Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKARYA

KERAJINAN BERBENTUK BANGUN RUANG

DISUSUN OLEH:
1. HARMILA SARI UMAR

SEKOLAH MENENGAH ATAS


NEGERI 3 KONAWE SELATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmad dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas laporan Prakarya
Saya telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Saya menyadari makalah
ini jauh dari kesempurnaan baik materi, penganalisaan, dan pembahasan. Semua hal
ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman.
Saya berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para pembaca.
Dan Saya juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak terutama yang
bersifat membangun, guna terciptanya kesempurnaan makalah ini. Dan bila
didalamnya ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir
kata Saya ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna bagi
semua pihak.

Punggaluku, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................................
1.4 Manfaat ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tokoh-Tokoh Cendekiawan Muslim ...................................................................
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................


3.2 Saran .....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masa pembaruan merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir
ke tangan Barat menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban baru
yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka
Islam mulai memikirkan cara untuk meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sejak periode pertengahan, terutama
pada masa kerajaan Utsmani. Pada abad ke-17, mulai terjadi kemunduran khusunya
ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang dialami melalui peperangan melawan
negara-negara Eropa. Peristiwa tersebut diawali dengan terpukul mundurnya tentara
usmani ketika dikirm untuk menguasai wina pada tahun 1683. Kerajaan Utsmani
menyerahkan Hungaria kepada Austria, daerah Podolia kepada Polandia, dan Azov
kepada Rusia dengan perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699.
Kekalahan yang menyakitkan ini mendorong raja-raja dan pemuka-pemuka kerajaan
Utsmani mengadakan berbagai penelitian untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan
mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan
Eropa, terutama Prancis sebagai negara yang terkemuka pada waktu itu. Negara
Eropa mulai mempunyai arti yang penting bagi cendikiawan atau pemuka-pemuka
Utsmani. Orang-orang Eropa yang selama ini dipandang sebagai kafir dan rendah
mulai dihargai. Bahkan, duta-dutapun dikirim ke Eropa untuk mempelajari kemajuan
berbagai disiplin ilmu serta suasana dari dekat.
Periode modern dimulai pada tahun 1800 M hingga sekarang. Periode ini
adalah zaman pengupayaan kebangkitan umat Islam dari kemunduran berpikir,
berbudaya dan nilai-nilai. Atas dikuasainya Mesir oleh Prancis membuat umat Islam
sadar bahwa selama ini mereka telah mengalami kelemahan dan kemunduran.
Peradaban Islam yang maju hanya sebagai sejarah masa lalu. Umat Islam
terkejut bahwa dunia Barat memiliki peradaban modern yang lebih canggih. Karena
hal ini maka umat Islam dalam kondisi terancam. Kesadaran ini pun memunculkan
keprihatinanpara pemuka dan penguasa Islam. Mereka memikirkan bagaimana
meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Maka dari itu, timbullah ide-
ide pembaruan dalam Islam. Pada tahun 1901 Inggris datang dan bertempur deengan
Prancis. Prancis mengalami kekalahan. Tentara mereka meninggalkan Mesir pada
tanggal 31 Agustus 1801. Dalam pemikirannya ada banyak tokoh atau cendekiawan
muslim yang berpengaruh.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Siapa saja tokoh-tokoh cendekiawan Muslim?

1.3 TUJUAN
Dengan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Mempelajari tokoh-tokoh cendekiawan muslim.

1.4 MANFAAT
Manfaat penulisan dan penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dan
penulis dapat mengetahui tokoh-tokoh cendekiawan muslim
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TOKOH-TOKOH CENDEKIAWAN MUSLIM


1. Muhammad Bin Abdul Wahhab
Lahir di nejad (Arab Saudi) pada tahun 1115 H(1703 M) dan wafat di Daryah
tahun 1206 H (1793 M). Nama Lengkapnya adalah Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb
bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin
Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi. Dia adalah seorang ahli
teologi agama Islam dan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah
menjabat sebagai mufti Daulah Su’udiyyah, yang kemudian berubah menjadi
Kerajaan Arab Saudi. Dia juga merupakan seorang ulama besar yang produktif,
karena buku-buku karangannya tentang Islam mencapai puluhan buku, diantaranya
buku yang berjudul”Kitab At-Tauhid” yang isinya tentang pemberantasan syirik,
khurafat, takhayul, dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak
umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni.
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama berusaha
membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para pendukung
pergerakan ini sesungguhnya menolak disebut Wahabbi, karena pada dasarnya ajaran
Ibnu Wahhab menurut mereka adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajaran
tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai
Salafis atau Muwahhidun, yang berarti “satu Tuhan”.
Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul
dan kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan
mereka kerana mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn
Hanbal dan alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah
sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Ia tumbuh dan dibesarkan
dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di
lingkungannya. Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di
mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan
dengan agama.
Dia menempuh berbagai macam cara, dalam menyampaikan dakwahnya,
sesuai dengan keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah melalui
lisan, beliau juga tidak mengabaikan dakwah secara pena dan pada saatnya juga jika
perlu beliau berdakwah dengan besi (pedang).
Maka Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para
umaranya, salah satunya adalah Dahham bin Dawwas. Surat-surat itu dikirimkannya
juga kepada para ulama dan penguasa-penguasa. Ia terus mengirimkan surat-surat
dakwahnya itu ke seluruh penjuru Arab, baik yang dekat ataupun jauh. Di dalam
surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang bahaya syirik yang mengancam negeri-
negeri Islam di seluruh dunia, juga bahaya bid’ah, khurafat dan takhayul.
Berkat hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan umara
dalam dan luar negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga
beliau disegani di antara kawan dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya semakin
jauh berkumandang di luar negeri, dan tidak kecil pengaruhnya di kalangan para
ulama dan pemikir Islam di seluruh dunia, seperti di Hindia, Indonesia, Pakistan,
Afganistan, Afrika Utara, Maghribi, Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain lagi.
Muhammad bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48
tahun lebih di Dar’iyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis,
mengajar, berdakwah dan berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan
Kerajaan Saudi di Tanah Arab. Muhammad bin Abdulwahab berdakwah sampai usia
92 tahun, beliau wafat pada tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun
1793 M, dalam usia 92 tahun.
2. Ibnu Sina
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi
bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar
karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah
“Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang
kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya
yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang
kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu
Sina lahir pada 980 di Afsyahnahdaerah dekat Bukhara, sekarang wilayah
Uzbekistan(kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan,
Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar.
Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh
banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu
Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada
semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The
Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai
Qanun(judul lengkap:Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana,
sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya,
seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat
kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh
ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan
putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya
segera membuatnya menjadi kekaguman di antara para tetangganya; dia
menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa
kepandaiannya Child prodigy yang telah menghafal Al-Qur’an pada usia 5 tahun dan
juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari
aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang
memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak
muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada
beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga
mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa
penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya,
mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus salat sampai hidayah
menyelesaikan kesulitan-kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan
kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu
kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan
memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari
Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak
dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh
Farabi, yang dibelinya di suatu kedai buku seharga tiga dirham. Yang sangat
mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan
yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada
Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori
kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya
sendiri, menemukan metode-metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh
predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa
“Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan
metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang
sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai.”
Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak
pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari
suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal
tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung
pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian,
musuh-musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk
menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu
ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa
karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty
menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud
of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana
vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi
gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain
melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening
untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam,
seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat
berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang
memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah.
Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman,
yang membeli sebuah ruman di dekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar
logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini
dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di
Hyrcania. Bukunya yang lain: Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai
macam ilmu pengetahuan) Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai
macam ilmu pengetahuan) dan An-Najat.
3. Jamaluddin Al-Afghani
Nama panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani, dilahirkan
di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda beliau bernama
Sayyid Safdar al-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu dengan Sayyid Ali al-
Turmudzi (seorang perawi hadits yang masyhur yang telah lama bermigrasi ke Kabul)
juga dengan nasab Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Pada usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar
biasa, beliau tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, fiqih dan
ilmu keIslaman lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah menguasai hampir seluruh
cabang ilmu pengetahuan meliputi filsafat, hukum, sejarah, kedokteran, astronomi,
matematika, dan metafisika. Al-Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang
penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan ensiklopedia.
Setelah membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur
dan Barat (terutama Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya
membangkitkan Islam. Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang
melintasi periode yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang
telah membara dalam dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan India
yang berada dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh India. Afghani turut
ambil bagian dari periode yang genting ini, dengan bergabung dalam peperangan
kemerdekaan India pada bulan Mei 1857. Namun, Afghani masih sempat pergi ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh
penguasa Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian menganugerahinya posisi
penting dalam pemerintahannya. Saat itu, Dost Muhammad sedang mempertahankan
kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung rakyat
Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan
Sher Ali, Afghani diusir dari Kabul.
Meninggalkan Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah.
Rupanya, efek pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak
diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu masuk ke
India. Pada tahun 1869 Afghani masuk ke India untuk yang kedua kalinya. Ia
disambut baik oleh pemerintah India, tetapi tidak diizinkan untuk bertemu dengan
para pemimpin India berpengaruh yang berperan dalam revolusi India. Khawatir
pengaruh Afghani akan menyebabkan pergolakan rakyat melawan pemerintah
kolonial, pemerintah India mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan
Suez yang sedang bergolak.
Di Mesir Afghani melakukan kontak dengan mahasiswa Al-Azhar yang
terkagum-kagum dengan wawasan dan ide-idenya. Salah seorang mahasiswa yang
kemudian menjadi murid Afghani adalah Muhammad Abduh. Dari Mesir, Afghani
pergi ke Istanbul untuk berdakwah. Di ibu kota Turki ini Afghani mendapat sambutan
yang luar biasa. Ketika memberi ceramah di Universitas Konstantinopel, salah
seorang ulama setempat, Syaikhul Islam, merasa tersaingi. Ia segera menghasut
pemerintah Turki untuk mewaspadai gagasan-gagasan Afghani. Buntutnya, Afghani
didepak keluar dari Turki. Pada tahun 1871.
Afghani menjejakkan kakinya di Kairo untuk yang kedua kalinya. Di Mesir
Afghani melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera mempengaruhi
para mahasiswa dan ulama Al-Azhar. Tetapi, pemberontakan kaum nasionalis Mesir
pada tahun 1882 berujung pada tindakan deportasi oleh pemerintah Mesir yang
mencurigai Afghani ada di belakang pemberontakan.
Afghani dideportasi ke India, tetapi tak lama ia sudah berada dalam perjalanan
ke London, kota yang pernah disinggahinya ketika ia berdakwah ke Paris. Di London
ia bertemu dengan Muhammad Abduh, muridnya yang ternyata juga dikucilkan oleh
pemerintah Mesir.
Dari London, Afghani bertualang ke Moskow. Ia tinggal selama empat tahun
di St. Petersburgh. Di sini pengaruh Afghani segera menjalar ke lingkungan
intelektual yang dipercaya oleh Tsar Rusia. Salah satu hasil dakwah Afghani kepada
mereka adalah keluarnya izin pencetakan Al-Quran ke dalam bahasa Rusia.
Afghani menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling Eropa untuk
berdakwah. Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan bahasa
karena ia menguasai enam bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia, dan
Rusia).
Afghani menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker yang
dideritanya sejak tahun 1896. Beliau pulang keharibaan Allah pada tanggal 9 Maret
1897 di Istambul Turki dan dikubur di sana. Jasadnya dipindahkan ke Afghanistan
pada tahun 1944. Ustad Abu Rayyah dalam bukunya ”Al-Afghani; Sejarah, Risalah
dan Prinsip-prinsipnya”, menyatakan, bahwa Al-Afghani meninggal akibat diracun
dan ada pendapat kedua yang menyatakan bahwa ada rencana Sultan untuk
membinasakannya Ide-ide pembaruannya yaitu:
1. Mengembalikan kejayaan Islam.
2. Pemerintah yang otokrasi dan absolute harus digantii dengan pemerintahan yang
demokratis.
3. Kepala Negara harus tunduk kepada undang-undang.
4. Tidak ada pemisahan antara Negara dengan poliik.
5. Pan Islamisme atau rasa persaudaraan/solidaritas antar umat Islam harus
ditingkatkan kembali.

4. Muhammad Bin Musa Al-Khawarizmi


Adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang
berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun780 di Khwārizm (sekarang Khiva,
Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia
bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad Buku pertamanya, al-
Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi
kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latindari
Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan
sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia
merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan
tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga
dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam
matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau.
Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, latinisasi dari nama beliau.
Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa
Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi,
kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri,
dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau
dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin
aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-
Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa’l-muqabala atau: “Buku Rangkuman untuk
Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.

5. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 Marrakesh, Maroko, 10
Desember 1198), adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).Ayah dan kakek
Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri
adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami
banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd
mendalami filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan
pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi
sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia Barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai
Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat
Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas.
Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran
dan masalah hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam
bentuk karangan, ulasan, essai dan resum. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan
besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami
oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan
sikap keberagamaannya.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa simpulan yaitu


sebagai berikut.
1. Perkembangan Islam pada awalnya memang agak terlambat dari negara Eropa.
Tetapi, dengan adanya kesadaran dari umat muslim bahwa ilmu pengetahuan itu
penting. Muncullah tokoh-tokoh Islam pada masa Pembaharuan yang
mengusahakan agar Islam tidak ketinggalan terlalu jauh dari bangsa-bangsa Barat
(eropa). Mereka melakukan modernisasi dalam bidang pendidikan sampai
mendirikan perguruan-perguruan tinggi untuk menyebarkan ilmu.
3.2 SARAN
Sebagai umat muslim hendaknya kita meniru semangat para tokoh-tokoh
Islam yang berjuang agar Islam tidak ketinggalan dengan bangsa eropa. Dengan
begitu Islam tidak akan mudah kalah dengan bangsa Barat. Dan Penulis mengetahui
bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk memperbaiki penulisan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Abu Su’ud. 2003. Islamologi. Jakarta: Rineka Cipta


Aunur Rahim Faqih Munthoha. 2002. Pemikiran dan Peradaban Islam. Jogjakarta:
UII Press
H. Darsono. 2008. Tonggak Islam kebudayaan Islam. Solo: Tiga Serangkai
Imam Ahmad Ibnu Nizar. 2011. Orang-orang Muslim Berjasa Besar Pada Dunia.
Jogjakarta: Laksana
Prof. S.I. Poeradisastra. 1986. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Perkembangan
Modern. Jakarta : PT. Temprint

Anda mungkin juga menyukai