Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SETUDI HADIS
“HADIS PALSU”

DOSEN PENGAMPUN
AKMALUDIN SYA’BANI,M.HI.

DI SUSUN OLEH
DINDA NOVIANA SARI Z.

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NAHDATUL ULAMAK


(STITNU)AL-MAHSUNI
PEROGRAM SETUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN
ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

ِ‫يم‬
ِ ‫الر ِح‬
َّ ‫من‬
ِِ ْ‫الرح‬
َّ ِِ‫س ِِم للا‬
ْ ‫ِب‬

Assallamualikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang

berjudul “Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)” ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang di

rencanakan. Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas bapak Arfin Hasibuan,

M.Pd.I. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta

keluarga. Amin.

Di dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-kesulitan dalam

menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang Maha Kuasa dan dari semua pihak serta dengan

usaha yang maksimal sesuai kemampuan kami, akhirnya makalah ini dapat di selesaikan dengan

baik.

Kami menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik

dari isi maupun tata cara penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................

B. Rumusan Masalah......................................................................................... ……

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Pengertian Hadist Palsu.........................................................................................

B. Sejarah Munculnya Hadist Palsu...........................................................................

C. Sebab-Sebab Terjadinya Pemalsuan Hadist...........................................................

D. Ciri-Ciri Hadist Palsu.............................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................

B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,

perbuatan, sifat maupun taqrirnya disebut dengan Hadis. Hadis merupakan salah satu dari dua

peninggalan pusaka Nabi (Al-Qur’an dan Hadis). Banyak macam-macam Hadis seperti Hadis

Sahih, Hasan, Da’if dan lain-lain. Hadis Da’if merupakan Hadis lemah berdasarkan kualitas

sanadnya namun ada yang lebih parah yaitu Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalah yaitu:

1. Apa pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?

2. Bagaimana sejarah munculnya Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?

3. Apakah sebab-sebab terjadinya pemalsuan Hadis?

4. Bagaimana usaha ulama dalam menanggulangi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?

5. Apakah ciri-ciri Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah dapat diambil tujuan penulisan makalah ini yaitu:

1. Menjelaskan pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).

2. Menjelaskan sejarah munculnya Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).

3. Menjelaskan sebab-sebab terjadinya pemalsuan Hadis.

4. Menjelaskan usaha ulama dalam menanggulangi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).

5. Menjelaskan ciri-ciri Hadis Palsu (Hadis Maudhu’).


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)

Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) secara etimologi merupakan bentuk isim maf’ul dari

kata ‫وضع‬ - ‫يضع‬.Kata ‫وضع‬ memiliki beberapa makna, diantaranya menggugurkan,

meninggalkan, dan mengada-ada/membuat-buat.

Defenisi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) secara terminologi adalah Hadis yang diciptakan dan

dinisbatkan kepada Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat atau mengada-adakan sementara

Rasulullah SAW tidak pernah melakukan, mengatakan maupun menetapkannya.

Kata-kata yang biasa dipakai untuk Hadis Maudhu’ adalah Al-Mukthtalaqu, Al-Muhtala’u,

Al-Mashnu,dan Al-Makdzub. Kata tersebut memiliki arti yang hampir sama. Pemakaian kata-kata

tersebut adalah lebih mengokohkan (ta’kid) bahwa Hadis semacam ini semata-mata dusta atas

nama Rasulullah SAW.

B. Sejarah Munculnya Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan kapan mulai terjadinya pemalsuan Hadis.

Diantara pendapat-pendapat yang ada sebagai berikut:

1. Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau

beralasan dengan sebuah Hadis yang matannya :

‫فليتبوأ مقعده من النّار‬


ّ ‫ي متع ّمدا‬
ّ ‫من كذب عل‬
“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, dia telah menempah tempatnya

didalam neraka”.

Menurutnya Hadis tersebut menggambarkan kemungkinan pada zaman Rasulullah SAW. telah

terjadi pemalsuan Hadis. Akan tetapi pendapat ini kurang disetujui oleh H.Mudatsir didalam

bukunya Ilmu Hadis, dengan alasan Ahmad Amin tidak mempunyai alasan secara historis, selain

itu pemalsuan Hadis dijaman Rasulullah SAW. tidak tercantum didalam kitab-kitab standar yang
berkaitan dengan Asbabul Wurud. Dan data menunjukan sepanjang masa Rasulullah SAW. tidak

pernah ada seorang sahabatpun yang sengaja berbuat dusta kepadanya. Karena Ahmad Amin

hanya berargumen melalui pemahamannya (yang tersirat) pada Hadis tersebut, hal itu tidaklah

kuat dijadikan dalil bahwa pada zaman Rasulullah SAW telah terjadi pemalsuan Hadis.

Andaikan pada masa itu sudah ada pemalsuan Hadis maka hal yang demikian menjadi berita

besar bagi para sahabat Nabi, dan ternyata sejarah tidak mencatat peristiwa tersebut.

2. Salah al-Din al-Adlaby menyatakan bahwa pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah

kedunian telah terjadi pada masa Nabi dan dilakukan oleh orang munafik, sedangkan pemalsuan

Hadis berkenaan dengan agama, pada zaman Nabi belum pernah terjadi. Al-Adlabi mengutip

pendapat al-Tahawy dan al-Tabrani tentang “pelamaran seorang wanita” warga Madinah. Tetapi

sesudah diteliti kualitas Hadisnya, ternyata Sanad hadisnya lemah. Karenanya kedua riwayat

tersebut tidak bisa dijadikan dalil.

3. Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak jaman khalifah

Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah terjadinya perpecahan politik antara

kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu Khawariz

yang pada awalnya merupakan pengikut Ali, namun ketika Ali menerima Tahkim mereka malah

menentang kelompok Ali dan juga Muawiyah.merekapun mulai membuat Hadis Palsu untuk

mendukung kelompok mereka masing-masing. Sebelum terjadi pertentangan antara Ali bin Abi

Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan, Hadis masih bisa dikatakan selamat dari pemalsuan.]

C. Sebab-Sebab Terjadinya Pemalsuan Hadis

Banyak faktor penyebab terjadinya pemalsuan Hadis diantaranya sebagai berikut.

1. Faktor politik ketika awal khalifah Ali bin Abi Thalib.

Pertentangan politik kekhalifahan yang timbul sejak akhir kekhalifahan ‘Ustman dan awal

kekhalifahan ‘Ali, merupakan sebab-sebab yang memunculkan Hadis Maudhu’. Di waktu itu

timbul partai Syi’ah dan golongan Mu’awiyyah. Dan setelah selesai perang shiffin timbul pula
golongan Khawarij. Diantara golongan-golongan tersebut , golongan Syi’ah Rafidlah adalah

yang paling banyak membuat Hadis Maudhu’. Imam Syafi’i berkata “Saya tidak merlihat

sesuatu kaum yang berani berdusta selain kaum Rafidlah”.

Mereka membuat Hadis-Hadis Maudhu’ tentang keutamaan ‘Ali dan Ahli-Bait (keluarga-

keluarganya). Selain mereka membuat Hadis Maudhu’ yang isinya memuji golongannya sendiri,

mereka juga membuat Hadis Maudhu’ yang isinya menjelek-jelekkan lawannya. Seperti

HadisMaudhu’ yang dibuat Syi’ah digunakan untuk menjelek-jelekkan kaum Mu’awiyyah,:

.‫فاقتلوه‬ ‫اذارأيتم معا وية على منبرى‬


“Apabila kamu melihat golongan Mu’awiyyah berada di atas mimbarku, maka bunuhlah”.

Juga Hadis Maudhu’ untuk menjelek-jelekkan Abu Bakar r.a dan Umar r.a. Yang artinya

:“Barang siapa yang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin melihat Nuh tentang

ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang

kehebatannya, ingin melihat Isa tentang ibadahnya, maka lihatlah Ali”.

Pengikut golongan lain yang merasa golongannya dihina, segera pula membalas membuat

Hadis Palsu untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepadanya.

Contoh Hadis Maudhu’ yang diciptakan oleh golongan yang membenarkan kekhalifahan

‘Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Ustman r.a.

‫ ابوبكرن الصدقيق‬,‫ منها الاله هللا محمد رسول هللا‬,‫ما فى الجنة شجرة اال مكتوب على ورقة‬
.‫ عثان ذوالنوترين‬,‫عمرالفاروق‬,
“Di surga tidak terdapat satu pohonpun, selain pohon yang daunnya ditulis dengan

kalimat : La illaha illallah, Muhammadur Rasulullah. Abu Bakar As-Shiddiq, ‘Umar Al-faruq,

dan ‘Usman dzun-nurain”.

Selain Hadis Maudhu’ yang dicantumkan tadi, masih banyak lagi Hadis-

Hadis Maudhu’ yang dari golongan Abbasiyyah dan golongan Khawarij.


Dan begitulah sehingga muncul Hadis Palsu. Adapun dari kelompok– kelompok tersebut

kelompok Syi’ah lah yang pertama kali memalsukan Hadis.

2. Faktor kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama Islam.

Pihak lain yang dimaksud adalah kaum Zindiq, Yahudi, Majasi dan Nashrani. Karena

mereka tidak sanggup melawan kekuatan Islam secar terbuka, maka kaum ini memilih jalan lain

yaitu membuat Hadis Palsu untuk menjelekkan ajaran Islam.

Namun pada makalah ini yang dibahas kaum Zindiq. Kaum berpura-pura memeluk agama

Islam dan membuat Hadis Palsu. Diantaranya :

“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari di Arafah, dengan berkendaraan unta

kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan dan

memeluk orang-orang yang berjalan”.

Ada juga seperti “Melihat (memandang) muka yang indah adalah ibadah”.

Contoh lain : Muhammad ibn Sa’id meriwayatkan Hadis, yang menutnya berasal

dari Anas dari Nabi SAW yang mengatakan: ”Saya adalah penutup para Nabi, tidak ada

Nabi sesudahkukecuali apabila dikehendaki Allah” . Dari Hadis Palsu tersebut ada kata

“kecuali” yang mendorong adanya Nabi Palsu.

Menurut Hammad ibn Zaid, bahwa Hadis yang diPalsukan kaum Zindiq berjumlah sekitar

12000 Hadis palu dan menurut riwayat lain senbanyak 14000 Hadis Palsu.

Tokoh-tokoh terkenal yang membuat Hadis Palsu dari kalangan kaum Zindiq. Adalah:

a. Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4000 Hadis Palsu tentang hukum halal-

haram. Akhirnya dia dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman ( Walikota Bashrah).

b. Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, yang akhirnya sibunuh oleh Abu Ja’far Al-Manshur.

c. Bayan bin Sam’an Al-Mahdy, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid bin ‘Abdillah.

3. Sikap Fanatisme Buta Terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Daerah dan Pimpinan
Contoh pemalsuan Hadis Palsu yang dibuat oleh golongan as-Syu’ubiyah yang fanatik

terhadap bangsa Persia yang berbunyi “ Jika Tuhanmu murka, maka dia turunkan wahyu dalam

bahasa Arab dan jika dia senang maka dia turunkan wahyu dalam bahasa Persia.”. Dan timbul

Hadis kebalikannya.

Ada lagi yang membuat Hadis Palsu karena kefanatikannya terhadap imam seperti:

‫سيكون رجل في امتي يقال ابو حنيفة النعمان هو نوراامتي‬


“Nanti akan lahir seorang laki-laki pada umatku bernama Abu Hanifah an-Nu’man,

sebagai pelita umatku.”

Ada juga seperti “Dikalangan ummatku seorang laki-laki yang bernama Muhammad ibn

Idris, dia lebih merusak terhadap ummatku dari pada Iblis”.

4. Pembuat Cerita atau Kisah-Kisah Agar Mendapat Simpati

Para pembuat kisah/cerita menggunakan Hadis Palsu untuk menarik simpati para

pendengarnya seperti:

“Didalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang berbau harum semerbak, masa

tuanya berjuta-juta tahun dan Allah menempatkan mereka disuatu istana yang terbuat dari

mutiara putih. Pada istana itu terdapat tujuh puluh ribu papiliun yang setiap papiliun terdapat

tujuh puluh ribu kubah. Yang demikian itu tetap berjalan selama tujuh puluh ribu tahun tanpa

bergeser sedikitpun”

Ada juga seperti menjelaskan imbalan bagi yang mengucap “ laa ilaaha illallaah” yaitu :

“Siapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, Allah akan menciptakan seekor burung yang

mempunyai tujuh puluh ribu lidah, dan masing-masing lidah menguasai tujuh puluh ribu bahasa

yang memintakan ampunan baginya”

5. Mempertahankan Mahzab Mengenai Fiqih dan Ilmu Kalam

Para pengikut mahzab fiqih dan pengikut ulama kalam, yang bodoh dan dangkal ilmu

agamanya, membuat Hadis-Hadis Palsu untuk menguatkan paham pendirian imamnya.


Dalam ilmu Fiqih mereka yang menganggap tidak syah shalat dengan mengangkat tangan

dikala shalat,dan menyaringkanbacaan “bismillah” ketika membaca Al-Fatihah. membuat Hadis

Palsu:

‫من رفع يديه في الصالة قال صالة له‬


“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka tidaklah sah

shalatnya”.

“Jibril telah mengimami aku (ketika shalat) di Kakbah, maka dia menghajarkan (

membaca dengan keras) Bismillahirrahmanirrahim”

Dan masih banyak lagi Hadis Palsu mengenai mahzab tentang fiqih.

Hadis Palsu mengenai kalam seperti : ”Setiap yang ada dilangit, dibumi, dan diantara

keduanya adalah makhluk, kecuali Allah dan Al-Qur’an. Kelak, akan datang kaum dari

ummatku yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Oleh marena itu, barang siapa

yang mengatakan demikian, sungguh kafir terhadap Allah Yang Maha Besar, dan tertalakklah

istrinya sejak saat itu.”

6. Semangat yang Berlebihan dalam Beribadah Tanpa Didasari Ilmu Pengetahuan

Dikalangan orang-orang zuhud atau para ahli ibadah ada yang beranggapan bahwa

membuat Hadis-Hadis yang bersifat mendorong agar giat beribadah (targhib), atau yang bersifat

mengancam agar meninggalkan tindakan yang tidak benar (tarhib), menurut mereka

diperbolehkan demi kebaikan. Contoh :

“Siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari, maka pada pagi harinya dia telah

diampuni dari segala dosanya, dan siapa yang membaca surat Al-Dhukkhan pada malam hari,

maka pada subuhnya dia telah diampuni dari dosa-dosanya”

7. Mendekati Diri pada Penguasa

Alasan membuat Hadis Palsu ini untuk menarik simpati dan mendapat hadiah dari para

khalifah. Seperti kisah Ghiyast bin Ibrahim An-Nakha’I yang datang kepada Amirul Mukminin
Al-Mahdi, yang sedang bermain merpati. Lalu, ia menyebut hadis dengan sanad yang berurutan

sampai Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Tidak ada perlombaan kecuali dalam

memanah, balapan unta, pacuan kuda, atau burung merpati”. Ghiyast

menambahkan Janah (atau burung merpati). Al-Mahdi akhirnya memerintahkan untuk

menyembelih merpati tersebut, dan member hadiah pada Ghiyast sejumlah 10.000 dirham.

Dari sebab-sebab diatas terlihat bahwa ada yang bertujuan baik dan juga tidak baik. Apapun

alasannya tetap Hadis Palsu.

D. Ciri-Ciri Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)

Hadis Maudhu’ bisa dikenali dari tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun

Matannya. Terdapatnya lafaz “Humaira’” seperti yang tersebut di dalam riwayat ini:

‫خذوا شطر دينكم عن الحميراء‬


“Ambillah separuh agama kamu daripada al-Humaira’ ”
Al-Mizzi berkata: Setiap hadis yang menyebutkan lafaz Ya Humaira’ itu adalah

Hadis Maudhu` kecuali sebuah Hadis dalam al-Nasa’i. (al-Masnu` hal. 212).

1. Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Sanad

1) Jika perawi itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang

kebohongannya itu, tanpa seorang pun dari kalangan orang handal yang meriwayatkannya. Para

ulama akan memberi perhatian yang sangat besar untuk mengetahui para pembohong itu dan

mereka akan mengikuti dengan cermat kebohongan itu untuk suatu Hadis.

2) Pengakuan perawi akan kedustaannya, seperti yang telah dilakukan oleh Abd al-Karim ibn Abi

al-‘Awja’ tentang pemalsuan empat ribu Hadis yang telah ia lakukan untuk mengharamkan yang

halal dan menghalalkan yang haram. Ini merupakan bukti terkuat mengenai kepalsuan Hadis.

3) Adanya indikasi yang hampir sama dengan pengakuan. Misalnya, pengakuan Ma’mun bin

Ahmad al-Halawi bahwa ia pernah mendengar dari Hisyam bin ‘Ammar, lalu ditanya oleh al-

Hafidh Ibn Hibban “Kapan engkau pergi ke Syiria?” dia menjawab : “Tahun dua ratus lima
puluh”, lalu Ibnu Hibban berkata “tapi Hisyam yang engkau mengaku meriwayatkan dari

padanya itu telah mati tahun dua ratus empat puluh lima!”.

4) Perawi yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri, dan tidak

ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukum palsu.

5) Diantara tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang ada dalam diri perawi dan dorongan-dorongan

psikologismenya. seperti yang diungkap oleh al-Hakim dari Ssyf bin Umar al-Tamimi yang

mengatakan kami sedang berada dirumah Sa’ad ibn Tharif, ketika putranya pulang dari sekolah

sambil menangis, lalu ia bertanya : “Ada apa denganmu?”. Ia menjawab “ aku dipukuli oleh

guru”. Ia berkata “hari ini aku akan membuat para guru menyesal.”

6) Hadis Maudhu’ memang yang paling banyak tidak memiliki sanad.

2. Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Matannya

1) Susunannya kalimatnya rancu, tidak luwes, tidak mungkin diucapkan oleh seorang yang sangat

fasih seperti Nabi.

2) Hadis yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.

Umpamanya: “Barangsiapa memakan bawang putih pada malam Jum’at, maka hendaklah dia

masuk Neraka selama tujuh puluh tahun.”

3) Matannya bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.

4) Bertentangan dengan kaidah kedokteran.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengertian Hadis Palsu (Hadis Maudhu’) adalah Hadis yang diciptakan dan dinisbatkan kepada

Rasulullah SAW, yang sifatnya dibuat-buat atau mengada-adakan sementara Rasulullah SAW

tidak pernah melakukan, mengatakan maupun menetapkannya.

2. Sejarah munculnya hadis ada 3 pendapat yaitu:

1) Menurut Ahmad Amin, bahwa Hadis Palsu terjadi sejak jaman Rasulullah SAW, beliau

beralasan dengan sebuah Hadis yang matannya :

‫فليتبوأ مقعده من النّار‬


ّ ‫ي متع ّمدا‬
ّ ‫من كذب عل‬
“Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, dia telah menempah tempatnya

didalam neraka”. Menurutnya Hadis tersebut menggambarkan kemungkinan pada zaman

Rasulullah SAW. telah terjadi pemalsuan Hadis.

2) Salah al-Din al-Adlaby menyatakan bahwa pemalsuan Hadis berkenaan dengan masalah

kedunian telah terjadi pada masa Nabi dan dilakukan oleh orang munafik, sedangkan pemalsuan

Hadis berkenaan dengan agama, pada zaman Nabi belum pernah terjadi.

3) Menurut jumhur muhadditsin, bahwa Hadis telah mengalami pemalsuan sejak jaman khalifah

Ali bin Abi Thalib (setelah tahun 40 H), yaitu setelah terjadinya perpecahan politik antara

kelompok Ali disatu pihak dan Muawiyah dipihak lain, serta kelompok ketiga yaitu Khawariz.

3. Sebab-Sebab Terjadinya Pemalsuan Hadis

1) Faktor politik ketika awal khalifah Ali bin Abi Thalib.

2) Faktor kesengajaan dari pihak lain untuk menjelekkan ajaran agama islam.

3) Sikap fanatisme buta terhadap bangsa, suku, bahasa, daerah dan pimpinan.

4) Pembuat cerita atau kisah-kisah agar mendapat simpati.

5) Mempertahankan mahzab mengenai Fiqih dan Ilmu Kalam.


6) Semangat yang berlebihan dalam beribadah tanpa didasari ilmu pengetahuan.

7) Mendekati para pengusaha.

4. Usaha Ulama dalam Menanggulangi Hadis Palsu (Hadis Maudhu’)

1) Memelihara sanad Hadis.

2) Pengklasifikasian Hadis dalam sebuah buku tersendiri.

3) Membuat kaidah-kaidah untuk mengetahui kepalsuan sebuah Hadis.

4) Mempelajari biografi para perawi untuk dapat mengetahui sifat-sifat para perawi

5) Di samping itu, perlu juga upaya dari umat Islam secara keseluruhan.

5. Hadis Maudhu’ bisa dikenali dari tanda-tanda yang ada, baik dari Sanad maupun

Matannya. Terdapatnyalafaz “Humaira”

6. Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Sanad

1) Perawi itu adalah seorang pembohong yang diketahui oleh orang banyak tentang

kebohongannya

2) Hadis yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.

3) Adanya indikasi yang hampir sama dengan pengakuan.

4) Perawi yang dikenal sebagai seorang pendusta meriwayatkan suatu Hadis seorang diri, dan tidak

ada perawi lain yang tsiqah yang meriwayatkannya, sehingga riwayatnya dihukum palsu.

5) Diantara tanda Hadis Maudhu’ adalah hal yang ada dalam diri perawi dan dorongan-dorongan

psikologismenya.

6) Hadits maudhu memang yang paling banyak tidak memiliki sanad.

7. Ciri-Ciri Hadis Maudhu’ pada Matan

1) Susunannya kalimatnya rancu.

2) Hadis yang menerangkan dosa dan siksa yang sangat besar atas kesalahan yang kecil.

3) Matannya bertentangan dengan akal, al-Qur’an dan Hadis yang lebih kuat.

4) Bertentangan dengan kaidah kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai