Anda di halaman 1dari 8

SALPINGITIS

1 Balasan

1. PENDAHULUAN

Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba . Hal ini sering digunakan secara
sinonim dengan penyakit radang panggul (PID), meskipun PID tidak memiliki definisi yang
akurat dan dapat merujuk pada beberapa penyakit pada saluran kelamin bagian atas perempuan,
seperti endometritis, ooforitis, myometritis, parametritis dan infeksi pada panggul
peritoneum.Sebaliknya, salpingitis hanya merujuk infeksi dan peradangan di saluran tuba.(1)

Ketika peradangan terjadi, ekstra cairan sekresi atau nanah terkumpul di dalam tabung tuba.
Infeksi dari salah satu tabung tuba biasanya menyebabkan infeksi lain. Hal ini terjadi karena
bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.

Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum infertilitas wanita. Jika salpingitis tidak
segera diobati, infeksi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tuba falopi sehingga telur
dilepaskan setiap siklus mestruasi tidak bisa bertemu dengan sperma.(2,3)

1. II. INSIDEN

Di Amerika dari tahun 1995-2001, terdapat sekitar 769.859 kasus salpingitis setiap tahunnya.
Dari jumlah tersebut 91% yang di diagnosa dengan rata – rata 25.235 ( 4 dari 1000 wanita usia
15 – 44 tahun ).

Organisasi Kesehatan Dunia telah menerbitkan data tentang jumlah kasus tentang gonore dan
klamidia di seluruh dunia tahun 1995. Pada tahun itu, sekitar 31 juta kasus infeksi Gonore dan
22,5 juta kasus infeksi Chlamydia, merupakan organisme penyebab utama salpingitis dan terjadi
pada wanita di seluruh dunia. Secara geografis, sebagian besar kasus ini berada di negara
berkembang. Prevalensi tertinggi berada di sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, dengan
terendah di Asia Timur dan Pasifik. Selain itu, komplikasi penyakit menular seksual, termasuk
salpingitis, lebih umum di negara-negara dengan sumber daya yang lebih miskin.(4)

1. III. EPIDEMIOLOGI
Lebih dari satu juta kasus salpingitis dilaporkan setiap tahunnya di AS, namun jumlah insiden ini
diperkirakan jauh lebih besar, ini disebabkan ketidak tahuan penderita dan bahkan banyak kasus
dilaporkan ketika penyakit telah kronis. Pada wanita usia 16-25 tahun, salpingitis adalah infeksi
yang paling berbahaya. Salpingitis mempengaruhi sekitar 11% dari perempuan pada usia subur.

Salpingitis banyak di temukan pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Namun hal ini dianggap
sebagai efek dari riwayat seks sebelumnya, gonta – ganti pasangan dan kurangnya pengetahuan
kesehatan yang baik merupakan faktor resiko independen untuk salpingitis. Sebagai akibat
peningkatan resiko akibat berganti – ganti pasangan, maka prevalensi tertinggi salpingitis adalah
remaja (15-24 tahun).

Kurangnya kesadaran dini dan kurangnya kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi
umumnya juga menjadi faktor meningkatnya salpingitis.(1)

1. IV. ETIOLOGI

Salpingitis merupakan sinonim dari penyakit radang panggul (PID). PID terjadi karena infeksi
polimikrobakterial pada sistem genitalia wanita ( uterus, tuba fallopi dan ovarium ) yang
menyebabkan peningkatan infeksi pada daerah vagina atau servikx.(5)

Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama
kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa
masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD,
persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:

 Aktinomikosis (infeksi bakteri)


 Skistosomiasis (infeksi parasit)
 Tuberkulosis.
 Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.(medicastore)

Beberapa bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk salpingitis meliputi:

 Klamidia
 Gonococcus (yang menyebabkan gonore)
 Mycoplasma
 Staphylococcus
 Streptococcus.(1,2)
1. V. ANATOMI

Organ – organ utama dari traktus reproduksi wanita, yang pling penting diantaranya adalah tuba
fallopi, ovarium, uterus dan vagina.(6)

1. Tuba Fallopii

terdiri atas :

1. Pars intersisialis (diameter 3-6 cm), bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2. Pars isthmika (diameter 2-3 cm), bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3. Pars ampularis (diameter 4-10 cm), bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi.
4. Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.

Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari ligamentum
latum. (7,8)

1. Ovarium

Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat
pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii.

Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagaian besar ovarium berada
intraperitoneal dan tidak di lapisi oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam
ligamentum latum (hilus ovarii). Di situ masuk pembuluh – pembuluh darah dan saraf ke
ovarium. Lipatan yang mengubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium
dimanakan mesovarium.

1. Uterus

Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng.
Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm, lebar di tempat yang paling lebar 5,25 cm. Uterus
terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3 bagian bawah).

Bagian atas uterus disebut fundus uteri, disitu tuba fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus.
Dinding uterus terdiri terutama atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga; yang
sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini
beranyaman. Miometrium dalam keseluruhhannya dapat berkontraksi dan berrelaksasi.
1. Vagina

Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Introitus vaginae tertutup
pada himen (selaput dara), suatu lipatan selaput setempat. Pada seorang virgo selaput daranya
masih utuh, dan lubang selaput dara (hiatus himenalis) umumnyya hanya dapat dilalui oleh jari
kelingking.

Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan belakang 9,5 cm, sumbunya berjalan kira – kira sejajar
dengan arah pinggir bawah simfisis ke promontorium.(8)

1. VI. PATOFISIOLOGI

Kebanyakan kasus salpingitis terjadi dalam 2 tahap. Pertama melibatkan akuisisi infeksi vagina
atau leher rahim. Yang kedua melibatkan peningkatan saluran kelamin bagian atas. Meskipun
mekanisme yang tepat untuk peningkatan tidak diketahui, siklus menstruasi mundur dan
pembukaan leher rahim selama menstruasi tapi hal tersebut merupakan faktor yang dapat
meningkatkan infeksi.

Proses membedahan seperti biopsi endometrium, kuret dan hysteroscopies, merupakan


predisposisi wanita untukinfeksi ini. Perubahan dalam lingkungan mikro cervicovaginal
dihasilkan dari terapi antibiotik, ovulasi, menstruasi atau penyakit menular seksual (PMS) dapat
mengganggu keseimbangan flora endogen, nonpatogenik biasanya menyebabkan organisme
untuk berkembang biak sangat cepat dan akan naik ke saluran bagian atas.

Faktor – faktor ini juga dapat memfasilitasi peningkatan bakteri patogen, seperti neisseria
gonorrhoeae atau chlamdia trachomatis. Intercourse juga dapat berkontribusi untuk peningkatan
infeksi dengan kontraksi rahim secara mekanis membujuk organisme untuk meningkat. Selainitu
sperma dapat membawa organisme ke saluran kelamin bagin atas pada saat hubungan seksual.(4)

1. VII. DIAGNOSIS
1. Gambaran klinis

 Salpingitis akut

Salpingitis akut, saluran tuba menjadi merah dan bengkak, dan mengeluarkan cairan tambahan
sehingga dinding-dinding bagian dalam tabung sering tetap bersatu. Tabung mungkin juga tetap
berpegang pada struktur terdekat seperti usus. Kadang-kadang, sebuah tabung tuba bisa mengisi
dan mengasapi dengan nanah. Dalam kasus yang jarang terjadi, tabung pecah dan menyebabkan
infeksi yang berbahaya dalam rongga perut (peritonitis). (2)
Salpingitis kronis biasanya mengikuti suatu serangan akut. Infeksi ini lebih ringan, lebih tahan
lama dan mungkin tidak menghasilkan banyak terlihat gejala.(2)

Dalam kasus ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini berarti saluran tuba bisa
menjadi rusak tanpa wanita bahkan menyadari bahwa ia memiliki infeksi. Gejala salpingitis
dapat mencakup:

 Vagina abnormal, seperti warna atau bau yang tidak biasa


 Bercak antara periode
 Dismenorea (menyakitkan periode)
 Sakit saat ovulasi
 Tidak nyaman atau sakit saat hubungan seksual
 Demam
 Sakit perut di kedua sisi
 Nyeri punggung bawah
 Sering buang air kecil
 Mual dan muntah
 Gejalanya biasanya muncul setelah periode menstruasi.(1,2)

1. Gambaran Radiologis
1. USG

Meskipun ultrasonografi (USG) adalah tidak diindikasikan untuk diagnosa penyakit ini, ini
adalah tes diagnostik pilihan untuk evaluasi kemungkinan TOA. ultrasonografi juga mungkin
dapat membantu dalam mengatur keluar beberapa etiologi dalam diferensial, seperti kista
ovarium, ovarium torsi, dan, mungkin, apendisitis atau endometriosis.

USG Transabdominal tidak mampu membedakan antara pyosalpinx, hydrosalpinx, akut


salpingitis, tuboovarian kompleks, atau TOA, dan diferensiasi ini ditingkatkan dengan USG
transvaginal.(4)

Di ambil dari kepustakaan 11 :

Gambaran USG Salpingitis

1. HSG

Salpingitis isthmica nodosa dapat di diagnosis menggunakan pemeriksaan radiograpi.


Histerosalpingogram atau HSG menunjukkan banyaknya diverticuli atau kantong luar yang
menonjol dari lumen tuba sampai ke dinding dari isthmic yang melewati porsi dari tuba
fallopian. Karena itu dengan pemeriksaan HSG gambaran radiologis dari tuba diverticulosis
kelihatan.(12,13)

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:


# Pemeriksaan darah lengkap
# Pemeriksan cairan dari serviks
# Kuldosentesis
# Laparoskopi (16)

1. VIII. DIAGNOSA BANDING

ADNEKSA TUBA FALLOPII

Tumor ganas primer di tuba sangat jarang, lebih sering yang sekunder barasal dari tumor ganas
ovarium, uterus, kolorektal, lambung dan payudara.

Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala. Diagnosis sering terlambat di buat karena
letaknya yang sangat tersembunyi. Biasanya dibuat secara tak terduga saat laparotomi dan
pemeriksaan histologik atas spesimen yang dikirim. Kalau sudah ada keluhan biasanya sudah
terlambat. Deteksi dini tumor ganas tubafalloppii sukar diupayakan. Perlu dapat perhatian
khusus bila wanita berusia (45-55 tahun), ditemukan tumor adneksa disertai nyeri dan adanya
getah vagina yang semula kekuning – kuningan kemudian bercampur darah, dicurigai
kemungkinan akan adanya tumor ganas tuba terutama pada nullipara atau primipara.

Pemeriksaan sitologi usapan serviks tidak banyak membantu. Akan tetapi bilamana hasilnya sel
ganas positif, sedangkan di serviks maupun dikavum uteri dapat dinyatakan tidak ada
keganasan, maka perlu dipikirkan kemungkinan keganasan di tuba atau ovarium, lebih lebih jika
ada masa tumor pada adneksa. Heistero-salpingografi (HSG) tidak dianjurkan karena dapat
berakibat meluasnya proses radang. Transvaginal/transrektal USG dapat membantu menegakkan
diagnosis.(14)

Diambil dari kepustakaan 14 :

Gambaran USG Adneksa tuba Fallopii

1. IX. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengelolaan secara efisien salpingitis adalah untuk mengobati infeksi akut, sehingga
menjaga kesuburan dan mencegah kehamilan ektopik, serta mengurangi risiko jangka panjang
inflamasi sequelae.(4)
Wanita dengan PID atau salpingitis dapat berobat jalan maupun di rawat inap. Menurut Pelvic
Inflammatory Disease Evaluation and Clinical Health (PEACH) trial, 831 wanita dengan gejala
PID ringan biasanya menerima pasien rawat inap dengan pengobatan melalui intravena (IV) :
cefoxitin dan doxycycline, sedangkan untuk pesien rawat jalan diberi intramuskular (IM)
cefoxitin dan pemberian peroral untuk doxycycline.(15)

Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama
menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya
menggunakan kondom.(16)

1. X. KOMPLIKASI

Without treatment, salpingitis can cause a range of complications, including: Tanpa perawatan,
salpingitis dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk:

 infeksi lebih lanjut

infeksi dapat menyebar ke struktur terdekat, seperti indung telur atau rahim.

 Infeksi mitra seks

wanita pasangan atau mitra dapat kontrak bakteri dan terinfeksi juga.

 Tubo-ovarium abses

sekitar 15 persen wanita dengan mengembangkan salpingitis abses, yang memerlukan rawat
inap.

 Kehamilan ektopik

Tabung tuba yang diblokir mencegah telur yang telah dibuahi memasuki rahim, sehingga embrio
kemudian tumbuh diluar tabung tuba. Resiko kehamilan ektopik untuk wanita dengan salpingitis
atau penyakit radang panggul (PID) adalah sekitar 1 – 20 persen. (2,3)

 Infertility

Tabung tuba cacat atau terdapat luka sehingga telur dan sperma tidak dapat bertemu. Setelah
seseorang terkena salpingitis atau PID, seorang wanita memiliki resiko infertilitas sekitar 15
persen. Pada infertility terjadi inflaminasi, sebagian besar terjadi akibat dari infeksi gonococcal,
akibat dari pengobatan modern.(17)
1. XI. Further infection – the infection may spread to nearby structures, such as
the ovaries or uterus.PROGNOSIS

 Prognosis untuk salpingitis sangat bagus jika penyakit ini didiagnosis dan diobati dini,
meskipun sebagian kecil pasien akan menjadi tidak subur meskipun perawatan dini.
 Prognosis buruk pada pasien dengan episode berulang penyakit.(4)

Anda mungkin juga menyukai