Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN TYPOID FEVER

DI RUANG ANAK

RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

NAMA : Imro’atul Jamila


NIM : 19020036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2019
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati, 2014). Definisi lain
dari demam tifoid atau Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang
biasaya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2013).
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi
manusia yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
bakteri Salmonella typhosa. Ada dua sumber penularan Salmonella typhosa, yaitu
penderita demam tifoid dan karier. Seseorang yang karier adalah orang yang
pernah menderita demam tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa
waktu atau selamanya (Nadyah, 2014).

1.2 Etiologi
Demam tifoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella
yaitu Salmonella thypi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Bakteri
tersebut memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan (Inawati, 2014).
Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, baik ketika ia sedang sakit atau
sedang dalam masa penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita masih
mengandung Salmonella spp di dalam kandung empedu atau di dalam ginjal.
Sebanyak 5 persen penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,
sedangkan 2 persen yang lain akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar
dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain
termasuk urinary type.
1.3 Manifestasi klinis
a) Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah
10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas,
berupa :
- anoreksia
- rasa malas
- sakit kepala bagian depan
- nyeri otot
- lidah kotor
- gangguan perut (perut kembung dan sakit)
2. Gejala Khas
2.1 Minggu Pertama
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam
tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala,
pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara
80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan
gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak
enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu
pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah
kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor.

2.2 Minggu Kedua


Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat
setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian
meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua
suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam).
Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang
semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini
relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala
toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang
mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah
tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan
tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang
kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan.

2.3 Minggu Ketiga


Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila
keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai
turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia
memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau
stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia
urin.

2.4 Minggu Keempat


Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam
tifoid.

1.4 Patofisiologi
Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella
paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar.
Selanjutnya akan ke dinding usus halus melalui aliran limfe ke kelenjar
mesentrium menggandakan/multiplikasi (bacterium). Biasanya pasien belum
tampak adanya gejala klinik (asimptomatik) seperti mual, muntah, tidak enak
badan, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endosetual. Tetapi kuman
masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran
darah mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel
piogon akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang
mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam
dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan
kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman menuju
ke organ-oragan tubuh (hati, limfa, empedu) sehingga timbul peradangan yang
menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada
folikel limfosid berangsur-angsur mengalami perbaikan dan apabila tidak
dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ sehingga timbul komplikasi dan
dapat memperburuk kondisi pasien (Ngastiyah 2013) .
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita
demam tifoid dapat menularkan salmonella thypi kepada orang lain. Bakteri yang
masuk ke dalam lambung, sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang dirawat
dengan demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai diagnostik tes
Widal adalah melihat adanya kenaikan titer antibodi yang bermakna dalam darah
terhadap antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar) Salmonella enterica
serotype typhi pada 2 kali pengambilan spesimen serum dengan interval waktu
10-14 hari. Interpretasi hasil tes widal yaitu terjadinya aglutinasi menandakan tes
Widal positif dan jika reaksi positif diobservasi dalam 20ul sampel tes, hal ini
mengindikasikan adanya level klinis yang signifikan dari respon antibodi pada
serum pasien. Tidak terjadinya aglutinasi menandakan hasil tes Widal negatif dan
mengindikasikan tidak adanya level klinis yang signifikan dari respon antibody
(Wardana, 2014).

1.6 Diagnosa banding


Diagnose banding pada typod fever:
a). Pneumonia
b). Hepatitis Akut
c). DHF
d). TB
e). Malaria
f). Leukimia
1.7 Komplikasi
a). Tifoid toksik (tifoid ensefalopati)
b). Syok septik
c). Hepatitis tifosa
d). Pneumonia
e). Osteomielitis
1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan typoid fever menurut (Inawati, 2014) yaitu:
a). Tirah baring absolut minimal 7-14 hari sampai bebas demam
b). Terapi suportif misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan
keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan
kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam.
c). Farmakologi meliputi:
 Kloramfenikol
 Tiamfenikol
 Ko-trimoksazol
 Ampisilin dan Amoksisilin
 Sefalosporin
 Fluorokinolon
 Furazolidon
1.9 Konsep keperawatan

A. Pengkajian

1) Identitas pasien
Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
suku/bangsa,agama, status perkawinan,tanggal masuk rumah sakit, no
RM dan diagnose masuk.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak
turun –turun, nyeri perut,pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare
serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke
dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
apakah sebelumnya pernah mengalami demam thypoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Apakah keluarga pernah menderita penyakit keturunan seperti
DM,hipertensi, dll.
7) Pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola nutrisi dan metabolism


Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makanan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urin tidak mengalami gangguan,hanya warna
kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar
dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan
tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien di bantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan
suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit pada anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terdapat suara waham pada klien.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat
di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
8. Pemeriksaan fisik
a) keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-400C,
muka kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan,nafas cepat dan dalam
gambaran seperti bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative, hemoglobin
rendah.
e) Sistem intugumen
kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut
agak kusam.
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor(khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa
tidak enak, peristaltik meningkat.
g) Sistem muskuluskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan hati dan limpa membesar dengan
konsistensi lunak serti nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi
didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltic usus
meningkat.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adanya nafsu makan, mual, dan kembung.
4. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan
dan peningkatan suhu tubuh.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
C. Perencanaan
Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Anak dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermi.
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang
hipertermi.
b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.
Rasional : mengetahui keadaan umum klien.
c. Beri minum yang cukup.
Rasional : mencegah dehidrasi.
d. Berikan kompres air biasa.
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
e. Lakukan tepid sponge (seka).
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
f. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
g. Pemberian obat antipireksia.
Rasional : mempercepat proses penurunan suhu.
h. Pemberian cairan parenteral (iv) yang adekuat.
Rasional : mencegah kekurangan volume cairan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan : Masalah nyeri akut teratasi seluruhnya
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri
Rasional : mengetahui respon dan sejauh mana tingkat nyeri pasien
b. Berikan tindakan kenyamanan (contoh : ubah posisi)
Rasional : mencegah penekanan pada jaringan yang luka
c. Berikan lingkungan yang tenang
Rasional : agar pasien dapat beristirahat
d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analetik, kaji
efektifitas dari tindakan penurunan rasa nyeri
Rasional : untuk mengurangi rasa sakit/nyeri
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adanya nafsu makan, mual, dan kembung.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
a. Menilai status nutrisi anak.
Rasional : untuk mengetahui dan memantau nutrisi anak.
b. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak.
Rasional : untuk menambah status nutrisi.
c. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
Rasional : meningkatkan kualitas intake nutrisi.
d. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan
dengan teknik porsi kecil tapi sering.
Rasional: untuk meningkatkan intake.
e. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan
dengan skala yang sama.
Rasional: untuk mengetahui peningkatan berat badan.
f. Mempertahankan kebersihan mulut anak.
Rasional : meningkatkan nafsu makan pada anak.
g. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
Rasional : membantu proses peningkatan intake nutrisi yang
adekuat.
4. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurang intake cairan
dan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhi kebutuhan cairanya.
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membranmukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
a. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit 4 jam.
Rasional : mengetahui tanda-tanda vital.
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya cairan, turgor tidak elastis,
ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, membran mukosa
kering, bibir pecah-pecah.
Rasional : untuk mengetahui perkembangan keadaan umum klien.
c. Mengobservasi dan mencatat intake dan output dan
mempertahankan intake dan output yang adekuat.
Rasional : untuk mengetahui dan memantau cairan yang keluar
masuk.
d. Memonitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan
skala yang sama.
Rasional : mengetahui peningkatan berat badan.
e. Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.
Rasional : memonitor cairan yang masuk.
f. Memberikan antibiotik sesuai program.
Rasional : membantu dan mempercepat proses penyembuhan.
5. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
Tujuan : Mengatakan pemahaman poses belajar
Kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang yang
dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi :
a. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Rasional : memberikan pengetahuan pada pasien dan supaya
pasien mampu menganalisa tanda dan gejala yang dialaminya sesuai
penjelasan perawat/tim kesehatan lainnya.
c. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
Rasional : agar pasien mampu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab penyakit yang terjadi pada dirinya
d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Rasional : membantu pasien untuk dapat menentukan perilaku
yang harus dirubah supaya terhindar dari kambuhnya penyakit dan
mampu mengontrol kesehatan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Inawati. (2014). Demam Tifoid. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. Edisi
Khusus. Hal 31-36.
Nadyah. (2014). Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi insidens penyakit
demam tifoid di Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
2013. Jurnal Kesehatan, Vol VII, No 1, 305-321.
Ngastiyah. (2013). Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC
Wardana, I. M. T. L., et al. (2014). Diagnosis demam thypoid dengan
pemeriksaan widal. Bali: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Anda mungkin juga menyukai