4, APRIL, 2016
ABSTRAK
Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan peningkatan laju pertumbuhan penduduk yang
terlihat sangat mencolok, begitu juga dengan Provinsi Bali. Peningkatan jumlah penduduk belum diikuti
dengan pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) yang efektif. Data program KB pada
Puskesmas Bebandem, didapatkan jumlah pasangan usia subur (PUS) paling banyak dibandingkan desa
lainnya di kecamatan Bebandem, yaitu sejumlah 1815 PUS. Presentase akseptor pengguna kontrasepsi
pada desa Bebandem paling sedikit dibandingkan desa lainnya dalam kecamatan Bebandem (54,98%).
Terdapat bebagai faktor yang mempengaruhi keputusan pasangan usia subur menggunakan kontrasepsi
atau tidak. Survey awal didapatkan karakteristik, tingkat pengetahuan, dan dukungan petugas kesehatan
yang beragam. Aspek sikap, keterjangkauan, dukungan suami, dan keluarga sudah digolongkan dengan
baik. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survey deskriptif dengan pendekatan cross-
sectional. Sampel penelitiannya adalah wanita dari pasangan usia subur (PUS) Desa Bebandem. Besar
sampel yang digunakan adalah 90, teknik pengambilan sampel dengan cara convenience sampling (non
probability sampling). Variabel yang diteliti adalah faktor predisposisi (usia, tingkat pendidikan,
paritas, status pekerjaan, tingkat penghasilan, tingkat pengetahuan), faktor pendorong (dukungan
petugas kesehatan) dan keikutsertaan KB. Pengumpulan data dengan cara wawancara dengan kuisoner.
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian lebih dari setengah (55,6%)
sampel menggunakan kontrasepsi, sedangkan sisanya (44,4%) tidak menggunakan kontrasepsi.
Terdapat kecenderungan semakin tinggi usia wanita PUS dan semakin banyak paritas, maka akan
semakin rendah penggunaan KB. Terdapat pula kecenderungan responden yang bekerja lebih sedikit
menggunakan KB. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita PUS, penghasilan keluarga, pengetahuan
dan dukungan petugas, maka cenderung semakin tinggi penggunaan KB.
ABSTRACT
Data from 2010 Population Census note an increase in the rate of population growth, as well as
the Bali Province. However, these excalations have not been followed by the implementation
effectiveness of the family planning program. Data at Puskesmas Bebandem, we found the number of
fertile couple than most other villages in the district Bebandem, number of fertile couple is 1815.
However, the percentage of family planning acceptors in the Bebandem village at least than other
villages in the districts Bebandem (54.98%). There are the kinds of factors that influence the decision
of couples of childbearing age using contraception or not. From initial survey, we found characteristic,
level of knowledge and health provider support had a diverse answer. However, from the aspect of
attitude, affordability, support from husband and family had considered same enough. This study is a
descriptive survey and using cross-sectional approach. Study sample are women of fertile couples in
Bebandem village. The sample size used was 90, sampling techniques by convenience sampling (non-
probability sampling). The variables studied were the involvement of predisposing factors
(contraception, age, education level, parity, employment status, income level, level of knowledge),
reinforcing factors (health provider support) and contraception usage. The collection of data done by
interviews with the questionnaire. Data analysis performed were univariate and bivariate. From the
research, more than half (55.6%) samples using contraception, while the rest (44.4%) did not use
1
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
contraception. Older aged women with childs tends to not using contraception. Higher educational level,
income, knowledge and health provider support tends to increase the usage of contraception.
2
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
3
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
4
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
5
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
Sementara sebagian besar responden (58.8%) penghasilan menengah tinggi sebagian besar
yang memiliki usia resiko rendah untuk melahirkan (83.3%) telah menggunakan KB.
telah menggunakan KB.
Jika dilihat dari karakteristik tingkat Gambaran Keikutsertaan KB Berdasarkan
pendidikan responden, responden berpendidikan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Petugas
rendah yang menggunakan KB (53.3%) lebih Kesehatan
banyak dibandingkan yang tidak menggunakan KB Tabel 5 menggambarkan hasil tabulasi silang
(50%), begitu pula pada responden berpendidikan frekuensi dan persentase keikutsertaan KB
menengah. Sementara pada responden berdasarkan tingkat pengetahuan responden dan
berpendidikan tinggi, sebagian besar (80%) dukungan petugas. Apabila dilihat berdasarkan
menggunakan KB. tingkat pengetahuan responden, pada sampel yang
Berdasarkan karakteristik paritas, sebagian memiliki pengetahuan rendah mengenai KB,
besar (61.9%) responden yang memiliki anak tidak sebagian besar (60.4%) belum menggunakan KB.
lebih dari dua telah menggunakan KB. Pada
responden yang memiliki anak lebih dari dua, hanya Tabel 5. Tabulasi Silang Keikutsertaan KB
setengah responden (50%) merupakan pengguna Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan
KB, sisanya tidak menggunakan KB. Petugas Kesehatan
Berdasarkan pekerjaan responden, pada Variabel Peserta KB
responden yang tidak bekerja, lebih banyak (56.1%) Ya Tidak Total
yang menggunakan KB daripada yang tidak F % F % F %
menggunakan KB. Pada responden yang bekerja, Tingkat pengetahuan
kebanyakan (55.1%) telah menggunakan KB. Rendah 21 39.6 32 60.4 53 100.0
Dilihat dari karakteristik tingkat penghasilan Tinggi 29 78.4 8 21.6 37 100.0
responden, pada responden yang memiliki Dukungan petugas kesehatan
penghasilan keluarga rendah, sebagian besar Kurang 22 44.9 27 55.1 49 100.0
(66.7%) tidak menggunakan KB. Pada responden Cukup 28 68.3 13 31.7 27 100.0
yang berpenghasilan menengah rendah, lebih
banyak responden (57.8%) yang telah menggunakan Sementara pada sampel yang memiliki
KB dibandingkan yang tidak menggunakan KB. pengetahuan tinggi mengenai KB sebagian besar
Sementara pada responden yang memiliki (78.4) telah menggunakan KB. Apabila dilihat dari
6
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
7
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
tidak menggunakan KB. Selain itu karena menganut Pada penelitian ini terdapat 54.4% responden
budaya patriarkisme, seorang wanita juga tidak akan yang bekerja dan 45.6% tidak bekerja. Pekerjaan
membantah keinginan suami apabila sang suami yang diambil umumnya adalah petani, dagang dan
tidak mengizinkannya menggunakan KB. pengerajin yang memungkinkan wanita-wanita
berkumpul dan bertukar informasi. Sementara dari
Gambaran Keikutsertaan KB Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan 56.1% responden
Tingkat Pendidikan pada Wanita dari PUS di yang tidak bekerja menggunakan KB, lebih banyak
Desa Bebandem dibandingkan pada kelompok responden yang
Pada penelitian ini, 50.0% responden bekerja yakni sebesar 55.1%.
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, 44.4% Pekerjaan mempengaruhi kemampuan
memiliki tingkat pendidikan menengah dan sisanya seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
5.6% memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Kebutuhan akan KB merupakan salah satunya.
Berdasarkan hasil tabulasi silang, didapatkan bahwa Wanita yang bekerja akan lebih mudah memperoleh
53.3% responden berpendidikan rendah biaya yang diperlukannya untuk menggunakan KB
menggunakan KB. Persentase pengguna KB pada dibandingkan wanita yang tidak bekerja. Selain itu,
kelompok responden berpendidikan menengah lebih pekerjaan juga bisa menjadi ajang mencari
besar, yaitu sebesar 55.0%. Sementara pada pengalaman dan pengetahuan lebih luas. Wanita
kelompok responden berpendidikan tinggi, 80% yang tidak bekerja cenderung akan memiliki sumber
menggunakan KB. informasi lebih sedikit dibandingkan wanita yang
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap bekerja, termasuk juga informasi mengenai
12,13,14
perilaku seseorang. Semakin tinggi pendidikan kesehatan dan KB.
seseorang, maka keputusan yang diambil akan Dari hasil penelitian ini tampaknya pekerjaan
semakin rasional dan mampu berpikir, berpendapat, cenderung tidak mempengaruhi keikutsertaan KB,
dan lebih mandiri dalam pengambilan keputusan. karena responden yang tidak bekerja dan
Berdasarkan teori ini, semakin tinggi pendidikan menggunakan KB sedikit lebih banyak
seseorang, maka semakin tinggi pula kesadaran dibandingkan responden yang bekerja dan
10,11
untuk menggunakan KB. menggunakan KB. Hal ini disebabkan oleh dekatnya
Dari hasil penelitian nampak bahwa semakin jarak antar rumah pada dusun tertentu, sehingga
tinggi pendidikan responden maka semakin wanita-wanita dapat bertemu setiap hari untuk
meningkat kesadaran responden untuk berbagi informasi. Selain itu juga terdapat banyak
menggunakan KB. Hal ini sesuai dengan teori acara dusun dan desa yang memungkinkan mereka
bahwa semakin tinggi pendidikan, maka semakin bertemu, serta adanya posyandu yang rutin diadakan
tinggi kesadaran menggunakan KB. Pendidikan juga sekali dalam sebulan.
mempengaruhi keterbukaan seseorang terhadap Untuk memenuhi biaya KB yang diperlukan,
pengetahuan baru, termasuk pengetahuan mengenai umumnya responden dibiayai langsung oleh suami
KB.12 mereka dan biaya yang dikeluarkan cenderung
terjangkau. Selain itu dengan sistem jaminan
Gambaran Keikutsertaan KB Berdasarkan kesehatan saat ini, kebanyakan responden sudah
Pekerjaan Wanita dari PUS di Desa Bebandem tidak perlu membayar lagi saat memasang KB. Oleh
8
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
karena itu pekerjaan responden bukanlah hal yang lebih mudah mendapatkan akses informasi dan
menentukan keikutsertaan KB. pendidikan.
Jenis kontrasepsi yang banyak digunakan
oleh responden adalah suntik (46%), IUD (28%), Gambaran Keikutsertaan KB Berdasarkan
dan pil (10%). Responden banyak memilih Tingkat Pengetahuan Mengenai KB pada
kontrasepsi suntik karena lebih terjangkau, dengan Wanita dari PUS di Desa Bebandem.
biaya Rp. 20.000,00 setiap kali suntik per tiga bulan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor
Dengan biaya yang relatif murah ini, tidak penting yang mempengaruhi keputusan untuk
diperlukan pekerjaan yang berpenghasilan banyak menggunakan kontrasepsi atau tidak. Dari hasil
untuk menggunakan KB. Selain itu dengan biaya penelitian, 58.9% responden memiliki tingkat
yang murah ini, suami dan keluarga juga tidak pengetahuan yang tergolong rendah, dan sisanya
berkeberatan untuk menanggung biaya KB. (41.1%) memiliki tingkat pengetahuan yang
tergolong tinggi. Dari hasil ini tampak bahwa
Gambaran Keikutsertaan KB Berdasarkan pengetahuan wanita PUS di desa Bebandem masih
Tingkat Penghasilan Keluarga pada Wanita dari tergolong kurang.
PUS di Desa Bebandem Apabila dilihat dari jenis-jenis pertanyaan
Dari penelitian ini, didapatkan 30% yang diajukan untuk mengetahui tingkat
responden berpenghasilan rendah, 50% pengetahuan responden, pertanyaan mengenai
berpenghasilan menengah rendah, dan 20% konsep KB yang paling bisa dijawab oleh responden
berpenghasilan menengah tinggi. Sementara dari adalah pertanyaan mengenai kepanjangan dari KB
hasil tabulasi silang didapatkan 33.3% responden (92.2%). Sementara untuk pertanyaan mengenai
yang berpenghasilan rendah menggunakan KB, maksud dari KB, tujuan KB dan manfaat
57.8% responden yang berpenghasilan menengah penggunaan KB, masih banyak responden yang
rendah menggunakan KB dan 83.3% responden belum dapat menjawab dengan benar. Jenis
yang berpenghasilan menengah tinggi kontrasepsi yang paling diketahui oleh responden
menggunakan KB. Penghasilan keluarga merupakan adalah metode suntik (93.3%), pil (92.2%), IUD
salah satu indikator yang menentukan tingkat (80.0%) dan kondom (77.8%). Kontrasepsi susuk
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, termasuk hanya diketahui 55.4% responden. Sementara hanya
kebutuhan KB. Selain itu penghasilan keluarga juga 30% responden tahu mengenai kontrasepsi mantap
dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan (tubektomi dan vasektomi). Dan hanya sedikit
15,16
informasi dan pendidikan. Berdasarkan teori ini responden yang tahu mengenai kontrasepsi
maka semakin tinggi penghasilan keluarganya, senggama terputus, pantang berkala dan spermisida.
maka semakin tinggi kemampuan untuk memenuhi Sementara dari golongan pertanyaan penggunaan
kebutuhan KB dan semakin tinggi kesadaran kontrasepsi, pertanyaan mengenai kontrasepsi untuk
menggunakan kontrasepsi karena kebutuhan pria merupakan pertanyaan yang paling bisa dijawab
informasi dan pendidikan dapat terpenuhi. Hal ini oleh responden (76.7%). Untuk pertanyaan
sesuai penelitian ini, di mana semakin tinggi mengenai efek samping kontrasepsi, jenis
penghasilan keluarga, maka semakin mampu kontrasepsi yang baik untuk ibu menyusui,
responden untuk memenuhi kebutuhan KB dan penggunaan kontrasepsi IUD, dan penggunaan
semakin tinggi kesadaran menggunakan KB karena
9
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
kontrasepsi mantap, masih banyak responden yang kesehatan masih rendah adalah sebanyak 54.4%
belum dapat menjawab dengan benar. sedangkan yang mengatakan dukungan petugas
Berdasarkan jabaran di atas, kurangnya sudah cukup adalah sebanyak 45.6%. Sementara
pemahaman mengenai konsep KB merupakan salah dari hasil tabulasi silang didapatkan pada kelompok
satu pencetus kurangnya kesadaran PUS untuk yang mengatakan bahwa dukungan petugas
menggunakan KB. Selain itu terbatasnya kesehatan masih kurang yang menggunakan KB
pengetahuan mengenai jenis-jenis alat kontrasepsi adalah sebesar 44.9%, dan kelompok yang
membuat terbatasnya kemampuan PUS untuk mengatakan bahwa dukungan petugas kesehatan
memilih jenis kontrasepsi yang cocok dengan sudah cukup yang menggunakan KB adalah sebesar
keadaan mereka. Begitu pula mengenai pengetahuan 68.3%.19,20
penggunaan kontrasepsi, masih banyak responden Dari hasil tersebut tampak kecenderungan
yang merasa asing terhadap penggunaan KB bahwa semakin baik dukungan petugas kesehatan,
tertentu. Pengetahuan responden yang rendah ini maka akan semakin meningkat penggunaan
berkaitan dengan tingkat pendidikan responden kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan teori, di mana
yang kebanyakan berada pada tingkat pendidikan dukungan petugas kesehatan berpengaruh terhadap
rendah dan menengah. Pengetahuan yang rendah ini pemakaian alat kontrasepsi, semakin tinggi
juga disebabkan oleh kurang aktifnya gerakan dukungan petugas kesehatan dalam melakukan
petugas kesehatan untuk memperkenalkan KB pada penyuluhan dan konseling tentang KB, maka
PUS. semakin baik pula tingkat pengetahuan wanita
Jika dilihat dari penggunaan KB, hanya terhadap KB sehingga mempengaruhi keputusan
sebagian responden yang memiliki pengetahuan akhir untuk menggunakan KB atau tidak. Petugas
rendah menggunakan KB (39.6%). Sementara pada kesehatan berperan dalam memberikan informasi,
responden yang memiliki pengetahuan tinggi, penyuluhan, menjelaskan tentang alat kontrasepsi,
sebagian besar (78.4%) saja yang menggunakan KB. termasuk juga konseling.21,22,23 Konseling petugas
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin rendah kesehatan dapat membantu calon akseptor untuk
pengetahuan seseorang maka semakin tinggi memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang
pengetahuan wanita PUS mengenai KB, maka akan digunakan. Jika menggunakan teknik
kesadaran untuk menggunakan KB semakin konseling yang benar dan memberikan informasi
meningkat dan semakin banyak yang menggunakan yang tepat, maka calon akseptor akan lebih yakin
KB. Hal ini sesuai dengan pendapat Blum bahwa dan merasa lebih puas dalam menentukan jeis
tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh kontrasepsi yang akan digunakan. Suatu proses
pengetahuannya. Seseorang akan dapat memperkuat konseling tanpa dilandasi oleh pengetahuan dan
keputusannya dan bertahan apabila keputusannya keterampilan yang baik tidak akan mudah untuk
17,18
didasari oleh pengetahuan yang baik. dilakukan. Pada prakteknya selalu ditemui masalah-
masalah yang dating baik dari petugas kesehatan itu
Gambaran Keikutsertaan KB Berdasarkan sendiri maupun dari luar.24,25 Calon akseptor yang
Tingkat Dukungan Petugas Kesehatan pada masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi
Wanita dari PUS di Desa Bebandem akhirnya memutuskan untuk memakai alat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi setelah mendapatkan dorongan maupun
responden yang mengatakan dukungan petugas anjuran dari petugas kesehatan.26
10
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
Berdasarkan hasil penelitian paling banyak Penggunaan KB pada wanita dari PUS di desa
responden mengatakan petugas kesehatan tidak rutin Bebandem berdasarkan tingkat pengetahuan wanita
melakukan penyuluhan mengenai alat kontrasepsi dari PUS cenderung lebih tinggi pada kelompok
dan KB yaitu sebanyak 62,2%. Hal ini tentu harus wanita berpengetahuan tinggi dibandingkan
mendapat perhatian dari kepala puskesmas kelompok wanita berpengetahuan rendah.
Kecamatan Bebandem agar lebih meningkatkan Penggunaan KB pada wanita dari PUS di desa
mutu pelayanan, terutama dalam hal penyuluhan Bebandem berdasarkan dukungan petugas
mengenai alat kontrasepsi dan KB sehingga kesehatan menurut wanita dari PUS cenderung lebih
masyarakat lebih memahami. Program KB harus tinggi pada kelompok wanita yang mengatakan
tetap disosialisasikan kepada masyarakat sehingga bahwa dukungan petugas sudah cukup baik,
program KB terus dapat berkelanjutan dan dibandingkan dengan kelompok wanita yang
berkesinambungan. mengatakan bahwa dukungan petugas masih kurang.
SIMPULAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan Untuk penelitian berikutnya dilakukan
bahwa penggunaan KB pada wanita dari PUS di penelitian lebih mendalam lagi mengenai masing-
desa Bebandem berdasarkan usia wanita dari PUS masing faktor yang mempengaruhi penggunaan KB
cenderung lebih tinggi pada golongan wanita berusia dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.
resiko rendah dibandingkan dengan golongan Penelitian tidak hanya dilakukan pada wanita PUS,
wanita berusia resiko tinggi. Penggunaan KB pada namun juga pada pria dari PUS, mengingat
wanita dari PUS di desa Bebandem berdasarkan keputusan suami sangat penting pula untuk
paritas dari wanita PUS cenderung lebih tinggi pada menentukan penggunaan KB. Penelitian juga
wanita yang memiliki anak ≤2 orang dilakukan pada petugas kesehatan untuk
dibandingkan dengan golongan wanita yang mengevaluasi dukungan petugas kesehatan lebih
wanita dari PUS di desa Bebandem berdasarkan Untuk puskesmas direkomendasi untuk
tingkat pendidikan wanita dari PUS cenderung lebih program KB agar lebih meningkatkan penyuluhan
tinggi pada kelompok berpendidikan tinggi untuk lebih memperkenalkan mengenai konsep KB
dibandingkan pada kelompok berpendidikan dan alat kontrasepsi pada masyarakat agar
menengah dan rendah. Penggunaan KB pada wanita meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
dari PUS di desa Bebandem berdasarkan pekerjaan kesadaran masyarakat dalam memutuskan
wanita dari PUS cenderung sedikit lebih tinggi pada menggunakan alat kontrasepsi.
wanita dari PUS di desa Bebandem berdasarkan 1. Asih, Oesman. Faktor-faktor yang
tingkat penghasilan cenderung lebih tinggi pada mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka
kelompok wanita yang berpenghasilan menengah panjang. Analisis lanjut SKDI 2007: BKKBN.
11
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
2. BKKBN. Badan Pelayanan kontrasepsi & 14. Hanifa. Dkk. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Pengendalian Lapangan Program KB Yayasan Bina Pustaka. 1999.
Nasional. Jakarta. 2010. 15. Junita, TB. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
3. BKKBN. Profil Kependudukan dan Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di
Pembangunan di Indonesia. Jakarta. 2013. Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan
4. BPS Provinsi Bali. Bali dalam Angka. Hulu. Medan : USU Repository. 2009.
Denpasar. 2010. 16. Lalik. Kontrasepsi IUD. 2010.
5. BPS. Perkembangan Beberapa Indikator http//widamedika.com/kontrasepsi-iud.
Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta. Diakses 20 Juni 2014.
2012. 17. Mantra, I.B. Demografi Umum, Edisi 2.
6. Darwis, Darwin, dkk. Kamus Istilah Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar. 2006.
kependudukan dan keluarga berencana. 18. Manuaba, I.B.G dkk. Ilmu Kebidanan,
Direktorat teknologi dan dokumentasi badan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
kependudukan dan keluarga berencana 2010.
nasional. 2011. 19. Megalisna. 2011. Gambaran Karakteristik
7. Everett, Suzanne. Buku Saku Kontrasepsi dan Pengguna Pil Kontrasepsi Pil di Bidan Praktek.
Kesehatan Seksual Reproduktif, Ed.2. 2011.
Penerjemah Nike Budhi Subekti. Jakarta: 20. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu
EGC: 2007. Perilaku, Rineka Cipta: Jakarta. 2003.
8. Friedman, M. Marilyn. Keperawatan Keluarga 21. Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan.
: Teori dan Praktik. Jakarta : EGC. 177. 1998. Rineka Cipta: Jakarta. 2010.
9. Gebbie, A. 2005. Keluarga Berencana dan 22. Nurwahida, S. Gambaran Pengetahuan, Sikap,
Kesehatan Reproduksi, Jakarta : EGC. 2005. dan Perilaku Ibu Usia Subur tentang AKDR
10. Gerungan, W.A. Psikologi Sosial, Eresco. dalam Program Keluarga Berencana di
Bandung. 1986. Kelurahan Muara Ciujung Timur. Jakarta :
11. Glasier, A., dan Gebbie, A. (2005). Keluarga UIN Syarif Hidayatullah. 2011.
Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta 23. Radita Kusumaningrum. Faktor-Faktor Yang
: EGC. 2005. Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi
12. Green-Kreuter. 1999. Health Promoting yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur.
Planning an educational and environmental Semarang: UNDIP. 2009.
aproach. Second Edition. California : 24. Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina
Mayfield Publishing Company. 1999. Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 177. 2008.
13. Ginting, M. Analisis Faktor yang Berhubungan 25. Suratun. Suratun S. Pelayanan keluarga
dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada berencana dan pelayanan kontrasepsi. Edisi ke-
PUS di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah 1. Jakarta: Trans Info Media. 2008.
Kabupaten Karo Tahun 2010. Karya Tulis 26. Yulifah, R., Yuswanto, T. Asuhan Kebidanan
Ilmiah Fakultas Kedokteran. Medan : Komunitas. Jakarta : Salemba Medika. 2009.
Universitas Sumatera Utara. 2010.
12
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum