SETUDI HADIS
“HADIS PALSU”
DOSEN PENGAMPUN
AKMALUDIN SYA’BANI,M.HI.
DI SUSUN OLEH
DINDA NOVIANA SARI Z.
ِيم
ِ الر ِح
َّ من
ِِ ْالرح
َّ ِِس ِِم للا
ْ ِب
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)” ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang di
rencanakan. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas bapak Arfin Hasibuan,
M.Pd.I. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta
keluarga. Amin.
Di dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang Maha Kuasa dan dari semua pihak serta dengan
usaha yang maksimal sesuai kemampuan kami, akhirnya makalah ini dapat di selesaikan dengan
baik.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dari isi maupun tata cara penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................... ……
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, sifat maupun taqrirnya disebut dengan Hadis. Hadis merupakan salah satu dari dua
peninggalan pusaka Nabi (Al-Qur’an dan Hadis). Banyak macam-macam Hadis seperti Hadis
Sahih, Hasan, Da’if dan lain-lain. Hadis Da’if merupakan Hadis lemah berdasarkan kualitas
sanadnya namun ada yang lebih parah yaitu Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah dapat diambil tujuan penulisan makalah ini yaitu:
PEMBAHASAN
Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) secara etimologi merupakan bentuk isim maf’ul dari
Defenisi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) secara terminologi adalah Hadis yang diciptakan dan
dinisbatkan kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat atau mengada-adakan sementara
Kata-kata yang biasa dipakai untuk Hadis Maudhu’ adalah Al-Mukthtalaqu, Al-Muhtala’u,
Al-Mashnu,dan Al-Makdzub. Kata tersebut memiliki arti yang hampir sama. Pemakaian kata-kata
tersebut adalah lebih mengokohkan (ta’kid) bahwa Hadis semacam ini semata-mata dusta atas
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan kapan mulai terjadinya pemalsuan Hadis.
1. Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau
didalam neraka”.
Menurutnya Hadis tersebut menggambarkan kemungkinan pada zaman Rasulullah SAW. telah
terjadi pemalsuan Hadis. Akan tetapi pendapat ini kurang disetujui oleh H.Mudatsir didalam
bukunya Ilmu Hadis, dengan alasan Ahmad Amin tidak mempunyai alasan secara historis, selain
itu pemalsuan Hadis dijaman Rasulullah SAW. tidak tercantum didalam kitab-kitab standar yang
berkaitan dengan Asbabul Wurud. Dan data menunjukan sepanjang masa Rasulullah SAW. tidak
pernah ada seorang sahabatpun yang sengaja berbuat dusta kepadanya. Karena Ahmad Amin
hanya berargumen melalui pemahamannya (yang tersirat) pada Hadis tersebut, hal itu tidaklah
kuat dijadikan dalil bahwa pada zaman Rasulullah SAW telah terjadi pemalsuan Hadis.
Andaikan pada masa itu sudah ada pemalsuan Hadis maka hal yang demikian menjadi berita
besar bagi para sahabat Nabi, dan ternyata sejarah tidak mencatat peristiwa tersebut.
2. Salah al-Din al-Adlaby menyatakan bahwa pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah
kedunian telah terjadi pada masa Nabi dan dilakukan oleh orang munafik, sedangkan pemalsuan
Hadis berkenaan dengan agama, pada zaman Nabi belum pernah terjadi. Al-Adlabi mengutip
pendapat al-Tahawy dan al-Tabrani tentang “pelamaran seorang wanita” warga Madinah. Tetapi
sesudah diteliti kualitas Hadisnya, ternyata Sanad hadisnya lemah. Karenanya kedua riwayat
3. Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak jaman khalifah
Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah terjadinya perpecahan politik antara
kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu Khawariz
yang pada awalnya merupakan pengikut Ali, namun ketika Ali menerima Tahkim mereka malah
menentang kelompok Ali dan juga Muawiyah.merekapun mulai membuat Hadis Palsu untuk
mendukung kelompok mereka masing-masing. Sebelum terjadi pertentangan antara Ali bin Abi
Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, Hadis masih bisa dikatakan selamat dari pemalsuan.]
Pertentangan politik kekhalifahan yang timbul sejak akhir kekhalifahan ‘Ustman dan awal
kekhalifahan ‘Ali, merupakan sebab-sebab yang memunculkan Hadis Maudhu’. Di waktu itu
timbul partai Syi’ah dan golongan Mu’awiyyah. Dan setelah selesai perang shiffin timbul pula
golongan Khawarij. Diantara golongan-golongan tersebut , golongan Syi’ah Rafidlah adalah
yang paling banyak membuat Hadis Maudhu’. Imam Syafi’i berkata “Saya tidak merlihat
Mereka membuat Hadis-Hadis Maudhu’ tentang keutamaan ‘Ali dan Ahli-Bait (keluarga-
keluarganya). Selain mereka membuat Hadis Maudhu’ yang isinya memuji golongannya sendiri,
mereka juga membuat Hadis Maudhu’ yang isinya menjelek-jelekkan lawannya. Seperti
Juga Hadis Maudhu’ untuk menjelek-jelekkan Abu Bakar r.a dan Umar r.a. Yang artinya
:“Barang siapa yang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat Nuh tentang
ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang
Pengikut golongan lain yang merasa golongannya dihina, segera pula membalas membuat
Contoh Hadis Maudhu’ yang diciptakan oleh golongan yang membenarkan kekhalifahan
ابوبكرن الصدقيق, منها الاله هللا محمد رسول هللا,ما فى الجنة شجرة اال مكتوب على ورقة
. عثان ذوالنوترين,عمرالفاروق,
“Di surga tidak terdapat satu pohonpun, selain pohon yang daunnya ditulis dengan
kalimat : La illaha illallah, Muhammadur Rasulullah. Abu Bakar As-Shiddiq, ‘Umar Al-faruq,
Selain Hadis Maudhu’ yang dicantumkan tadi, masih banyak lagi Hadis-
2. Faktor kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama Islam.
Pihak lain yang dimaksud adalah kaum Zindiq, Yahudi, Majasi dan Nashrani. Karena
mereka tidak sanggup melawan kekuatan Islam secar terbuka, maka kaum ini memilih jalan lain
Namun pada makalah ini yang dibahas kaum Zindiq. Kaum berpura-pura memeluk agama
“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari di Arafah, dengan berkendaraan unta
Ada juga seperti “Melihat (memandang) muka yang indah adalah ibadah”.
Contoh lain : Muhammad ibn Sa’id meriwayatkan Hadis, yang menutnya berasal
dari Anas dari Nabi SAW yang mengatakan: ”Saya adalah penutup para Nabi, tidak ada
Nabi sesudahkukecuali apabila dikehendaki Allah” . Dari Hadis Palsu tersebut ada kata
Menurut Hammad ibn Zaid, bahwa Hadis yang diPalsukan kaum Zindiq berjumlah sekitar
12000 Hadis palu dan menurut riwayat lain senbanyak 14000 Hadis Palsu.
Tokoh-tokoh terkenal yang membuat Hadis Palsu dari kalangan kaum Zindiq. Adalah:
a. Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 Hadis Palsu tentang hukum halal-
haram. Akhirnya dia dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman ( Walikota Bashrah).
b. Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, yang akhirnya sibunuh oleh Abu Ja’far Al-Manshur.
c. Bayan bin Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin ‘Abdillah.
3. Sikap Fanatisme Buta Terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Daerah dan Pimpinan
Contoh pemalsuan Hadis Palsu yang dibuat oleh golongan as-Syu’ubiyah yang fanatik
terhadap bangsa Persia yang berbunyi “ Jika Tuhanmu murka, maka dia turunkan wahyu dalam
bahasa Arab dan jika dia senang maka dia turunkan wahyu dalam bahasa Persia.”. Dan timbul
Hadis kebalikannya.
Ada lagi yang membuat Hadis Palsu karena kefanatikannya terhadap imam seperti:
Ada juga seperti “Dikalangan ummatku seorang laki-laki yang bernama Muhammad ibn
Para pembuat kisah/cerita menggunakan Hadis Palsu untuk menarik simpati para
pendengarnya seperti:
“Didalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang berbau harum semerbak, masa
tuanya berjuta-juta tahun dan Allah menempatkan mereka disuatu istana yang terbuat dari
mutiara putih. Pada istana itu terdapat tujuh puluh ribu papiliun yang setiap papiliun terdapat
tujuh puluh ribu kubah. Yang demikian itu tetap berjalan selama tujuh puluh ribu tahun tanpa
bergeser sedikitpun”
Ada juga seperti menjelaskan imbalan bagi yang mengucap “ laa ilaaha illallaah” yaitu :
“Siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, Allah akan menciptakan seekor burung yang
mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan masing-masing lidah menguasai tujuh puluh ribu bahasa
Para pengikut mahzab fiqih dan pengikut ulama kalam, yang bodoh dan dangkal ilmu
Palsu:
shalatnya”.
“Jibril telah mengimami aku (ketika shalat) di Kakbah, maka dia menghajarkan (
Dan masih banyak lagi Hadis Palsu mengenai mahzab tentang fiqih.
Hadis Palsu mengenai kalam seperti : ”Setiap yang ada dilangit, dibumi, dan diantara
keduanya adalah makhluk, kecuali Allah dan Al-Qur’an. Kelak, akan datang kaum dari
ummatku yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Oleh marena itu, barang siapa
yang mengatakan demikian, sungguh kafir terhadap Allah Yang Maha Besar, dan tertalakklah
Dikalangan orang-orang zuhud atau para ahli ibadah ada yang beranggapan bahwa
membuat Hadis-Hadis yang bersifat mendorong agar giat beribadah (targhib), atau yang bersifat
mengancam agar meninggalkan tindakan yang tidak benar (tarhib), menurut mereka
“Siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari, maka pada pagi harinya dia telah
diampuni dari segala dosanya, dan siapa yang membaca surat Al-Dhukkhan pada malam hari,
Alasan membuat Hadis Palsu ini untuk menarik simpati dan mendapat hadiah dari para
khalifah. Seperti kisah Ghiyast bin Ibrahim An-Nakha’I yang datang kepada Amirul Mukminin
Al-Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu, ia menyebut hadis dengan sanad yang berurutan
sampai Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Tidak ada perlombaan kecuali dalam
menyembelih merpati tersebut, dan member hadiah pada Ghiyast sejumlah 10.000 dirham.
Dari sebab-sebab diatas terlihat bahwa ada yang bertujuan baik dan juga tidak baik. Apapun
Hadis Maudhu’ bisa dikenali dari tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun
Matannya. Terdapatnya lafaz “Humaira’” seperti yang tersebut di dalam riwayat ini:
Hadis Maudhu` kecuali sebuah Hadis dalam al-Nasa’i. (al-Masnu` hal. 212).
1) Jika perawi itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang
kebohongannya itu, tanpa seorang pun dari kalangan orang handal yang meriwayatkannya. Para
ulama akan memberi perhatian yang sangat besar untuk mengetahui para pembohong itu dan
mereka akan mengikuti dengan cermat kebohongan itu untuk suatu Hadis.
2) Pengakuan perawi akan kedustaannya, seperti yang telah dilakukan oleh Abd al-Karim ibn Abi
al-‘Awja’ tentang pemalsuan empat ribu Hadis yang telah ia lakukan untuk mengharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram. Ini merupakan bukti terkuat mengenai kepalsuan Hadis.
3) Adanya indikasi yang hampir sama dengan pengakuan. Misalnya, pengakuan Ma’mun bin
Ahmad al-Halawi bahwa ia pernah mendengar dari Hisyam bin ‘Ammar, lalu ditanya oleh al-
Hafidh Ibn Hibban “Kapan engkau pergi ke Syiria?” dia menjawab : “Tahun dua ratus lima
puluh”, lalu Ibnu Hibban berkata “tapi Hisyam yang engkau mengaku meriwayatkan dari
padanya itu telah mati tahun dua ratus empat puluh lima!”.
4) Perawi yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri, dan tidak
ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukum palsu.
5) Diantara tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang ada dalam diri perawi dan dorongan-dorongan
psikologismenya. seperti yang diungkap oleh al-Hakim dari Ssyf bin Umar al-Tamimi yang
mengatakan kami sedang berada dirumah Sa’ad ibn Tharif, ketika putranya pulang dari sekolah
sambil menangis, lalu ia bertanya : “Ada apa denganmu?”. Ia menjawab “ aku dipukuli oleh
guru”. Ia berkata “hari ini aku akan membuat para guru menyesal.”
1) Susunannya kalimatnya rancu, tidak luwes, tidak mungkin diucapkan oleh seorang yang sangat
2) Hadis yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.
Umpamanya: “Barangsiapa memakan bawang putih pada malam Jum’at, maka hendaklah dia
3) Matannya bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.
A. KESIMPULAN
1. Pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) adalah Hadis yang diciptakan dan dinisbatkan kepada
Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat atau mengada-adakan sementara Rasulullah SAW
1) Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau
2) Salah al-Din al-Adlaby menyatakan bahwa pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah
kedunian telah terjadi pada masa Nabi dan dilakukan oleh orang munafik, sedangkan pemalsuan
Hadis berkenaan dengan agama, pada zaman Nabi belum pernah terjadi.
3) Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak jaman khalifah
Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah terjadinya perpecahan politik antara
kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu Khawariz.
2) Faktor kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama islam.
3) Sikap fanatisme buta terhadap bangsa, suku, bahasa, daerah dan pimpinan.
4) Mempelajari biografi para perawi untuk dapat mengetahui sifat-sifat para perawi
5) Di samping itu, perlu juga upaya dari umat Islam secara keseluruhan.
5. Hadis Maudhu’ bisa dikenali dari tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun
1) Perawi itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang
kebohongannya
4) Perawi yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri, dan tidak
ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukum palsu.
5) Diantara tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang ada dalam diri perawi dan dorongan-dorongan
psikologismenya.
2) Hadis yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.
3) Matannya bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.