Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL INDIVIDU

MAGANG MAHASISWA
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XII MALANG

STUDI BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT PADA


TANAMAN KOPI (Coffea canephora) DI PT PERKEBUNAN
NUSANTARA XII MALANG

Disusun Oleh:
Desyanggi Hadi Putri
H 0717033

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL INDIVIDU MAGANG MAHASISWA

JUDUL: STUDI BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT PADA


TANAMAN KOPI (Coffea canephora) DI PT PERKEBUNAN
NUSANTARA XII MALANG.
MAHASISWA:
Nama : Desyanggi Hadi Putri
NIM : H0717033
Prodi : Agroteknologi
PEMBIMBING INDIVIDU
Nama : Ir. Susilo Hambeg Poromarto, M.Sc, Ph.D.
NIP : 196108101986031003
Prodi : Agroteknologi
INSTITUSI MITRA
1. Nama Institusi Mitra : PT Perkebuan Nusantara XII
2. Alamat : Desa Bagelan, Wonosari, Malang, Jawa Timur.
3. Nomor telepon : 085735824929
4. Jangka waktu : 33 hari (13 Januari 2020 sampai 15 Februari 2020)

Surakarta, Januari 2020

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Unit Magang FP UNS Dosen Pembimbing Individu

Dr. Ahmad Pramono, S.Pt., M.P. Ir. Susilo Hambeg Poromarto, M.Sc, Ph.D.
NIP. 19831206200812 1 003 NIP. 19610810198603 1 003

Mengesahkan,
Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Ir. Eka Handayanta M.P., IPU.


NIP. 19641208198903 1 001
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan

Pertanian merupakan suatu bidang yang memiliki peranan yang sangat


penting dalam mendorong roda perekonomian khususnya masyarakat indonesia.
Ilmu ilmu seputar pertanian yang sudah dipelajari di perguruan tinggi merupakan
bekal bagi mahasiswa untuk di terapkan dalam kehidupan nyata dan dunia kerja.
Oleh karena itu diperlukan suatu percobaan melalui pelatihan yang disebut dengan
kegiatan magang supaya mahasiswa dapat menemukan permasalahan yang
dihadapi di lapangan, lalu masalah-masalah tersebut dapat dipecahkan dengan
mengandalkan ilmu dan teori yang di dapat selama di perkuliahan. Kegiatan
magang mahasiswa yang dilakukan di PT Perkebunan Nusantara, Malang ini
merupakan sarana bagi mahasiswa Agroteknologi untuk dapat menerapkan teori-
teori yang didapatkan selama masa perkuliahan dan juga sebagai pengalaman kerja
yang dapat melatih mahasiswa untuk dapat lebih berfikir kritis dalam menghadapi
permasalahan pertanian yang di dapat di lokasi magang.
Magang adalah kegiatan wajib akademik (intrakurikuler) yang dilakukan
oleh mahasiswa dengan melakukan praktik kerja pada lembaga-lembaga yang
relevan. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah kerja praktik yang mengikuti
semua aktivitas atau kegiatan di lokasi magang. Kegiatan ini sesuai dengan
kurikulum program S1, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta, bahwa pada akhir semester V mahasiswa diwajibkan melaksanakan
kegiatan magang.
Pelaksanaan magang dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara XII, Malang
didasarkan pada komoditas utama yang ada yaitu tanaman kopi yang saya minati
serta berdasarkan mata kuliah yang telah diikuti. Magang di institusi ini penting
untuk melengkapi pengetahuan mengenai kegiatan studi budidaya dan pengelolaan
penyakit pada tanaman kopi robusta yang dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas hasilnya. Dalam melaksanakan magang sering dijumpai kesenjangan
antara teori dan praktik. Hal tersebut merupakan permasalahan yang harus
diselesaikan dan penyelesaiannya harus berdasarkan pada teori dan ilmu yang
sudah di kuasai serta pengalaman yang sering ditemui di lapang. Permasalahan
yang timbul dalam praktik akan menjadi pendorong pengembangan ilmu
pengetahuan dan aplikasi teori yang telah ada.

B. Tujuan Magang
Kegiatan magang yang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara, Malang
bertujuan untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa khususnya di bidang
pertanian.
2. Mengasah keterampilan mahasiswa sehingga secara langsung dapat
memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang penelitian dan
pengembangan pertanian.
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan
penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke
masyarakat.
4. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat
membandingkan antara teori yang diperoleh dengan aplikasinya di lapangan.
5. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instasi swasta,
perusahaan dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu perguruan
tinggi.
6. Melihat, mengetahui, mempelajari dan memahami secara langsung proses
budidaya kopi di PT. Perkebunan Nusantara XII Malang
7. Mengetahui gejala serangan penyakit dan pengendaliannya terhadap budidaya
kopi robusta di lahan PT. Perkebunan Nusantara XII, Malang.
C. Manfaat
Kegiatan magang ini diharapkan daapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa untuk :
a. Membiasakan mahasiswa untuk bekerjasama dalam tim, baik antar sesama
peserta maupun dengan staff di institusi mitra dengan latar belakang ilmu
berbeda.
b. Melatih mahasiswa agar terbiasa untuk menerima perbedaan pendapat,
mampu beradaptasi di lingkungan baru dan mengurangi egoisme bahkan
arogansi yang dilatarbelakangi disiplin ilmu berbeda.
c. Melatih kepekaan mahasiswa dalam mengidentifikasi permasalahan dan
mencari alternatif solusi melalui pendekatan lintas disiplin ilmu guna
meningkatkan kemampuan intelektualnya.
d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi yang
terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
II. PROFIL INSTITUSI MITRA

A. Nama Institusi Mitra : PT. Perkebunan Nusantara XII


B. Alamat : Area Perkebunan Desa Bangelan, Kecamatan
Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
C. Gambaran Umum
PT Perkebunan Nusantara XII yang disebut PTPN XII adalah Perseroan
Terbatas dengan komposisi kepemilikan sahamnya meliputi Negara 10% dan PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) 90%. PTPN XII didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1996 tentang
Peleburan PT Perkebunan Nusantara XXIII (Persero), PT Perkebunan Nusantara
XXVI (Persero), dan PT Perkebunan Nusantara XXIX (Persero). Hal ini telah
dituangkan dalam Akta Pendirian No. 45 tanggal 11 Maret 1996, dibuat di hadapan
Harun Kamil, S.H., notaris di Jakarta dan telah disahkan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia sesuai Keputusan Nomor C2.8340 HT.01.01. Th. 96 tanggal 8
Agustus 1996.
Anggaran Dasar Perseroan telah disesuaikan dengan Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana dinyatakan
dalam Akta Nomor 30 tanggal 16 Agustus 2008 serta Akta Nomor 4 tanggal 4
Maret 2009. Hal ini telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia sesuai Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor AHU-
42776.AH.01.Tahun 2009 tanggal 1 September 2009. Anggaran Dasar Perseroan
telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir diubah dengan Akta Nomor
32 tanggal 23 Oktober 2014 yang dibuat di hadapan Nanda Fauz Iwan, S.H.,
M.Kn., notaris di Jakarta Selatan dan telah diterima pemberitahuannya oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sesuai surat Nomor AHU-
08635.40.21.2014 tanggal 19 November 2014.

PT Perkebunan Nusantara XII memiliki tujuan untuk melakukan usaha di


bidang agribisnis dan agri-industri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya
perusahaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat serta mendapatkan keuntungan guna meningkatkan nilai
perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas dan Good
Corporate Governance.

Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara XII


III. TATA LAKSANA MAGANG

A. Waktu dan Lokasi Magang


1. Waktu Pelaksanaan : 13 Januari – 15 Februari 2020
2. Nama Institusi Mitra : PT. Perkebunan Nusantara XII
3. Alamat : Desa Bangelan, Wonosari, Malang, Jawa Timur
B. Metode Kegiatan
Kegiatan magang di PT. Perkebunan Nusantara XII menggunakan metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilaksanakan melalui praktik
kerja langsung di lapangan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan di lapangan dan pengamatan terhadap objek kegiatan di lapangan.
Metode tidak langsung dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder
(laporan mingguan dan bulanan), serta dokumentasi kebun. Kegiatan magang
kerja yang dilakukan meliputi:
1. Praktik Lapang
a. Teknik Budidaya Tanaman
Teknik budidaya tanaman kopi yang dilakukan di PT. Perkebunan
Nusantara XII antara lain kegiatan pembibitan, pemeliharaan tanaman,
panen dan pasca panen.
2. Pengumpulan Data
a. Observasi atau Survey Lapang
Observasi secara langsung dilakukan dengan pengamatan langsung
terhadap kondisi isntitusi mitra selama kegiatan magang, antara lain
mengenai teknik budidaya tanaman, permasalahan yang dihadapi
selama budidaya tanaman, solusi untuk permasalahan tersebut, dan hal
– hal yang relevan dengan tujuan pelaksanaan kegiatan magang.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak
dapat ditemukan pada saat obeservasi atau praktik langsung di lapang
atau untuk mendapatkan informasi yang lebih detail. Kegiatan
wawancara yang dilakukan yaitu menanyakan hal yang berhubungan
dengan institusi mitra, seperti kondisi isntitusi mitra, praktek budidaya
tanaman buah dan sayur, dan penelitian, serta hal lain yang berhubungan
dengan kegiatan magang yang dilakukan. Wawancara dilakukan oleh
mahasiswa magang dengan pembimbing lapang dan karyawan institusi
mitra.
c. Dokumentasi
Dokumentasi kegiatan magang dilakukan dengan pengambilan
gambar setiap kegiatan yang dilakukan mahasiswa magang di institusi
mitra dan pengambilan gambar yang dapat memberikan informasi
relevan dengan tujuan magang.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk menambah informasi yang telah
didapatkan pada saat magang, yaitu dengan penelusuran referensi
sebagai bahan pelengkap, pendukung, pembanding, serta konsep
dalam mencari solusi permasalahan. Studi pustaka bisa didapatkan
melalui media cetak atau digital, seperti buku, jurnal, dan sumber
lainnya.
C. Aspek Kajian Individu
Tanaman kopi merupakan komoditas perkebunan yang berperan penting
dalam perekonomian Indonesia. Luas areal tanaman kopi pada tahun 2012
mencapai 1.235.289 ha yang meibatkan 1.899.502 kepala keluarga petani dan
menyerap tenaga kerja sebanyak 62.105 orang. Selain itu komoditas kopi
menyumbang devisa negara dari hasil ekspor pada tahun 2012 mencapai 448.591
ton dengan nilai 1.249.520 USD (Supriadi 2014).
Kopi (Coffea sp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,
bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. Daunnya
bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang, dan ranting-rantingnya (Defitri 2016).
Rendahnya produktivitas tanaman kopi di Indonesia antara lain disebabkan
oleh tingginya gangguan hama penyakit sebagai akibat belum diterapkannya
praktik kultur teknis yang secara benar, termasuk pengendalian penyakit karat
daun yang disebabkan oleh Hemileia vastatrix (Mahfud 2012). Penyakit karat
daun tidak hanya menyerang jenis kopi Arabika saja, tetapi kopi Robusta (C.
canephora), C. racemosa, C. congensis dan kopi Excelsa (C. liberica) juga
terserang dengan tingkat serangan yang bervariasi (Harni et al 2015). Selama ini,
pengendalian penyakit karat daun dilakukan dengan cara, menanam varietas kopi
yang tahan atau agak tahan, kultur teknis, penggunaan agens hayati dengan
pemanfaatan jamur antagonis Verticillium, dan pestisida kimia baik secara
tunggal maupun paket teknologi belum dapat menurunkan intensitas serangan
secara signifikan (Amaria dan Harni, 2012).
Berikut adalah kajian tentang budidaya tanaman kopi dan pengelolaan
penyakit pada tanaman kopi:
1. Budidaya Tanaman Kopi
a. Persiapan Lahan
1) Pemilihan Lahan
Ketinggian tempat untuk kopi Robusta, Arabika, dan Liberika
bervariasi, masing-masing 100–600 m dpl, 1.000–2.000 m dpl, dan
0–900 m dpl. Kondisi tersebut menyebabkan suhu udara untuk ketiga
jenis kopi berbeda satu sama lainnya, yaitu masing-masing 21–24ºC,
15–25ºC, dan 21–30ºC. Curah hujan yang dibutuhkan kopi Robusta
dan Arabika hampir sama, yaitu 1.250–2.500 mm/tahun, sedangkan
untuk kopi Liberik nilainya lebih tinggi, yaitu 1.250–3.500
mm/tahun. Bulan kering (curah hujan kurang dari 60 mm/bulan) yang
dibutuhkan untuk kopi Robusta dan Liberika sama, yaitu sekitar 3
bulan/tahun, sedangkan untuk kopi Arabika 1–3 bulan/tahun. Secara
umum lahan (tanah) untuk tanaman kopi Robusta, Arabika, maupun
Liberika mempunyai karakteristik/sifat hampir sama, yaitu (1)
kemiringan tanah kurang dari 30%, (2) kedalaman tanah efektif lebih
dari 100 cm, (3) tekstur tanah berlempung (loamy) dengan struktur
tanah lapisan atas remah, (4) kadar bahan organik di atas 3,5% atau
kadar karbon (C) di atas 2%, (5) nisbah C dan nitrogen 5 (N) 10—
12, (6) kapasitas tukar kation (KTK) di atas 15 me/100 g, (6)
kejenuhan basa (KB) di atas 35%, (7) kemasaman (pH) tanah 5,5—
6,5 dan (8) kadar unsur hara N, posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca)
serta magnesium (Mg) cukup sampai tinggi (Ferry et al 2015).
2) Pembukaan Lahan
Langkah awal dari pembukaan lahan adalah melakukan
penebangan dan pembongkaran terhadap pohon, perdu, dan tunggul
beserta perakarannya. Kemudian dilakukan pembersihan gulma
dapat dilakukan secara manual maupun kimiawi dengan herbisida
(Ferry et al 2015).
b. Persiapan Tanam
1) Pengajiran
Pada lahan datar pengajiran dilakukan secara larikan dengan
arah barisan mengikuti arah mata angin. Pada lahan miring
(kemiringan lahan di atas 30%), pemancangan ajir dilakukan sesuai
kontur dengan mengikuti prinsip titik-titik pada ketinggian yang
sama (Ferry et al 2015).
2) Jarak tanam
Jarak tanam untuk kopi Arabika bervariasi tergantung kepada
tipenya. Pada lahan miring, jarak tanam dalam teras untuk kopi
Arabika tipe katai 2,00–2,25 m, sedangkan untuk tipe jangkung 2,50–
2,75 m. Jarak tanam kopi Robusta pada lahan datar 2,5 m x 2,5 m
atau 3,0 m x 2,0 m, sedangkan pada lahan miring 2,0 m x 2,5 m. Jarak
tanam kopi Liberika 3,0 m x 3,0 m atau 4,0 m x 2,5 m
(Ferry et al 2015).
3) Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan 6 bulan sebelum
tanam. Ukuran lubang tanam tergantung kepada 14 tekstur dan
struktur tanah, makin berat tanah maka ukuran lubang tanam makin
besar. Ukuran lubang tanam yang baik adalah 60 cm x 60 cm pada
bagian permukaan dan 40 cm x 40 cm pada bagian dasar dengan
kedalaman 60 cm. Untuk teras kontur, lubang tanam dibuat didekat
sisi miring sebelah atas. Makin terjal kemiringan tanah, semakin
dekat sisi miring sebelah atasnya (Ferry et al 2015).
4) Pengendalian Erosi
Tingkat erosi paling tinggi terjadi pada periode persiapan lahan
dan tanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk mengendalikan
erosi pada lahan tanaman kopi, perlu dibuat rorak dan teras bangku
atau teras individu (Ferry et al 2015).

Gambar 3.1 Pembuatan rorak


Gambar 3.2 Sketsa pembuatan teras bangku
5) Penanaman Penaung
Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan tanaman C3, dengan ciri
khas efisiensi fotosintesis rendah karena terjadi fotorespirasi. Kondisi
tersebut terjadi jika kopi ditanam tanpa diberi penaung. Oleh karena itu,
agar tanaman kopi dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal,
tanaman tersebut perlu diberi tanaman penaung. Ada dua jenis tanaman
penaung yang perlu dikelola dalam budidaya kopi yaitu penaung
sementara dan penaung tetap (Ferry et al 2015).
a) Penaung sementara
Penaung sementara berfungsi menaungi tanaman kopi muda
sampai penaung tetap berfungsi secara optimal. Jenis tanaman
penaung sementara yang banyak digunakan adalah Moghania
macrophylla, Crotalaria sp., dan Tephrosia sp. Tanaman penaung
sementara ditanam minimal satu tahun sebelum penanaman kopi
(Ferry et al 2015).
b) Penaung tetap
Tanaman penaung tetap diperlukan agar budidaya tanaman kopi
berkelanjutan. Lahan pada pertanaman kopi tanpa penaung tetap
cenderung cepat terdegradasi sehingga mengancam keberlanjutan
budidaya tanaman kopi pada lahan tersebut. Tanaman penaung
tetap yang dianjurkan, yaitu lamtoro (Leucaena spp.), gamal
(Gliricidia sepium), dadap (Egthrina sp.) dan sengon
(Paraserianthes falcataria). Namun di lapang petani menggunakan
berbagai jenis tanaman penaung untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Ferry et al 2015).
c. Bahan Tanam Unggul
1) Kopi Arabika
Varietas kopi Arabika seperti S 795, Andung Sari (AS) 1, AS 2k,
United State Department of Agricultural (USDA) 762, Abessinia (AB)
3 dan Sigarar Utang merupakan varietas unggul anjuran yang telah
dilepas Menteri Pertanian Republik Indonesia (Ferry et al 2015).
2) Kopi Robusta
Penanaman/pengembangan klon unggul kopi Robusta anjuran
seperti BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, BP 436, BP 534, BP
936, BP 939, dan SA 237 yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian
Republik Indonesia, harus dilkukan secara poliklonal, yaitu ditanam 3–
4 klon dalam satu kebun. Agar budidaya kopi Robusta tersebut berhasil
dengan baik maka dalam pemilihan komposisi klon harus
mempertimbangkan faktor ketinggian tempat dan tipe iklim (Ferry et al
2015).
3) Kopi Liberika
Klon unggul kopi Liberika anjuran untuk kegiatan pengembangan
adalah Liberika Tungkal Komposit (LIBTUKOM) asal Tanjung Jabung
Barat, Jambi, dan Kopi Liberoid Meranti 1 (LIM 1) dan Liberoid
Meranti 2 (LIM 2) asal Kepulauan Meranti, Provinsi Riau
(Ferry et al 2015).
d. Perbanyakan Bahan Tanaman
1) Konvensional
a) Generatif (biji)
Benih (biji) untuk pembibitan secara generatif dapat diperoleh
dari kebun induk yang telah ditetapkan maupun dari pohon induk
unggul yang terdapat di kebun petani. Biji untuk pembibitan
generatif diambil dari pohon yang berproduksi tinggi (produksi
buah di atas 5 kg/pohon/tahun) dalam tiga musim (stabil). Benih
(biji) yang digunakan harus memenuhi standar yang telah
ditentukan. Pembibitan biji kopi dapat dilakukan dalam bedengan
maupun polybag (Ferry et al 2015).
b) Vegetatif (klonal)
Perbanyakan kopi secara vegetatif yang sudah dipraktikkan
secara luas di Indonesia adalah penyetekan (setek berakar) dan
penyambungan (grafting). Bahan tanaman kopi Robusta klonal
harus berasal dari kebun entres resmi yang telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perkebunan. Bahan tanaman tersebut dapat
berupa setek maupun entres. Kebun entres resmi merupakan
sebidang kebun kopi Robusta yang khusus ditanami berbagai klon
unggul secara kelompok dengan jarak tanam rapat (0,5 m x 0,5 m)
sebagai penyedia bahan tanam berupa setek atau entres. Tingkat
penyetekan kopi Robusta pada saat ini sudah mencapai lebih dari
90%. Kegiatan penyetekan kopi dilakukan dengan tahapan
persiapan bedengan setek, persiapan bahan tanam, pelaksanaan dan
pemeliharaan (Ferry et al 2015).
2) Non Konvensional
Perbanyakan tanaman kopi secara non konvensional telah
dilaporkan dapat dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Kultur
jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti protoplasma, sel, jaringan, dan organ serta menumbuhkannya
dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali.
Perbanyakan tanaman kopi secara kultur jaringan dapat dilakukan
melalui kultur pucuk (shoo tip culture), mata tunas (single node
culture), induksi tunas adventif, dan embriogenesis somatik
(Ferry et al 2015).
e. Penanaman
Sebelum pelaksanaan penanaman, diperlukan pembuatan lubang tanam
dengan ukuran kurang lebih 60 cm x 60 cm x 40 cm berbentuk trapesium.
Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan 6 bulan sebelum penanaman.
Penanaman dilakukan setelah pohon penaung berfungsi baik dengan
kriteria intensitas cahaya yang diteruskan 30-50% dari cahaya langsung.
Benih yang digunakan adalah benih siap salur yang telah memiliki 6-8
pasang daun normal dengan sepasang cabang primer. Penanaman dilakukan
di awal musim hujan (Ferry et al 2015).
f. Pemupukan
1) Unsur Hara
Unsur hara memegang peranan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman kopi. Jenis unsur hara yang
berperan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kopi, yaitu
Nitrogen (N), Posfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
Besi (Fe), Seng (Zn), dan Boron (B). Kekurangan unsur hara akan
berakibat buruk bagi tanaman. Gejala yang timbul secara visual dapat
dilihat pada daun (Ferry et al 2015).
2) Manfaat Pemupukan
Pemupukan bermanfaat untuk memperbaiki kondisi dan daya
tahan tanaman terhadap perubahan lingkungan yang ekstrem,
meningkatkan produksi dan mutu hasil, mempertahankan stabilitas
produksi yang tinggi (Ferry et al 2015).
3) Kebutuhan Pupuk
Kebutuhan pupuk dapat berbeda antarlokasi, stadium
pertumbuhan tanaman dan varietas, secara umum pupuk yang
dibutuhan tanaman kopi ada 2 yaitu pupuk organik dan anorganik.
Pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, tepat
cara aplikasi (Ferry et al 2015).
g. Pemangkasan
Pemangkasan tanaman kopi perlu dilakukan agar tanaman tetap rendah
sehingga mudah perawatannya, dapat membentuk cabang-cabang baru yang
produktif, memudhkan masuknya cahaya, mempermudah pengendalian
hama dan penyakit, dan mengurangi dampak kekeringan. Adapun jenis
pemangkasan yang dapat dilakukan yaitu:
1) Pangkasan Batang Tunggal
2) Pangkas bentuk
3) Pemangkasan Lewat Panen/Pemeliharaan (Ferry et al 2015).
h. Panen
Pemanenan buah kopi umumnya dilakukan dengan cara memetik
buah yang telah masak pada tanaman kopi yang mulai berusia sekitar 2,5-
3 tahun. Buah matang ditandai dengan perubahan warna kulit buah. Kulit
buah yang masak berwarna merah kehitaman. Kopi robusta memerlukan
waktu 8-11 bulan sejak dari kuncup sampai matang, sedangkan arabika 6-
8 bulan (Ferry et al 2015).
2. Pengelolaan Penyakit Tanaman Kopi
Salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman kopi tersebut adalah
karena terinfeksi patogen penyebab penyakit. Penyakit sering menimbulkan
kerugian yang cukup berarti pada tanaman kopi. Setiap tahun kerugian yang
ditimbulkan bisa mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman kopi. Penyebab
penyakit yang sering dijumpai pada tanaman kopi adalah jamur. Sedangkan
bakteri atau virus jarang dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang
berarti (Semangun 1990).
Berikut uraian empat penyakit utama pada tanaman kopi:
a. Karat Daun
1) Patogen Penyebab Penyakit
Patogen penyebab penyakit karat daun yaitu jamur Hemileia
vastatrix. Jamur ini membentuk spora dalam jumlah banyak kemudian
terjadi penetrasi ke dalam jaringan daun. Infeksi terjadi melalui
permukaan bawah daun. Perkecambahan spora memerlukan air. Lama
waktu perkecambahan tergantung dari suhu. Pada suhu optimum 21-15o
Celcius diperlukan waktu 1-3 jam untuk berkecambah (Defitri 2016).
Jamur H. vastatrix bersifat obligat parasit, mempunyai sebaran inang
yang terbatas, dan ketahanan tiap varietas atau aksesi kopi terhadap ras-
ras tertentu H. vastatrix juga tergantung pada kesesuaian gen-gen tertentu
yang dimiliki terhadap gen virulen dari populasi H. vastatrix yang ada
(Ibrahim et al 2017).
Gambar 3.3 Jamur H. Vastartix pada Daun Kopi (Sumber: Google)

Gambar 3.4 Morfologi uredospora H. vastatrix (Sumber: Google)


2) Gejala Penyakit

Gambar 3.5 Gejala Penyakit Karat Daun Kopi Permukaan Atas


(Sumber: Google)

Gambar 3.6 Gejala Penyakit Karat Daun Kopi Permukaan Bawah


(Sumber: Google)
Gejala penyakit karat daun dapat dilihat pada permukaan atas dan
bawah daun, ditandai dengan bercak kuning-jingga seperti serbuk
(powder). Daun yang terinfeksi timbul bercak kuning, kemudian berubah
menjadi cokelat. Jika diamati pada bagian bawah daun tampak bercak
yang awalnya berwarna kuning muda, selanjutnya berubah menjadi
kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas tepung yang berwarna
oranye atau jingga. Tepung tersebut adalah uredospora jamur H.
vastatrix. Gejala lanjut pada daun tampak bercak cokelat saling
bergabung, menjadi lebih besar, kemudian mengering, dan gugur. Pada
serangan berat mengakibatkan hampir seluruh daun gugur sehingga
tanaman akan kelihatan gundul (Harni et al 2015).
3) Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan patogen yaitu, air
berperan dalam penyebaran penyakit, angin berperan dalam penyebaran
spora, umur daun menentukan kerentanan terhadap penyakit, dan pohon
atau cabang yang berbuah lebat lebih rentan (Defitri 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah
lingkungan, yaitu suhu, kelembapan udara, curah hujan, dan sinar
matahari. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 21–25°C,
suhu di atas 15°C sekitar tanaman kopi dapat menghambat perkembangan
penyakit. Hujan berperan dalam meningkatkan kelembapan sehingga
sesuai untuk perkecambahan uredospora dan penyebaran jamur H.
vastatrix. Sinar matahari langsung menyentuh permukaan daun,
menghambat proses perkecambahan uredospora dan memperpanjang
periode inkubasi penyakit karat daun. Penyebaran uredospora dapat
melalui hujan, dan angin, serangga seperti jenis thrips, burung, dan
manusia (Harni 2015).
4) Fase Tanaman Terinfeksi Patogen
Tanaman kopi dapat terinfeksi jamur H. vastatrix mulai fase
pembibitan sampai fase produktif.
5) Pengendalian
Selama ini, pengendalian penyakit karat daun dilakukan dengan cara,
menanam varietas kopi yang tahan atau agak tahan, kultur teknis,
penggunaan agens hayati dengan pemanfaatan jamur antagonis
Verticillium, dan pestisida kimia baik secara tunggal maupun paket
teknologi belum dapat menurunkan intensitas serangan secara signifikan
(Amaria dan Harni, 2012).
Pengendalian penyakit karat daun dilakukan dengan menggunakan
varietas tahan seperti S795 dan USDA762, kultur teknis dengan
penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan pengelolaan naungan,
penggunaan fungisida nabati yang berasal dai biji mahoni, penggunaan
fungisida kimia yang berbahan aktif tembaga seperti tembaga oksida,
tembaga khlorida, tembaga hiroksida, atau tembaga sulfat yang dibuat
bubur bordo. Tembaga efektif dalam mengendalikan karat daun kopi,
namun sebaiknya aplikasinya sebelum terjadi infeksi pada daun.
Fungisida berbahan aktif tembaga (kontak), misalnya Nordox, Kocide,
Cupravit, Dhitane diaplikasikan dengan konsentrasi 0,3%, interval 2
minggu, sedangkan fungisida berbahan aktif triadimefon (sistemik), yaitu
Bayleton, Anvil, Tilt dapat diaplikasikan dengan konsentrasi 0,1%,
satu/dua kali aplikasi (Harni et al 2015).
b. Bercak Daun
1) Patogen Penyebab Penyakit
Becak daun kopi disebabkan oleh jamur Cercospora coffeicola yang
memiliki konidium gada, bersekat 2-5 dan ukurannya ada yang pendek
dan panjang. Cercospora coffeicola juga merupakan stadia imerfek dari
patogen ini, dan stadia sempurnanya adalah Mycospharella coffeicola
(Defitri 2016).
Gambar 3.7 Jamur Cercospora coffeicola (Sumber: Google)
2) Gejala Penyakit
Gejala bercak daun pada tanaman kopi ditunjukkan dengan
terdapatnya becak-becak bulat berwarna coklat kemerahan atau coklat
tua, berbatas tegas dan agak mengendap. Pada becak yang tua terdapat
pusat yang berwarna putih kelabu, yang sering tampak ditaburi tepung
hitam yang terdiri dari konidium jamur (Semangun, 1990).
Gejala serangan pada daun terdapat bercak-bercak bulat, cokelat
kemerahan, atau cokelat tua, berbatas jelas, dan konsentris. Pada bercak
yang tua terdapat pusat berwarna putih kelabu, sering tampak seperti
tepung hitam yang merupakan konidium jamur (Masnur et al 2018)
3) Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah
kelembapan udara yang tinggi seperti pada saat musim hujan, persemaian
terlalu gelap, peneduh terlalu rimbun, dan penyinaran matahari yang
terlalu kuat pada buah (Harni et al 2015).
Gambar 3.8 Gejala Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Kopi
(Sumber: Google)
4) Fase Tanaman Terinfeksi Patogen
Tanaman kopi dapat terserang penyakit bercak daun mulai dari
pembibitan sampai fase produktif.
5) Pengendalian
Untuk mengendalikan pertumbuhan jamur patogen penyebab
penyakit bercak daun, maka perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian
penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan pengaplikasian fungisida
kimia seperti Dhitane dan Delsene, mengurangi kelembaban dengan cara
mengurangi penyiraman dan menjarangkan kanopi naungan agar sinar
matahari dapat masuk, dan melakukan sanitasi dengan menggunting daun
yang sakit kemudian dibakar atau dibenamkan di dalam tanah
(Harni et al 2015)
c. Jamur Upas
1) Patogen Penyebab Penyakit
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Upasia salmanicolor.
Basidiospora tidak berwarna, berbentuk jambu/ buah pir dengan ujung
runcing. Basidium berbentuk gada, piknidium berwarna merah bata
kadang-kadang jingga, benyak mempunyai konidium jorong yang tidak
beraturan. Jamur upas adalah jamur polifag (dapat memarasit banyak
tumbuhan) dan tercatat mempunyai lebih dari 140 tanaman inang.
Basidiospora jamur berbentuk gada, mempunyai banyak konidium jorong
tidak teratur. Ukuran konidium tidak teratur (Agrios, 1999). Menurut
Semangun (1990) jamur ini banyak menyerang di kebun-kebun yang
lembab, antara lain yang pemangkadannya kurang dan pohon pelindung
terlalu berat. Penyakit banyak terdapat pada daearah yang curah hujannya
tinggi (Defitri 2016).

Gambar 3.9 Jamur Upasia salmonicolor (Sumber: Google)


2) Gejala Penyakit
Cabang atau ranting tamanan kopi yang terserang jamur upas
ditandai dengan gejala layu secara mendadak. Serangan dapat terjadi pada
cabang yang dibawah, tengah, maupun diujung pohon (Widyawati 2018).
Gejala penyakit jamur Upas yaitu : 1) infeksi terjadi pada
percabagangan atau sisi bawah cabang dan ranting. Mula-mula jamur
membentuk miselium tipis, mengkilat seperti sutera atau perak, disebut
stadium rumah laba-laba, pada stadium tersebut belum masuk kedalam
kulit, 2) Pada bagian ranting yang tidak terlindung, stadium rumah laba-
laba berkembang menjadi stadium bongkol kemudian membentuk banyak
sporodakium berwarna merah, disebut stadium anamorf (Defitri 2016).

Gambar 3.10 Gejala Penyakit Jamur Upas (Sumber: Google)


3) Faktor yang Mempengaruhi
Penyakit jamur upas dipengaruhi oleh kelembapan, terutama pada
daerah dengan curah hujan tinggi, dan kebun-kebun yang lembap karena
pemangkasan kurang dan pohon pelindungnya terlalu rimbun
(Harni et al 2015)
4) Fase Tanaman Terinfeksi Patogen Penyebab Penyakit
Tanaman kopi dapat tekena penyakit jamut upas mulai fase
vegetatif sampai fase reproduktif.
5) Pengendalian
Pengendalian penyakit jamur upas dapat dilakukan dengan
pemotongan cabang yang sakit, mengurangi kelembaban dengan
memangkas tanaman kopi atau memangkas kanopi tanaman penaung,
ranting yang sakit diolesi dengan fungisida tembaga konsentrasi 10%
seperti Nordox, Cupravit, atau fungisida tridemorf (Calixin RM)
(Harni et al 2015).
d. Jamur Akar
1) Patogen Penyebab Penyakit
Patogen penyebab penyakit jamur akar yang sering menyerang
tanaman kopi adalah jamur akar putih, akar cokelat, dan akar hitam.
Penyebab dari masing-masing penyakit tersebut adalah jamur akar putih
disebabkan oleh Rigidoporus lignosus, jamur akar cokelat Phellinus
noxius, dan jamur akar hitam Roselina bunodes (Harni et al 2015).

Gambar 3.11 Jamur Phellinus noxius (Sumber: Google)


Gambar 3.12 Jamur Roselina bunodes (Sumber: Google)

Gambar 3.13 Jamur Rigidoporus lignosus (Sumber: Google)


2) Gejala Penyakit
Gejala serangan jamur akar baik jamur akar putih, cokelat, dan hitam,
biasanya sama yaitu daun-daun tanaman sakit menguning, layu, dan
rontok. Akar yang terserang jamur akar putih (JAP), tampak miselium
jamur berwarna putih pada permukaan akar kemudian berubah warna
menjadi kuning gading, dan gejala ini baru terlihat apabila daerah
perakaran dibuka. Akar yang diserang jamur akar cokelat pada umumnya
adalah akar tunggang, biasanya tertutup oleh kerak yang terdiri atas butir-
butir tanah, melekat sangat kuat sehingga tidak dapat lepas meskipun
dicuci dan disikat. Di antara butir-butir tanah tampak adanya jaringan
jamur berwarna cokelat tua sampai cokelat kehitaman. Gejala serangan
jamur akar hitam adalah pohon mati secara mendadak, pada pangkal
batang dan akar-akar terdapat banyak benang jamur berwarna hitam, yang
sering bersatu dan membentuk lapisan berwarna hitam. Bagian kulit yang
sakit membusuk, kalau kulit dikupas, di antara kulit dan kayu terdapat
benang-benang hitam (Harni et al 2015).

Gambar 3.14 Gejala Penyakit Jamur Akar Hitam (Sumber: Google)


Gambar 3.15 Gejala Penyakit Jamur Akar Putih (Sumber: Google)
3) Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah
kelembapan udara yang tinggi seperti pada saat musim hujan, persemaian
terlalu gelap, peneduh terlalu rimbun (Harni et al 2015).
4) Fase Tanaman Terinfeksi Patogen Penyebab Penyakit
Tanaman kopi dapat terinfeksi patogen jamur akar sejak pembibitan
sampai fase produktif.
5) Pengendalian
Pengendalian pertumbuhan dan perkembangan patogen penyebab
penyakit jamur akar yaitu dengan dilakukannya sanitasi dengan
membongkar tanaman yang sakit bersama akarnya sampai bersih lalu
dibakar, pengaplikasian fungisida yang doberikan pada pangkal
batang/akar tanaman yang sakit, menggunakan agen hayati Trichoderma
sp., membuat parit isolasi sedalam 60-90 cm agar patogen tidak
menyebar, dan penggunaan belerang atau kapur (Harni et al 2015)
e. Kanker Belah
1) Patogen Penyebab Penyakit
Kanker belah atau kanker batang tanaman kopi disebabkan oleh
jamur Armillaria sp. Yang memiliki tudung berbentuk menonjol sampai
mendatar dengan tonjolan di bagian tengahnya dan memiliki ragam warna
dari krem, kuning sampai pucat. Jamur ini memiliki diameter sampai 10
cm (Harni et al 2015).

Gambar 3.16 Jamur Armillaria sp. (Sumber: Google)


2) Gejala Penyakit
Gejala serangan ditandai dengan daun-daun menguning, layu, dan
akhirnya gugur serta cabang-cabang mati. Gejala lanjut terdapat celah-
celah memanjang pada pangkal batang dan akar tunggang. Sebagian besar
dari akar membusuk dan mati, sebelum mati seringkali pohon membentuk
banyak akar adventif baru yang tampak sehat (Harni et al 2015).
Gambar 3.17 Gejala Penyakit Kanker Belah (Sumber: Google)
3) Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah
kelembapan udara dan tanah yang tinggi seperti pada saat musim hujan,
persemaian terlalu gelap, peneduh terlalu rimbun (Harni et al 2015).
4) Fase Tanaman Terinfeksi Patogen
Tanaman kopi dapat terinfeksi patogen penyebab penyakit kanker
belah pada fase vegetatif sampai fase produktif.
5) Pengendalian
Untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan patogen
penyebab penyakit kanker akar, maka dapat dilakukan pengendalian
dengan dibuat drainase antara tanaman yang terinfeksi dan tanaman sehat,
tanaman sakit dibongkar sampai akarnya kemudian dibakar, dan pada
bagian kebun yang terinfeksi Armeillaria sp., setelah dibersihkan dari sisa
akar lalu dibiarkan bera selama lebih kurang satu tahun (Harni et al 2015)
D. Jadwal Kegiatan Individu
Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan, dialokasikan pada kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan budidaya sebagai berikut :
Tabel 1.1 Perencanaan Aktivitas Magang di PT Perkebunan Nusantara.
Minggu
No. Uraian Kegiatan
I II III IV

1. Perkenalan dan penyelesaian administrasi

2. Presentasi dan pembagian kerja


Mengikuti dan mempelajari kegiatan budidaya
3. kopi robusta

Mengidentifikasi jenis-jenis serangan penyakit


4. berdasarkan dampak yang ditimbulkan pada
budidaya kopi robusta

Mempelajari teknik pengendalian yang


5. diterapkan pada budidaya kopi robusta dan
menghubungkannya dengan konsep PHT

6 Penyusunan hasil akhir kegiatan lapangan


DAFTAR PUSTAKA

Amaria W, Harni R. 2012. Penyakit karat daun pada tanaman kopi dan
pengendaliannya. Sukabumi(ID): Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri.
Defitri Y. 2016. Pengamatan beberapa penyakit yang menyerang tanaman kopi (Coffea
sp) di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat. J
Media Pertanian 1(2): 78-84.
Ferry Y, Supriadi H, Ibrahim MSD. 2015. Teknologi budidaya tanaman kopi aplikasi
pada perkebunan rakyat. Jakarta (ID): IAARD Press.
Harni R. 2015. Teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi. Jakarta(ID):
IAARD Press.
Harni R, Taufiq E, Martono B. 2015. Ketahanan pohon induk kopi liberika terhadap
penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B. Et Br.) di Kepulauan Meranti. J
Tanaman Industri dan Penyegar 2(1): 35-42.
Ibrahim MSD, Dono W, Hartati RRS. 2017. Ketahanan genotype unggul beberapa
spesies kopi terhadap penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) asal Cisaat
Sukabumi. Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi untuk
Ketahanan Pangan pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Balai Penelitian
Tanaman Industri dan Penyegar.
Mahfud MC. 2012. Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun untuk
meningkatkan produksi kopi nasional. J Pengembangan Inovasi Pertanian. 5(1):
44-57.
Masnur M, Putra CW, Afik Y, Indra A. 2018. Kajian hama dan penyakit tanaman yang
menyerang perkebunan kopi (Coffea sp.) serta cara pengendaliannya (studi
lapang perkebunan kopi ptpn xii kalisat jampit bondowoso dan puat penelitian
kopi & kakao jember). Makalah. Universitas Islam Batik Surakarta.
Semangun, H. 1990. Penyakit tanaman kebun di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gajah
Mada University Press.
Supriadi H. 2014. Budidaya tanaman kopi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
J Perspektif 13(1): 35-52.
Widyawati AC. 2018. Diagnosa penyakit tanaman kopi dengan menggunakan
backward chaining pada Kabupaten Tanggamus. Seminar Nasional Teknologi
dan Bisnis. IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai