Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Suatu organisasi baik perusahaan maupun instalasi dalam
melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber daya
manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi. Bagaimanapun lengkap dan
canggihnya sumber-sumber daya non-manusia yang di miliki
oleh suatu perusahaan, tidaklah menjadi jaminan bagi
perusahaan tersebut untuk mencapai suatu keberhasilan.
Jaminan untuk dapat berhasil, lebih banyak ditentukan oleh
sumber daya manusia yang mengelola, megendalikan, dan
mendayagunakan sumber-sumber daya non-manusia yang
dimiliki. Oleh karena itu masalah karyawan merupakan masalah
besar yang harus mendapat perhatian bagi perusahaan.
Dalam rangka penerapan tehnologi canggih, beberapa
persiapan dan langkah perlu dilakukan untuk menghindari
bencana, memperkecil kecelakaan dan penyakit kerja. Setiap
teknologi baru yang hendak diterapkan perlu diketahui dan
diinformasikan kemungkinan resiko yang akan ditimbulkan,
sehingga karyawan dan pengguna tehnologi tersebut dapat
mempersiapkan sarana penanggulangan bahaya dan cara
mencegahannya. Dalam penggunaan peralatan canggih tersebut
sebagai alat bantu manusia dalam melakukan suatu
pekerjaannya dapat menghasilkan dampak positif dan dapat
pula menghasilkan dampak negatif. Salah satu dampak positif
dalam penggunaan peralatan tersebut adalah membantu
manusia dalam menyelesaikan pekerjaan secara efisien,
sedangkan dampak negatifnya adalah kemungkinan bahaya
atau kecelakaan yang ditimbulkan dari penggunaan peralatan
tersebut.

Berbagai potensi bahaya di tempat kerja senantiasa

1
dijumpai. Mengenai potensi bahaya industrial merupakan
langkah awal dalam mewujudkan upaya pencegahan kecelakaan
kerja, sedang tindakan represif berupa upaya menghindari
terulangnya kejadian kecelakaan kerja perlu dilakukan melalui
penyelidikan dan analisis dalam kasus tersebut. Kecelakaan
kerja yakni peristiwa yang tidak diinginkan/diharapkan, tidak
diduga, tidak disengaja terjadi dalam hubungan kerja, umumnya
diakibatkan oleh berbagai faktor dan meliputi juga peristiwa
kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja serta penyemaran
pada lingkungan kerja.

Keselamatan kerja adalah segala daya dan upaya atau


pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya, meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja menuju
masyarakat yang adil dan makmur. Pendekatan dan sistem yang
melibatkan aspek hygiene perusahaan, ergonomi, kesehatan
dan keselamatan kerja baik dalam tahap desain, perencanaan,
konstruksi dan operasi aktivitas produksi termasuk mengenal
potensi bahaya dan berbagai komponen yang berkaitan dengan
upaya tindak lanjutnya perlu diselenggarakan.

Pengaruh manifestasi potensi bahaya industrial seringkali


tidak hanya berakibat pada industri tenaga kerja saja tetapi juga
mengakibatkan kerugian pada masyarakat maupun lingkungan
sekitar industri, misalnya pada kasus kebakaran, peledakan atau
pencemaran akibat industri. Banyaknya kasus kecelakaan yang
terjadi, membuktikan bahwa manusia belum sepenuhnya
mampu mengendalikan bahaya yang tersembunyi dari kemajuan
terknologi tersebut, serta pemanfaatannya di industri.

Dengan perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan


gas bumi, penerapan pengetahuan Hiperkes dan Keselamatan
Kerja dan mengenal potensi bahaya ditempat kerja serta
melakukan analisis kecelakaan kerja diharapkan dapat menekan

2
atau mengurangi kecelakaan kerja, dan sekaligus menciptakan
suasana kerja yang kondusif, lingkungan kerja yang memenuhi
syarat serta melindungi tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan dan kelancaran operasi.

Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) ini sebagai apresiasi yang


nyata dalam mendalami Fire and Safety, sehingga terdapat
suatu kesinambungan antara teori dan praktek sebagai wujud
nyata dari ilmu dan kemampuan yang telah kami dapat melalui
praktek yang langsung diterapkan di tempat kerja.

1.2. TEMA
Tema Kerja Praktek yang akan diambil bertema
“Confined Space”

1.3. TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan
pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Tujuan Yang Bersifat Umum


1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari
bangku perkuliahan.
2. Melatih kepekaan mahasiswa untuk mencari solusi
masalah yang dihadapi didalam dunia industri atau
dunia kerja.
3. Mengetahui, mengenali dan memahami masalah-
masalah yang sering terjadi di perusahaan tentang
keselamatan kerja.

1.3.2. Tujuan Yang Bersifat Khusus


1. Mengetahui permasalahan dalam keselamatan kerja.
2. Mengetahui tentang SOP Confined Space.

3
3. Mengetahui cara penanggulangan permasalahan
yang terjadi.

1.4. SASARAN
Setelah melakukan Kerja Praktek di PT PERTAMINA
REFINERY UNIT VI BALONGAN, mahasiswa diharapkan :
1. Mampu menjelaskan pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Mampu mendeskripsikan kegiatan di lapangan berdasarkan
tujuan, komponen-komponen kegiatan dan proses kegiatan
di PT PERTAMINA REFINERY UNIT VI BALONGAN.
3. Mampu menggambarkan dan menjelaskan Standar Operasi
Prosedur tentang Confined Space di PT PERTAMINA
REFINERY UNIT VI BALONGAN.
4. Tanggap terhadap masalah-masalah yang terjadi
dilapangan.

1.5. MANFAAT
1.4.1. Bagi Perusahaan
1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa
yang Kerja Praktek dalam membantu menyelesaikan
tugas-tugas untuk kebutuhan di unit-unit kerja yang
relevan.
2. Dapat memperoleh informasi mengenai dapat
dipergunakan untuk pengambilan langkah selanjutnya.
3. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan
pada spesialisasi yang ada pada perusahaan tersebut.
4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan
dan bermanfaat antara perusahaan tempat Tugas Akhir
dengan jurusan Fire and Safety Akamigas Balongan.

1.4.2.Bagi Program D3 Program Studi Fire and Safety


Akamigas Balongan

4
1. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa
dengan mempraktekkan di dunia kerja.
2. Sebagai sarana untuk membina hubungan dan
kerjasama dengan perusahaan di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja.
3. Sebagai tempat untuk penulisan Laporan Akhir.
1.4.3.Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi di
lingkungan kerja.
2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja yang diperoleh
dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang
sebenarnya.
3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
perusahaan tempat mahasiswa Tugas Akhir.

1.6. WAKTU DAN TEMPAT TUGAS AKHIR


Tugas Akhir dilakukan pada saat semester enam (akhir)
selama tiga bulan yang berlangsung pada tanggal 1 Mei 2009
sampai dengan tanggal 30 Juni 2009 di PT. ELNUSA TRISTAR
RAMBA, Ltd. Maka kami mengajukan jadwal kegiatan Tugas Akhir
sesuai waktu tersebut.

5
TIME SHEET TUGAS AKHIR

No. Kegiatan Waktu (minggu)


1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Safety induction

2 Pengenalan lingkungan kerja

3 Pengenalan HSE Procedure


and Manual

4 Pengumpulan data di
lapangan

5 Evaluasi

1.7. BATASAN MASALAH

6
Lingkup pembahasan yang akan dilakukan dalam
penulisan laporan Tugas Akhir mencangkup penerapan salah
satu Standar Operasi Prosedur (SOP) dan kendala-kendala yang
terjadi dalam pekerjaan di Confined Space PT. ELNUSA TRISTAR,
Ltd di lapangan Ramba

1.8. KEGIATAN TUGAS AKHIR


Dalam melaksanakan Tugas Akhir mahasiswa diharapkan
melakukan studi kasus, mengetahui pelaksanaan prosedur
sesuai dengan tema yang diambil, dan mengangkat suatu kasus
yang dijumpai di PT. ELNUSA TRISTAR RAMBA, Ltd sesuai dengan
bidang keahlian yang ada sebagai dasar penulisan Tugas Akhir
dan lesson learned.

Dalam penulisan laporan ini, metode penelitian yang


dilakukan dengan pengenalan HSE procedure and manual
tentang pekerjaan di confined space, setelah melakukan
evaluasi dilanjutkan dengan penyusunan laporan.

Untuk mendukung kegiatan Tugas Akhir yang akan


dilakukan, maka dapat dilakukan beberapa metode pelaksanaan
antara lain :
1. Metode Interview
Dengan cara memberikan pertanyaan kepada
pembimbing atau petugas yang berwenang, untuk
mendapatkan data di lapangan.
2. Metode Observasi
Dengan cara melakukan pengamatan secara
sistematis mengenai hal-hal yang terjadi di lapangan.

3. Study Literature
Menambah wawasan / pengetahuan mengenai
tema Tugas Akhir dengan menelaah literatur-literatur

7
yang berhubungan dan bersesuaian, baik literatur
dari perusahaan maupun dari luar.

BAB II
DASAR TEORI
CONFINED SPACE

8
2.1. Definisi Confined Space
 Adalah suatu ruangan atau area tempat kerja yang terbatas
atau terisolasi yang memiliki karakteristik lingkungan khusus
(temperature, tekanan udara, ventilasi) dimana pekerja
masuk didalamnya dan melaksanakan pekerjaan ditugaskan.
 Adalah suatu ruangan yang memilki lubang masuk dan
lubang keluar terbatas dengan ventilasi ruang tidak
memadai, dimana ruangan tersebut isa mengandung atau
menghasilkan udara dengan kondisi yang membahayakan
kesehatan, dan tidak termasuk sebagai tempat kerja yang
digunakan secara terus-menerus.

2.2. Tipe confined space


• Boilers & Furnaces
• Pipelines
• Pits
• Process Vessel
• Silo & Storage Tanks
• Sewer & Manholes
• Trenches & Excavations
• Dll.

2.3. Ciri- ciri mengidentifikasi confined space


1. Sedikit ruang untuk keluar
 area kerja sangat sempit hanya pas badan/bahu kita,
diameter bahu 18 inchi.
 Masuk area menggunakan peralatan (life safeting)
- SCBA (Self Containing Breathing Apparatus)
- SCUBA (Self Containing Underwater
Breathing Apparatus)
 Masuk area sangat kak karena ruangannya sempit

9
 Tempat keluar yang sangat besar hanya didekat
tangga dan hanya muat untuk satu tubuh.
2. Kurang adanya ventilasi alami
 Tidak ada perputaran udara sehingga adanya tekanan
udara tidak normal.
 Bisa menciptakan kondisi atmosfir abnormal (kurang
atau kelebihan kadar oksigen dari kadar normal 21%)
 Adanya gas-gas toksik yang terkurung di dalam.
 Adanya penguraian organik yang dapat mengeluarkan
gas-gas toksik sehingga berbahaya.
3. Tidak didesain untuk pekerjaan yang terus-menerus
 Ruang terbatas tidak didesain untk pekerjaan yang
rutin
 Didesain untuk menyimpan produk
 Pekerjaan yang sewaktu-waktu dilakukan (1 tahun / 2
tahun sekali) seperti : inspeksi, pembersihan,
pengecetan, perawatan, dll.
 Digunakan untuk transport produk, seperti : pipa.

2.4. Bahaya potensial dan pertimbangan :


 Uap beracun, fumes, mist, dusts, dan gas (yang masih atau
ditimbulkan oleh pekerjaan)
 Cairan, gas atau debu yang mudah terbakar
 Lack atau excess oksigen (yang masih atau ditimbulkan oleh
pekerjaan)
 Pergerakan benda
 Korosif dan bahan kimia berbahaya
 Bahaya fisik (terpeleset, terjatuh)
 Bahaya panas
 Bahaya kebisingan
 Bahaya radiasi

2.5. Kekurangan Oksigen

10
Memasuki ruangan terbatas tidak diperbolehkan ketika :
 Kandungan udara kurang dari 19,5% atau lebih dari 22%,
kurangnya ventilasi yang disediakan dalam menjaga udara
tetap dalam kondisi aman, dan atau menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD).
 Pajanan mungkin dapat beresiko pada kesehatan secara
kronik atau efek bahaya kesehatan yang lama. Tetapi
kurang dari IDLH (Immediate Dangerous to Life or Health)
atau terkena iritasi dari efek korosi.
 Sebelum bekerja, petugas terlebih dahulu melakukan test
terhadap kondisi udara dalam ruang terbatas dengan
mengunakan oxygen indicator/peralatan lain yang sesuai.
 Jika kondisi ruang terbatas dengan konsentrasi oksigen
rendah, maka pekerja bekerja dengan menggunakan SCBA,
safety hardness, lifelines dan peralatan keselamatan lain
yang sesuai dengan jenis pekerjaan.
 Butuh satu orang pekerja dengan APDnya untuk berjaga
diluar, dimana ia selalu memegang lifelines dari pekerja
yang bekerja di dalam dan mengamati serta berkomunikasi
dengan pekerja tersebut.

KANDUNGAN
O2 ( % AKIBAT DAN GEJALA
VOLUME )

11
20 - 21 %  Udara normal, tidak ada pengaruh apa-apa.
15 - 19 %  Kemampuan bekerja menurun.
12 - 14 %  Kondisi tubuh mungkin menjadi lemah dan
mungkin menyebabkan adanya gejala awal
dari serangan jantung, paru-paru, peredaran
darah, pusing dan telinga berdengung.

10 - 12 %  Nafas bertambah cepat, denyut nadi


bertambah, kondisi tubuh bertambah lemas,
mempengaruhi penglihatan dan daya ingat.

8 - 10 %  Nafas makin bertambah cepat dan panjang,


daya ingat lemah, bibir menjadi biru.
 Pingsan.
6 - 8%
4 - 6%
 Koma dalam 40 detik, kejang-kejang, nafas
berhenti.
2 - 3%
 Meninggal dalam 1 ( satu ) menit.

Tabel 2.1. Pengaruh Kadar Kandungan Oksigen Terhadap Kesehatan Manusia

2.6. Status udara aman


Udara yang aman dapat dimasuki tanpa breathing
apparatus. Memasuki ruangan terbatas diperbolehkan ketika :
 Kandungan udara antara 19,5% sampai 22% (kandungan
oksigen kurang dari 19.5% dipertimbangkan oksigen
defisiensi).
 Konsentrasi bahan berbahaya kurang dari atau sama dengan
spesifikasi Theshold Limit Value (TLV).

2.7. Gas atau uap yang dapat terbakar

12
 Sebelum bekerja, jika confined space mengandung
gas/uap/cairan yang mudah terbakar, petugas terlebih
dahulu melakukan test terhadap kondisi udara dalam
confined space dengan menggunakan combustible indicator
untuk menentukan konsentrasi uap yang mudah terbakar.
 Jika konsentrasi gas/uap lebih dari 10% LEL maka ruangan
tersebut harus disirkulasikan udara sehingga konsentrasi
gas/uap kurang dari 10% LEL.
 LEL (Lower Explosive Limit) adalah konsentrasi terendah yang
dapat terbakar dari campuran gas/uap dengan udara.
Dibawah konsentrasi tersebut campuran tidak akan terbakar,
walaupun ada sumber api.
 UEL (Upper Explosive Limit) adalah konsentrasi tertinggi yang
dapat terbakar dari campuran gas/uap dengan udara.
Dibawah konsentrasi tersebut campuran akan terbakar,
walaupun tanpa sumber api.

2.8. Gas atau uap beracun


 Sebelum pekerja memasuki confined space yang
mengandung cairan, gas, atau zat padat yang beracun,
korosif atau iritan, maka petugas terlebih dahulu memeriksa
confined space dari kemungkinan kontaminan.
 Jika hasilnya confined space mengandung bahan beracun
maka ruangan tersebut harus disirkulasikan untuk
mengurangi konsentrasi bahan beracun sampai dibawah Nilai
Ambang Batas (NAB).
 Bila sudah disirkulasikan tetapi tidak mengurangi
konsentrasinya maka pekerja harus memakai SCBA dan
sirkulasi udara tetap dijalankan untuk menjaga konsentrasi
bahan beracun serendah mungkin.

2.9. Panas yang berlebih

13
 Untuk melindungi pekerja dari panas berlebih maka sebelum
bekerja confined space diusahakan suhunya diturunkan
mendekati suhu kamar (dengan menyirkulasikan udara segar
ke dalam confined space).

2.10. Kebisingan dan bahaya-bahaya fisik


 Pekerja harus dilindungi terhadap kebisingan di confined
space dengan memakai ear muff atau ear plug dan mesin-
mesin yang menimbulkan kebisingan diberi peredam suara.
 Jika confined space terdapat mixer, agiator, fan atau mesin
lain yang bergerak maka harus dipastikan bahwa peralatan
tersebut tidakn menimbulkan bahaya fisik bagi pekerja.

2.11. Langkah-langkah sebelum memasuki Confined Space


1. Tempat kerja harus bersih dan bebas dari bahaya terpeleset.
2. Ruangan harus terisolasi dengan benar dalam kondisi zero
energy
3. Udara yang di dalam ruangan harus diperiksa dengan
tindakan yang korektif. Kondisi udara dikategorikan menjadi
dua, yaitu : udara aman dan udara berbahaya.
4. Mempererat hubungan komunikasi antar pekerja
5. Alat Pelindung Diri yang diwajibkan, harus dipakai.
6. Prosedur kerja aman dan tepat, sesuai dengan kondisi dalam
confined space harus dikembangkan dan diikuti.
7. Ketika keadaan darurat dan prosedur penyelamatan dan
membutuhkan personel serta peralatan yang harus
diberitahukan dan dimengerti oleh semua pekerja.
8. Pekerja yang termasuk harus dibekali dengan pelatihan
sesuai dengan prosedur PTW.

2.12. Persiapan sebelum memasuki confined space


2.12.1. Umum

14
 confined space bisa mengandung kontaminan udara
yang merugikan jiwa/kesehatan manusia oleh karena
itu petugas harus melakukan tes terhadap kondisi
udara dalam confined space dari bahaya-bahaya yang
mungkin dijumpai untuk menentukan jenisnya.
 Dengan mengetahui jenis dan besarnya bahaya, maka
dapat menentukan jenis alat keselamatan yang harus
dipakai pekerja untuk memasuki confined space.

2.12.2. Isolasi
 Confined space harus diisolasi terhadap kemungkinan
adanya sumber daya mekanis, listrik/bahaya lain,
dengan cara :
 Buang tekanan didalam confined space
sehingga sama dengan tekanan udara luar.
 Cegah kemungkinan masuknya bahan-bahan
berbahaya dari ruangan lain ke dalam ruangan
tersebut melalui saluran pipa, vent, drain. Oleh
karena itu perlu dipasang blind membuka semua
saluran yang berhubungan dengan confined
space.
 Jika dalam confined space terdapat mesin-
mesin, mixer, dll hilangkan sumber daya
mekanis, listrik dengan cara dikunci (lock out)
atau beri label (tag out).
 Kunci, label atau sarana proteksi lainnya tidak boleh
dipindahkan. Demikian pula system tidak boleh
dijalankan atau diberi daya. Kecuali oleh petugas yang
diberi kuasa yang mengetahui tentang pekerjaan yang
sedang dilakukan didalam confined space.
2.12.3. Ventilasi
 Didalam confined space harus disirkulasikan udara
untuk mencegah akumulasi :

15
 Gas atau uap yang mudah terbakar dengan
konsentrasi diatas 10% dari LEL.
 Debu yang mudah terbakar
 Oksigen dengan konsentrasi yang rendah
 Bahan-bahan beracun dan kontaminan lainnya
yang tidak memilki NAB yang dizinkan.
 Petugas secara berkala memeriksa kondisi udara untuk
memastikan konsentrasi kontaminan udara tersebut
tidak berbahaya.
 Gas safety inspector/authorized Gas Tester akan
menentukan frekuensi pemeriksaan ulang.
 Jika konsentrasi melebihi batas maka harus diturunkan
dengan cara menyirkulasikan udara kedalam ruang
terbatas.

2.13. Pemantauan bahaya di dalam confined space


Setiap confined space mempunyai resiko berbeda. Resiko
dapat juga berubah dengan pemakaian dan waktu.
1. Menempatkan tanda untuk peringatan bahaya.
2. Menggunakan penghalang untuk mencegah akses tak
terkendalikan
3. Mengembangkan dan menggunakan suatu program
memasuki confined space secara tertulis
4. Melakukan pemantauan udara dan test untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko.
5. Menggambarkan kondisi-kondisi masukan bisa diterima.
6. Memonitor kondisi-kondisi masukan
7. Menghapuskan atau mengendalikan resiko udara di dalam
confined space sebelum memasuki ruangan tersebut.
8. Larangan bekerja semua resiko internal sebelum memasuki.

2.14. Prosedur confined space entry permit

16
1. Mengetahui confined space entry permit sebelum
membacanya dan memahami permintaan permit
tersebut.
2. Mengikuti persyaratan confined space entry permit.
3. Melaporkan penundaan pelaksanaan confined space entry
permit
4. Melaporkan kondisi dan praktek yang tidak diperbolehkan
dalam implementasi yang tepat ketika memasuki ruangan
terbatas.
5. Memelihara komunikasi yang antara pekerja dalam
ruangan terbatas dengan kelompok kerja yang saling
mendukung.
6. Menggunakan peralatan dalam kondisi yang baik sesuai
dengan pekerjaan.
7. Memantau sistem life support yang selama ada di dalam
ruangan terbatas.
8. Sebelum ijin masuk ruangan terbatas dibuat, certivicate
harus diberitahukan terlebih dahulu. Permit To Work (PTW)
terdapat persejutuan secara formal antara pekerja bahwa
mereka setuju, telah diteliti dan mengantisipasi bahaya
yang telah dipertimbangkan dan tindakan pencegahan
yang telah diimplementasikan.

2.15. Penerangan dalam confined space


 Lampu penerangan harus diberi pelindung agar bola lampu
tidak menyentuh dasar atau dinding confined space.
 Lampu penerangan sementara harus menggunakan kabel
heavy duty yang fleksibel dimana sambungan dan isolasinya
dalam keadaan baik.
 Lampu penerangan sementara tidak boleh tergantung
kabelnya, kecuali dirancang untuk itu.
 Tegangan untuk lampu penerangan tidak boleh lebih dari 50
volt.

17
BAB III
KESIMPULAN

1. Confined Space adalah suatu ruangan yang memilki lubang


masuk dan lubang keluar terbatas dengan ventilasi ruang tidak

18
memadai, dimana ruangan tersebut bisa mengandung atau
menghasilkan udara dengan kondisi yang membahayakan
kesehatan, dan tidak termasuk sebagai tempat kerja yang
digunakan secara terus-menerus.
2. Pekerja yang akan memasuki Confined Space harus dilengkapi
dengan ijin memasuki Confined Space dan mematuhi prosedur
yang telah ditetapkan.
3. Sebelum pekerja memasuki confined space harus mengetahui
jenis bahaya potensial dan Alat keselamatan yang harus
dipakai.

BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal ini kami ajukan, semoga dapat memberikan

penjelasan maksud dan tujuan dari kerja praktek dan tugas akhir

19
kepada PT. ELNUSA TRISTAR RAMBA, Ltd. Besar harapan kami agar

perusahaan bersedia menerima permohonan kerja praktek ini, atas

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Indramayu, 25 Februari 2009

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY

AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN INDRAMAYU

Pemohon

Maryati Pujiastuti

DAFTAR PUSTAKA

National Institute for Occupational Safety and Health. “Working


Confined Space”. US. Department of Health, Education and
Welfare.

20
Davis, R Bobby. “A Guide Safety in Confined Space”. N.C. Department
of Labor Division of Occupational Safety and Health.
Harrington, JM. 2005. “Kesehata Kerja”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

21

Anda mungkin juga menyukai