Anda di halaman 1dari 3

The Final Crossroad

“The one who is standing on the crossroad has only one answer whether to cross or to turn. He has passed
through two big crossroads since 2016 and still he decided to cross, go on what he believes. But, he is
now on the final crossroad …”

Ya, the one who is on the final crossroadnya itu aku, vir. Aku anggep crossroad itu persimpangan, pilihan
hidup, termasuk milih teman hidup. Tenang vir, ini storynya bukan untuk nembak macam anak labil
pacaran, apalagi nglamar. Nglamar itu yaa ngobrol langsung ke orang tuanya kan. Ini cerita aja kok,
hehehe.

Aku dari jaman kuliah emang gak pernah doa punya pacar, doanya ketemu jodoh dan Allah bimbing
supaya punya ilmu dan segala persiapannya buat jemput jodoh dengan cara halal yang Allah ridho, hehe.
Buat aku, nikah itu bukan goal, melainkan garis start. Goalnya ditentuin bareng ketika nikah. Seorang
pelari pasti bakal nyiapin segalanya dengan matang sebelum dia datang ke garis start.

Aku ngrasanya, aku lagi jalan di jalan yang gede, panjang, buat nyari garis start itu. Tahun 2016-2017, dua
tahun aku jalan on this road, ada 2 crossroads atau persimpangan yang ngasih aku sign, “turn right to find
your start line.” But then, don’t know why, I still decide to cross. To be honest, I still decide to cross 2
times because I still do hope you’re the one that I see on my start line at the end of the road. But, one
thing that I just realized is, I don’t really know whether you’re staying on the end of the road I’m now
walking on, or not.

Back to 2016, aku masih inget ketika aku pernah kirim cerita panjang via LINE juga ke kamu and I do sorry
for that. Walaupun tau jawaban kamu, gak tau kenapa yang masih di hati dan pikiran, ya kamu. Dan aku
cuman mau pegang janjiku on my last LINE story, dalam 2-3 tahun dari my last story, papa dan mama
kamu yang beneran aku datengin duluan to discuss about it “If I had still the chance on it” and I did
serious. Aku bilang 2-3 tahun yang artinya semester awal tahun 2018 sampai semester awal tahun 2019.

Aku bilang 2-3tahun dari waktu itu karena aku mau kasih kado terbaik buat Ibu dan Bapak di 2017.
Alhamdulillah Allah mudahin buat aku kasih kado ke mereka sebelum 2017 berakhir, dikasih bonus pula,
hehe. Aku bilang 2-3tahun dari waktu itu bukan karena nunggu status pegawai, karena Alhamdulillah,
ternyata, aku udah Allah kasih pegawai tetap langsung di akhir 2016. Aku bilang 2-3tahun dari waktu itu
bukan karena apa, cuman seriously mau cari ilmunya untuk siapin nikah, jadi suami dan jadi bapak sesuai
Islamic Parenting. At least, aku mau nanti ketika di garis start, aku udah punya bekalnya. Ini udah akhir
2017, 1 minggu sebelum ke Australia, I find another big crossroad which ngasih sign yang sama, “turn
right to find your start line”.

Akhir 2016, sebelum pengangkatan pegawai tetap, aku dikasih opsi tawaran penempatan. Aku pilihnya
Divisi Keuangan, kantor Pusat. Aku pilih ini supaya pertama, belajarnya sesuai ilmu yang aku cari. Kedua,
kalo di Kantor Pusat, kemungkinan dipindah2 rotasi se-Indonesianya kecil. Alhamdulillah penempatannya
bukan di Kantor Pusat, hahaha.

Januari-Juli penempatan di Pekalongan-Tegal, Allah kasih kesempatan belajar dan amanah ajarin Islamic
Finance ke pengusaha Small Medium Enterprise (SME) di sana. Aku rasa ini juga bagian dari plan Allah
yang keren. Kalo gak dikasih kesempatan ini, yakin, aku gak punya alasan untuk izin kantor belajar ke
Australia mengenai SME.
Agustus, aku dapat masa percobaan dinas di Divisi Keuangan, sesuai doa awalku. Alhamdulillah, di sini
pimpinan dan temen2 pada support, ngebolehin aku izin sebulan, meski baru gabung. Aku bilang ke HRD,
aku sebelumnya ditempatin di SME. Aku dapet penawaran dari pemerintah Australia buat belajar SME di
sana, juga pas aku di divisi SME. Meski sekarang dipindah ke Divisi Keuangan, nanti ilmu SMEnya
insyaaAllah aku share ke temen2 divisi SME dan cabang.

Di episode penempatan Pekalongan inilah, I met my two big crossroads. First crossroad, dari temen
sekolah dan kampus, yang aku baru sadar kalo dia sepupunya tetangga dan temen mainku dari kecil. Aku
punya rewang rumah yang juga jadi rewang di rumah temen mainku itu. Sepupu temen mainku ini sering
nitip salam lewat rewang dari dulu, aku anggepnya biasa, salam balik. Sampe beneran tetanggaku ini
serius nawarin taaruf dan nikah kalo cocok. Although, I don’t really know whether you’re staying on the
end of the road I’m now walking on, or not, aku kasih my best reason that I couldn’t for that time, ada
yang lagi aku prepare for.

The second crossroad, baru aja Juni. Aku diminta sahabatku buat baca Quran di nikahannya. Sahabatku
ini juga nawarin sahabatnya, sebut saja si A, buat diajak taaruf dan nikah kalo cocok. At the same time,
temen SMA dan temen deket kampus juga nawarin, ngenalin aku ke si A juga, dan minta aku taaruf dan
nikah kalo cocok. Again, although I don’t really know whether you’re staying on the end of the road I’m
now walking on, or not, aku kasih my best reason that I couldn’t for that time, ada yang lagi aku prepare
for.

Of course, aku selalu discuss sama orang tua kok sebelum taking decision. Cuman, finally, Ibu Bapakku
ngasih aku final trial buat make sure ke kamu, “Am I walking on the true road so far?”

Third, this is my biggest crossroad. Guru ngaji hafalan dan tafsir Quran di Kantor Pusat, nawarin aku taaruf
dan nikahin adik kandungnya. Aku pusing. To be honest, gak tau kenapa, padahal yaaa kita gak pernah
ketemu kan, jarang chat juga, tapi hatiku masih condongnya ke kamu, vir. Aku pending, minta waktu nanti
jawab sepulang dari Australia. Aku doanya ke Allah, minta petunjuk jelas. Aku jujur ke Allah kalo hatiku
condongnya ke kamu tapi bingung cari cara ngobrol ke kamu. Aku silaturahim ke tempat kamu aja, entah
kenapa selalu kamunya pas pergi, hehe.

To my surprise, Allah izinin kamu ikutan join donasi dan aku bisa kontak kamu sampe sini. Seneng juga
ketika kamu bilang, papa kamu mau ketemu sepulang aku dr Australia. Asli, aku masih jetlag parah karena
beda suhu dan jam biologisnya ekstrim, tapi kupaksa dateng luangin waktu. Aku harapnya punya
kesempatan buat curi nanya ini ke papa kamu. Tapi papa dan adik kamu semangat banget bahas bisnisnya,
terus pamit, mau anter pesenan. Yaudah, aku doa lagi ke Allah minta sign yang jelas.

Sebelum making decision di tiap 3 crossroad ini, aku inget janjiku ke kamu di LINE note sebelumnya.
Sebelum making decision di tiap 3 crossroad ini, tiap habis shalat hajad dan istikharah, entah kenapa
ketemunya antara mbak aul, mama kamu, kamu (tapi cuman kamu yang ngomongnya aku gak ngerti di
mimpi) dan yang terakhir, papa kamu. Dan yang paling aneh, 2017 awal kemarin, pas bulek umrah, beliau
kontak, “Bulek mau kamu sebutin nama yang serius kamu pingin nikahin.” Gak tau gimana, nama kamu
aja yang terlintas dan kusebutin, hehe.

Cerita ini cuman buat nunjukin kalo I do serious with my promise, vir. Aku mau ikthiar maksimal and make
sure, papa dan mama kamu yang aku datengin dan tembung duluan, “If I had the chance.”
Aku kasih judul The Final Crossroad kayaknya pas bener. Pagi ini, Allah izinin aku liat foto kamu sama calon
kamu, yaudah, beneran ikut doain yang terbaik 

Finally, aku cuman mau make sure ke kamu, vir “Should I stop walking through this road?” “Do I have
the chance?” Kalopun jawabannya I’d better stop juga no worries. Aku gak kecewa dan sedih. Aku akan
kecewa dan sedih kalo gak pernah berani nanyain ini ke kamu. Aku cuman mau make sure, kalo aku ikhtiar
optimal tepatin janjiku, papa dan mama kamu yang pertama aku datengin buat lamar putrinya.

Kalo jawabannya no chance dan bukan papa papa dan mama kamu yang pertama aku datengin buat
lamar, itu bukan karena aku gak tepatin janji, bukan karena aku gak usaha maksimal, tapi karena I had no
that chance. Aku maunya berdamai dengan perasaan dan pikiranku dan gak nutup peluang buat siapa aja
yang Allah kirim selanjutnya buat diikhtiarkan nikah If I really had no chance on you.

Don’t really mind about me too much, vir. Dari hasil tes psikologi, I’m kind of calm and fast recover kok,
gak akan hard feeling dan tetep bisa temenan, kontak whenever you need my help 

“Everything happens for a reason.” Allah izinin aku kenal sama kamu dan keluarga kamu, pasti untuk
tujuan kebaikan tertentu. Ketika pertama aku kenal kamu dan keluarga kamu, terus cerita ke Ibu Bapak,
sadar kalo beda tingkat, mereka support buat aku selalu dream bigger, achieve higher, terus. Ikhtiarin aja.
Sampe akhirnya, aku udah terbiasa selalu tanya ke diriku, “What’s Next?” and I do grateful of this feeling.

Rejeki gak akan tertukar, semua udah diatur. Allah pun punya rencana terbaik buat kita masing-masing
terkait rejeki, termasuk jodoh. Tugas kita ikhtiar maksimal.

I just now standing at the crossroad with just one answer, between to cross, or between to turn….

Ohya, last but not least, Don’t worry about business sharingnya. I do serious to help whatever your answer
will be. For sure 

Thank you for reading, vir


Regards,

Anda mungkin juga menyukai