Anda di halaman 1dari 10

Darah

Suhaima Izzatiey Amirah bt Suhaimi

102014232

Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida)

Alamat korespondensi : Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna utara, No 6, Jakarta 11510

izzatiey94@gmail.com

Abstract
Blood is a liquid that is very important for humans because it serves as a transportation and
many other beneficial use for human life. Without enough blood a person can experience health
problems and can even lead to death. Blood in the human body contains 55% of blood plasma (blood
fluid) and 45% of blood cells (blood solid). Red blood cells (erythrocytes) shaped like a disc / biconcave
and have no nucleus. Other than erythrocytes, blood also made up from white blood cells (leukocytes)
and the platelet. Erythrocytes (red blood cells) is generated for the first time in the yellow sac since when
the embryo in the first weeks. The process of formation of erythrocytes called eritropoisis. Erythrocyte life
span last for only 120 days or four months, then degraded in the liver and spleen. Most of the
hemoglobin is converted to bilirubin and biliverdin. The iron from the decomposition of hemoglobin is
delivered to the liver and spleen. In order to form the hemoglobin, it requires iron. So this iron in advance
must be synthesised in form of heme.

Keywords : Blood, erythrocytes, hemoglobin

Abstrak

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat
transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang
cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah
padat). Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Selain
eritrosit, darah juga terdiri dari sel darah putih (leukosit) dan thrombosit. Eritrosit (sel darah merah)
dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama.
Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4
bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan

1
biliverdin. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa. Bagi membentuk hemoglobin,
ia memerlukan zat besi. Jadi zat besi ini harus di sintesis terlebih dahulu di dalam bentuk heme.

Kata kunci : Darah, eritrosit, hemoglobin

Pendahuluan

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sIstem endokrin juga
diedarkan melalui darah.. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.1

Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan darah akibat kurangnya kandungan
hemoglobin dalam darah. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen dan berasa lemas karena
hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.Penyakit ini dapat
disebabkan karena kekurangan sel darah merah atau sel darah merahnya malah kekurangan
hemoglobinnya. Penyakit anemia ini dapat diatasi dengan memakan bahan makanan yang banyak
mengandung zat besi seperti pisang, kacang-kacangan, hati, daging, maupun bayam.2

1.0 Jenis dan Fungsi Darah

Darah dalam tubuh mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat
makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, menyingkirkan
karbon dioksida dan hasil buangan yang lain. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan
menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan
karena tindakan fagositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.3

Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan : menyegarkan cairan jaringan
karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Merupakan kendaraan untuk
mengangkut bahan buangan ke berbagai organ eskretorik untuk dibuang. Hormon dan enzim diantarkan
dari organ ke organ dengan perantaraan darah.3

Semua jaringan memerlukan persediaan darah yang memadai, yang tergantung pada tekanan darah
arteri normal yang dipertahankan. Dalam keadaan duduk atau berdiri, darah yang menuju ke otak harus
dipompa ke atas, namun dalam keadaan rebahan tekanan darah adalah normal. Bila otak tidak
menerima darah selama lebih dari 3 sampai 4 menit, maka akan terjadi perubahan-perubahan yang
tidak dapat pulih kembali atau kerusakan otak kekal dan beberapa sel otak akan mati.3

Berikut adalah senarai fungsi-fungsi darah :3

2
i. Sebagai alat pengangkut yaitu:
- Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
- Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
- -Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke seluruh jaringan/
alat tubuh.
- Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui
ginjal dan kulit.
ii. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi/ zat–zat anti racun.
iii. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
2.0 Komponen darah
 Plasma darah = 55 %

Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung
plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk
mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan.
Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.4

 Sel-sel darah = 45 %, terdiri dari :

1. Sel darah merah (eritrosit) 4

Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Ukuran
diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3
(41/2 juta). Warnanya kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen. Fungsi sel
darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen
dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut
oksihemoglobin (Hb + oksigen, Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai
oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan, dan seterusnya. Hb tadi akan
bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida,
Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.

Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Proses
pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus
dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan
siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih kurang
114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai
menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan
hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrosit yang berguna untuk mengikat oksigen dan
karbon dioksida. Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15 gram dalam 100cc darah.
Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena

3
strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diet seimbang
zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia,
yang biasanya disebabkan oleh perdarahan yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat
pembuatan eritrosit terganggu.

2. Sel darah putih (leukosit) 4

Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di bawah mikroskop maka
akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu
(pseudopodia), mempunyai bermacam- macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya,
warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-9000. Fungsinya
sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk ke dalam
jaringan RES (sistem retikulo endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai
pengangkut yaitu mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh
darah. Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh
manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit
yang ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya
tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari
serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm3 disebut leukositosis
dan kurang dari 6000 disebut leukopenia.

Leukosit berumur sekitar 12 hari. Leukosit keluar dari pembuluh kapiler apabila ditemukan antigen.
Proses keluarnya leukosit disebut dengan diapedesis. Leukosit yang berperan melawan penyakit yang
masuk ke dalam tubuh disebut antibodi. Leukosit memiliki sebuah nukleus, tidak berwarna (bening) dan
menunjukkan gerakan amuboid. Leukosit dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu granulosit jika
plasmanya bergranuler dan agranulosit jika plasmanya tidak bergranuler. Leukosit granulosit
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil. Leukosit agranulosit
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu monosit dan limfosit seperti yang di Gambar 1.0.

4
Gambar 1.0 : Jenis-jenis leukosit : a) granulosit b) agranulosit5

Neutrofil memiliki nukleus yang terdiri dari dua sampai lima lobus (ruang). Sel-sel ini berukuran sekitar
8µm dalam keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke jaringan yang terinfeksi. Saat
mendekati suatu partikel untuk difagositosis, sel-sel neutrofil mula-mula melekat pada reseptor yang
terdapat pada partikel, kemudian membuat ruangan tertutup yang berisi partikel-partikel yang sudah
difagositosis. Setelah itu ruangan ini akan melekuk ke dalam rongga sitoplasma dan melepaskan diri
dengan bagian luar membran sel membentuk gelembung fagositik yang mengapung dengan bebas.
Sebuah sel neutrofil dapat memfagositosis 5-20 bakteri sebelum sel neutrofil menjadi inaktif dan mati.
Neutrofil hanya aktif sekitar 6-20 jam.

Basofil memiliki dua nukleus berbentuk S dan bersifat fagosit. Basofil melepaskan heparin ke dalam
darah. Heparin adalah mukopolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati dan paru-paru. Heparin
dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu, basofil juga melepaskna histamin. Histamin adalah suatu
senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi antigen yang sesuai.

Eosinofil berbentuk hampir seperti bola, berukuran 9µm dalam keadaan segar. Eosinofil memiliki
nukleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya fagositosis yang lemah. Eosinofil
memiliki kecenderungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan yang mengalami reaksi alergi. Eosinofil
juga dianggap dapat mendetoksifikasi toksin penyebab radang. Eosinofil dilepaskan oleh sel basofil atau
jaringan yang rusak.

Monosit memiliki satu nukleus besar dan berbentuk tapal kuda atau ginjal. Monosit berdiameter 12-20
µm. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan, monosit membesar dan bersifat fagosit

5
menjadi makrofag. Makrofag ini bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling efektif dan
berumur panjang.

Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6-14 µm. Limfosit dibentuk di sumsum tulang,
sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat dua jenis sel limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T.
Limfosit yang tetap berada di sumsum tulang berkembang menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit yang
berasal dari sumsum tulang dan pindah ke timus berkembang menjadi sel T. Limfosit B berperan dalam
pembentukan antibodi. Jika limfosit B berhadapan dengan antigen tubuh, limfosit ini akan memproduksi
antibodi. Sebaliknya, limfosit T tidak menghasilkan antibodi. Limfosit T memiiki pelbagai fungsi,
contohnya limfosit sitotoksik-T berfungsi menghancurkan sel yang terserang virus. Dari kelima jenis
leukosit di atas, neutrofil merupakan sel-sel yang paling banyak menyusun leukosit.

3. Keping-keping darah (trombosit) 4

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada
yang bulat dan lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3. Fungsinya
memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau
ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih
dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Di
dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah,
yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. ketika kita luka maka
darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase.
Trombokinase ini akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin.
Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak
teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin di
buat didalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting
untuk pembekuan darah.

3.0 Sintesis dan Katabolisme Hb

a) Sintesis Hemoglobin3,5

Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada
minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan
kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini
dirangsang oleh hormon eritropoietin.

Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang,
maka produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu
sel batang myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit,
eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120
hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama
dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai
protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang

6
dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa heme dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna
kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan
warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

b) Katabolisme Hemoglobin3,5

Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa.
Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna
empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk
membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak.
Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.

Penghancuran eritrosit terjadi setelah umur rata-rata 120 hari ketika sel dipindahkan ke ekstravaskular
oleh makrofag system retikuloendotelial (RES), khusus berlaku dalam sumsum tulang dan juga dalam
hati dan limpa. Metabolisme sel darah merah perlahan-lahan memburuk karena enzim tidak diganti,
sampai sel menjadi tidak mampu (non-viable), tetapi alasan yang tepat mengapa sel darah merah mati
tidak jelas. Sel darah merah pecah membebaskan besi untuk sirkulasi melalui transferin plasma ke
eritroblas sumsum, dan protoporfirin yang dipecah menjadi bilirubin. Bilirubin beredar ke hati dimana ia
dikonjugasikan dengan glukoronida yang dieksresi ke dalam usus melalui empedu dan dikonversi
menjadi sterkobilinogen dan sterkobilin (diekskresi dalam feses). Sterkobilinogen dan sterkobilin
sebagaian diserap kembali (reabsorpsi) dan diekskresi dalam urin sebagai urobilinogen dan urobilin.
Fraksi kecil protoporfirin dikonversi menjadi karbon monoksida (CO) dan diekskresi melalui paru-paru.
Rantai globin dipecah menjadi asam amino yang dipakai kembali (reutilisasi) untuk sintesis protein
umum dalam tubuh. Hemolisis intravaskular (pemecahan sel darah merah di dalam pembuluh darah)
memainkan peranan sedikit atau tidak sama sekali pada penghancuran sel darah merah.

4.0 Metabolisme Besi 6

Zat besi normal dikonsumsi 10-15 mg per hari. Sekitar 5-10% akan diserap dalam bentuk Fe2+ di
duodenum dan sebagian kecil di jejunum. Pada kondisi asam, zat besi lebih banyak diserap. Fe akan
disimpan dalam bentuk ferritin. Absorpsi zat besi dipengaruhi oleh protein HFE. HFE akan menempel
pada reseptor transferring (protein pengangkut Fe). Fe akan memasuki aliran darah dan bergabung
dengan protoporphyrin membentuk heme. Kemudian heme akan berikatan dengan rantai globin untuk
membentuk hemoglobin.Pada sel darah merah yang tua dan telah dipecah oleh makrofag, Fe akan
kembali ke aliran darah dan siap digunakan kembali. Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh
berupa :6

Senyawa besi fungsional Hemoglobin, mioglobin, enzim-enzim

Besi cadangan Feritin, Hemosiderin

Besi Transfort Transferin

Besi diabsorbsi dalam tubuh melalui 3 fase yaitu:6

7
1. Fase luminal: besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserap di duodenum

2. Fase Mukosal: proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses aktif

3. Fase Korporeal: meliputi proses transfortasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel sel yang
memerlukan dan penyimpanan besi oleh tubuh.

Bentuk zat besi dalam tubuh terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh salah satunya adalah zat besi
dalam hemoglobin.

Tabel 1.0 : Kompartemen zat besi dalam tubuh5

Dari Tabel 1.0 ini kelihatan bahwa sebagian besar zat besi terikat dalam hemoglobin yang berfungsi
khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk keperluan metabolisme dalam jaringan-jaringan. Sebagian lain
dari zat besi terikat dalam sistem retikuloendotelial (Reticulo Endothelial System = RES) hepar dan
sumsum tulang sebagai depot besi untuk cadangan. Sebagian kecil dari zat besi dijumpai dalam
transporting iron binding protein (transferin), sedangkan sebagian kecil sekali didapati dalam enzim-
enzim yang berfungsi sebagai katalisator pada proses metabolisme dalam tubuh. Proses metabolisme
zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin, dimana zat besi digunakan secara terus- menerus.
Sebagian besar zat besi yang bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya
sebagian kecil sekali yang diekresikan melalui air kemih, feses dan keringat.3,6

Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui proses yang kompleks. Proses ini
meliputi tahap – tahap utama sebagai berikut :

1.Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau Fe2+ mula-mula mengalami
proses pencernaan

2.Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi
menjadi Fe2+

3.Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ selanjutnya berikatan dengan apoferitin yang
kemudian ditransformasi menjadi feritin dan disimpan dalam bentuk feritin. Sebagian lagi, Fe2+
dibebaskan ke dalam plasma darah. (Dikenal adanya mucosal block, suatu fenomena dimana setelah
beberapa hari dari suatu bolus besi dalam diet, maka enterosit resisten terhadap absorpsi besi

8
berikutnya. Hambatan ini mungkin timbul karena akumulasi besi dalam enterosit sehingga
menyebabkan set point diatur seolah-olah kebutuhan besi sudah berlebihan).

Lebih kurang 4 gram zat besi ada dalam tubuh, hanya 2,5 -3 mg yang berada dalam transferin menuju
ketempat penyimpanan Fe (depot iron), atau ketempat sintesis hemoglobin (Fe hemoglobin) dan untuk
sebagian kecil sekali Fe dipakai dalam proses enzimatous dimana diperlukan ion rerum. Ada 2 jalan yang
ditempuh untuk mengangkut zat besi :3,6

1) Dengan transferin yang terdapat dalam plasma

2) Dengan proses pinositosis oleh sel RES

Berbeda dengan keadaannya pada mineral-mineral lainnya maka tubuh manusia tidak sanggup untuk
mengatur keseimbangan zat besi melalui ekskresi. Jumlah zat besi yang dikeluarkan tubuh setiap hari
hanya sangat kecil saja berkisar antara 0,5 -1 mg / hari. Ekskresi ini relatif konstan dan tidak dipengaruhi
oleh jumlah besi didalam tubuh atau absorbsinya. Besi keluar melalui rambut, kuku, keringat, empedu,
air kemih, dan yang paling besar melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan.Pada wanita selama
mensturasi dapat kehilangan besi antara 0,5 -1 mg /hari. Wanita habis melahirkan dengan perdarahan
normal dapat kehilangan besi 500 -550 mg / hari.

Besi yang diserap usus setiap hari berkisar antara 1-2 mg, ekskresi besi terjadi dalam jumlah yang sama
melalui eksfoliasi epitel. Besi dari usus dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang
dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22mg untuk dapat memenuhi kebutuhan
eritropoiesis sebanyak 24 mg perhari. Eritrosit yang terbentuk secara efektif yang akan beredar melalui
sirkulasi memerlukan besi 17 mg, sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena
terjadinya eritrpoiesis inefektif (hemolisis intramedular). Besi yang terdapat pada eritrosit yang beredar,
setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan ke dalam makrofag sumsum tulang sebesar
17 mg. Sehingga dapat dilihat sebagai suatu lingkaran tertutup.7

5.0 Mikroskopik Darah

Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti.
Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat
pigmen warna merah berupa hemoglobin. Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum
tulang merah, limpa dan hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap.
Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati hemoglobin dan
akhirnya kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar
di dalam tubuh selama kebih kurang 114 - 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk
membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berguna
untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida. Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15
gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah
memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi, sehingga
diperlukan diet seimbang zat besi.3

9
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin
dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang
biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat
pembuatan eritrosit terganggu. 3

6.0 Komponen & Bahan untuk Membentuk Darah

Berikut adalah komponen dan bahan untuk pembentukan darah :3

1. Air : 91%

2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen)

3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium, dan zat
besi).

4. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino)

Kesimpulan

Darah adalah cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap
virus atau bakteri. Jadi, pengambilan diet yang benar sangat penting terutamanya zat besi karena zat
besi merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin. Jika seseorang kekurangan zat besi
dalam diet seharian maka pembentukan hemoglobin akan terganggu. Contoh kesan dari defisiensi zat
besi adalah anemia. Oleh itu, perempuan muda yang cepat lelah dan lemas itu mengalami anemia
defisiensi besi karena kekurangan zat besi. Hipotesis diterima.

Daftar pustaka

1) Larry W. Hematologi. Edisi 3. Jakarta : ECG ;2001. Hal : 164-5.


2) Patrick D. At a glance medicine. Jakarta : EMS ; 2005. Hal : 305.
3) K. Kindangen, Darminto S, Handy W, William, Elly H, et al. Bahan kuliah blok 8. Jakarta ; 2015.
Hal 150-1, 140-3, 77-9, 121
4) Lauralee S. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta :ECG ; 2001. Hal : 346-8.
5) John G. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Edisi 2. Jakarta : ECG; 2003. Hal:161.
6) Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Jakarta : ECG ; 2000. Hal : 510-1.
7) Faisal A, Ali K. Makan tepat badan sehat. Edisi 1. Jakarta : Hikmah; 2009. Hal :76-8.

10

Anda mungkin juga menyukai