Anda di halaman 1dari 6

MDVI Vol. 40 No.

2 Tahun 2013:96-101

Tinjauan Pustaka

ALOPESIA ANDROGENETIK
Lili Legiawati

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


FK Universitas Indonesia /RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

ABSTRAK
Alopesia androgenetik adalah kebotakan rambut yang disebabkan kerentanan folikel rambut terhadap
androgen yang mengakibatkan miniaturisasi. Alopesia androgenetik pada laki-laki sering disebut juga male
pattern hair loss, sedangkan pada wanita disebut female pattern hair loss. Kelainan tersebut merupakan penyebab
kebotakan rambut yang paling sering, mengenai 70% laki-laki dan 40% wanita sepanjang kehidupannya. Pada
folikel rambut terjadi penurunan progresif fase anagen, peningkatan fase telogen, dan miniaturisasi folikel
rambut skalp. Classic pattern baldness pada laki-laki ditandai dengan kemunduran garis rambut pada daerah
dahi, penipisan rambut pada vertex (crown), menyisakan rambut pada bagian tepi skalp. Sangat jarang kondisi
ini berlanjut menjadi kebotakan komplit. Pada wanita ditandai dengan penipisan difus rambut di daerah skalp.
Faktor genetik dan lingkungan berperan penting, namun berbagai etiologi lain masih belum diketahui. Diagnosis
pada laki-laki biasanya ditegakkan secara klinis. Pada wanita diagnosis membutuhkan evaluasi diagnostik yang
lebih kompleks. Kebotakan fase awal dapat diperlambat atau diatasi dengan obat minoksidil dan finasterid yang
sudah direkomendasikan oleh FDA. Pada kebotakan yang sudah lanjut biasanya resisten atau tidak responsif
terhadap terapi medis dan membutuhkan tindakan transplantasi rambut. (MDVI 2013; 40/2:96-101)

Kata kunci: alopesia androgenetik, male pattern hair loss, female pattern hair loss, minoksidil, finasterid

ABSTRACT
Androgenetic alopecia is loss of hair that occurs due to an underlying susceptibility of hair follicles to
androgenic miniaturization. Male androgenetic alopecia also known as male pattern hair loss and female
pattern hair loss has also been termed androgenetic alopecia in women. It is the most common cause of hair
loss and will affect up to 70% of men and 40% of women at some point in their lifetime. It is characterized by
progressive decline in the duration of anagen, an increase in the duration of telogen, and miniaturization of
scalp hair follicles. Men typically present with classic pattern baldness, beginning above both temples, hair
also thin at the crown, often a rim of hair around the sides and rear of the head is left. Very rarely, the
condition may progress to complete baldness. Women normally diffusely thin over the top of their scalps. Both
genetic and environmental factors play a role, and many etiologies remain unknown. The diagnosis can be
usually established based on clinical presentation in men. In women, the diagnosis usually requires more
complex diagnostic evaluation. Early stages of hair loss can be slowed or reversed with medication, with FDA
approved drugs being minoxidil and finasteride. More advanced cases may be resistant or unresponsive to
medical therapy, and require hair transplantation. (MDVI 2013; 40/2:96-101)

Key words: Androgenetic alopecia, male pattern hair loss, female pattern hair loss, minoxidil, finasteride

Korespondensi:
Jl. Diponegoro 71, Jakarta Pusat
Telp/fax. 021 – 31935383
Email: lililegiawati@yahoo.com

96
L Legiawati Alopesia androgenetik

PENDAHULUAN Walaupun testosteron penting untuk terjadinya alopesia


androgenetik, namun diperlukan predisposisi genetik. Pene-
Alopesia androgenetik merupakan kelainan rambut litian pada manusia dewasa kembar ditemukan prevalensi
yang sering ditemukan baik pada laki-laki maupun wanita. 80-90% pada kembar monozigot. Frekuensi lebih tinggi pada
Alopesia androgenetik pada laki-laki sering disebut juga laki-laki yang ayahnya juga menderita alopesia androgenetik.
male pattern hair loss, merupakan kelainan yang androgen- Osborn menyebutkan bahwa alopesia androgenetik diturun-
dependent dan ditentukan secara genetik. Sedangkan pada kan secara autosomal dominan, sedangkan dari hasil evaluasi
wanita sering disebut female pattern hair loss, namun peran terbaru ditemukan bahwa penurunannya secara poligenik.
androgen kurang jelas dibandingkan pada laki-laki.1,2 Dari studi eksperimental diketahui adanya pelepasan faktor
Kelainan tersebut ditandai oleh penurunan secara progresif penghambat pertumbuhan rambut (transforming growth
lamanya fase anagen, yaitu fase pertumbuhan rambut. Di lain factor-β) oleh androgen – stimulated fibroblast dari folikular
pihak terjadi peningkatan fase telogen, dan miniaturisasi papila dermis.1
folikel rambut di daerah skalp, yang berakhir dengan Peran androgen sebagai faktor etiologi pada wanita
regresi folikel rambut.1-3 kurang jelas dibandingkan laki-laki. Sampai saat ini belum
berhasil diidentifikasi adanya lokus genetik yang ber-
hubungan dengan female pattern hair loss. Beberapa pene-
EPIDEMIOLOGI litian menemukan peningkatan kadar androgen bersirkulasi
Walaupun alopesia androgenetik merupakan penyebab dan peningkatan frekuensi sindrom ovarium polikistik pada
tersering hair loss pada wanita dan laki-laki, namun laki- wanita dengan female pattern hair loss yang berkembang
laki lebih sering terkena. Diperkirakan mengenai 35 juta lambat. Pada banyak wanita tidak ditemukan keadaan
laki-laki di Amerika Serikat.3 Kelainan dapat dimulai saat hiperandrogen baik secara laboratoris maupun gambaran
remaja dan makin meningkat seiring dengan pertambahan klinis serta tidak menunjukkan respons terhadap terapi anti
usia. Hampir semua laki-laki Kaukasia mengalami resesi androgen.1
pada garis rambut di daerah frontotemporal pada saat
pubertas. Frekuensi dan keparahan makin meningkat seiring HISTOPATOLOGI
pertambahan usia. Lebih dari 50% laki-laki di atas usia 50
tahun mengalami kebotakan tipe ini dengan berbagai gradasi. Gambaran paling mencolok yang dapat ditemukan
Pada laki-laki Asia insidensnya lebih rendah dibandingkan pada potongan vertikal spesimen biopsi daerah skalp
Kaukasia. 1 adalah berkurangnya rambut anagen terminal yang normal
Seperti halnya pada laki-laki, awitan pada wanita terletak melintasi dermis hingga subkutis. Rambut tersebut
dimulai pada periode pra pubertas, namun ditemukan juga digantikan rambut pseudo-vellus dengan sisa traktus
awitan pada usia menopause. Frekuensi dan keparahan angiofibrotik yang disebut follicular streamer atau stellae.
penyakit meningkat seiring pertambahan usia. 1 Walaupun terdapat penurunan jumlah folikel, namun pada
potongan horizontal banyak ditemukan folikel rambut
pseudo-vellus di dermis pars papilaris. Hal tersebut menun-
ETIOLOGI
jukkan folikel mengalami miniaturisasi, bukan dirusak atau
Alopesia androgenetik pada laki-laki dihubungkan dihancurkan. Rambut pseudo-vellus dibedakan dengan true-
dengan berbagai kondisi medis, yaitu penyakit jantung vellus oleh adanya muskulus erektor pili dan angiofibrotic
koroner, hipertrofi dan kanker prostat, kelainan resistensi streamers. Pada sebagian besar kasus tidak terdapat
insulin (diabetes dan obesitas), serta hipertensi. Alopesia penurunan jumlah folikel dan fibrosis folikular hanya
androgenetik pada wanita dihubungkan dengan peningkatan tampak pada 10% kasus. Terdapat sebukan sel radang
risiko sindrom ovarium polikistik dan penyakit arteri limfohistiositik perifolikular yang jumlahnya bervariasi
koroner.1,3 Penelitian di Finlandia dan penelitian dengan dari sedikit hingga sedang di sekitar infundibulum sampai
otopsi menemukan hubungan antara alopesia androgenetik 2/3 atas folikel. Potongan horizontal berguna untuk diagnosis
dengan gangguan insulin (hipertensi dan diabetes melitus), alopesia androgenetik, karena menunjukkan adanya peru-
pembesaran prostat, penyakit arteri koroner dan sudden bahan rasio rambut terminal berbanding velus dari 6:1
cardiac death. 1 menjadi kurang dari 4:1. Selain itu, rasio rambut anagen
Alopesia androgenetik pada laki-laki berkaitan dengan berbanding telogen berkurang dari 12:1 menjadi 5:1.4,5
androgen. Beberapa hal yang menyokong hal tersebut
adalah pada laki-laki yang dikastrasi sebelum pubertas tidak PATOFISIOLOGI
pernah muncul kelainan alopesia androgenetik. Kebotakan
tidak terjadi pada individu XY yang gagal mengekspresikan Awaya (1997) melaporkan adanya perbedaan kadar
gen reseptor androgen. Proses kebotakan dipengaruhi oleh enzim 5α reduktase tipe I dan II, sitokrom P-450-aromatase
dihidrotestosteron yang memiliki afinitas terhadap reseptor dan reseptor androgen pada folikel rambut wanita dengan
androgen. 1,2 alopesia androgenetik dibandingkan laki-laki dengan alopesia
androgenetik. Sampel diambil dari 24 orang pasien alopesia

97
MDVI Vol. 40 No.2 Tahun 2013:96-101

androgenetik berusia 18-33 tahun dengan melakukan biopsi dan frontal dengan garis frontal masih normal, gambaran
kulit kepala daerah frontal dan oksipital. Baik pada wanita ini mirip dengan kebotakan pada wanita. Kebotakan
maupun laki-laki didapatkan kadar reseptor dan enzim 5 α semacam ini lebih banyak dijumpai pada laki-laki Asia.1
reduktase tipe I dan II lebih tinggi pada folikel rambut Progresivitas male pattern baldness secara umum
daerah frontal dibandingkan oksipital. Reseptor androgen diklasifikasikan oleh Hamilton-Norwood scale, yang ber-
folikel rambut daerah frontal pada wanita 40% lebih rendah kisar dari gradasi I to VII. Pertama kali diperkenalkan oleh
dibandingkan laki-laki pada daerah yang sama. Sitokrom Dr. James Hamilton pada tahun 1950 dan direvisi dan
P450 aromatase pada folikel rambut wanita di daerah frontal diperbaharui oleh Dr. O'Tar Norwood pada tahun 1970.3
6x lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada lokasi yang
sama. Pada folikel rambut wanita didapatkan kadar enzim 5
α reduktase tipe I dan II masing-masing 3-3,5 kali lebih
sedikit dibandingkan pada laki-laki. Perbedaan kadar
reseptor androgen dan steroid-converting enzymes mem-
berikan kontribusi pada perbedaan gambaran klinis alopesia
androgenetika pada wanita dan laki-laki.6

GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS


Diagnosis alopesia androgenetik pada laki-laki biasa-
nya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, khususnya
pasien dengan riwayat kerontokan rambut yang bertahap
pada keluarga.3,5 Pada wanita, biasanya diagnosis membu-
tuhkan evaluasi diagnostik yang lebih kompleks.7 Pada
pemeriksaan mikroskop terdapat peningkatan jumlah rambut
telogen terutama pada daerah frontal dan mahkota (crown/
vertex) kepala. Gambaran rambut distrofik dapat ditemukan
walaupun jarang. Pemeriksaan penunjang berupa trikogram Gambar 1. Skala Hamilton Norwood 8
dapat memberikan data jumlah folikel dan persentase rambut Keterangan gambar 1. Pola kebotakan rambut pada laki-laki diawali
anagen dan telogen.5 dengan resesi bitemporal pada garis rambut
Pada laki-laki pola kebotakan dimulai pada daerah frontal, dikutikebotakan difus di daerah mahkota.
dahi. Garis rambut (hair line) semakin melebar membentuk Lama kelamaan penipisan di frontal dan
mahkota menyatu menimbulkan kebotakan yang
gambaran karakteristik “M” shape. Rambut juga menipis hampir komplit di bagian atas skalp. Rambut
pada daerah mahkota, dan sering mengalami progresivitas yang tersisa terdistribusi dalam pola seperti
menjadi kebotakan parsial atau komplit. Pola kerontokan mahkota di atas telinga dan leher.
rambut pada wanita berbeda. Rambut kepala menjadi lebih
tipis, tetapi garis rambut tidak pernah melebar. Alopesia Pola kerontokan rambut pada wanita biasanya meru-
androgenetik pada wanita jarang menjadi kebotakan total. 3 pakan proses yang lebih difus dibandingkan dengan
Terdapat 2 gambaran utama kerontokan rambut pada kerontokan rambut pada laki-laki. Yang khas adalah
laki-laki yaitu kemunduran garis rambut frontal dan berkurangnya kepadatan rambut pada daerah puncak kepala
kebotakan pada area mahkota. Garis kebotakan akan ber- dan frontal, namun garis rambut di daerah frontal tidak
temu dan membentuk batas rambut normal pada bagian tepi berubah. Perbedaan lainnya jika dibandingkan dengan laki-
dan belakang skalp. Meskipun demikian kebotakan pada laki adalah daerah parietal juga dapat terkena.1,8 Pola
laki-laki lebih merupakan suatu proses yang kontinyu, dan kerontokan rambut pada wanita dapat muncul sebagai
bukan stadium yang berbeda, sehingga antar individu dapat rontoknya rambut dalam jumlah sangat banyak dan
terlihat pola yang beragam. Rambut pada daerah yang berkurangnya volume rambut, sebelum kepadatan rambut
mengalami kebotakan secara progresif mengalami pemen- berkurang secara nyata. Sulit membedakannya dengan
dekan dan diameternya mengecil hingga menghilang sama efluvium telogen kronik. Pada keadaan semacam itu, diagnosis
sekali, atau menunjukkan kepadatan rambut yang berkurang dapat ditegakkan melalui temuan pada biopsi, berupa
secara difus, dan meninggalkan sisa rambut dengan diameter tingginya proporsi folikel rambut yang mengecil. Sebagian
normal. Pada sebagian kecil ras Kaukasia (kurang dari 5%) kecil wanita menunjukkan pola kerontokan yang serupa
kebotakan terjadi secara difus pada daerah puncak kepala dengan pola pada laki-laki. 1

98
L Legiawati Alopesia androgenetik

rambut yang telah tumbuh dapat rontok kembali dalam 4-6


bulan.1,5 Efek samping yang dapat timbul berupa dermatitis
kontak iritan atau alergi. Minoksidil dapat dikombinasikan
dengan tretinoin konsentrasi 0,025% - 0,05%. Preparat
diberikan secara terpisah, contoh minoksidil diberikan pagi
hari, sedangkan tretinoin pada malam hari. Kombinasi ke-2
obat ini menghasilkan efek stimulasi rambut yang lebih
besar, walaupun risiko terjadinya reaksi iritasi menjadi
lebih tinggi.5
Uji klinis dengan menilai hitung jumlah rambut, berat
rambut, dan fotografi, menunjukkan 60% laki-laki menga-
Gambar 2. Klasifikasi Ludwig8
lami perbaikan pada kebotakan di daerah verteks dengan
menggunakan minoksidil 5%. Rerata peningkatan kepadatan
Keterangan gambar 2. Pola kebotakan rambut pada wanita berbeda bila
dibandingkan dengan laki-laki. Garis rambut di rambut berkisar 10-12%. Respons pengobatan dengan
daerah frontal tidak pernah mengalami resesi, minoksidil 2% lebih rendah. 1
namun terjadi penipisan di daerah sentral pada
puncak kepala. Finasterid. Finasterid merupakan inhibitor 5α-reduktase
tipe 2. Sediaan oral dengan dosis 1 mg per hari mampu
Umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang mencegah kebotakan terus berlangsung pada laki-laki.
untuk menegakkan diagnosis, baik pada laki-laki dan wanita Setelah terapi selama 2 tahun, dua pertiga pasien mengalami
dengan pola kerontokan rambut yang khas. Namun, jika perbaikan. Pada percobaan yang lebih lama yakni 5 tahun
kerontokan terjadi secara difus dan tidak terjadi pada lokasi menunjukkan tingkat kerontokan rambut yang lebih sedikit
yang khas, perlu dilakukan pemeriksaan tambahan antara dibandingkan dengan laki-laki yang tidak diobati. Beberapa
lain pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH) dan keluhan seksual, misalnya impotensi dapat muncul, namun
kadar besi serum pada pasien dengan riwayat kekurangan zat umumnya masih dapat ditoleransi. Manfaat terapi akan
besi dalam diet atau riwayat perdarahan. Sementara untuk menghilang dalam 12 bulan setelah terapi dihentikan. Belum
wanita dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan kadar feritin diketahui secara pasti bagaimana finasterid bekerja pada
serum, TSH dan kadar androgen serum. Pemeriksaan pasien yang memberi respons baik pada pengobatan.
androgen serum harus dipertimbangkan, khususnya pada Beberapa penelitian menyebutkan bahwa finasterid bekerja
wanita dengan koinsidensi hirsutisme, akne dewasa derajat dengan cara mengaktifkan kembali folikel rambut hipotrofik
sedang-berat, akantosis nigrikans, haid yang tidak teratur, dengan mempercepat dan memperpanjang fase anagen,
dan atau galaktorea. Pemeriksaan minimal yang dilakukan namun tidak mengubah rambut velus menjadi rambut ter-
mencakup testosteron bebas/total dengan atau tanpa minal. Meskipun tidak ada data klinis yang mendukung
dehidroepiandrosteron sulfat. 1 penggunaan kombinasi minoksidil topikal dan finasterid,
namun kombinasi tersebut seringkali digunakan dalam prak-
TATALAKSANA tik klinis. Kombinasi inhibitor 5α-reduktase 1 dan 2 mungkin
bermanfaat dalam terapi pola kerontokan rambut laki-laki.1
Terapi pada laki-laki dengan alopesia androgenetik Rossi dkk. (2011) meneliti efektivitas finasterid 1 mg
adalah minoksidil topikal dan finasterid. Sedangkan pada per hari pada laki-laki dengan alopesia androgenetik pada
wanita dengan alopesia androgenetik ringan sampai sedang berbagai kelompok umur selama 10 tahun. Disimpulkan
dapat diterapi dengan antiandrogen dan atau minoksidil bahwa finasterid adalah pengobatan yang aman dan efektif
topikal. 5 untuk mengatasi male pattern baldness dengan penggunaan
harian jangka panjang walaupun pada laki-laki usia di atas
Untuk laki - laki 40 tahun. Finasterid dapat dipertimbangkan sebagai terapi
yang efektif terutama bila diberikan pada tahap awal karena
Terdapat 2 macam obat yang dianjurkan dan sudah
hasil yang memuaskan, efek samping yang sedikit, dan
disetujui oleh FDA yaitu minoksidil dan finasterid. Kedua
sedikitnya terapi alternatif lain yang dapat digunakan untuk
obat ini dapat digunakan secara kombinasi.1, 5
pengobatan alopesia androgenetik.10
Minoksidil. Minoksidil 2% atau 5% merupakan obat topikal
yang sering digunakan. Minoksidil mempunyai efek spesifik Bedah
terhadap proliferasi dan diferensiasi keratinosit folikular
Berbagai teknik bedah telah dikembangkan untuk
yang mengakibatkan perpanjangan fase anagen rambut.
mengatasi pola kerontokan rambut pada laki-laki, di antaranya
Aplikasi dilakukan 2x sehari selama periode waktu yang
yang paling banyak digunakan adalah transplantasi rambut.
lama, tetapi efek terapeutik bersifat temporer.5 Pengobatan
Rambut terminal yang ada dipindahkan pada area yang
harus dilanjutkan untuk pemeliharaan dan bila dihentikan

99
MDVI Vol. 40 No.2 Tahun 2013:96-101

mengalami kebotakan. Dengan keahlian operator, dan preparat biasanya dikombinasi antara 2 mg siproteron
pemilihan pasien yang sesuai, dapat diperoleh hasil yang baik asetat dan 35 μg etinilestradiol untuk wanita usia subur.5
secara kosmetik. Tindakan bedah merupakan satu-satunya Anti androgen telah digunakan secara luas untuk
cara yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut pada mengatasi kerontokan rambut pada wanita, namun hanya
pasien yang mengalami kebotakan total, dan dengan cepat sedikit bukti uji klinis yang menunjukkan efektivitasnya dan
mengembalikan pertumbuhan rambut. Bedah juga efektif belum ada satu lisensi yang mengindikasikan penggunaannya.
untuk mengatasi kerontokan rambut pada daerah frontal.1 Satu uji kontrol menunjukkan pengobatan menggunakan
siproteron asetat memberikan respons minimal dan terbatas
Algorithmic approach on the treatment of male pattern hair loss 11 hanya pada wanita dengan kelebihan androgen. Sementara
studi tanpa kontrol menunjukkan manfaat siproteron asetat dan
Norwood-Hamilton Norwood-Hamilton
stage III-V stage Va,VI, VII spironolakton pada pasien. Umumnya dosis 100-200 mg/hari
dibutuhkan untuk timbulnya respons.1
Spironolakton mengurangi aktivitas 5-alfa reduktase dan
menghambat biosintesis androgen. Efek samping berupa
Oral finasteride or/and Hair transplantation gangguan siklus menstruasi dan efek antialdosteron yang
topical minoxidil ± scalp reduction bermanifestasi berupa penurunan kadar kalium serum dan
solution and/or and/or hipotensi. Sprironolakton harus dikombinasi dengan kontra-
low fluence laser ● Finasteride
sepsi hormonal guna mengurangi efek samping khususnya
light for 1 year ● Topical minoxidil
● Low fluence laser light iregularitas menstruasi dan mencegah kehamilan pada wanita
● Hair piece usia subur karena dapat menyebabkan feminisasi pada janin
laki-laki.1
Improvement or
stabilization Finasterid. Belum ada keputusan mengenai penggunaan
finasterid sistemik pada wanita pasca menopause dengan
alopesia androgenetik. Satu penelitian tentang penggunaan
Yes No finasterid pada wanita pasca menopause tidak menunjukkan
manfaat, meskipun beberapa laporan kasus menunjukkan
peningkatan pertumbuhan rambut pada wanita dengan
Continue Hair hiperandrogenisme dan pada wanita yang lebih muda.
medical transplantation Wanita dalam usia subur harus menggunakan kontrasepsi
therapy ± scalp reduction karena finasterid dapat menyebabkan feminisasi janin.1
indefinitely
Estrogen Oral. Terapi menggunakan estrogen (estradiol)
Untuk wanita dapat memperpanjang fase anagen dan mencegah keron-
tokan rambut secara prematur. Kontrasepsi hormonal
Sama halnya dengan terapi pada laki-laki, terapi pada bermanfaat sebagai terapi sistemik pada wanita usia subur.
wanita akan menunjukkan hasil setelah 6 bulan, dan perlu Harus dipilih kombinasi estrogen atau progestin dengan efek
diteruskan agar efek terapi berlanjut. Kombinasi modalitas antiandrogen, yaitu siproteron asetat, klormadinonasetat,
terapi dapat memberikan efek yang menguntungkan.1 dienogest, dan drospirenon. Komponen estrogen mening-
katkan produksi sex hormone binding globuline (SHBG)
Minoksidil. Uji klinis penggunaan minoksidil dalam pengo- oleh hati yang dapat menurunkan kadar testosteron bebas di
batan kerontokan rambut wanita memberikan hasil pening- dalam serum. Kombinasi estrogen dan anti androgen dipilih
katan rerata kepadatan rambut sebanyak 10-18%. Satu pene- untuk wanita dengan kelainan kulit yang bergantung andro-
litian yang besar menunjukkan tidak ada perbedaan yang gen, yaitu sebore, akne, hirsutisme dan alopesia androgenetik
bermakna antara minoksidil 2% dan 5%, meskipun kecen- dan membutuhkan kontrasepsi pada saat yang bersamaan.5
derungan menunjukkan superioritas konsentrasi yang tinggi. Kombinasi estrogen dan siproteronasetat (1 mg sipro-
Saat ini hanya konsentrasi 2% yang dianjurkan oleh FDA. teronasetat + 2 mg estradiolvalerat) digunakan untuk wanita
Sama halnya dengan laki-laki, terapi akan memberikan hasil menopause (alami, prematur atau kastrasi). Diperlukan
terbaik bila dilakukan pada tahap awal kerontokan rambut, dan kerjasama dengan ahli ginekologi, mengingat adanya pening-
perlu dilanjutkan agar respons terapi terus berlangsung.1 katan risiko kanker setelah penggunaan estrogen jangka
Anti Androgen. Antiandrogen bekerja dengan meng- panjang. Dibutuhkan pemeriksaan kesehatan payudara dan
hambat dehidrotestosteron untuk berikatan dengan reseptor genitalia sebelumnya.5
di jaringan target, mengurangi aktivitas enzim 5-alfa Estrogen Topikal. Meskipun uji klinis yang meyakinkan
reduktase dan menurunkan produksi androgen di ovarium. guna mendukung penggunaan estrogen topikal sebagai reji-
Anti androgen paling poten adalah siproteron asetat. Pada men yang dapat digunakan untuk praktik empiris jangka lama
masih kurang, namun 17β-estradiol topikal (estradiolbenzoat

100
L Legiawati Alopesia androgenetik

20-25 mg dalam isopronol 70%) sering digunakan untuk KESIMPULAN


mengatasi telogen efluvium. Estradiol dapat memperpanjang
fase anagen, paling tidak pada kultur jaringan kulit skalp.1 Alopesia androgenetik adalah kelainan kebotakan
rambut yang sering dijumpai. Dapat mengenai laki-laki dan
Bedah. Tindakan bedah lebih sedikit dilakukan pada keron- perempuan. Kelainan ini dapat menyebabkan problem
tokan rambut berpola pada wanita, karena sifat kerontokan psikologik yang serius. Sampai saat ini pendekatan terapi pada
yang difus dan kualitas rambut yang buruk pada area donor. laki-laki adalah minoksidil topikal dan finasterid oral. Sedang-
namun hasil yang baik dapat diperoleh pada pasien tertentu, kan alopesia androgenetik gradasi ringan sampai sedang pada
misalnya pada kerontokan rambut yang jelas pada daerah wanita dapat diterapi dengan antiandrogen dan atau minoksidil
frontal dan adanya area donor dengan pertumbuhan rambut topikal dengan hasil yang baik pada beberapa kasus.
yang baik pada daerah oksipital.1
Kamuflase dan wig. Kamuflase adalah cara yang paling
simpel, mudah dan murah untuk tatalaksana alopesia DAFTAR PUSTAKA
androgenetik. Terapi kamuflase dilakukan dengan cara
1. Paul R, Olsen EA, Messenger AG. Hair growth disorders. Dalam:
mewarnai skalp. Dipilih warna yang serupa dengan warna Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
rambut, sehingga memberikan ilusi rambut menjadi lebih DJ, penyunting. Fitzpatrik’s dermatology in general medicine. Edisi
tebal. Beberapa pasien alopesia androgenetik difus memilih ke-7 NewYork: McGraw-Hil Companies, 2008. h. 766-9.
menggunakan wig daripada dilakukan terapi bedah. Wig 2. Uno H. Histopathology of hairloss. [disitasi 7 Desember 2011].
Tersedia di http://www.regrowth.com/hairloss-
dapat dicuci dan ditata serta dapat menutupi kebotakan articles/histopathology_of_hair_loss_2.cfm.
sehingga terlihat alami.4 3. Kaufman KD. Androgens and alopecia. Mol Cell Endocrinol 2002;
198: 89-95.
Algorithmic approach on the treatment of female pattern hair loss 11 4. Rodney DS, Rodney PRD. Androgenetic alopecia in men and
women. Clin Dermatol 2001; 19: 167-78.
Ludwig stage I-II Ludwig stage III 5. Bienová M, Kuerová R, Fiuráková M, Hajdúch M, Koláŕ Z.
Androgenetic alopecia and current methods of treatment. Acta
Dermatovenereol 2005; 14 (1): 5-8.
Topical minoxidil Endocrine work up 6. Awaya ME, Pice VH. Different levels of 5α-reductase type I and II,
solution for 1 year aromatase, and androgen receptor in hair follicles of women and
men with androgenetic alopecia. J Invest Dermatol 1997; 109: 296–
300.
Improvement or Hair piece and/or 7. Androgenic alopecia. [disitasi 7 Desember 2011]. Tersedia di:
stabilization ● Antiandrogens/Finastreid http://en.wikipedia.org/wiki/Androgenic_alopecia wikipedia.
8. Male pattern baldness. [disitasi 7 Desember 2011]. Tersedia di:
● Low fluence laser light http://www.nshts.com/norwood.html.
Yes No 9. Female hair loss and pattern baldness in women. [disitasi 7
Desember 2011]. Tersedia di: http://www.ishrs.org/hairloss-hair-
loss-female.htm.
Continue Occipital donor 10. RossiA, Cantisani C, Scarno M, Trucchia A, Fortuna MC, Calvieri
topical area S. Finasteride, 1 mg daily administration on male androgenetic
minoxidil alopecia in different age groups: 10-year follow up. J Dermatol
indefinitely Therapy 2011; 24: 455-61.
Yes No 11. Otberg N, Shapiro J. Hair growth disorders. Dalam: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
penyunting. Fitzpatrik’s dermatology in general medicine. Edisi ke-
Hair transplantation Hair piece 8 New York: The McGraw-Hil Companies, 2012. h. 979-1008.
and/or and/or
● Antiandrogens/ ● Antiandrogens/
finasterid finasterid
● Low fluence laser light ● Low fluence laser light

101

Anda mungkin juga menyukai