Belanegara PDF
Belanegara PDF
net/publication/322343739
BELA NEGARA
CITATIONS READS
0 4,224
1 author:
Agus Subagyo
Universitas Jenderal Achmad Yani
15 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Agus Subagyo on 09 January 2018.
GRAHA ILMU
Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283
Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057;
E-mail: info@grahailmu.co.id
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memin-
dahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara
elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan
teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN:
Cetakan ke I, tahun 2014
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Filosofi Bela Negara 1
B. Regulasi Bela Negara 4
C. Relasi Bela Negara dan Wajib Militer 7
D. Wacana “Wajib Militer” 8
E. Wajib Militer di Negara Lain 11
BAB 2 GLOBALISASI, MODERNITAS DAN NASIONALISME 15
A. Modernitas, Humanisme dan Krisis Kemanusiaan 15
B. Multikulturalisme di Tengah Kultur Monolitik
dan Uniformitas Global 20
C. Radikalisme Etnis Merembet ke Radikalisme Teroris 25
D. Sumpah Pemuda atau Pemuda Disumpah? 28
BAB 3 KRISIS BELA NEGARA 35
A. Pendidikan Bela Negara 35
B. Bela Negara di Kalangan Generasi Muda 39
xii Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
-oo0oo-
BAB 1
PENDAHULUAN
tuknya negara. Sangat logis dan masuk akal apabia negara dibela oleh
warga negara. Alasannya, negara dibuat oleh warga negara, sehingga
ketika negara memerlukan bantuan untuk dibela maka warga negara
harus membela negara kapanpun dan dimanapun. Selain itu, mem-
bela negara harus dilakukan karena bela negara merupakan tindakan
timbal balik antara relasi negara dengan warga negara. Negara hadir di
dunia untuk melindungi keselarasan kepentingan antar warga negara,
sedangkan warga negara harus membalasnya dengan membela negara
ketika negara membutuhkan pembelaan.
Hubungan antara negara dan warga negara dalam konteks bela
negara adalah hubungan yang bersifat timbal balik. Negara membu-
tuhkan warga negara, sedangkan warga negara membutuhkan negara.
Antara warga negara dan negara saling membutuhkan, saling meleng-
kapi, dan saling mengisi. Hubungan antara negara dan warga negara
bersifat komplementer sehingga dapat memberikan kekuatan yang
kuat dan dahsyat apabila kedua pihak bersatu padu membangun ba
ngunan negara bangsa. Negara akan kuat dan kokoh apabila warga
negaranya bersatu padu dan solid membela negara. Warga negara
akan nyaman, aman, damai dan sejahtera apabila negara kuat dan ko-
koh karena adanya jaminan keamanan yang kuat dari negara.
Bela negara harus dipahami dalam konteks yang luas dimana
setiap warga negara merupakan entitas yang hidup didalam sebuah
bangunan negara sehingga secara hakiki warga negara wajib untuk
menjaga, memelihara dan mengayomi setiap pranata, institusi dan
perangkat kelengkapan negara. Negara harus dibela sampai titih darah
penghabisan apabila memang negara tersebut amanah dalam men-
jalankan pemerintahannya. Tidak ada alasan bagi warga negara untuk
mengelak dan menghindar dari kewajiban untuk membela negara.
Warga negara harus patuh, loyal, taat, dan tunduk pada setiap regulasi
yang dibuat oleh negara dalam upaya menggalakkan bela negara.
Beda dengan negara yang otoriter atau negara yang tidak ama-
nah terhadap kepentingan rakyat. Negara yang otoriter dan tidak ama-
4 Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
nah tidak perlu dibela karena hanya akan melahirkan kepongahan pe
nguasa dalam menjalankan pemerintahannya. Negara yang dijalankan
secara otoriter oleh pemerintahnya tentunya akan menimbulkan pro
dan kontra bagi warga negara apabila bela negara diwajibkan. Tentu
nya banyak warga negara yang tidak mau membela negara ketika war-
ga negara tidak nyaman dengan negara yang diperintah oleh penguasa
yang tidak pro warga negara. Kalaupun ada bela negara, maka warga
negara melakukan secara tidak ikhlas alias adanya paksaan sehingga
tidak murni muncul dari kesadaran masyarakat.
blik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam
menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Dasar hukum bela negara di Indonesia memang sudah sangat jelas
termaktub dalam berbagai aturan perundang-undangan, khususnya di
dalam UUD NRI 1945. UUD NRI 1945 Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2
menyatakan secara eksplisit tentang bela negara bagi seluruh rakyat
Indonesia, sebagai berikut:
•• Pasal 30 ayat 1: “Setiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara”.
•• Pasal 30 ayat 2: “Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung”.
Selanjutnya dalam UU No. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan
Negara, di pasal 9 diamanahkan secara jelas tentang aturan bela ne
gara bagi masyarakat Indonesia, sebagai berikut:
•• Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara.
•• Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
−− pendidikan kewarganegaraan;
−− pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
−− pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia
secara sukarela atau secara wajib; dan
−− pengabdian sesuai dengan profesi.
•• Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan
profesi diatur dengan undang-undang.
Secara lebih detail akan dilihat berbagai aturan yang tertuang
dalam regulasi hukum tentang dasar hukum pelaksanaan bela negara
yang ada di Indonesia, berikut ini:2
6 Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
dalam sikap dan perilaku warga negara. Setiap perilaku warga negara
yang berbasis bela negara harus mengacu pada unsur-unsur bela nega-
ra sebagai berikut: Cinta Tanah Air, Kesadaran Berbangsa & bernegara,
Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, Rela berkorban untuk
bangsa dan negara, dan Memiliki kemampuan awal bela negara.
wajib militer itu diperlukan bagi negara yang memiliki ancaman yang
besar dan dalam peperangan, sedangkan Indonesia tidak memiliki an-
caman yang cukup berarti.5
Tak hanya kontra, masih banyak juga yang pro bagaimana bila
Indonesia jadi menerapkan wajib militer, itu termasuk pejabat, petinggi,
dan pemimpin negara ini. Mereka berpendapat, setiap warga negara
wajib siaga bila suatu saat terjadi perang dan harus melakukan apa
bila diserang. Wajib militer juga bisa meningkatkan rasa nasionalisme
kebangsaan bagi pemuda yang kini sudah mulai memudar, selain itu
dapat menguntungkan dan menghemat bagi negara dalam hal perekrut
an anggota Tentara Nasional Indonesia dapat diambil dari Komponen
Cadangan yang terpilih sesuai kualifikasi nantinya. Komisi Cadangan
ini tak hanya disiapkan untuk berperang tetapi juga dapat membantu
misalnya terjadi bencana alam seperti gempa di kawasan Indonesia.
Dan yang terpenting sesuai Pasal 21 RUU ini, setelah proses kom-
ponen cadangan/wajib militer ini mereka bisa kembali lagi bekerja
di tempatnya masing-masing, selama proses penugasan tidak terjadi
putusnya hubungan kerja dengan tempat mereka bekerja. Mengingat
masih banyak nya pro dan kontra tentang bagaimana bila Indonesia jadi
menerapkan wajib militer tampaknya RUU ini masih akan lama disah-
kan, karena harus menunggu pengesahan RUU Keamanan Nasional
terlebih dahulu. Agar semuanya dapat terkendali dengan baik dan ti-
dak ada pihak yang merasa dirugikan nantinya.6
Berdasarkan pro dan kontra di atas, maka dapat dikatakan bahwa
RUU Komponen Cadangan dipersepsikan oleh sebagian pihak sebagai
cerminan dari kebijakan wajib militer. Ini artinya bahwa dalam benak
sebagian pihak bahwa wajib militer merupakan sesuatu yang mena-
kutkan dan membahayakan demokrasi dan HAM. Pandangan keliru
inilah yang kemudian melahirkan pro dan kontra tentang RUU Kom-
ponen Cadangan. RUU ini dikhawatirkan akan melahirkan kebijakan
militerisasi sipil sehingga banyak pihak menolak secara ramai-ramai.
Wajib militer masih menjadi kebijakan yang sensitif di Indonesia se-
Pendahuluan 11
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara
2 http://www.organisasi.org/1970/01/kewajiban-bela-negara-bagi-semua-warga-negara-indo-
nesia-pertahanan-dan-pembelaan-negara.html
3 http://www.organisasi.org/1970/01/kewajiban-bela-negara-bagi-semua-warga-negara-indo-
nesia-pertahanan-dan-pembelaan-negara.html
4 http://www.saranainformasi.com/2013/10/18/bagaimana-bila-indonesia-jadi-menerapkan-
wajib-militer/
5 Ibid.
6 Ibid.
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_militer
8 http://setya-wa2n.blogspot.com/2013/01/negara-negara-yang-menganut-wajib.html
9 Ibid.
-oo0oo-
BAB 2
GLOBALISASI, MODERNITAS
DAN NASIONALISME
berbagai elemen bangsa yang terdiri dari para pemuda dan pemudi
pejuang bangsa berkumpul dalam suatu forum dan menyatakan se-
buah ikrar yang sangat terkenal sampai saat ini. Para tunas bangsa
yang terdiri dari Jong Jawa, Jong Sumatera, Jong Sulawesi, Jong Kali-
mantan dan masih banyak lagi jong-jong lainnya bersepakat untuk me-
nyatakan diri bersatu dalam satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah
air Indonesia.
Peristiwa heroik yang memberikan semacam stimulan dan modal
awal dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari kolonial-
isme Belanda ini kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Karena lahirnya sumpah Pemuda ini tepat tanggal 28 Oktober 1928,
maka tiap-tiap tanggal bulan tersebut bangsa Indonesia memperingati
hari Sumpah Pemuda.
Makna yang dapat kita ambil dari peringatan hari Sumpah Pemu-
da kali ini adalah semangat dari para pemuda Indonesia diseluruh ta-
nah air ketika itu yang menyatakan diri untuk bersatu dalam tumpah
darah bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme yang menggelora dalam
setiap sanubari para pemuda Indonesia itu patut untuk dijadikan mo
del panutan oleh para pemuda bangsa Indonesia saat ini. Para pemuda
bangsa Indonesia yang saat ini dapat dikatakan mengalami krisis nasi-
onalisme harus menjadikan peringatan hari Sumpah Pemuda kali ini
sebagai momentum untuk mempertebal jiwa nasionalisme bangsa.
Seperti diketahui bahwa ditahun-tahun terakhir ini, khususnya
setelah bergulirnya reformasi, bangsa Indonesia mendapat ujian berat
masalah nasionalisme bangsa. Beberapa daerah yang rawan konflik
sosial secara berentetan menyatakan pernyataan untuk keluar dari
ikatan nasionalisme bangsa Indonesia. Daerah-daerah seperti Aceh,
Papua, Maluku, dan Riau (meskipun saat ini sudah surut), tanpa di
nyana-nyana sebelumnya menginginkan untuk keluar dari Negara Ke
satuan Republik Indonesia.
Mereka beramai-ramai mengusung bendera primordialisme se-
bagai landasan bagi perjuangan untuk melepaskan diri dari bangsa
30 Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
suatu hal yang sangat ironis dan memprihatinkan karena gejala terse-
but adalah gejala kemunduran, bukan kemajuan.
Paling tidak terdapat dua faktor yang menyebabkan gejala
terjadinya arus balik dari proses berbangsa dan bernegara yang di
alami bangsa Indonesia saat ini. Pertama adalah semakin menguatnya
fenomena etnisitas dan etnonasionalisme sempit berbasis pada pri-
mordialisme. Primordialisme yang saat ini sedang menggejala diham-
pir seluruh struktur sosial masyarakat merupakan sebuah antitesa dari
konsekuensi represifitas rezim Orde Baru. Rezim militeristik pimpinan
Soeharto ini telah menciptakan struktur masyarakat yang sentralitatif,
alienatif, marginalitatif, dan monolitik.
Karena itu, begitu hegemoni rezim otoriter itu mulai mengalami
kehancuran akibat gelombang reformasi, maka kelompok-kelompok
sosial yang merasa terpinggirkan ini mulai menampakan diri untuk
menunjukan eksistensinya sembari menyampaikan pesan bahwa
mereka ingin menciptakan suatu entitas baru berdasarkan norma
dan ideologi yang mereka yakini sebelumnya. Lokalitas bagi mereka
merupakan pilihan strategis dibanding tetap bergabung dengan ikatan
bangsa Indonesia.
Kedua, kuatnya penetrasi global yang senantiasa masuk melalui
media-media tertentu diseluruh dimensi kehidupan. Kekuatan ekster-
nal berupa penetrasi politik, ekonomi dan budaya ini telah merasuk
ke dalam struktur lokalitas bangsa sehingga mendorong entitas-entitas
lokal untuk lebih eksesif dalam menghadapi hegemoni negara yang
sentralistik.
Penetrasi politik bisa melalui masuknya nilai-nilai HAM dan de-
mokrasi ala Barat yang cenderung bersifat sangat liberal dan menekan
kan pada individualisme. Penetrasi ekonomi berupa mengalirnya alir
an modal, investasi, dan hutang luar negeri yang kian hari kian terasa
berat beban untuk mengembalikannya. Penetrasi budaya dapat dilihat
dari aneka perilaku dan gaya hidup yang konsumeris diseluruh lapisan
masyarakat.
32 Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
-oo0oo-
BAB 3
KRISIS BELA NEGARA
S ebagai bangsa yang majemuk dan plural, baik dari sisi agama,
etnis, suku, maupun kelompok, maka sangat penting bagi bangsa
Indonesia untuk menyelenggarakan pendidikan bela negara ke-
pada semua elemen dan komponen bangsa. Pendidikan bela negara
sangat penting bagi masyarakat agar supaya semua komponen ma-
syarakat memahami, menyadari dan menjiwai tentang nasionalisme,
patriotisme dan wawasan kebangsaan. Pendidikan bela negara sangat
mendesak untuk segera digalakkan secara cepat, tepat dan sistematis
mengingat kondisi bangsa di era reformasi yang sudah karut marut dan
centang perentang sehingga diperlukan tumbuhnya semangat bela
negara dalam rangka menjaga keutuhan NKRI dan semangat persatuan
dan kesatuan bangsa.
Pendidikan bela negara harus ditanamkan kepada semua orang
tanpa terkecuali sehingga setiap masyarakat Indonesia memahami dan
menyadari akan pentingnya membela negara dan bangsa di atas ke-
pentingan pribadi, kelompok dan golongan. Pendidikan bela negara
harus mampu diajarkan secara berkelanjutan dan berkesinambungan
kepada semua komponen bangsa agar supaya nilai-nilai persatuan, ke-
36 Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
satuan, cinta tanah air dan wawasan kebangsaan dapat terus terjaga
dengan baik, kuat dan kokoh.
Pendidikan bela negara harus diajarkan sejak dini, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada
pendidikan dasar dan menengah, maka materi tentang bela negara ha-
rus sudah ditanamkan kepada para siswa TK, SD, SMP dan SMA. Pen-
didikan bela negara memang di tingkat pendidikan dasar dan mene
ngah tidak tercantum secara eksplisit dan tekstual dalam suatu mata
pelajaran khusus pendidikan bela negara, namun hal ini tidak meng-
hambat untuk menyampaikan materi pendidikan bela negara melalui
mata pelajaran yang lain, seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Pen-
didikan Pancasila, Sejarah, dan mata pelajaran lainnya yang relevan.
Siswa yang ada di pendidikan dasar dan menengah merupakan
kunci keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan bela negara kare-
na dari aspek usia mereka masih muda dan remaja sehingga harus
dibekali dulu dengan materi bela negara sehingga menjadi “filter” ke
depan apabila ada nilai-nilai lain yang masuk bisa dijadikan penyaring
yang kokoh dan kuat. Kecenderungan anak muda dan para remaja
saat ini yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai ideologi
dan budaya lain dari luar yang bertentangan dengan budaya Indonesia
sangat penting untuk ditanamkan terlebih dahulu materi tentang bela
negara.
Pada pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi, para maha-
siswa harus dibekali dan ditanamkan pendidikan bela negara. Banyak
mata kuliah yang dapat menyisipkan materi bela negara kepada para
mahasiswa, seperti mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Pancasila. Dua mata kuliah ini sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, khususnya UU No. 11 Tahun 2012 Tentang
Perguruan Tinggi wajib ada dan termaktub dalam kurikulum pendidik
an di semua perguruan tinggi di Indonesia, sehingga sangat strategis
materi bela negara masuk dalam mata kuliah tersebut.
Krisis Bela Negara 37
kan di semua level ormas, LSM dan berbagai organisasi sosial politik
lainnya. Pelatihan bela negara harus masuk dalam setiap program dan
kegiatan yang ada di lingkungan pemerintahan, lingkungan perusa-
haan, lingkungan kemsyarakatan dan berbagai instansi, organisasi,
lembaga dan institusi negeri maupun swasta.
Pelatihan bela negara harus masuk dalam setiap elemen masyara-
kat sehingga akan dipahami dan diamalkan oleh setiap masyarakat.
Pelatihan bela negara yang ada di ormas, LSM dan berbagai organisasi
sosial kemasyarakatan lainnya harus digalakkan dan disupervisi oleh
Kesbangpol Pemda Propinsi dan Kabupaten/kota di setiap daerah agar
berjalan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Di dalam pe-
rusahaan, pelatihan bela negara harus disupervisi oleh Kementerian
BUMN yang membawahi setiap perusahaan di Indonesia sehingga
akan dapat terjamin efektifitasnya. Pelatihan bela negara di berbagai
partai politik harus dilakukan secara rutin kepada para pengurus, ka
der, dan simpatisan sehingga akan dapat terwujud rasa nasionalisme,
patriotisme, dan cinta tanah air yang tinggi terhadap NKRI.
dasan semangat bela negara yang tinggi bagi generasi muda penerus
bangsa. Anak muda Indonesia harus memiliki daya tangkal dan daya
saing tinggi dalam mengarungi arus globalisasi yang telah melanda
Indonesia. Semangat bela negara harus tumbuh dan menguat ditengah
terpaan angin globalisasi. Nilai-nilai bela negara harus terbalut dan ter-
patri dalam hati sanubari bangsa Indonesia, khususnya para pemuda
generasi penerus bangsa.
Pemuda sangat besar perannya dalam sejarah perjalanan bangsa
Indonesia. Bentangan sejarah perjuangan Indonesia mulai tonggak-
tonggak nasionalisme yang tercermin dari peristiwa 20 Mei 1908
yang didalamnya terdapat semangat Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928, proklamasi kemerdekaan Bangsa Indone-
sia tanggal 17 Agustus 1945, semangat gerakan 1966, sampai dengan
gerakan arus reformasi 1998, merupakan suatu peristiwa besar dalam
sejarah bangsa Indonesia yang sangat ditentukan oleh para pemuda,
khususnya para mahasiswa bersama rakyat Indonesia. Peran pemuda
sangat besar dalam upaya pembelaan negara. Pentingnya pemuda
ini dalam konteks negara sampai ada adagium terkenal, yakni: “siapa
yang menguasai pemuda, maka ia akan menguasai masa depan suatu
bangsa”. Ditambah lagi dengan pernyataan daari tokoh proklamator
Indonesia, Bung Karno, yang menyatakan tentang hebatnya peran
pemuda, yakni: “beri padaku sepuluh orang pemuda, maka akan ku-
goncangkan dunia”. Pernyataan ini tentu harus dicermati para pemuda
Indonesia tentang pentingnya peran pemuda dalam perjalanan masa
depan bangsa, khususnya dalam upaya pembelaan negara.
Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa para pemuda ge
nerasi penerus bangsa telah banyak diracuni oleh nilai-nilai global
barat, seperti kapitalisme, liberalisme, individualisme, dam material-
isme yang sangat bertentangan dengan ideologi Pancasila. Pola pikir,
pola tindak dan pola perilaku generasi muda telah terkooptasi oleh
nilai-nilai dari luar sehingga semangat bela negara sangat terancam.
Generasi muda Indonesia sudah banyak terjebak oleh berbagai akti-
Krisis Bela Negara 41
fitas dan kegiatan yang mengarah pada kegiatan destruktif seperti ke-
nakalan remaja, pengaruh narkoba, tawuran antar kampung, dan aksi
kriminalitas lainnya.
Para generasi muda seperti enggan untuk membicarakan hal-
hal yang berhubungan dengan bela negara. Sebagian besar pemuda
sudah larut dalam budaya pasar dan pop culture yang berkiblat ke
Barat sehingga sulit untuk membuat program dan kegiatan yang meng-
arah pada terwujudnya bela negara. Kegiatan-kegiatan kepemudaaan,
seperti pramuka, karang taruna, dan keorganisasian pemuda sudah
kurang diminati oleh para pemuda penerus bangsa. Para pemuda le
bih suka nongkrong di mall, hang out di cafe, hura-hura dan foya-foya
di berbagai tempat hiburan malam sehingga sangat membahayakan
semangat bela negara.
Ruh dan jati diri pemuda yang seharusnya selalu mengalir
dalam darah para pemuda sudah mulai terkikis oleh berbagai nilai,
budaya dan ideologi asing yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Para pemuda lebih banyak terjebak pada kegiatan pragma-
tis jangka pendek dan terkooptasi oleh kepentingan politik elit yang
menawarkan berbagai limpahan materi yang menggiurkan dan melu-
pakan semangat bela negara. Kalangan pemuda sebagai agen perubah
an kadangkala sudah terjebak pada kepentingan pribadi, kepentingan
kelompok, kepentingan organisasi, dan lambat laun meninggalkan ke-
pentingan bangsa, kepentingan masyarakat, dan kepentingan negara.
Semangat membela negara mulai goyah dan bergeser mengarah pada
pembelaan terhadap pribadi, kelompok, golongan, dan kepentingan
lain yang bersifat sempit dan jangka pendek.
Para pemuda generasi penerus bangsa yang terlibat dan berke
cimpung dalam berbagai organisasi kepemudaan seringkali sudah
larut dalam kepentingan politik dan menjadikan organisasi yang di-
awakinya sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan tertentu, misal-
nya kendaraan menjadi anggota DPR dan DPRD serta kendaraan men-
jadi pejabat politik. Organisasi kepemudaan yang seharusnya netral
42 Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
birunya negeri ini saat ini sangat ditentukan oleh elit politik yang ada
di lingkungan eksekutif dan legislatif baik di pusat maupun di daerah.
Dalam perspektif teori elit, dinyatakan secara jelas bahwa elit
adalah segelintir atau minoritas orang yang menguasai mayoritas ma-
syarakat. Elit adalah sekelompok orang yang terdidik, terlatih, dan
terampil dari aspek ilmu pengetahuan, teknologi, relasi, dan jaringan
pendanaan sehingga mampu mempengaruhi massa dalam jumlah
yang besar. Elit memiliki “power’ yang dapat menggerakan orang ke-
manapun dia mau. Elit politik sangat strategis pengaruh, kewenangan,
dan legitimasinya di tengah masyarakat, sehingga sangat baik untuk di-
gerakkan dalam meningkatkan semangat bela negara. Sumber-sumber
daya yang dimiliki oleh para elit politik sudah saatnya diberdayakan
untuk menumbuhkan semangat bela negara, cinta tanah air, wawasan
kebangsaan dan patriotisme di tengah masyarakat.
Posisi elit politik sebenarnya sangat berpengaruh dalam me-
numbuhkan semangat kebangsaan, rasa nasionalisme, dan cinta tanah
air. Namun, bagaimana kiprah elit politik saat ini? Dalam menjawab
pertanyaan ini maka tidak bisa langsung dijawab secara cepat. Perlu
kehati-hatian karena memang ada sebagian elit politik yang memang
memikirkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan prib-
adi, kelompok dan partainya. Namun tidak sedikit para elit politik di
era reformasi saat ini yang justru lebih mementingkan kepentingan
pribadi, kepentingan keluarga, kepentingan golongan, dan kepenting
an partainya di atas kepentingan bangsa dan negara.
Tanpa mengurangi kredibilitas dan integritas para elit politik
yang saat ini duduk di pemerintahan dan di DPR, lazim diketahui para
sebagian besar elit politik kita justru bergelimang dengan harta tanpa
memikirkan kepentingan rakyat. Para elit politik hanya menjual janji
tanpa memberikan bukti. Berjanji untuk tidak korupsi namun dalam
kenyataannya jelas-jelas melakukan korupsi milyaran dan bahkan trili-
unan rupiah. Negara benar-benar ditipu oleh para elit politik. Negara
dibohongi oleh para penguasa. Negara dikhianati oleh para pemilik
46 Bela Negara: Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi
kekuasaan di negeri ini. Para elit politik justru memandang jabatan bu-
kan sebagai amanah, melainkan sebagai kesempatan untuk mengeruk
harta, mengejar kepentingan pribadi dan menguasai segala sumber
daya pemerintahan. Para elit politik tidak sadar bahwa uang hasil ko-
rupsi adalah uang rakyat yang seharusnya dikembalikan kepada rakyat
melalui berbagai fasilitas dan pemberian bantuan kepada masyarakat
miskin.
Dalam catatan pemberantasan korupsi, sudah tidak terhitung
para elit politik melakukan korupsi. Mereka terbukti di pengadilan
melakukan praktek korupsi bersama “konco-konconya”. Para elit poli-
tik di lingkungan pemerintahan, mulai dari camat, bupati, walikota,
gubernur, sampai dengan menteri melakukan tindak pidana korupsi.
Belum lagi elit politik yang ada di lingkungan parlemen, seperti ang-
gota DPRD tingkat propinsi dan kabupaten/kota serta anggota DPR RI
yang sudah jelas-jelas melakukan praktek korupsi sehingga menim-
bulkan antipati masyarakat terhadap para elit politik. Para elit politik
yang seharusnya menjadi panutan, suritauladan, dan role model bagi
semua komponen masyarakat justru melakukan tindakan melanggar
etika dan melanggar hukum.
Perilaku korupsi para elit politik tentu saja telah mengkhianati
negara. Negara telah dibohongi dan ditipu oleh para elit politik. Elit
politik menggunakan “jargon” untuk kepentingan rakyat dan negara
dalam setiap tindakan dan perilakunya, namun dalam kenyataannya
jauh dari kepentingan negara dan rakyat. Perilaku korupsi telah meno-
dai semangat bela negara yang didengung-dengungkan oleh para
bapak pendiri bangsa ini. Sudah saatnya para elit politik menyadari
kesalahan yang dilakukan selama ini dan melakukan semacam “taubat
nasuha” agar jangan sampai terulang kembali perilaku melanggar hu-
kum, seperti melakukan tindak pidana korupsi. Hendaknya para elit
politik malu terhadap rakyat yang berada dalam kondisi kemiskinan
namun tetap peduli dengan negara dan mementingkan kepentingan
negara apabila negara membutuhkan rakyat untuk membela.
Krisis Bela Negara 47
yang seharusnya dibela mati-matian oleh para elit politik justru diting-
galkan ketika negara membutuhkan pembelaan di tengah ancaman
asing dalam arus globalisasi, pasar bebas dan perdagangan bebas.
Negara merasa sendiri tanpa ada yang menemani, negara merasa ter-
asing karena elit politik pada “ngacir” entah kemana di saat negara
membutuhkan bantuan dan pembelaan. Semangat bela negara tidak
terpatri dalam diri sanubari para elit politik.
Elit politik yang seharusnya memproduksi regulasi bela nega-
ra justru lari tidak membela negara. Rakyat dituntut oleh elit politik
untuk membela negara, namun pada kenyataannya, elit politik yang
tidak memiliki rasa bela negara. Rakyat dijadikan sebagai martir un-
tuk membela negara ketika ancaman musuh akan datang. Rakyat akan
dikorbankan jikalau musuh menyerang kedaulatan negara. Rakyat ke-
cil yang tidak tahu apa-apa dipermainkan, diperalat, dan dikorbankan
untuk kepentingan elit politik yang pada gilirannya elit politik yang
akan meraup keuntungan dari pengorbanan rakyat dalam membela
negara.
-oo0oo-
BAB 4
MENEROPONG BELA NEGARA
DI INDONESIA
A. PENDAHULUAN
1 Wawasan kebangsaan bukanlah sesuatu yang bersifat statis dan tak berubah dari waktu
ke waktu, sebaliknya ia bersifat dinamis. Namun bukan berarti juga wawasan kebangsaan
tersebut dapat diubah-ubah sekehendaknya. Seperti halnya bangun suatu rumah tangga,
ada bagian yang tak mudah untuk diubah dan ada bagian yang relatif mudah berubah”,
Susilo Bambang Yudhoyono, Menuju Negara Kebangsaan Modern, Jakarta, 2004, hlm. 25
2 Anderson mengatakan bahwa lahirnya sebuah negara bangsa, termasuk Indonesia, meru-
pakan hasil dari proses penjajahan dimana masyarakat yang multietnik, multiagama, multi-
budaya, dan multsuku, mengikrarkan diri untuk mengikat tali persatuan dan kesatuan kare-
na sama-sama merasa satu nasib, satu penderitaan, dan satu perjuangan, dalam melawan
kolonialisme. Dengan demikian, berdirinya Indonesia tidak didasarkan pada persamaan
agama, persamaan suku, dan persamaan budaya, melainkan persamaan sejarah yang sama-
Meneropong Bela Negara di Indonesia 71
sama dijajah oleh bangsa penjajah. Dirangkum dalam buku Benedict Anderson, Imagined
Communities: Komunitas-Komunitas Terbayang, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, hal.
67.
3 Agus Subagyo, “Revitalisasi Wawasan Kebangsaan”, Jurnal Karya Vira Jati Seskoad, Edisi IV,
No. 1, Tahun 2005, hal. 7
4 Proses terbentuknya nilai-nilai kebangsaan banyak dipengaruhi oleh jati diri dan nilai-nilai
yang disepakati oleh komunitas dalam nation state. Masyarakat dalam sebuah bangsa di-
tuntut untuk meneguhkan diri dalam semangat patriotisme, heroisme, dan nasionalisme
sehingga ikatan kebangsaan akan kuat dan tidak goyah diterpa isu disintegrasi bangsa. Di-
kutip dari Martin Griffith, Lima Puluh Pemikir Studi Hubungan Internasional, Jakarta, Murai
Kencana, 2001, hal. 63.
5 Dikalangan generasi muda, Pancasila sebagai ideologi negara dianggap sebagai sesuatu
yang membosankan, menjenuhkan, dan monoton. Berbicara tentang Pancasila dinilai se-
bagai hal yang klasik, kuno dan tidak nge-trend. Lihat dalam Agus Subagyo, “Revitalisasi
Pancasila Di Era Reformasi dan Globalisasi”, Jurnal Jipolis FISIP UNJANI, Vol. X, No. 35,
Tahun 2009, hal. 13.
6 Dalam perkembangan akhir, globalisasi akan melahirkan pemerintahan dunia (world gov-
ernment) dimana batas-batas antar negara menjadi hilang dan kedaulatan negara menjadi
sirna. Globalisasi sangat mengancam kedaulatan negara bangsa sehingga setiap negara
yang akan mengikuti globalisasi harus siap menerima tekanan deras kekuatan pasar bebas
dan perdagangan bebas sehingga melenyapkan organisasi “nation state” yang dibangun se-
jak Perjanjian Westphalia 1648. Lihat dalam Kenichi Ohmae, The End of The Nation State:
The Rise of The Regional Economies, New York: The Free Press, 1995, hal. 65.
7 Lihat dalam Benedict Anderson,”Kebutuhan Indonesia: Nasionalisme Dan Menumpas Ke
serakahan”, dalam Joesoef Ishak, 100 Tahun Bung Karno, Jakarta: Hasta Mitra, 2001, hal.
26.
8 Lihat dalam Richard Asley, State, Revolutions and Anarchy, New York: The Free Press,
1992, hal. 78.
9 Lebih jauh dapat dibaca dalam Kenny Erlington, Nationalisme Etnic and National Interest,
Oxford: Oxford Univesity Press, 1996, hal. 53.
10 Baca dalam John Mc Kinsey, The Idea of Nationalism, Toronto: Cillier Books, 1986, hal. 81
11 Lihat dalam Agus Subagyo, “Bela Negara atau Negara Di Bela: Mengapa Negara Perlu Di-
bela?”, dalam Jurnal Jipolis FISIP UNJANI, Vol. V, No. 14, Tahun 2006, hal. 24.
12 Lebih lanjut baca dalam Wiryono Amin, Pendidikan Kewarganegaraan: Bab X Bela Negara,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001, halm. 62.
13 Baca dalam Irwan Maulana, Nasionalisme, Patriotisme dan Bela Negara: Sketsa Pemikiran
Untuk Indonesia Abad 21, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2005, hal. 42.
-oo0oo-
BAB 5
BELA NEGARA DI WILAYAH
PERBATASAN
Kegiatan fisik dilakukan seperti karya bakti oleh TNI dibantu ma-
syarakat dengan melakukan pekerjaan pembetonan jalan sepanjang
1000 meter, dan pembangunan lapangan voley di Dusun Camar Bu-
lan, serta pipanisasi sepanjang 3000 meter dan pembuatan bendungan
air di Dusun Aruk. Sedangkan untuk kegiatan non fisik, yaitu kegiatan
PKBN berupa pemberian materi tentang wawasan kebangsaan dan
empat pilar kebangsaan kepada masyarakat dan lingkungan pendidik
an. Selain itu, dilaksanakan pula bhakti sosial berupa pengobatan ma
ssal dan pemberian bantuan perangkat alat sekolah.Kegiatan ini dilak-
sanakan sebagai upaya untuk menumbuhkan nilai-nilai bela negara
bagi seluruh warga negara.4
Melihat kondisi pada era demokrasi saat ini, ada kecenderun-
gan melemahnya ikatan kebangsaan dan kesadaran bela negara di
lingkungan masyarakat, maka pembinaan kesadaran bela negara ha-
rus diintensifkan dan dikembangkan dengan berbagai metode dan
kegiatan, sehingga kecintaan masyarakat terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 semakin meningkat. Hal itu dilakukan guna
mewujudkan sasaran kesadaran bela negara kepada seluruh masyara-
kat dan generasi muda secara dini. Juga dalam rangka menumbuhkan
semangat, tekad dan sikap serta perilaku seluruh masyarakat yang di-
jiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan kepada Panca
sila dan UUD 1945. Selain itu, sikap rela berkorban demi menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara, perlu diselenggarakan pembi-
naan kesadaran bela negara bagi masyarakat khususnya bagi masyara-
kat yang berada di wilayah perbatasan.5
Selain itu, berbagai sosialisasi, penyuluhan, dan pendidikan
bela negara harus terus dikembangkan dan ditingkatkan oleh selu-
ruh instansi pemerintahan dengan sasaran generasi muda di wilayah
perbatasan. Anak-anak sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA harus
terus ditanamkan nilai-nilai bela negara agar supaya tertanam kesada-
ran bela negara yang besar sehingga kecintaan terhadap NKRI akan
Bela Negara di Wilayah Perbatasan 85
1 http://www.setkab.go.id/artikel-7605-komitmen-pemerintah-membangun-wilayah-perba-
tasan.html.
2 http://www.bekangdam-mulawarman.mil.id/artikel/118-konsep-meningkatkan-rasa-nasi-
onalisme-warga-sekitar-batas-negara-di-wilayah-kalimantan-agar-mau-berpartisipasi-dalam-
bela-negara-melalui-kegiatan-binter.
3 http://forum.detik.com/kemhan-bangun-kesadaran-bela-negara-di-perbatasan-t568652.html
4 Ibid.
5 Ibid.
-oo0oo-
BAB 6
AGENDA BESAR BELA NEGARA
KE DEPAN
budaya nasional yang selama ini kita pupuk dan kita kembangkan se-
cara bersama-sama.
Bela negara dapat pula dijadikan sebagai “filter” bagi ancaman
separatisme, terorisme, dan radikalisme yang marak akhir-akhir ini.
Bangsa Indonesia di era reformasi sangat terkoyak dan dipenuhi de
ngan aksi konflik, kekerasan dan kerusuhan yang membahayakan per-
satuan bangsa sehingga perlu didorong untuk menumbuhkan sema
ngat bela negara yang tinggi. Semua warga negara harus diwajibkan
mementingkan kepentingan negara di atas kepentingan kelompok,
golongan dan partainya. Aksi-aksi kekerasan dan kerusuhan yang ter-
jadi di berbagai daerah merupakan wujud nyata bahwa bela negara
bangsa Indonesia masih lemah.
Dalam rangka meningkatkan bela negara di seluruh lapisan
komponen bangsa, maka diperlukan kerjasama, komunikasi, dan
koordinasi antar stakeholder terkait. Tanpa adanya kerjasama antar
komponen bangsa maka semangat bela negara akan sulit digelorakan
dari Sabang sampai Merauke. Semangat bela negara sangat ditentukan
keberhasilannya oleh sinergitas antar komponen bangsa. Semua pihak
harus saling bahu membahu menumbuhkan semangat bela negara,
melalui berbagai penyuluhan bela negara, pendidikan bela negara
dan pelatihan bela negara.
Selama ini kita semua mengetahui bahwa hampir seluruh instansi
pemerintah baik di pusat maupun di daerah melaksanakan berbagai
program dan kegiatan bela negara dengan sasaran semua komponen
bangsa, khususnya masyarakat lapisan bawah. Namun demikian, ber-
bagai program dan kegiatan tersebut dilakukan secara sendiri-sendiri,
kurang terprogram, kurang terintegrasi, dan kurang komprehensif. Hal
ini terjadi karena tidak adanya kerjasama, koordinasi, komunikasi dan
sinergitas antar instansi pemerintah dalam menyelenggarakan bela
negara kepada semua komponen bangsa.
Pemerintah pusat, mulai dari Kementerian Dalam Negeri, Ke-
menterian Pertahanan, Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan
Agenda Besar Bela Negara ke Depan 89
hasil jerih payah para pejuang nasional yang gugur membela nega-
ra dari tangan penjajah. Kita sebagai orang muda yang hidup untuk
mengisi kemerdekaan harus sadar akan hal tersebut dan berupaya
mensyukuri hal ini dengan kegiatan yang positif dan berupaya mem-
buat nama harum bangsa Indonesia di kancah internasional. Setiap
generasi mudah harus mensuritauladani ketokohan dan kepribadian
para phlawan nasional yang rela dan mementingkan kepentingan
negara di atas kepentingan pribadi dengan terjun ke medan peperang
an dengan taruhan nyawa dan meninggalkan anak istri demi NKRI.
Kita sebagai generasi muda harus menjadikan semangat tersebut un-
tuk mengisi kemerdekaan dan membawa bangsa Indonesia maju, se-
jahtera, adil, dan makmur.
Kita semua harus melihat pengalaman sejarah negara Eropa
Timur yang bernama Yugoslavia yang hancur berkeping-keping men-
jadi beberapa negara merdeka. Yugoslavia merupakan negara gagal
dimana berbagai wilayahnya memerdekakan diri dan mendorong Yu-
goslavia hilang dari peredaran bumi digantikan dengan negara-negara
kecil pecahan dari Yugoslavia. Hal ini terjadi salah satunya karena ti-
dak ada ikatan kuat dalam bingkai nasionalisme dan bela negara yang
ada dalam warga negaranya. Wawasan kebangsaan di Yugoslavia ti-
dak kuat terpatri dalam hati sanubari warga negaranya.
Hal ini tentu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi bang-
sa Indonesia agar supaya tidak terpecah-pecah menjadi berkeping-
keping sehingga keutuhan NKRI mengalami kehancuran. Banyak pi-
hak meramalkan bahwa bangsa Indonesia di masa mendatang akan
menjadi beberapa negara sehingga keutuhan NKRI akan terancam.
Kita semua sebagai komponen bangsa harus membuktikan bahwa
bangsa Indonesia tetap dari Sabang sampai Merauke dan dari Pulau
Miangas sampau Pulau Rote. Semangat kepahlawanan nasional yang
memerdekakan bangsa Indonesia harus terus dipegang teguh sebagai
senyawa untuk terus bersatu padu mempertahankan keutuhan NKRI.
Agenda Besar Bela Negara ke Depan 101
-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA
Internet:
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/04/30/mm24h3-
bpk-segera-audit-dana-otsus-papua-dan-papua-barat. http://economy.
okezone.com/read/2013/10/25/20/886934/dana-otonomi-khu-
sus-apbn-2014-disetujui-rp16-14-triliun.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara
http://www.organisasi.org/1970/01/kewajiban-bela-negara-bagi-
semua-warga-negara-indonesia-pertahanan-dan-pembelaan-
negara.html
http://www.organisasi.org/1970/01/kewajiban-bela-negara-bagi-
semua-warga-negara-indonesia-pertahanan-dan-pembelaan-
negara.html
http://www.saranainformasi.com/2013/10/18/bagaimana-bila-indone-
sia-jadi-menerapkan-wajib-militer/
http://id.wikipedia.org/wiki/Wajib_militer
http://setya-wa2n.blogspot.com/2013/01/negara-negara-yang-menga-
nut-wajib.html
Daftar Pustaka 105
http://www.setkab.go.id/artikel-7605-komitmen-pemerintah-memban-
gun-wilayah-perbatasan.html.
http://www.bekangdam-mulawarman.mil.id/artikel/118-konsep-me-
ningkatkan-rasa-nasionalisme-warga-sekitar-batas-negara-di-
wilayah-kalimantan-agar-mau-berpartisipasi-dalam-bela-negara-
melalui-kegiatan-binter.
http://forum.detik.com/kemhan-bangun-kesadaran-bela-negara-di-per-
batasan-t568652.html
-oo0oo-
View publication stats