Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan
mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan nasional diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan garda
depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.1
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya
disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.2
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan
oleh Menteri setelah dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi standar
pelayanan Puskesmas yang telah ditetapkan oleh Menteri untuk
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara berkesinambungan.1
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun
sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS.2

1.2. Identifikasi masalah


Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait penyelenggaraan
akreditasi di puskesmas Toaya yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan akreditasi di Pukesmas Toaya ?
2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target
cakupan akreditasi di Puskesmas Toaya ?
BAB II
PERMASALAHAN

2.1. Gambaran umum UPTD urusan puskesmas Mamboro


UPTD Puskesmas Toaya merupakan salah satu puskesmas di Kecamatan
Sindue Kabupaten Donggala. UPTD Puskesmas Toaya mempunyai wilayah
kerja sekitar 221,6 km2 yang secara administrasi pemerintahan terdiri dari 13
desa dan 54 dusun yang berada di wilayah Kecamatan Sindue, yaitu dalaka,
lero tatari, lero ngapa, toaya vunta, toaya, sumari, kumbasa, taripa, masaingi,
marana, enu, amal, dan kavaya.3
Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan di Kecamatan Sindue
tahun 2015, jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Toaya
sebesar 19.409 jiwa. Adapun jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2015
sebesar 9.819 jiwa dan perempuan sebesar 9.590 jiwa.3
Puskesmas Toaya bertujuan membentuk puskesmas yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada seluruh masyarakat dari
segala golongan serta didukung dengan peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM) untuk dapat mendorong masyarakat untuk meningkatkan
kesehatannya. Visi dari Puskesmas Toaya adalah sebagai tempat pelayanan
kesehatan yang bermutu demi tercapainya Kecamatan Sindue sehat. Misinya
yaitu memberikan pelayanan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta
mendorong kemandirian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, masyarakat dan lingkungan untuk hidup sehat dengan cara
peningkatan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM).3
Adapun jenis-jenis pelayanan Puskesmas Toaya antara lain sebagai
berikut :
A. Upaya Kesehatan Perorangan
1. Pelayanan umum melayani
a. Pelayanan kesehatan umum
2. Pelayanan gigi melayani
a. Pengobatan gigi dan mulut
b. Pencabutan gigi
c. Konsultasi kesehatan gigi dan mulut
3. Pelayanan MTBS melayani
a. Pelayanan pengobatan balita
b. konsultasi
4. Pelayanan KIA/KB melayani
a. Pemeriksaan kehamilan
b. Persalinan
c. Pelayanan KB
d. Deteksi tumbuh kembang balita
e. Konsultasi
5. Pelayanan imunisasi melayani
a. Imunisasi bayi dan balita
b. Imunisasi calon pengantin dan ibu hamil (TT)
6. Pelayanan persalinan 24 jam
a. Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Dasar)
7. UGD 1x24 jam
8. Perawatan
9. Pelayanan laboratorium
10. Pelayanan kefarmasian (Apotek)
11. Pelayanan klinik konsultasi
a. Klinik konsultasi gizi
b. Klinik sanitasi
c. Klinik berhenti merokok
d. Konseling remaja
B. Upaya Kesehatan Masyarakat
1. Pelayanan klinik konsultasi
a. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKM
d. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit menular
2. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
3. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan
a. Pelayanan kesehatan haji
b. Pelayanan kesehatan lansia
c. Pelayanan kesehatan jiwa
d. Pelayanan kesehatan kerja
e. Pelayanan kesehatan olahraga
f. Pelayanan penyakit tidak menular
g. Pelayanan kesehatan tradisional
h. Pelayanan penanggulangan bencana
i. Pelayanan kesehatan telinga.3

2.2. Akreditasi puskesmas


Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem
manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan
dan program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian
untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.1
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan
dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas.
Prinsip ini ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan
pelayanan.1
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
akreditas puskesmas, klinik pratama, dan tempat praktik mandiri dokter dan
dokter gigi, akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di
Puskesmas, yaitu:
1. Kelompok Administrasi Manajemen, yang diuraikan dalam :
a. Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)
b. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)
c. Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
2. Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikan dalam :
a. Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran
(UKMBS)
b. Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan
Masyarakat (KMUKM)
c. Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikan dalam :
a. Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)
b. Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)
c. Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP).3

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 pasal 9,


penetapan status akreditasi Puskesmas terdiri dari :
a. Tidak terakreditasi
b. Terakreditasi dasar
c. Terakreditasi madya
d. Terakreditasi utama
e. Terakreditasi paripurna

2.3. Dokumen Akreditasi


Pengaturan sistem dokumentasi dalam satu dalam proses implementasi
akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dianggap penting
karena dokumen merupakan acuan kerja, bukti pelaksanaan dan penerapan
kebijakan, program dan kegiatan, serta bagian dari salah satu persyaratan
Akreditasi FKTP. Dokumen yang dimaksud dalam Akreditasi FKTP secara
garis besar dibagi atas dua bagian yaitu dokumen internal dan eksternal.
Dokumen tersebut digunakan untuk membangun dan membakukan sistem
manajemen mutu dan sistem manajemen pelayanan. Regulasi internal tersebut
berupa Kebijakan, Pedoman, Standar operasional prosedur (SOP) dan
dokumen lain disusun berdasarkan peraturan perundangan dan pedoman-
pedoman (regulasi) eksternal yang berlaku.4
2.3.1 Jenis dokumen berdasarkan sumber
1) Dokumen Internal
Sistem manajemen mutu, sistem penyelenggaraan pelayanan
upaya kesehatan perorangan, dan sistem penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat (untuk Puskesmas) perlu dibakukan
berdasarkan regulasi internal yang ditetapkan oleh Kepala FKTP.
Regulasi internal tersebut disusun dan ditetapkan dalam bentuk
dokumen yang harus disediakan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) untuk memenuhi standar akreditasi.4
2) Dokumen Eksternal
Regulasi eksternal yang berupa peraturan perundangan dan
pedoman-pedoman yang diberlakukan oleh Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan
organisasi profesi, yang merupakan acuan bagi FKTP dalam
menyelenggarakan administrasi manajemen dan upaya kesehatan
perorangan serta khusus bagi Puskesmas untuk penyelenggaraan
upaya kesehatan masyarakat. Dokumen-dokumen eksternal
sebaiknya ada di FKTP tersebut, sebagai dokumen yang
dikendalikan, meskipun dokumen eksternal tersebut tidak
merupakan persyaratan dalam penilaian akreditasi.4
2.3.2 Jenis dokumen akreditasi FKTP
1) Dokumen induk
Dokumen asli dan telah disahkan oleh Kepala FKTP.
2) Dokumen terkendali
Dokumen yang didistribusikan kepada sekretariat/tiap unit/
pelaksana, terdaftar dalam Daftar Distribusi Dokumen Terkendali,
dan menjadi acuan dalam melaksanakan pekerjaan dan dapat
ditarik bila ada perubahan (revisi). Dokumen ini harus ada
tanda/stempel “TERKENDALI”.4
3) Dokumen tidak terkendali
Dokumen yang didistribusikan untuk kebutuhan eksternal atau
atas permintaan pihak di luar FKTP digunakan untuk keperluan
insidentil, tidak dapat digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan pekerjaan dan memiliki tanda/stempel “TIDAK
TERKENDALI”. Yang berhak mengeluarkan dokumen ini adalah
Penanggung jawab Manajemen Mutu dan tercatat pada Daftar
Distribusi Dokumen Tidak Terkendali.4
4) Dokumen Kedaluwarsa
Dokumen yang dinyatakan sudah tidak berlaku oleh karena
telah mengalami perubahan/revisi sehingga tidak dapat lagi
menjadi acuan dalam melaksanakan pekerjaan. Dokumen ini harus
ada tanda/stempel “KEDALUWARSA”. Dokumen induk
diidentifikasi dan dokumen sisanya dimusnahkan.4
2.3.3 Jenis dokumen yang perlu disediakan
Dokumen-dokumen yang perlu disediakan di Puskesmas adalah
sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan manajemen Puskesmas:
a. Kebijakan Kepala Puskesmas,
b. Rencana Lima Tahunan Puskesmas,
c. Pedoman/manual mutu,
d. Pedoman/panduan teknis yang terkait dengan manajemen,
e. Standar operasional prosedur (SOP),
f. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) :
1. Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dan
2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
g. Kerangka Acuan Kegiatan.
2) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM):
a. Kebijakan Kepala Puskesmas,
b. Pedoman untuk masing-masing UKM (esensial maupun
pengembangan),
c. Standar operasional prosedur (SOP),
d. Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM,
e. Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM.
3) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a. Kebijakan tentang Pelayanan Klinis,
b. Pedoman Pelayanan Klinis,
c. Standar operasional prosedur (SOP) klinis,
d. Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan Pelayanan
Klinis dan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Input
Penyelenggaraan akreditasi di puskesmas Toaya dikelola oleh tim mutu
yang terdiri atas perawat dan dokter. Struktur tim mutu terdiri atas ketua tim,
sekretaris, administrasi, upaya keselamatan masyarakat (UKM), upaya
keselamatan perorangan (UKP) dan auditor. Tim mutu tersebut yang akan
mengkoordinasi tim puskesmas dalam mencapai akreditasi.
Kelompok administrasi manajemen mempunyai tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pelayanan puskesmas (PPP), kepemimpinan dan manajemen
puskesmas (KMP) dan peningkatan mutu puskesmas (PMP). Dalam
penyelenggaraan kelompok administrasi manajemen puskesmas terdapat
beberapa penilaian dalam pencapaian akreditasi, antara lain :
1. Pedoman/manual mutu, pedoman/panduan teknis yang terkait dengan
manajemen dan standar operasional prosedur (SOP). Pedoman-pedoman
tersebut sudah lengkap pada aset administrasi puskesmas, kendala yang
ditemukan yaitu dalam pelaksanaannya beberapa belum sesuai dengan
pedoman yang telah ditetapkan.
2. Kebijakan kepala puskesmas. Kepala puskesmas mempunyai beberapa
kebijakan dalam melakukan kepemimpinan. Kepala puskesmas juga
sudah beberapa kali dilakukan pergantian, kendala yang ditemukan yaitu
dalam penentuan kepala puskesmas minimal telah sarjana (S1).
3. Kerangka acuan kegiatan dan perencanaan tingkat puskesmas (PTP) yang
terdiri atas rencana usulan kegiatan (RUK) dan rencana pelaksanaan
kegiatan (RPK). Dalam melaksanakan program upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat oleh masing-masing divisi
dapat mengusulkan program yang akan dilaksanakan kepada tim
perencanaan. Tim perencanaan tersebut akan memilih program prioritas
sesuai dengan bantuan operasional kesehatan (BOK) yang diberikan ke
puskesmas. Kendala yang ditemukan yaitu tidak semua program UKP
dan UKM terlaksana dengan mendapatkan BOK.

Kelompok upaya kesehatan masyarakat mempunyai tanggung jawab


dalam upaya kesehatan masyarakat yang berorientasikan sasaran (UKMNS),
kepemimpinan dan manajemen upaya kesehatan masyarakat (KMUKM) dan
Sasaran kinerja upaya kesehatan masyarakat (SKUKM). Dalam
penyelenggaraan kelompok upaya kesehatan masyarakat puskesmas terdapat
beberapa penilaian dalam pencapaian akreditasi, antara lain :
1. Pelayanan klinik konsultasi yang terdiri atas pelayanan promosi
kesehatan termasuk UKS, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan
KIA/KIB yang bersifat UKM serta pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular. Program tersebut sudah terlaksana
dengan baik, yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya yaitu belum
adanya evaluasi dan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya serta
dokumentasi dan pelaporan kegiatan yang belum terlaksana dengan baik.
2. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat. Program tersebut sudah
terlaksana dengan baik, yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya
yaitu peran serta tim puskesmas dan kader yang belum maksimal dalam
memotivasi masyarakat untuk ikut dalam kegiatan kesehatan.
3. Upaya kesehatan pengembangan yang terdiri atas pelayanan kesehatan
haji, kesehatan lansia, kesehatan jiwa, kesehatan kerja, kesehatan
olahraga, penyakit tidak menular, kesehatan tradisional, penanggulangan
bencana dan kesehatan telinga. Program tersebut sudah terlaksana dengan
baik, yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya yaitu belum adanya
evaluasi dan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya serta
dokumentasi dan pelaporan kegiatan yang belum terlaksana dengan baik.

Kelompok upaya kesehatan perorangan mempunyai tanggung jawab


dalam layanan klinis yang berorientasi pasien (LKBP), manajemen penunjang
layanan klinis (MPLK) dan peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien
(PMKP). Dalam penyelenggaraan kelompok upaya kesehatan perorangan
puskesmas terdapat beberapa penilaian dalam pencapaian akreditasi, antara
lain :
1. Pelayanan kesehatan umum, pelayanan kesehatan gigi, pelayanan MTBS,
pelayanan KIA/KB dan pelayanan klinik konsultasi. Program tersebut
sudah berjalan dengan baik, yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya
yaitu sarana dan prasarana yang belum memenuhi standar, beberapa
pelayanan belum sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, masih
kurangnya jumlah dan kinerja tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan serta belum adanya evaluasi dan tindakan apa yang akan
dilakukan selanjutnya.
2. Pelayanan imunisasi yang melayani imunisasi bayi dan balita serta
imunisasi calon pengantin dan ibu hamil (TT). Program tersebut sudah
berjalan dengan baik, yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya yaitu
peran serta tim puskesmas dan kader yang belum maksimal dalam
memotivasi masyarakat untuk ikut dalam kegiatan imunisasi.
3. Pelayanan peralinan 1x24 jam, UGD 1x24 jam dan perawatan. Program
tersebut sudah berjalan dengan baik, yang menjadi kendala dalam
pelaksanaannya yaitu sarana dan prasarana yang belum memenuhi
standar, beberapa pelayanan belum sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan dan masih kurangnya jumlah dan kinerja tenaga kesehatan
dalam melaksanakan pelayanan.
4. Pelayanan laboratorium dan kefarmasian (apotek). Program tersebut
sudah berjalan dengan baik, yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya
yaitu sarana dan prasarana yang belum memenuhi standar, beberapa
pelayanan belum sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan dan masih
kurangnya jumlah dan kinerja tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan.
B. Proses
Menurut Peraturan Mentera Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
akreditas puskesmas, klinik pratama, dan tempat praktik mandiri dokter dan
dokter gigi, akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di
Puskesmas, yaitu:
1. Kelompok Administrasi Manajemen, yang diuraikan dalam :
a. Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)
b. Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)
c. Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
2. Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang diuraikan dalam:
a. Bab IV. Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran
(UKMBS)
b. Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Upaya Kesehatan
Masyarakat (KMUKM)
c. Bab VI. Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (SKUKM)
3. Kelompok Upaya Kesehatan Perorangan, yang diuraikan dalam:
a. Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)
b. Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)
c. Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

C. Output
Dalam pencapaian akreditasi, puskesmas Toaya telah terakreditasi dasar
sejak tahun 2016. Untuk penilaian kelompok administrasi manajemen
puskesmas telah mencapai target, namun kelompok upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat belum mencapai target.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Dalam pencapaian akreditasi, puskesmas Toaya telah terakreditasi dasar
sejak tahun 2016.
2. Untuk penilaian kelompok administrasi manajemen puskesmas telah
mencapai target, namun kelompok upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat belum mencapai target.
3. Program puskesmas sudah berjalan dengan baik, yang menjadi kendala
dalam pelaksanaannya yaitu sarana dan prasarana yang belum memenuhi
standar, beberapa pelayanan belum sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan, masih kurangnya jumlah dan kinerja tenaga kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan, dana BOK yang belum mencukupi untuk
melaksanakan semua program puskesmas serta belum optimalnya
evaluasi kegiatan dan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
4.1. Saran
1. Meningkatkan pencapaian akreditasi puskesmas dari terakreditasi dasar
menjadi akreditasi madya, utama bahkan paripurna untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana puskesmas.
3. Meningkatkan jumlah dan kinerja tenaga kesehatan yang berpedoman
pada standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan.
4. Melaksanakan evaluasi setiap kegiatan sehingga hasil evaluasi akan
mengarahkan puskesmas kepada tindakan apa yang akan dilakukan
selanjutnya.
5. Mendokumentasikan dan menuliskan laporan kegiatan yang telah
terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Dokter dan Tempat Praktek Dokter Gigi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2015

2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2014.

3. UPTD Puskesmas Toaya. Buku Profil UPTD Puskesmas Toaya Tahun 2015.
Puskesmas Toaya : Kabupaten Donggala. 2015.

4. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Republik Indonesia. Pedoman


Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
2015.

Anda mungkin juga menyukai