Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AL-ISLAM

KEMUHAMMADIYAHAN
TOKOH DAN SUMBANGAN CENDEKIAWAN MUSLIM

BAGI KEILMUAN MODERN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK V

ANGGOTA :
ADE MEILIA PUTRI SARI BS
ADIB YANUAR PRATAMA
AHMAD MEI PRIHANTO
ANISSA ALIA PUTRI
BAKIL AKBAR
DADING ARGANTARA PRASADI
DEDI PARHADI
DWI DIMAS ARRASYID
HENDRA
LATIFAH QONITAH MULIANA
MALIK NURHUDA
MAULYA HASWARI SAPUTRI
RIFQI ANNAFI’
RIZKA FEBRIANA WULANDARI
WINDA ROBO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, bahwa kami telah
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan dengan topik
“Tokoh dan Sumbangan Cendekiawan muslim bagi Keilmuan Modern”. Dan tak lupa
pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW nabi yang membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam Islamiyah semoga kita
mendapatkan syafaatnya diakhir hayat.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini alhamdulillah tidak ada hambatan yang
berarti dikarenakan banyaknya dukungan dari berbagai pihak sehingga penyusunan
makalah ini berjalan dengan lancar. Sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi. Oleh karena itu kami mengucapakan terima kasih kepada Bapak Iwan Setiawan
selaku dosen mata kuliah Al-Islam kemuhammadiyahan yang telah memberikan tugas,
petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan makalah ini. Kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran dari teman-teman pembaca yang bersifat
membangun demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermamfaat khususnya bagi kami sehingga
tujuan yang diharapakn dapat tercapai. Amin…

Yogyakarta, 19 Oktober 2015

PENYUSUN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke
tangan Barat menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang
lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam
mulai memikirkan cara untuk meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sejak periode pertengahan, terutama
pada masa kerajaan Utsmani. Pada abad ke-17, mulai terjadi kemunduran khusunya
ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang dialami melalui peperangan melawan negara-
negara Eropa. Peristiwa tersebut diawali dengan terpukul mundurnya tentara usmani
ketika dikirm untuk menguasai wina pada tahun 1683. Kerajaan Utsmani menyerahkan
Hungaria kepada Austria, daerah Podolia kepada Polandia, dan Azov kepada Rusia
dengan perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699. Kekalahan yang
menyakitkan ini mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan Utsmani
mengadakan berbagai penelitian untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan
rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan Eropa, terutama Prancis
sebagai negara yang terkemuka pada waktu itu. Negara Eropa mulai mempunyai arti yang
penting bagi cendikiawan atau pemuka-pemuka Utsmani. Orang-orang Eropa yang selama ini
dipandang sebagai kafir dan rendah mulai dihargai. Bahkan, duta-dutapun dikirim ke Eropa
untuk mempelajari kemajuan berbagai disiplin ilmu serta suasana dari dekat.
Periode modern dimulai pada tahun 1800 M hingga sekarang. Periode ini adalah
zaman pengupayaan kebangkitan umat Islam dari kemunduran berpikir, berbudaya dan
nilai-nilai. Atas dikuasainya Mesir oleh Prancis membuat umat Islam sadar bahwa
selama ini mereka telah mengalami kelemahan dan kemunduran.
Peradaban Islam yang maju hanya sebagai sejarah masa lalu. Umat Islam
terkejut bahwa dunia Barat memiliki peradaban modern yang lebih canggih. Karena hal
ini maka umat Islam dalam kondisi terancam. Kesadaran ini pun memunculkan
keprihatinanpara pemuka dan penguasa Islam. Mereka memikirkan bagaimana
meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Maka dari itu, timbullah ide-ide
pembaruan dalam Islam. Pada tahun 1901 Inggris datang dan bertempur deengan
Prancis. Prancis mengalami kekalahan. Tentara mereka meninggalkan Mesir pada
tanggal 31 Agustus 1801. Dalam pemikirannya ada banyak tokoh atau cendekiawan
muslim yang berpengaruh.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah :
a. Bagaimana Sejarah Perkembangan Islam pada abad modern…?
b. Dalam bidang apa saja perkembangan Islam pada abad modern…?
c. Siapa saja tokoh dan cendekiawan Muslim bagi keilmuan modern…?
d. Apakah manfaat mempelajari perkembangan Islam pada abad modern…?

1.3. TUJUAN PENYUSUNAN


Tujuan Penyusunan :
a. Mempelajari Sejarah perkembangan Islam pada modern,
b. Mempelajari Perkembangan Islam pada berbagai bidang,
c. Mempelajari tokoh dan cendekiawan muslim bagi perkembangan keilmuan
modern.
d. Mempelajari manfaat mengetahui Perkembangan Islam pada abad modern …?

1.4. MANFAAT PENYUSUNAN


Manfaat Penyusunan :
a. Kita dapat mengetahui Sejarah perkembangan Islam pada modern.
b. Dapat mengetahui Perkembangan Islam dalam berbagai bidang pada abad
modern.
c. Kita dapat mengetahui tokoh dan cendekiawan muslim bagi perkembangan
keilmuan modern.
d. Kita dapat mengetahui manfaat mempelajari Perkembangan Islam pada abad
modern.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD MODERN

Sejarah perkembangan peradaban Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Periode klasik (650 -1250 M),

Merupakan zaman kemajuan. Periode klasik, yang dimulai sejak Rasulullah


SAW, menyampaikan seruannya sampai masa runtuhnya Dinasti Abbasiyah pada
tahun 656 H/1258 M. Cirinya ialah tanpa menutup mata terhadap adanya dinasti-
dinasti kecil, Dinasti Umaiyah Barat yang berkedudukan di Andalusia dan
interengum (masa peralihan pemerintahan) Dinasti Fatimah di Mesir, masih ada satu
kekuasaan politik yang kuat dan disegani. Dalam periode klasik inilah umat Islam
mencapai prestasi-prestasi puncak di bidang kebudayaan.

2. Periode pertengahan (1250 - 1800 M),

Periode pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai


abad ke-17 Masehi. Ciri-cirinya ialah kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling
bermusuhan. Osmanli Turki, Mamluk Mesir, Umaiyah Barat di Andalusia, Mamluk
India, dan berdirinya kerajaan-kerajaan Muslim yang berdaulat sendiri-sendiri. Dapat
dibaca juga dalam dua fase penting:
a. Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh diwarnai perselisihan yang terus
meningkat dengan sentiman mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun
sentimen etnis (antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah
yang kemudian diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa pintu ijtihad
telah tertutup. Sementara perhatian terhadap dunia ilmu pengetahuan melemah,
kekuatan Kristen (dimana Perang Salib telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus
II sejak dalam Konsili Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam;

b. Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M). Pada masa kejayaannya, masing-masing
kerajaan ini memiliki keunggulan khas di bidang literatur dan arsitektur
sebagaimana terlihat melalui keindahan masjid-masjid dan bangunan lainnya
yang lahir ketika itu. Sedangkan perhatian pada riset ilmu pengetahuan masih
terbilang sangat kurang sehingga turut memberi kontribusi pada menurunnya
kekuatan militer sekaligus politik umat Islam. Sisi lain, dunia Kristen dengan
kekayaan yang terus berlimpah yang diangkut dari Amerika dan Timur Jauh
semakin maju baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan kekuatan militernya.

3. Periode modern (1800 - sekarang).


Merupakan periode kebangkitan umat Islam.

B. PERKEMBANGAN ISLAM DALAM BERBAGAI BIDANG


Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali
peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol, perang salib dan
sisilia. Spanyol sendiri merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam
menyerap ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, baik dalam bentuk politik, sosial,
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

Beberapa perkembangan Islam antara lain sebagai berikut:

1. Bidang politik
Terjadi balance of power karena di bagian Barat terjadi permusuhan antara bani
Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di bagian
timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di
semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam
perebutan kekuasaan pada tahun 750 M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan
kekaisaran Byzanium timur dalam memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah
persekutuan antara Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sedangkan bani
Umayyah II bersekutu dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah
terjadi perang salib (1096-1291).

2. Bidang Sosial Ekonomi


Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada
tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan Eropa.
Islam berarti telah menguasai daerah Timur Tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan
dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini
menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika.

3. Bidang Kebudayaan
Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti
dari Yunani dan Babilonia. Terjadi akulturasi dari beberapa negara seiring dengan
meluasnya wilayah, yaitu kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Rakyat Usmani
mengambil ajaran tentang etika dan taat krama dari kebudayaan Persia, organisasi dan
kemiliteran dari Byzantum, dan ilmu arsitektur dari Arab. Dari ilmu arsitektur tersebut,
berdirilah berbagai masjid yang bagus serta kaligrafi indah.

4. Bidang Pendidikan
Banyak pemuda Eropa yang belajar di Universitas-Universitas Islam di Spanyol
seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di Universitas-
Universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim.
Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka
mendirikan seklah dan Universitas yang sama. Universitas yang pertama kali berada di
Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman
pertengahan di Eropa baru berdiri 18 Universitas. Pada Universitas tersebut diajarkan
ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari Universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu
pasti dan ilmu filsafat

Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan Islam,
baik dalm bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun politik.
Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Seorang sarjana Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran pada
salah satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris ia
diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I (1120 M). Selain menjadi dokter,
ia bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan
pengetahuan sarjan dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari spanyol. Demikin
juga dengan Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo dan
setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjan yang termasyhur di
negaranya.
2. Cordoba mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan.

3. Seorang pendeta Kristen Roma dari Inggris bernama Roger Bacon (1214-1292
M) mempelajari bahasa Arab di Paris (1240-1268 M). Melalui kemampuan bahasa
Arab dan bahasa latin yang dimilikinya, ia dapat membaca nasakah asli dan
menterjemahkannya ke dalam berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti.
Buku-buku asli dan terjemahan tersebut dibawanya ke Universitas Oxford Inggris.
Sayangnya, penerjemahan tersebut di akui sebagai karyanya tanpa menyebut
pengarang aslinya. Diantara bukuyang diterjemahkan antara lain adalah Al Manzir
karya Ali Al Hasan Ibnu Haitam (965-1038 M). Dalam buku itu terdapat teori
tentang mikroskop dan mesiu yang banyak dikatakan sebagai hasil karya Roger
Bacon.

4. Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d’Aurignac (940-1003


M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187 M) yang lahir di Cremona,
Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo, Spanyol. Dengan bantuan sarjana
muslim di sana, ia berhasil menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku ilmiah Islam
ke dalam bahasa latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar
Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku kedokteran
karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al baitar berisi tentang
tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan penduduk non muslim
tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut.

5. Apabila kerajaan-kerajaan non muslim mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam,


maka yang terjadi adalah pembumihangusan kebudayaan Islam dan pembantaian
kaum muslim. Akan tetapi, apabila kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai kerajaan
non muslim, maka penduduk negeri tersebut diperlakukan dengan baik. Agama dan
kebudayaan merekapun tidak terganggu.

6. Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan


mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan ke dalam
bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka sendiri.

Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan
kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan
kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini
melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan kembali
ke dalam bahasa latin. Di samping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi pada
abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau pencerahan pada
abad ke-18 M.

Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad dihadapkan


pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen atau meninggalkan Spanyol.
Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan
muslim mati terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan
undang-undang yang berisi pengusiran muslim secara pakasa dari Spanyol. Dengan
demikian, lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan di Barat sehingga hanya menjadi kenangan.

C. LIMA TOKOH DAN CENDEKIAWAN MUSLIM BAGI KEILMUAN


MODERN
Banyak sekali cendekiawan muslim yang sangat berpengaruh dalam keilmuan
modern akan tetapi kita akan membahas lima cendekiawan muslim saja. Lima
cendekiawan muslim adalah :

1. MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB


Lahir di nejad (Arab Saudi) pada tahun 1115 H(1703 M) dan wafat di Daryah
tahun 1206 H (1793 M). Nama Lengkapnya adalah Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb
bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad
bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.Dia adalah seorang ahli teologi agama
Islam dan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai
mufti Daulah Su’udiyyah, yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi. Dia
juga merupakan seorang ulama besar yang produktif, karena buku-buku karangannya
tentang Islam mencapai puluhan buku, diantaranya buku yang berjudul”Kitab At-
Tauhid” yang isinya tentang pemberantasan syirik, khurafat, takhayul, dan bid’ah yang
terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran
tauhid yang murni.
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama berusaha
membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para pendukung
pergerakan ini sesungguhnya menolak disebut Wahabbi, karena pada dasarnya ajaran
Ibnu Wahhab menurut mereka adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajaran tersendiri.
Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafis atau
Muwahhidun, yang berarti “satu Tuhan”.
Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul
dan kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan mereka
kerana mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan
alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab
dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan
keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan
abangnya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat Najd
menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama.
Dia menempuh berbagai macam cara, dalam menyampaikan dakwahnya, sesuai
dengan keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah melalui lisan,
beliau juga tidak mengabaikan dakwah secara pena dan pada saatnya juga jika perlu
beliau berdakwah dengan besi (pedang).
Maka Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para
umaranya, salah satunya adalah Dahham bin Dawwas. Surat-surat itu dikirimkannya
juga kepada para ulama dan penguasa-penguasa. Ia terus mengirimkan surat-surat
dakwahnya itu ke seluruh penjuru Arab, baik yang dekat ataupun jauh. Di dalam surat-
surat itu, beliau menjelaskan tentang bahaya syirik yang mengancam negeri-negeri
Islam di seluruh dunia, juga bahaya bid’ah, khurafat dan takhayul.
Berkat hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan umara dalam
dan luar negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga beliau
disegani di antara kawan dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya semakin jauh
berkumandang di luar negeri, dan tidak kecil pengaruhnya di kalangan para ulama dan
pemikir Islam di seluruh dunia, seperti di Hindia, Indonesia, Pakistan, Afganistan,
Afrika Utara, Maghribi, Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain lagi.
Muhammad bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun
lebih di Dar’iyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar,
berdakwah dan berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan Kerajaan Saudi di
Tanah Arab. Muhammad bin Abdulwahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau
wafat pada tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92
tahun.

2. IBNU SINA

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi
bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar
karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah
“Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan
bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama
berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu
Sina lahir pada 980 di Afsyahnahdaerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan(kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia
(Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar.
Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh
banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina
“ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua
bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of
Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun(judul
lengkap:Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah
kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana
terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia
adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang
wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik
di Bukhara.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya
segera membuatnya menjadi kekaguman di antara para tetangganya; dia menampilkan
suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya
Child prodigy yang telah menghafal Al-Qur’an pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli
puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai
untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian
dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada
beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga
mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa
penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya,
mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus salat sampai hidayah
menyelesaikan kesulitan-kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan
belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan
meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya.
Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata -
katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka
menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu kedai
buku seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada
penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang
mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas
orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori
kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri,
menemukan metode-metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat
sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran
tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika,
sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan
mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai.” Kemasyuran sang
fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta
bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu
penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut
dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan
ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh-musuh
Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan
sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam
pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa karya paling
awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju
keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of
Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier,
dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya
kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik
Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat -
bakatnya. Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair
dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana
sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina
sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat
Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman di
dekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari
buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini dan permulaan dari buku Canon of
Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania. Bukunya yang lain: Asy
Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan) Asy Syifa
(terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan) dan An-Najat.

3. JAMALUDDIN AL-AFGHANI

Nama panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani, dilahirkan di


Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda beliau bernama Sayyid
Safdar al-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu dengan Sayyid Ali al-Turmudzi
(seorang perawi hadits yang masyhur yang telah lama bermigrasi ke Kabul) juga dengan
nasab Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Pada usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa,
beliau tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, fiqih dan ilmu
keIslaman lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah menguasai hampir seluruh cabang
ilmu pengetahuan meliputi filsafat, hukum, sejarah, kedokteran, astronomi, matematika,
dan metafisika. Al-Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya
terhadap ilmu pengetahuan ensiklopedia.
Setelah membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur
dan Barat (terutama Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya
membangkitkan Islam. Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi
periode yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang telah
membara dalam dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan India yang
berada dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh India. Afghani turut ambil
bagian dari periode yang genting ini, dengan bergabung dalam peperangan
kemerdekaan India pada bulan Mei 1857. Namun, Afghani masih sempat pergi ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh
penguasa Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian menganugerahinya posisi
penting dalam pemerintahannya. Saat itu, Dost Muhammad sedang mempertahankan
kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung rakyat
Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan Sher
Ali, Afghani diusir dari Kabul.
Meninggalkan Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah.
Rupanya, efek pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak
diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu masuk ke India.
Pada tahun 1869 Afghani masuk ke India untuk yang kedua kalinya. Ia disambut baik
oleh pemerintah India, tetapi tidak diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin
India berpengaruh yang berperan dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani
akan menyebabkan pergolakan rakyat melawan pemerintah kolonial, pemerintah India
mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan Suez yang sedang bergolak.
Di Mesir Afghani melakukan kontak dengan mahasiswa Al-Azhar yang
terkagum-kagum dengan wawasan dan ide-idenya. Salah seorang mahasiswa yang
kemudian menjadi murid Afghani adalah Muhammad Abduh. Dari Mesir, Afghani pergi
ke Istanbul untuk berdakwah. Di ibu kota Turki ini Afghani mendapat sambutan yang
luar biasa. Ketika memberi ceramah di Universitas Konstantinopel, salah seorang ulama
setempat, Syaikhul Islam, merasa tersaingi. Ia segera menghasut pemerintah Turki
untuk mewaspadai gagasan-gagasan Afghani. Buntutnya, Afghani didepak keluar dari
Turki. Pada tahun 1871.
Afghani menjejakkan kakinya di Kairo untuk yang kedua kalinya. Di Mesir
Afghani melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera mempengaruhi para
mahasiswa dan ulama Al-Azhar. Tetapi, pemberontakan kaum nasionalis Mesir pada
tahun 1882 berujung pada tindakan deportasi oleh pemerintah Mesir yang mencurigai
Afghani ada di belakang pemberontakan.
Afghani dideportasi ke India, tetapi tak lama ia sudah berada dalam perjalanan
ke London, kota yang pernah disinggahinya ketika ia berdakwah ke Paris. Di London ia
bertemu dengan Muhammad Abduh, muridnya yang ternyata juga dikucilkan oleh
pemerintah Mesir.
Dari London, Afghani bertualang ke Moskow. Ia tinggal selama empat tahun di
St. Petersburgh. Di sini pengaruh Afghani segera menjalar ke lingkungan intelektual
yang dipercaya oleh Tsar Rusia. Salah satu hasil dakwah Afghani kepada mereka adalah
keluarnya izin pencetakan Al-Quran ke dalam bahasa Rusia.
Afghani menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling Eropa untuk
berdakwah. Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan bahasa karena
ia menguasai enam bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia, dan Rusia).
Afghani menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker yang
dideritanya sejak tahun 1896. Beliau pulang keharibaan Allah pada tanggal 9 Maret
1897 di Istambul Turki dan dikubur di sana. Jasadnya dipindahkan ke Afghanistan pada
tahun 1944. Ustad Abu Rayyah dalam bukunya ”Al-Afghani; Sejarah, Risalah dan
Prinsip-prinsipnya”, menyatakan, bahwa Al-Afghani meninggal akibat diracun dan ada
pendapat kedua yang menyatakan bahwa ada rencana Sultan untuk membinasakannya
Ide-ide pembaruannya yaitu:
1. Mengembalikan kejayaan Islam.
2. Pemerintah yang otokrasi dan absolute harus digantii dengan pemerintahan yang
demokratis.
3. Kepala Negara harus tunduk kepada undang-undang.
4. Tidak ada pemisahan antara Negara dengan poliik.
5. Pan Islamisme atau rasa persaudaraan/solidaritas antar umat Islam harus ditingkatkan
kembali.
4. MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI
Adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal
dari Persia. Lahir sekitar tahun780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan
wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai
dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku
pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia
disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latindari Aritmatika beliau, yang
memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran
Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi
Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam
kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam
matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau.
Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, latinisasi dari nama beliau.
Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis,
Algarismo yang berarti digit.
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi,
kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan
pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam
penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar,
nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-
mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala atau: “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi
dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.

5. IBNU RUSYD
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 Marrakesh, Maroko, 10 Desember
1198), adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).Ayah dan kakek Ibnu Rusyd
adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang
anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti
kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu
Ja’far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan
pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi
sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia Barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai
Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat
Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak
orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan
masalah hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam
bentuk karangan, ulasan, essai dan resum. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar
karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami
oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan
sikap keberagamaannya.

D. MANFAAT SUMBANGAN PERADABAN ISLAM BAGI ILMU


PENGETAHUAN MODERN

Menggagas kebangkitan Peradaban Islam, jika umat Islam ingin membangun


kembali peradabannya, mereka harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa
ini, kebangkitan Islam hanya akan menjadi utopia belaka. Karena wujud suatu
peradaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen penting yaitu, kemampuan
manusia untuk berfikir, yang menghasilkan sains dan teknologi, kemampuan
berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer, serta kesanggupan berjuang
untuk hidup. Jadi kemampuan berfikir merupakan elemen mendasar (asasi) bagi suatu
peradaban. Suatu bangsa akan beradab (berperadaban) apabila bangsa itu telah
mencapai tingkat kemapuan intelektual tertentu. Sebab kesempurnaan manusia
ditentukan oleh ketinggian pemikirannya. Suatu peradaban akan bisa terwujud jika
manusia di dalamnya memiliki pemikiran yang tinggi, sehingga mampu meningkatkan
taraf kehidupannya. Suatu pemikiran tidak dapat tumbuh begitu saja tanpa sarana dan
prasarana ataupun suprastruktur dan infrastruktur yang tersedia. Dalam hal ini,
pendidikan merupakan sarana penting bagi tumbuhnya pemikiran, namun yang lebih
mendasar lagi dari pemikiran adalah struktur ilmu pengetahuan yang berasal dari
pandangan hidup (agama). Maka dari itu, pembangunan kembali peradaban Islam harus
dimulai dari pembangunan ilmu pengetahuan Islam. Orang mungkin memprioritaskan
pembangunan ekonomi dari pada ilmu, dan hal itu tidak sepenuhnya salah, sebab
ekonomi akan berperan meningkatkan taraf kehidupan, namun sejatinya faktor materi
dan ekonomi menentukan setting kehidupan manusia, sedangkan yang mengarahkan
seseorang untuk memberi respon terhadap situasi yang sedang dihadapinya adalah
faktor ilmu pengetahuan. Sebagaimana ungkapan Albert Enstien “science without
religion is blind, religion without science is lame”. Dari sini dapat kita lihat peranan
penting pendidikan dan agama sebagai jalan kebangkitan peradaban Islam.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam kajian sejarah, dapat diketahui bahwa Arab sebelum Islam dikenal sebagai zaman
jahiliyah dimana ilmu pengetahuan tidak mendapat porsi padanya. Kemudian perkembangan
sains itu berjalan cepat setelah adanya risalah Islam. Inilah bukti bahwa Islam melahirkan
kemajuan ilmu pengetahuan.
Kebudayaan yang timbul adalah Islam sebagai center of excellence di semua bidang
termasuk sains dalam sepuluh abad. Lambang kejayaan itu tercermin dari kedua pusatnya yaitu
Baghdad di timur dan Cordoba di Barat. Di Qurtubah (Cordoba) terdapat perpustakaan yang
menyimpan sekitar 400.000-600.000 buku. Manuskrip-manuskrip tersebar di negeri-negeri yang
pernah dikuasai oleh kebudayaan Islam. Dunia Islam tidak menghalangi seseorang untuk
menjadi orang yang beriman dan sekaligus pandai. Seolah sains dan agama adalah saudara
kembar yang saling berdampingan.

B. SARAN
Perkembangan Islam pada awalnya memang agak terlambat dari negara Eropa.
Tetapi, dengan adanya kesadaran dari umat muslim bahwa ilmu pengetahuan itu
penting. Muncullah tokoh-tokoh Islam pada masa Pembaharuan yang mengusahakan
agar Islam tidak ketinggalan terlalu jauh dari bangsa-bangsa Barat (eropa). Mereka
melakukan modernisasi dalam bidang pendidikan sampai mendirikan perguruan-
perguruan tinggi untuk menyebarkan ilmu.

Untuk itu, sebagai umat muslim hendaknya kita meniru semagat para tokoh-
tokoh Islam yang berjuang agar Islam tidak ketinggalan dengan bangsa eropa. Dengan
begitu Islam tidak akan mudah kalah dengan bangsa Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Su’ud. 2003. Islamologi. Jakarta: Rineka Cipta

Aunur Rahim Faqih Munthoha. 2002. Pemikiran dan Peradaban Islam. Jogjakarta: UII
Press

H. Darsono. 2008. Tonggak Islam kebudayaan Islam. Solo: Tiga Serangkai

Imam Ahmad Ibnu Nizar. 2011. Orang-orang Muslim Berjasa Besar Pada Dunia.
Jogjakarta: Laksana
Prof. S.I. Poeradisastra. 1986. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Perkembangan
Modern. Jakarta : PT. Temprint

Anda mungkin juga menyukai