Anda di halaman 1dari 22

LBM 2 MARS

SGD 8

STEP 1

 Menejemen Risiko : Kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien untuk


menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien dan pengunjung

Manajemen risiko terintergrasi :


Suatu proses identifikasi, penilaian, analisis, dan pengelolaan semua resiko yang
potensial dan kejadian keselamatan pasien

 Menejemen K3 : Suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan


dan penyakit akibat kerja yang pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara unsur
kesehatan dan keselamatan

STEP 2

1. Apakah yang dimaksud dengan Menejemen Risiko ?


2. Apa manfaat dari adanya menejemen risiko?
3. Apa yang dimaksud 7 langkah keselamatan pasien?
4. Bagaimana system menejemen risiko yang terintegrasi ?
5. Apakah tujuan dari adanya menejemen risiko?
6. Bagaimana proses dari menejemen risiko?
7. Apakah klasifikasi dari risiko?
8. Apa saja ruang lingkup yang ada dalam menejemen risiko?
9. Apakah yang dimaksud dengan K3?
10. Apakah tujuan dari K3 Rumah Sakit?
11. Apakah manfaat dari K3?
12. Apakah ruang lingkup pelayanan K3?
13. Sebutkan kendala dari K3?
14. Sebutkan dasar hukum yang mengatur K3?
15. Apakah definisi Menejemen Sanitasi RS?
16. Apakah ruang lingkup sanitasi?
17. Apakah syarat sanitasi RS yang baik
18. Apakah tujuan dari sanitasi ?
19. Apa saja standar keselamatan pasien?
20. Apa definisi dari keselamatan pasien RS?
21. Apakah tujuan dari menejemen keselamatan pasien?
22. Bagaimana bentuk kegiatan dari menejemen keselamatn pasien?
23. Bagaiman solusi Life saving dari keselamatan pasien RS ?
STEP 4

Manajemen Risiko
Rumah Sakit

Manajemen Manajemen RS Manajemen Manajemen


Risiko Sanitasi Keselamatan
Pasien

Proses Ruang Lingkup 7 Langkah


Manajemen Keselamatan
Risiko Pasien

 Pasien
 Staff
 Pengunjung
RS
STEP 7

Manajemen Risiko

1. Apakah yang dimaksud dengan Menejemen Risiko ?


 kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien, kegiatan untuk menciptakan
lingkungan yang aman bagi karyawan, pasien, dan pengunjung
 sebagai aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh rumah sakit untuk
melakukan, identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cidera atau
kerugian pada :
- pasien,
- personil,
- pengunjung dan
- rumah sakit itu sendiri
The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization

2. Apa manfaat dari adanya menejemen risiko?


a. Terhadap pasien
o Membuat sekecil mungkin cidera yg tidak diinginkan
o Meningkatkan keamanan pasien dan mutu asuhan
b. Terhadap staf
o Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan staf
c. Terhadap institusi
o Menjaga reputasi
o Meminimumkan risiko financial dengan manajemen yg lebih baik
o Memenuhi objektif secara optimal dengan pemanfaatan sebaik-baiknya
sumberdaya yg ada
d. Terhadap public
o Meningkatakan kepercayaan public, bahwa dengan program MRK yg baik
keamanan mereka lebih terjamin
Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia

3. Bagaimana system menejemen risiko yang terintegrasi ?

 Proaktif
Melalui program2 yg dirancang untuk mencegah, mengendalikan dan membuat
sesedikit mungkin keterbukaan pasien thd risiko klinis
5 kiat untuk manajemen risiko klinis yang proaktif :
o Credentialing of medical staff
Seleksi staf medik yang baik
o Incident monitoring and tracking
Monitor dan menjejaki kejadian klinis yg tidak diinginkan
o Complaints monitoring and tracking
Monitor dan menjejaki keluhan pasien / public
o Infection control. Pengendalian infeksi nosokomial
o Documentation in the medical record
Rekam medis yg baik
 Reaktif
Proses sistematis melakukan identifikasi, evaluasi dan penanganan risiko klinis
jika sudah terjadi (termasuk negosiasi besaran ganti)
Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik
Indonesia
a. Proses manajemen risiko terintegrasi
o Identifikasi risiko
Adalah usaha mengidentifikasi situasi yg dapat menyebabkan cedera,
tuntutan atau kerugian secara financial. Identifikasi akan membantu langkah2
yg akan diambil manajemen risiko tsb
o Analyzing identified risks
o Evaluating the risks
o Treating the risks

b. Instrument
o Laporan kejadian
o Review rekam medik (penyaringan kejadian untuk memeriksa rm untuk
memeriksa rm untuk mencari penyimpangan pada praktik danprosedur)
o Pengaduan (complaint) pelanggan
o Survey / self assessment
keselamatan pasien dan menajemen risiko klinis di RS
4. Apakah tujuan dari adanya menejemen risiko?
 Meminumkan keterjadian “medical errors”, “adverse events”, dan “harms” pada
pasien (membuat asuhan pasien lebih aman)
 Meminimumkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim yang
harus menjadi tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi RS)
(Pelatihan manajemen risiko klinik ; Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia)

5. Bagaimana proses dari menejemen risiko?


o menegakkan konteks
- tetapkan kegiatan
- tujuan dan sasaran
o identifikasi risiko:
- apa yang dapat terjadi
- bagaimana hal itu terjadi
o penilaian risiko:
- bagaimana risiko bila terjadi
- apa dampaknya bila sudah terjadi
- bagaimana hal itu bias dikurangi
o evaluasi dan peringkat:
- evaluasi pilihan untuk mengurangi risiko
- hitung biaya untuk mengurangi risiko
- identifikasi kegiatan yang dapat mengurangi biaya risiko
- bandingkan biaya dengan benefit
o pengelolaan risiko
- dihindari
tidak melaksanakan kegiatan yang menimbulkan risiko
- dikurangi venture
mengurangi atau mengandalkan dampak yang mungkin terjadi
- dipindahkan
mengatur agar pihak lain ikut menanggung atau berbagi sebagian risiko
melalui kontrak, kerjasama,join
- diterima
beberapa risiko sangat ringan sehingga dapat diterima atau dikelola sendiri
o monitor dan review
- monitor dampak resiko
- dkaji kembali / review efektifitas kegiatan
- perubahan prioritas risiko
o dikomunikasikan dan dikonsultasikan
- siapa saja yang perlu tahu
- siapa saja yang terlihat

6. Apakah klasifikasi dari risiko?

Penyakit akibat kerja di sarana kesehatan umumnya berhubungan dengan berbagai


faktor biologis :
(kuman patogen; pyogenic, colli, baccilli,stapphylococci, yang umumnya berasal
dari pasien).

Faktor kimia :
(bahan kimia dan obat-obatan antibiotika, cytostatika, narkotika dan lain-lain,
pemaparan dengan dosis kecil namun terus menerus seperti anstiseptik pada kulit, gas
anestesi pada hati.

Formaldehyde untuk mensterilkan sarung tangan karet medis atau paramedis


dikenal sebagai zat yang bersifat karsinogenik)

faktor ergonomi :
(cara duduk, mengangkat pasien yang salah)

faktor fisik :
yaitu pajanan dengan dosis kecil yang terus menerus

a. kebisingan dan getaran diruang generator


b. pencahayaan yang kurang dikamar operasi, laboratorium, ruang perawatan
c. suhu dan kelembabam tinggi diruang boiler dan laundry
d. tekanan barometrik pada decompression chamber
e. radiasi panas pada kulit
f. tegangan tinggi pada sistem reproduksi, dan lain-lain
faktor psikososial :
(ketegangan dikamar bedah, penerima pasien gawat darurat dan bangsal penyakit
jiwa, shift kerja, hubungan kerja yang kurang harmonis, dan lain-lain).

Berdasarkan sumber
 Eksternal risk
o Pencurian, penipuan
o Piutang tak tertagih
o Perubahan politik pemerintah, dll
 Internal risk
o Kerusakan aset oleh karyawan RS
o Kelumpuhan, kesakitan ,atau kematian akibat kecelakaan kerja
o Miss manajemen, dll

Aspek manajemen

 Prevented risk
 Normaly prevented risk
 Manage risk
 Unprevented risk
 Unpreventable risk

Dapat atau tidaknya dialihkan

o Dapat dialihkan  pada pihak mengalami kerugian, pada perusahaan asuransi


o Tidak dapat dialihkan

Klasifikasi hazard (ada 4)

 Moral hazard bersumber dari perilaku


 Physical hazard
 Morale hazardbersumber dari perasaan yang berlebihan
 Legal hazard

7. Apa saja ruang lingkup yang ada dalam manajemen risiko?


- pasien,
- personil,
- pengunjung dan
- rumah sakit itu sendiri

Manajemen K3

8. Apakah yang dimaksud dengan K3?


suatu upaya untuk menekan atau mengurangi resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
9. Apakah tujuan dari K3 Rumah Sakit?
i. agar petugas RS, Pasien, keluarga pasien , pengunjung dan lingkungan RS
merasa aman dan nyaman
ii. teciptanya sistem k3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak shingga
dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit akibat kerja
dan terciptanya tempat kerja yang aman efisien dan produktif

10. Apakah manfaat dari K3?


- langsung ( perlindungan untuk petugas kerja secara langsung)
 mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja
 menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja
 menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja
-tidak langsung
 meningkatkan image market terhadap perusahaan

11. Apakah ruang lingkup pelayanan K3?

 keselamatan terhadap faktor penyebab penyakit


 keselamatan terhadap pemakaian peralatan medik dan non medik
 keselamatan terhadap bahan berbahaya ( mis : radioaktif )
 keselamatan terhadap bahaya kebakaran
 keselamatan terhadap bencana
(Kuliah dari H. Saekun Rais SP, SH, SHI)
1. Upaya penyehatan ruang bangun
 Ciptakan kondisi ruang dan konstruksi serta pengaturan peralatan untuk cegah
dampak negatif.
 Pengukuran dan Pengaturan pencahayaan, Suhu,kelembaban, kebisingan.
2. Upaya penyehatan air bersih
 Pemeriksaan dan monitoring air bersih 6 bulan sekali
 Melakukan sampling dan pengukuran suhu
 Melakukan sampling dan pengiriman sampling
 Pengawasan kualitas air bersih
3. Upaya pengelolaan limbah cair
 Merawat, memelihara, khlorinasi, pengukuran suhu, pH, pengiriman sampling dan
analisa laboratorium
4. Upaya pengelolaan limbah padat

 Pemisahan, pewadahan, pengangkutan, pembakaran / pemusnahan sampah medis dan


umum
 Monitoring jumlah produksi sampah medis dan sampah umum

5. Upaya pengendalian serangga dan binatang pengganggu

 Pengawasan, pemeriksaan, pencegahan, pengendalian dan pemberantasan


perkembangbiakan serangga dan binatang pengganggu
 Identifikasi dan monitoring populasi serangga dan binatang pengganggu

6. Upaya penyehatan makanan dan minuman

 Pemantauan dan pengawasan kebersihan bahan, tempat pengolahan, proses dan


tempat penyimpanan dan distribusi makanan minuman serta kebersihan alat masak
dan alat makan minum
 Sampling dan pengiriman sampel makanan, swab alat makan
 Monitoring dan penyehatan lingkungan dapur, tempat penyimpanan dan alat
distribusi

7. Upaya penyehatan linen

 Penerimaan, pencucian sterilisasi, penyimpanan dan distribusi linen, personal


hygiene, kesehatan kerja ruang, penyehatan lingkungan ruang laundry

8. Upaya penyuluhan kesling


9. Pengawasan sterilisasi

12. Sebutkan kendala dari K3?


 Dana besar
 Kemauan dan kesadaran dari staff pelaksanaan K3 belum optimal
 SDM yang belum memahami pentingnya K3

13. Sebutkan dasar hukum yang mengatur K3?

 UUD 1945 pasal 27


 UU no 14 tahun 1969  tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan
 UU no 1 tahun 1970  tentang keselamatan kerja
 SK Menkes no 351 2003 tentang komite kesehatan dan keselamatan kerja
 SE ( surat edaran ) dirjen pelayanan medik tentang PK3 RS no 00.06.6.4.01497
tahun 1995

Peraturan dan UU
1. Undang-Undang No 14/1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.
2. Undang-Undang No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang No 23/1992 tentang Kesehatan.
4. Permenkes RI No 986/92 dan Kep Dirjen PPM dan PLP No HK.00.06.6.598
tentang Kesehatan Lingkungan RS.
5. Permenkes RI No 472/Menkes/Per/V/96 tentang pengamanan bahan berbahaya
bagi kesehatan.
6. Kepmenkes, No. 261/MENKES/SK/II/1998 dan Kep Dirjen PPM dan PLP No
HK.00.06.6.82 tentang Petunjuk TehnisPelaksanaan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja.
7. Kepmenkes, No. 1335/MENKES/SK/X/2002 tentang Standar Operasional
Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruang RS.

Pengorganisasian K3 di rumah sakit berdasarkan atas;


1. Surat edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.00.06.6.4.01497 tanggal
24 Februari 1995 tentang PK3-RS
2. Optimalisasi fungsi PK3-RS dalam pengelolaan K3 RS
3. Akreditasi RS

4. Audit manajemen K3 RS
5. SK MenKes No 351/MenKes/SK/III/2003 tanggal 17 Maret 2003 tentang
Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
6. SKB No. 147 A/Yanmed/Insmed/II/1992 Kep.44/BW/92 tentang Pelaksanaan
Pembinaan K3 Berbagai Peralatan Berat Nonmedik di Lingkungan RS
http://www.jmpk-online.net
Manajemen Sanitasi RS

14. Apakah definisi Menejemen Sanitasi RS?


adalah upaya pengawasan berbagai factor lingkungan fisik, kimia dan biologic di RS
yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap
kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar RS
Kiat Mengelolah Rumah Sakit, dr.R.Darmanto

15. Apakah ruang lingkup sanitasi?

Ben Freedman menyebutkan lingkup garapan sanitasi RS meliputi :

A. Aspek Kerumahtanggaan (Housekeeping) seperti :

1.Kebersihan gedung secara keseluruhan.

2.Kebersihan dinding dan lantai.

3.Pemeriksaan karpet lantai.

4.Kebersihan kamar mandi dan fasilitas toilet.

5.Penghawaan dan pembersihan udara.

6.Gudang dan ruangan.

7.Pelayanan makanan dan minuman.

B. Aspek khusus Sanitasi.

1.Penanganan sampah kering mudah terbakar.

2.Pembuangan sampah basah.

3.Pembuangan sampah kering tidak mudah terbakar.

4.Tipe incinerator Rumah Sakit.

5.Kesehatan kerja dan proses-proses operasional.

6.Pencahayaan dan instalasi listrik.

7.Radiasi.

8.Sanitasi linen, sarung dan prosedur pencucian.

9.Teknik-teknik aseptik.
10.Tempat cuci tangan.

11.Pakaian operasi.

12.Sistim isolasi sempurna.

C. Aspek dekontaminasi, disinfeksi dan sterilisasi.

1.Sumber-sumber kontaminasi.

2.Dekontaminasi peralatan pengobatan pernafasan.

3.Dekontaminasi peralatan ruang ganti pakaian.

4.Dekontaminasi dan sterilisasi air,makanan dan alat-alat pengobatan.

5.Sterilisasi kering.

6.Metoda kimiawi pembersihan dan disinfeksi.

7.Faktor-faktor pengaruh aksi bahan kimia.

8.Macam-macam disinfektan kimia.

9.Sterilisasi gas.

D. Aspek pengendalian serangga dan binatang pengganggu.

E. Aspek pengawasan pasien dan pengunjung Rumah Sakit :

1.Penanganan petugas yang terinfeksi.

2.Pengawasan pengunjung Rumah Sakit.

3.Keamanan dan keselamatan pasien.

F. Peraturan perundang-undangan di bidang Sanitasi Rumah Sakit.

G. Aspek penanggulangan bencana.

H. Aspek pengawasan kesehatan petugas laboratorium.

I. Aspek penanganan bahan-bahan radioaktif.

J. Aspek standarisasi sanitasi Rumah Sakit


Dari lingkup sanitasi yang begitu luas tersebut yang paling penting untuk
dikembangkan adalah menyangkut :

Program sanitasi kerumahtanggaan yang meliputi penyehatan ruang dan bangunan


serta lingkungan RS.
Program sanitasi dasar, yang meliputipenyediaan air minum, pengelolaan kotoran
cair dan padat, penyehatan makanan dan minuman, pengendalian serangga, tikus
dan binatang pengganggu.
Program dekontaminasi yang meliputi kontaminasi lingkungan karena mikroba,
bahan kimia dan radiasi.
Program penyuluhan.
Program pengembangan manajemen dan perundang-undangan yang meliputi
penyusunan norma dan standar serta pengembangan tenaga sanitasi RS melalui
pelatihan, konsultasi

16. Apakah syarat sanitasi RS yang baik

1. lingkungan
a. lingkungan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas dilengkapi
dengan pagar yang kuat sehingga orang lain maupun binatang liar tidak
bebas masuk
b. lingkungan rumah sakit harus dilengkapi dengan penerangan yang baik
c. lingkungan rumah sakit tidak becek , tidak berdebu, dan terdapat saluran
yang terbuka / tertutup
d. saluran air limbah harus tertutup dan dihubungkan langsung dengan IPAL

2. Ruang dan Bangunan


a. harus dalam keadaan bersih mudah dibersihkan tersedia tempat sampah
sesuai dengan jenis sampahnya ( sampah medis dan sampah non medis)
b. tersedia fasilitas sanitasi sesuai dengan yang dibutuhkan
c. ruang dan bangunan harus bebas dari serangga dan binatang yang lainnya
d. mutu udara harus memenuhi syarat tidak berbau, kadar debu tidak
melampaui 150 ug/m3 dalam pengukuran selama 24 jam dan angka kuman
kurang lebih 350 koloni / m3, udara bebas kuman patogen
o penerangan  semua ruangan harus diberi penerangan
o kebisingan  diruang perawatan tidak boleh melebihi 45dB, diruang poliklinik, maks
80dB, laboratorium mks 68 dB, ruang cuci dapur maks 78 dB
o pembersihan ruangan
o penyediaan air bersih
o pengawasan kualitas air bersih di RS
o pengelolaan limbah RS
o pembuangan sampah padat
o pengelolaan sampah :
 penampungan sampah,
tempat sampah harus : tidak mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah
diangkut, mudah dikosongkan, mudah dibersihkan
 pengangkutan sampah,
harus diusahakan agar bahan2 yg berbahaya tidak mencemari jalan yg
ditempuh ke pembuangan
 perlakukan sampah sebelum dibuang
ada sampah yg bias di daur ulang, misalnya perak nitrat pembuangan cairan
pencuci film bias diambil peraknya. Limbah infeksius sering disterilkan
dengan otoklaf
insenerator :
adalah alat untuk membakar sampah padat kering mapun yg basah
o mengusahakan agar di sekitar RS tidak ada tempat perindukan untuk segala macam
serangga baik untuk nyamuk, lalat, maupun kecoa
o tikus  diusahakan tidak ada tempat untuk bersarangnya tikus di RS
o mengendalikan infeksi nosokomial : membasuh tangan, desinfeksi, sterilisasi

17. Apakah tujuan dari sanitasi ?


menciptakan kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah
terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan
 Manfaat

1)Dapat mengurangi kemungkinan terjadinya re-infeksi dan infeksi silang ( infeksi


nosokomial )di RS.
2)Dapat mempercepat proses penyembuhan penderita.
3)Akibat dari butir 1 dan 2 akan dapat dihemat biaya pengeluaran RS dan masyarakat
yang terkena infeksi (pasien, petugas dan pengunjung RS).
4)Mengurangi dampak negatif limbah RS terhadap lingkungan dan masyarakat.
5)Rumah Sakit yang saniter merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk
menggunakannya.
6)Meningkatkan citra RS sebagai tempat yang bersih, sehat dan tenang

Manajemen Keselamatan Pasien

18. Apa saja standar keselamatan pasien?

a. Hak pasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
d. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan
meningkatkan keselamatan pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Standar I. Hak pasien.

1. Standar :
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana
& hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan).

2. Kriteria :
a. Harus ada Dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan


c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas &
benar kepada pasien & keluarganya tentang rencana & hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.

3. Standar :
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang

kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien

4. Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada
sistem & mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tsb diharapkan pasien &
keluarga dapat :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap & jujur.

b. Mengetahui kewajiban & tanggung jawab pasien & keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d. Memahami & menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.

f. Memperlihatkan sikap menghormati & tenggang rasa.

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

19. Apa definisi dari keselamatan pasien RS?


 suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman
 suatu sistem untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
pelaksanaan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
20. Apakah tujuan dari menejemen keselamatan pasien?
 untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
pelaksanaan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan
 untuk membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman

21. Bagaiman solusi Life saving dari keselamatan pasien RS ?


1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
2. Pastikan Identifikasi Pasien
3. Komunikasi secara Benar saat Serah Terima/Pengoperasi Pasien
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concenfratod)
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
7. Hindari Salah Kauter dan Salah Sambung Selang (Tube)
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan Infeksi
Nosokomial

Siklus Kegiatan Keselamatan Pasien


Patient 1.
Involvement/ Pelaporan •Risk Grading Matrix
Communication •Risk Analysis : RCA,
Insiden FMEA
6.
Implementasi & 2.
“Measurement”
Measurement” Analisis/Belajar
Yan RS Riset
yang lebih
5.
aman 3.
Pelatihan
Seminar Pengembangan
Solusi
4.
Panduan
Pedoman
22. Apa yang dimaksud 7 Standar
langkah keselamatan
pasien?
@PERSI, 2006
1) Bangun kesadaran akan nilai KP  ciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka
dan adil
RS :
o Kebijakan : tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta,
dukungan kepada staf, pasien – keluarga
o Kebijakan : peran & akuntabilitas individual pada insiden
o Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
o Lakukan asesmen dengan menggunakan survey penilaian KP
Tim :
o Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
o Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan /
solusi yg tepat
Prinsip penting :
o Budaya safety berarti staf selalu sadar terhadap KTD potensial
o Staf berserta RS selalu mampu mengakui & belajar dari kesalahan &
bertindak untuk memperbaiki
o Terbuka untuk berbagi informasi, dan dlm hal KTD staf ditangani secara adil
o Semua KTD juga terkait dng system, mencari kesalahan pada system akan
membantu RS belajar untuk menekan insiden
2) Pimpin dan dukung staf anda  bangunlah komitmen & focus yg kuat & jelas
tentang KP di RS
RS :
o Ada anggota direksi yg bertanggung jawab atas KP
o Di bagian2 ada orang yg dapat menjadi “penggerak”KP
o Prioritaskan KP dlm agenda rapat direksi / manajemen
o Masukkan KP dalam semua program latihan staf
Tim :
o Ada “penggerak” dalam tim untuk memimpin gerakan KP
o Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
o Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden
Prinsip penting :
o Pelaksanaan KP-RS butuh motivasi & komitmen pimpinan : direksi ,
pimpinan klinis & manajerial dari seluruh jajaran pelayanan
o Pimpinan perlu menunjukkan KP-RS adalah prioritas, pimpinan harus sering
tampak & aktif memimpin di lapangan memperbaiki system KP-RS
o Staf agar mudah melapor bila tidak merasa bahwa asuhan pasien aman
3) Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko  kembangkan system & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial bermasalah
RS :
o Struktur & proses menjamin risiko klinis & non klinis, mencakup KP
o Kembangkan indicator kinerja bagi system pengelolaan risiko
o Gunakan informasi dari system pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian terhadap pasien
Tim :
o Diskusi isu KP dalam forum2
o Penilaian risiko pada individu pasien
o Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko & langkah
memperkecil risiko tsb
Prinsip penting :
o Manajemen risiko terintegrasi berarti pelajaran dari suatu area risiko dapat
segera disebarkan ke area risiko yg lain
o Konsisten melaksanakan identifikasi, assesmen, analisis & investigasi semua
risiko
o Penggunaan beberapa risk assessment tools : risk matrix grading, FMEA
(failure mode and effect analysis), risk assessment shecklist
4) Kembangkan system pelaporan  pastikan staf anda agar dapat melaporkan
kejadian / insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS
RS :
o Lenkapi rencana implementasi system pelaporan insiden, ke dalam maupun ke
luar yg harus dilaporkan ke KPPRS – PERSI
Tim :
o Dorong anggota untuk melapor setiap insiden & insiden yg telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
Prinsip penting :
o Pelaporan insiden adalah langkah pertama proses mencegah KTD
o Staf penting memahami APA insiden KP yg harus dilaporkan (semua insiden
yg menyebabkan / dapat menyebabkan cedera, tidak hanya yg sentinel) dan
bagaimana cara melaporkannya
o RS selektif melaporkan insiden penting ke KKPRS, shg secara nasional dpt
disusun peta KTD dan berbagai solusi /umpan balik ke RS-RS
5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien  kembangkan cara-cara komunikasi
yg terbuka dgn pasien
RS :
o Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dng pasien & keluarga
o Pasien & keluarga mendapat informasi bila terjadi insiden
o Dukungan, pelatihan & dorongan semangat kepada kepada staf agar selalu
terbuka kepada pasien & keluarga
Tim :
o Hargai dan dukung keterlibatan pasien & keluarga bila telah terjadi insiden
o Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kelurga bila terjadi insiden
o Segera setelah kejadian , tunjukkan empati kpd pasien & keluarga
Prinsip penting :
o Banyak pasien adalah “ahli” tentang kondisinya shg dpt membantu
identifikasi risiko & merencanakan solusi terhadap masalah KP
o Pasien ingin terlibat sbg mitra dlm proses asuhan
o stafBanyak pasien adalah “ahli” tentang kondisinya shg dpt membantu
identifikasi risiko & merencanakan solusi terhadap masalah KP
o Pasien ingin terlibat sbg mitra dlm proses asuhan
o Staf perlu melibatkan pasien dlm proses Dx, Th, diskusi risiko, monitoring,
segera diskusikan KTD secara bijak & dgn empati
o Keterbukaan ini & mendiskusikan KTD akan membantu pasien untuk lebih
baik dlm menerima risiko atau KTD
6) Belajar & berbagi pengalaman tentang KP  dorong staf untuk melakukan analisis
akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul
RS :
o staf terlatih mengkaji insiden secara tepat, mengidentifikasi sebab
o Kebijakan : criteria pelaksanaan analisis akar masalah atau metode analisis
lain, mencakup semua insiden & minimum 1, per tahun untuk proses risiko
tinggi
Tim :
o diskusikan dlam tim pengalaman dari hasil analisis insiden
o identifikasi bagian alain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tsb
prinsip penting :
o bila insiden terjadi, isu penting bukanlah “siapa yg salah” tetapi “bagaimana
& mengapa hal itu terjadi”
o belajar secara sistematik : tipe insiden yg perlu dilapor, informasi apa dan
kapan diperlukan , bagaimana menganalisis
7) Cegah cedera melalui implementasi system KP  gunakan informasi yg ada tentang
kejadian / masalah untuk melakukan perubahan pada system pelayanan
RS :
o tentukan solusi dengan informasi dari system pelaporan, asesmen risiko, kejadian
insiden, audit serta analisis
o solusi mencakup penjabaran ulang system, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan
klinis, penggunaan instrument yg menjamin KP
o assesmen risiko untuk setiap perubahan
o sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
o umpan balik kepada staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
tim :
o kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
o telaan perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
o umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang insiden yg dilaporkan
prinsip penting :
o dari solusi, dibuat system bau shg staf mudah melaksanakan asuhan yg lebih baik
& lebih aman
o pastikan system baru termasuk assesmen risiko, dievaluasi terus menerus dlm
jangka panjang, termasuk belajar terus menerus
keselamatan pasien dan menajemen risiko klinis di RS

Anda mungkin juga menyukai