekerjaan ini sebelum dipergunakan harus mendapat

persetujuan dari pengguna Anggaran/pengawas terlebih dahulu dan harus berkwalitas baik.

4. Semua bahan-bahan bangunan yang telah dinyatakan oleh pengendali kegiatan tidak dapat

dipakai (afkir) harus segera disingkirkan jauh-jauh dari tempat pekerjaan dalam tempo 24

jam dan hal ini menjadi tanggung jawab rekanan.

5. Bilamana pemborong melanjutkan pekerjaan dengan bahan-bahan bangunan yang telah

diafkir, maka pemimpin kegiatan/pengawas berhak untuk memerintah membongkar dan harus

mengganti dengan bahan-bahan yang memenuhi syarat-syarat atas resiko/tanggung jawab

pemborong.

6. Bilamana Pemimpin kegiatan/ Pengelola kegiatan sangsi akan mutu bahan/ kwalitas bahan

bangunan yang akan digunakan, pemimpin kegiatan/ pengelola kegiatan berhak meminta

kepada pemborong untuk memeriksakan bahan– bahan bangunan tersebut pada laboratorium

bahan-bahan bangunan.

94
Pasal I. 24

KENAIKAN HARGA DAN FORCE MAJEURE

1. Semua kenaikan harga akibat kebijaksanaan pemerintah Republik Indonesia dibidang

moneter yang bersifat nasional dapat mengajukan klaim sesuai dengan keputusan pemerintah

dan pedoman resmi dari pemerintah Republik Indonesia.

2. Semua kenaikan harga yang bersifat biasa tidak dapat mengajukan klaim.

3. Semua kerugian akibat force majeure berupa bencana alam antara lain; gempa bumi, angin

topan, hujan lebat, pemberontakan, perang dan lain-lain, kejadian

tersebut dapat dibenarkan oleh pemerintah, bukan menjadi tanggungan

Pemborong.

4. Apabila terjadi force majeure, pihak rekanan harus memberitahukan kepada pemimpin

kegiatan/pengelola kegiatan secara tertulis paling lambat 24 jam demikian pula bila force

majeure.

Pasal I. 25

ASURANSI

Pemborong harus mengasuransikan semua tenaga kerja yang bekerja di kegiatan ini ke PT.

Jamsostek, ternasuk tenaga dari team Teknis, Konsulatan Perencana dan Konsultan Pengawas

yang namanya tercamtum dalam Struktur Organisasi ini.

Pasal I. 26

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

95
Perselisihan akan diselesaikan menurut aturan/ketentuan yang lazim berlaku, sedangkan tata

caranya diatur kemudian dalam kontrak.

Pasal I. 27

URAIAN MENGENAI RKS DAN GAMBAR

1. Disamping peraturan-peraturan umumyang disebut dalam pasal I. 01.

2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) beserta gambar-gambarnya berlaku sebagai dasar

pedoman/ketentuan untuk melaksanakan pekerjaan ini.

3. Gambar-ganbar yang ikut disertakan akan juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

RKS ini.

4. Kontraktor wajib untuk mengadakan perhitungan kembali atas segala ukuran-ukuran dimensi

konstruksi apabila ukuran-ukuran yang ditentukan dalam spesifikasi/gambar meragukan

kontraktor. Dalam hal ini Kontraktor diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan

melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Penawas dengan persetujuan Pemberi

Tugas.

5. Bila terdapat perbedaan :

a. Antara gambar dan ketentuan RKS, Surat/Surat Penawaran maka Pemberi Tugas dapat

memutuskan pekerjaan dengan volume pekerjaan harga pekerjaan/kwalitas bahan material

yang tinggi.

b. Surat perjanjian Pemborong didahulukan atas RKS.

c. RKS didahulukan atas gambar serta perubahan sebagaimana Berita Acara Aanwijzing,

Berita Acara Aanwijzing didahukan atas RKS dan Gambar.

d. Gambar beserta detail dan tambahan atau perubahan yang tercantum dalam Berita Acara

Aanwijzing didahulukan atas Surat Penawaran.

e. Jika pekerjaan tidak terdapat dalam RKS, tetapi terdapat dalam gambar maka yang

96
terakhir ini berlaku penuh demikian pula sebaliknya.

6. Perbedaan antara gambar dan RKS maupun perubahan yang ditentukan pada waktu

pelaksanaan berlangsung. Kontraktor diwajibkan menaati keputusan

Konsultan Pengawas yang diberikan secara tertulis di mana dijelaskan juga kemungkinan

adanya pekerjaan tambah/kurang.

7. Apabila ada perbedaan gambar dalam yang satu dengan yang lain, maka Pemberi Tugas dapat

menetapkan yang lebih besar volume/harga kwalitas/ukuran.

8. Kontraktor wajib membuat gambar kerja, sebelum memulai sesuatu pekerjaan yang

khusus dan harus dimintakan persetujuan Konsultan Pengawas.

9. Dalam hal kontraktor meragukan ketentuan-ketentuan yang tercamtum dalam dokuman

pelaksanaan, maka kontraktor wajib berkonsultasi dengan konsultan Perencana atau

Pengawas.

10. Untuk menghindari kesalahan dalam memedomani gambar-gambar pelaksanaan, maka

kontraktor untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan di lapangan sama sekali tidak

diperkenankan memperbanyak gambar dengan cara apapun: seperti menyalin kembali gambar

pada kalkir atau kertas lainnya, mengopy dengan cara apapun. Jika Pelaksana Kontraktor

memerlukan copy gambar maka copy tersebut hanya dapat dikeluarkan melalui Konsultan.

Seluruh akibat terhadap pelanggaran yang tersebut di atas, akan menjadi tanggung jawab

Kontraktor sepenuhnya.

Pasal I. 28

LAIN-LAIN

1. Hal-hal yang belum tercantum dalam RKS ini akan dijelaskan di dalam

Aanwijzing

2. Sarat penawaran / RAB supaya dibuat seperti contoh terlampir.

3. Bilamana jenis pekerjaan yang telah tercantum di dalam contoh daftar RAB ternyata terdapat
97
kekurangannya tersebut dapat ditambahkan menurut pos-posnya dengan cara menambah

huruf alphabet pada nomor terakhir dari pos yang bersangkutan, misalnya pos persiapan

nomor terakhir 4, maka perubahannya tidak nomor 5, tetapi nomor 4a, 4b dan seterusnya.

4. Surat permohonan IMB (jika diperlukan) dari Pemberi Tugas, sedang pengurusan dan

pembiayaannya kepada Pemborong dan dilaksanakan segera setelah dilakukan

penandatanganan.

5. Segala kerusakan yang timbul akibat pelaksanaan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6. BQ tidak mengikat.

7. Apakah ada saat pengajuan penawaran ada ketidak benaran data / informasi sejak dimulainya

proses pelelangan ini, maka Panitia/ Pimpinan Kegiatan akan menjatuhkan sanksi.

8. Bentuk dan jenis sanksi akan ditentukan oleh Penitia Lelang / Pimpinan Kegiatan.

9. Ketentuan atau ketetapan lain di dalam pelaksanaan proses pelelangan ini merupakan hak dan

wewenang Panitia Lelang/ Pimpinan Kegiatan.

4.2 SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI

Pasal II. 01

JAMINAN LELANG

1. Jaminan Penawaran (tender garansi) berupa surat jaminan Bank milik pemerintah atau Bank

Umum lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, 24 Februari 1988. Nomor : 205 / KMK /

013 / 1988 sebesar 1 – 3 % dari harga penawarn. Sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta

rupiuah).

2. Bagi Pemborong yang mendapat pekerjaan, tender Garansi diberikan diberikan kembali pada

saat jaminan pelaksanaan diterima oleh Pengguna Anggaran/ pemberi tugas, sedang jangka

waktu garansi selama 2 (dua) bulan ditujukan khusus untuk kegiatan yang bersangkutan,

Kepada Kepala Disperindag Propinsi Jawa Tengah.

3. Bagi rekanan yang tidak mendapatkan pekerjaan, tender garansi dapat diambil setelah adanya
98
Penetapan Pemenang, yang mendapatkan pekerjaan, tender garansi dapat diambil setelah

dikeluarkannya SPMK, dan telah memberikan jaminan pelaksanaan.

Pasal II. 02

JAMINAN PELAKSANAAN

1. Jaminan Pelaksanaan ditetapkan sebesar 5 % (lima persen) dari nilai kontrak.

2. Jaminan Pelaksanaan diterima oleh pemberi tugas pada saat penandatanganan surat perjanjian

Pemborongan.

3. Jaminan Pelaksanaan dapat dikembalikan bilamana pekerjaan sudah diserahkan pertama

kalinya dan diterima dengan baik oleh Pengguna Anggaran.

Pasal II. 03

RENCANA KERJA (TIME SCHEDULE)

1. Pemborong harus membuat Rencana Kerja Pelaksanaan kerja berupa Time Schedule dan

kurva S yang disetujui oleh Pemberi Tugas atau Pengawas Lapangan selambat-lambatnya

satu minggu setelah SPK diterbitkan, serta daftar nama pelaksanan dan struktur organisasi

pelaksanaan yang ditandatangani Direktur, diserahkan untuk menyelesaikan proyek ini.

2. Pemborong diwajibkan melaksanakan pekerjaan menurut Rencana Kerja tersebut.

3. Rekanan tetap bertanggungjawab atas penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya.

Pasal II.04

LAPORAN HARIAN DAN MINGGUAN

1. Konsultan Pengawas tiap minggu diwajibkan membuat dan mengirimkan laporan kepada
99
Pemberi Tugas mengenai prestasi pekerjaan yang dilegalisir oleh yang berwenang.

2. Penilaian prestasi kerja atas dasar pekerjaan yang sudah dikerjakan, tidak termasuk adanya

bahan-bahan pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran uang oleh Pemborong.

Pasal II. 05

PEMBAYARAN

1. Pembayaran akan dilaksanakan dan atau akan diatur kemudian dalam kontrak.

2. Tiap pengajuan pembayaran angsuran harus disertai berita acara pemeriksaan pekerjaan dan

dilampiri dafatr hasil opname pekerjaan foto-foto dokumentasi dalam album.

Pasal II.06

SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN (KONTRAK)

1. Surat perjanjian pemborongan (kontrak) seluruhnya dibubuhi materai Rp. 6000,- atas biaya

pemborong.

2. Surat perjanjian pemborong (kontrak) dibuat rangakap 12 (dua belas) atas biaya pemborong.

3. Konsep kontrak dibuat oleh Pemberi Tugas, sedangkan lampiran dan seluruh kontrak

disiapkan oleh Pemborong antara lain :

a. Suart undangan

b. Bestek dan RKS

c. Berita Acara Aanwijzing

d. Berita Acara Pembukuan Surat Penawaran

e. Berita Acara Evaluasi

f. SPK (Gunning)

g. Surat Penawaran
100
h. Daftar RAB

i. Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah Kerja

j. Daftar Analisa Satuan Pekerjaan

k. Daftar Harga Satuan Pekerjaan

l. Time Schedule

m. Surat kesanggupan bermeterai Rp.6000,-

1) Untuk mengadakan jaminan pelaksanaan

2) Untuk bekerjasama dengan pengusaha golongan ekonomi lemah setempat

3) Surat kesanggupan tunduk pada pereturan yang berlaku dan Perda

4) Untuk mengasuransikan tenaga kerja ke PT. Jamsostek

5) Untuk memperbaiki segala kerusakan akibat pelaksanaan selama berlangsungnya

pekerjaan.

6) Untuk mengadakan voonfinanciering.

n. Foto copy akte pendirian Perusahaan Dan Perubahannya

o. Foto copy NPWP dan PKP nyang masih berlaku

p. Foto copy SIUJK dari Kanwil Departemen PU yang masih berlaku.

q. Foto copy neraca perusahaan terakhir bermeterai Rp.6.000,-

r. Foto copy tender garansi dari Bank Pemerintah atau Bank lain yang telah disetujui oleh

Menteri Keuangan RI, dan masih berlaku dua bulan dari tanggal lelang

s. Tender garansi asli diserahkan kepada Pemegang Kas kegiatan pada saat pelelangan

t. Foto copy anggota Gapensi/ AKI yang masih berlaku.

u. Foto copy referensi Bank Pemerinatah khusus untuk tender kegiatan ini.

v. Daftar nama personalia yang ditetapkan dalam kegiatan ini.

w. Daftar peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini.

x. Daftar nama pelaksana yang akan ditunjuk dalan pelaksanaan ini.

y. Gambar pelaksanaan terdiri dari 6 (enam) ganda gambar komplit, dan 14 (empat belas)

101
ganda gambar pokok.

z. Foto copy jaminan pelaksanaan.

Semua lampiran lampiran masuk dalam kontrak

Pasal II.07

PERMULAAN PEKERJAAN

1. Selambat-lambatnya dalam waktu satu minggu terhitung dari SMPK (Gunning) dikeluarkan

dari Pemberi Tugas, pekerjaan harus sudah dimulai.

2. Bilamana ketentuan seperti diatas tidak dipenuhi, maka jaminan pelaksanaan dinyatakan

hilang dan menjadi milik Pemerintah.

3. Apabila akan memulai pekerjaan, Pemborong wajib memberitahukan secara tertulis kepada

Pemberi Tugas.

4. Pemborong wajib melakukan pemotretan dari 0 % sampai 100 % dan dicetak menurut

petunjuk dari Konsultan Pengawas.

Pasal II. 08

PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 170 (seratus tujuh puluh) hari kalender termasuk

hari minggu, hari besar dan hari raya.

2. Pekerjaan dapat diserahkan pertama kalinya bilamana pekerjaan sudah selesai 100 % dan

dapat diterima denagn baik oleh Pemberi Tugas dengan disertai Berita Acara dan dilampiri

daftar kemajuan pekerjaan, pada penyerahan pertama untuk pekerjaan ini, keadaan bangunan

serta halaman harus dalam keadaan rapi dan bersih.

3. Dalam memudahkan suatu penelitian sewaktu diadakan suatu pemeriksaan teknis dalam

102
penyerahan ke 1 (pertama) maka surat permohonan pemeriksaan teknis yang diajukan kepada

Direksi supaya dilampiri :

a. Daftar kemajuan pekerjaan 100% ditanda tangani pengawas lapangan dan diketahui oleh

Pemborong.

b. Satu (1) album berisi foto berwarna yang menyatakan prestasi kerja 100%.

c. Khusus untuk ukuran foto yang 10 R supaya diambil yang baik.

4. Surat permohonan pemeriksaan teknis dikirim kepada Pemimpin Kegiatan harus sudah

dikirimkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum batas waktu penyerahan pertama

kalinya berakhir.

5. Dalam penyerahan pekerjaan pertama kalinya bilamana terdapat pekerjaan instalasi listrik,

maka pihak pemborong harus menunjukkan kepada proyek surat pernyataan bahwa instalasi

listrik tersebut telah terdaftar di PLN dengan meterai Rp. 6000,-

Pasal II.09

MASA PEMELIHARAAN (ONDERHOUD TERMIJN)

1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 6 bulan (180) hari kalender terhitung sejak penyerahan

pertama.

2. Bilamana dalam masa pemeliharaan (Onderhoud terjmin) terjadi kerusakan akibat kurang

sempurnanya dalam pelaksanaan atau kurang baiknya mutu bahan-bahan yang digunakan,

maka pemborong harus segara memperbaiki dan menyempurnakannya kembali setelah pihak

pemborong diperingatkan atau diberitahukan yang pertama kalinya secara tertulis oleh

Pengguna Anggaran dan Pengendali Kegiatan.

Pasal II.10

PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN


103
1. Surat permohonan waktu penyerahan pertama yang diajukan kepada pemberi tugas harus

sudah diterima selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum batas waktu penyerahan

pertama kalinya berakhir dan surat tersebut supaya dilampiri :

a. Data yang lengkap.

b. Time Schedule baru yang sudah disesuaikan dengan sisa pekerjaan.

2. Surat Permohonan Perpanjangan Waktu Penyerahan tanpa data yang lengkap tidak akan

dipertimbangkan.

3. Permintaan Perpanjangan Waktu Penyerahan pekerjaan yang mana dapat diterima oleh

Pemberi Tugas bilamana :

a. Adanya pekerjaan tambahan atau pengurangan (meer of minderwerk) yang tidak dapat

dielakkan lagi setelah atau sebelum kontrak ditandatangani oleh kedua belah pihak

yang dinyatakan dalam Berita Acara.

b. Adanya Surat Perintah tertulis oleh Pemberi Tugas tentang pekerjaan tambahan.

c. Adanya perintah tertulis dari Pengguna Anggaran dan Pengendali Kegiatan, pekerjaan

untuk sementara waktu dihentikan.

d. Adanya force majeure (bencana alam, gangguan keamanan, pemogokan, perang)

kejadian mana ditangguhkan oleh yang berwenang.

e. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus di tempat pekerjaan secara langsung

mengganggu pekerjaan yang dilaporkan oleh Konsultan Pengawas.

f. Pekerjaan tidak dapat dimulai tepat pada waktu yang telah ditentukan karena lahan yang

akan dipakai untuk bangunan masih ada masalah.

Pasal II.11

SANKSI / DENDA (PASAL 49 AV)


104
1. Bilamana batas waktu penyerahan pekerjaan pertama kalinya dilampaui/tidak dipenuhi, maka

pemborong dikenakan denda/diwajibkan membayar denda sebesar 1 0/00 (satu permil) tiap

hari, dengan denda maksimal 5 % dari nilai kontrak. Uang denda harus dilunaskan padawaktu

pembayaran angsuran (termijn) penyerahan kesatu (I).

2. Menyimpang dari Pasal 49A V terhadap segala kelainan mengenai peraturan atau tugas yang

tercantum dalam ketetapan ini, maka sepanjang bestek ini

tidak ada ketetapan denda lainnya, pemborong dapat dikenakan denda sebesar 1 0/00 (satu

permil) tiap terjadi kelainan dengan tidak diperlukan suatu pengecualian.

3. Bilamana terjadi perintah untuk mengerjakan pekerjaan tambahan dan tidak disebutkan

jangka waktu pelaksanaannya, maka jangka waktu pelaksanaan tidak akan diperpanjang.

Pasal II.12

PEKERJAAN TAMBAHAN DAN PENGURANGAN

1. Harga pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi Tugas/Pimpinan

Kegiatan/Pengelola Kegiatan, pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan.

2. Sebelum pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan kepada Pemberi

Tugas agar diperhitungkan pembayarannya.

3. Untuk memperhitungkan pekerjaan tambah – kurang harga satuan yang telah dimasukkan

dalam daftar penawaran/kontrak.

4. Bilamana harga satuan belum tercantum dalam surat penawaran yang diajukan, maka akan

diselesaikan secara musyawarah.

Pasal II.13

DOKUMENTASI

1. Sebelum pekerjaan dimulai, keadaan lapangan atau tempat pekerjaan masih 0 % supaya

105
diadakan pemotretan di tempat yang dianggap penting menurut pertimbangan Direksidengan

ukuran 9 x 14 cm sebanyak 4 set berwarna.

2. Setiap permintaan pembayaran termijn (angsuran) dan penyerahan pertama harus diadakan

pemotretan yang menunjukkan prestasi pekerjaan (minimum dari 5 jurusan) masing-

masing menurut pengajuan termijn dengan ukuran 9 x 14 cm sebanyak 3 set berwarna.

(pembidikan dari titik tetap), pada penyerahan

pertama, pemborong harus mendak dan foto 10 R sejumlah 5 buah dan sudah dipigur.

Pasal II.14

PENDAFTARAN GEDUNG PEMERINTAH

Konsultan pengawas diwajibkan untuk membantu pengelolaan kegiatan menyelesaikan

pendaftaran gedung-gedung Negara untuk mendapatkan himpunan daftar nama dari Direktorat

Tata Bangunan di Jakarta :

1. Gambar situasi sesuai dengan pelaksanaan skala 1:500 sebanyak 8 exemplar.

2. Gambar situasi sesuai dengan pelaksanaan skala 1:200 sebanyak 8 exemplar.

3. Daftar perhitungan luas bangunan luar dan dalam.

4. Foto copy ijin bangunan sebanyak 8 exemplar

5. Akte/ Keterangan tanah sebanyak sebanyak 8 exemplar

6. Kartu/ legger sebanyak 8 exemplar

7. Foto pemasangan instalasi listrik sebanyak 8 exemplar

8. Surat pernyataan dari instalatur bahwa pemasangan sudah 100 % selesai, sebanyak 8

exemplar

9. As built drawing

10. Foto copy kontrak dan berita acara penyerahan ke 1 dan 2

106
Pasal II.15

PENCABUTAN PEKERJAAN

1. Pemberi Tugas berhak membatalkan atau mencabut pekerjaan dari tangan pemborong apabila

ternyata pihak pemborong telah menyerahkan pekerjaan seluruhnya atau sebagian kepada

pemborong lain semata-mata hanya mencari keuntungan saja dari pekerjaan tersebut.

2. Pada pengabutan pekerjaan tersebut, pemborong hanya dapat dibayar untuk pekerjaan yang

telah selesai dan telah diperiksa serta disetujui oleh Pemberi Tugas sedangkan harga bahan

bangunan yang berad di tempat menjadi resiko pemborong sendiri.

3. Penyerahan bagian-bagian seluruh pekerjaan kepada pemborong lain (onder eanemer) tanpa

izin tertulis dari pihak Pemberi Tugas tidak diizinkan.

Pasal II.16

TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR, CONTOH SURAT PENAWARAN

1. Tanggung jawab Kontraktor :

Rekanan/Kontraktor bertanggung jawab atas bangunan tersebut selama sepuluh tahun sesuai

dengan pasal 1609 KUHP Perdata.

2. Mengurus IMB dengan biaya dari pemborong / Kontraktor , sedang proyek membantu dengan

pengurusan kelengkapan dokumen yang diperlukan.

CONTOH SURAT PENAWARAN :

KERTAS KOP NAMA PERUSAHAAN

Nomor :

Lamp :

Perihal : Surat Penawaran Kepada

107
Pekerjaan ……………………..

Jl. ………………….

SEMARANG

Untuk mengikuti penunjukan langsung terbatas yang di adakan pada hari….tanggal……

bulan….tahun…. dengan mengambil tempat di…….yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ……………….

Jabatan : ……………….

Alamat : ……………….

Berkedudukan : ……………….

Dengan ini menyatakan :

1. Akan tunduk pada pedoman penunjukan langsung untuk pelaksanaan pekerjaan

bangunan-bangunan negara.

2. Mengindahkan syarat-syarat dan keterangan-keterangan di dalam dokumen lelang dan

perubahan-perubahan atau tambahan-tambahan yang tercantum dalam berita acara

aanwijzing, pada tanggal ……..

3. Memperhitungkan pekerjaan pengurangan atau penambahan yang mungkin ada atas dasar

bestek.

4. Penawaran tersebut mengikat sampai pekerjaan selesai sesuai kontrak.

5. Telah menyerahkan surat jaminan penawaran berupa surat jaminan Bank sebesar Rp

…………

6. Penawaran tersebut mengikat sampai pekerjaan selesai sesuai dengan kontrak.

7. Sanggup dan bersedia melaksanakan, menandatangani bahan-bahan bangunan dan

peralatan yang diperlukan untuk :

a. Pekerjaan :

b. Lokasi :

c. Denagn harga borongan : Rp (terbilang)


108
d. Jangka waktu pelaksanaan : ( ) hari kalender

e. Jangka waktu pemeliharaan : selama : ( ) hari

kalender

Semarang, 2004

Hormat Kami,

CV/ PT.

Materai Rp. 6000,-

Cap perusahaan

Nama Terang

Direktur

4.3 SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM

Pasal III.01.

PENJELASAN UMUM

1. Pemberian pekerjaan meliputi :

Mendatangkan, pengolahan pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga kerja,

pengadaan semua alat-alat bantu dan sebagainya. Yang pada umumnya langsung atau

tidak langsung termasuk di dalam usaha penyelesaian dengan baik dan menyerahkan

pekerjaan dengan sempurna dan lengkap.

Juga disini dimaksudkan pekerjaan-pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang walaupun

tidak disebutkan di dalam bestek tetapi masih berada di dalam lingkungan pekerjaan haruskah

dilaksanakan sesuai petunjuk Pengguna Anggaran.

2. Pembangunan yang dilaksanakan ialah :

Pembangunan Gedung 5 (lima) Lantai (Dekranasda) Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Propinsi Jawa Tengah

109
a. Pekerjaan yang dilaksanakan terdiri dari :

1. Pembangunan Gedung Dekranasda Lima Lantai

2. Instalasi non Standart

a. Instalasi dan Panel

b. Tarikan Feder Genset

c. Instalasi Telepon

d. Instalasi Komputer

e. Sound system Gedung

f. Alat Pemadam dan pipa splinker (2 gedung)

3. Sarana dan Fasilitas

a. Penataan sekat ruangan

b. Perapian Delatsi

c. Pembenahan Space Frame Lt.5

d. Pembuatan Pos Jaga (2 buah)

e. Pavingisasi

f. Saluran

g. Landscaping

h. Pembuatan rumah pompa

3. Pekerjaan prasarana

1. Pekerjaan instalasi listrik yang terdiri dari pekerjaan titik lampu, titik stop kontak dan

lampu-lampunya juga dan sub panel, serta stop kontak daya pada semua ruang.

2. Instalasi air bersih dan air kotor termasuk instalasi air bersih untuk halaman.

3. Penyambungan air bersih.

4. Pekerjaan penangkal petir sampai disetujui oleh instansi yang berwenang.

5. Pekerjaan halaman meliputi : saluran air hujan dll.

Pasal III.02
110
TEMPAT KEGIATAN

Pekerjaan ini dilaksanakan di Jalan Pahlawan No.04 Semarang, selanjutnya lokasi/tempat

kegiatan akan ditunjukkan pada waktu aanwijzing.

111

Anda mungkin juga menyukai