PENDAHULUAN
HSV tidak termasuk infeksi yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang
terinfeksi dengan HIV dan HSV bersamaan biasanya mengalami jangkitan herpes.
Jangkitan lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-negatif.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum diketahui yang terinfeksi oleh virus
herpes. Akan tetapi, menurut hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Jendral
Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPMPL) Departemen
Kesehatan pada beberapa kelompok perilaku risiko tinggi, tampak bahwa banyak
masyarakat kita yang terinfeksi oleh HIV. Hal ini akan menjadi penyebab
terjangkitnya penyakit herpes, disamping itu dengan kemajuan sistem transportasi
pada saat ini, tidak menutup kemungkinan virus herpes bisa mewabah di Indonesia.
Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah
masuknya virus Herpes di Indonesia mengingat virus ini sangat mudah menular dan
pengobatan yang dilakukan kepada masyarakat kita jika sudah terinfeksi oleh virus
Herpes.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Herpes simplex?
1.2.2 Apa Etiologi dan patogenesis Herpes simplex?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi Herpes simplex?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis Herpes simplex?
1.2.5 Apa saja komplikasi Herpes Simplex?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan Herpes simplex?
1.2.7 Apa definisi dari Herpes zoester?
1.2.8 Apa Etiologi dari Herpes zoester?
1.2.9 Apa saja klasifikasi Herpes zoester?
1.2.10 Bagaimana patofisiologi Herpes zoester?
1.2.11 Apa saja manifestasi klinis dari Herpes zoester?
1.2.12 Bagaimana Penatalaksanaan Herpes zoester?
1.2.13 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Herpes ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui Definisi dari Herpes simplex
1.3.2 Untuk mengetahui Etiologi dan patogenesis
1.3.3 Untuk mengetahui Patofisiologi Herpes simplex
1.3.4 Untuk mengetahui Manifestasi klinis Herpes simplex
1.3.5 Untuk mengetahui Komplikasi Herpes Simplex
1.3.6 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Herpes Simplex
1.3.7 Untuk mengetahui Definisi dari Herpes zoester
1.3.8 Untuk mengetahui Etiologi dari Herpes zoester
1.3.9 Untuk mengetahui Klasifikasi Herpes zoester
1.3.10 Untuk mengetahui Patofisiologi Herpes zoester
1.3.11 Untuk mengetahui Manifestasi klinis dari Herpes zoester
1.3.12 Untuk mengetahui Penatalaksanaan Herpes Zoester
1.3.13 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Herpes
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Patofisiologi
Infeksi primer dimulai 2 – 20 hari setelah mengalami kontak. Infeksi
genetalia HSV-1 dan HSV-2 secara klinis identik. Individu dangan riwayat lesi
oral dan antibodi HSV-1 cenderung untuk menderita infeksi HSV-2 yang tidak
begitu berat. Infeksi primer dapat menimbulkan lesi atau gejala yang ringan atau
tidak ada sama sekali. Akan tetapi pada wanita infeksi herpes genetalis primer
secara khas ditunjukkan oleh adanya vesikel multipel pada labia mayora dan
3
minora, menyebar pada perineum dan paha yang kemudian berlanjut menjadi
tukak yang sangat nyeri.
HSV mempunyai kemampuan untuk reaktivasi melalui beberapa rangsangan
(misalnya: demam, trauma, stres emosional, sinar matahari dan menstruasi).
HSV-1 dapat aktif kembali dan lebih sering pada bagian oral dari pada genetalia.
Sementar itu, HSV-2 dapat aktif kembali 8-10 kali lebih sering di daerah genital
dari pada di daerah ororlabial. Reaktivitas lebih umum dan parah terjadi pada
individu dengan kondisi penurunan fungsi imun.
4
2.5 Komplikasi
Komplikasinya yaitu: pioderma, ekzema herpetikum, herpeticwhithlow,
herpes gladiatorum (pada pegulat yang menular melalui kontak), esophagitis,
infeksi neonatus, keratitis, dan ensefalitis.
Menurut Hunter (2003) komplikasi herpes simpleks adalah herpes ensefalitis
atau meningitis tanpa ada kelainan kulit dahulu, vesikel yang menyebar luas ke
seluruh tubuh, ekzema herpeticum, jaringan parut, dan eritema multiforme.
5
merupakan anggota kelompok virus DNA. Virus cacar air dan herpes zoester tidak
dapat dibedakan sehingga diberi nama virus varisela-zoester.
Komplikasi herpes zoester dapat terjadi pada 10 – 15% kasus, komplikasi yanga
terbanyak adalah neuralgia pasca-herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten
setelah krusta terlepas. Komplikasi jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun, tetapi
hamper 1/3 kasus terjadi pada usia diatas 60 tahun. Hal ini dapat terjadi oleh karena
defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
2.8 Etiologi
Herpes zoester disebabkan oleh infeksi virus varisela zoester (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA. Virus ini berukuran 140 – 200 nm, yang termasuk
subfamily alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi,
penjamu, sifat sitotpksik, dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3
subfamili yaitu alfa, beta, dan gamma. VVZ dalam subfamily alfa mempunyai sifat
khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkanlesi vascular.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten di dalam neurondari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya
akan menimbulkan kekambuhan secara periodic.
6
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
7
Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra
4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
8
Gambar 5. Herpes zoster lumbalis
2.10 Patofisiologi
Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-zoester yang diyakini
sebagai penyebab terjadinya penyakit ini hidup secara inaktif (dormant) di dalam
sel sel saraf di dekat otak dan medulla spinalis. Kemudian hati ketika virus yang
laten ini mengalami reaktivasi, virus tersebut berjalan melewati saraf perifer ke
kulit. Virus varisela yang dorman diaktifkan dan timbul vesikel –
vesikelmeradang unilateral di sepanjang satu dermaton. Kulit disekitarnya
mengalami edema dan perdarahan. Keadaan ini biasanya didahu;ui atau disertai
nyeri hebat dan/ atau rasa terbakar.
9
Meskipun setiap saraf dapat terkena, tetapi saraf torakal, lumbal, atau kranial
agaknya paling sering terserang. Herpes zoester dapat berlangsung selama
kurang lebih tiga minggu. Adanya keterlibatan saraf perifer secara local
memeberikan respons nyeri, kerusakan integritas jaringan terjadi akibat adanya
vesikula. Respon sistemik memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh,
perasaan tidak enak badan, dan gangguan gastrointestinal. respon psikologis pada
kondisi adanya lesi pada kulit memberikan respon kecemasan dan gangguan
gambaran diri.
10
2.12 Penatalaksanaan Herpes Zoester
a) Pengobatan topical
1. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok
kalamin untuk mencegah vesikel pecah.
2. Bila vesikel pecah dan basah,diberikan kompres terbuka dengan
larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 kali
sehari selama 20 menit.
3. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep
antibiotik(basitrasin/polysporin) untuk mencegah infeksi sekundar
selama 3 kali sehari.
b) Pengobatan sistemik
Memakai Aciclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya.Meskitidak menyembuhkan infeksi Herpes namun dapat
menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara
oral,topikal atau parental Antiviral lain yang dianjurkan adalah
vidarabine (Ara-A,Vira-A) dapat diberikan lewat infus intravena atau
salep mata. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk
manajemen nyeri dan anthistamin diberikan untuk penyembuhan
priritus.
11
BAB 3
3.1 Pengkajian
1. Biodata
A. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara
anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji
untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar
pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan
petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal
pada daerah yang terkena pada fase-fase awal baik pada herpes zoster
maupun simpleks.
B. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
C. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau
teman dekat yang terinfeksi virus ini.
D. Riwayat penyakit dahulu
diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes
simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini
12
E. Riwayat psikososial.
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam
keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.
3. Pola Kehidupan
13
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut
tertata rapi.
c. Mata (Penglihatan)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
Septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi,
dan tidak terdapat hiposmia.
e. Telinga (Pendengaran)
Inspeksi
Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.
Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
f. Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda,
tidak terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
g. Abdomen
Inspeksi
o Bentuk : normal simetris
o Benjolan : tidak terdapat lesi
Palpasi
o Tidak terdapat nyeri tekan
o Tidak terdapat massa / benjolan
o Tidak terdapat tanda tanda asites
o Tidak terdapat pembesaran hepar
h. Integument
- Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
- Edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.
14
- akral hangat
- turgor kulit normal/ kembali <1 detik
- terdapat lesi pada permukaan kulit wajah
Kriteria hasil :
Intervensi
15
Diagnosa 2 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan respon
peradangan
Kriteria hasil :
- Lesi mulai pulih, integritas jaringan kembali normal, dan area bebas dari
infeksi lanjut
- Kulit bersih dan area sekitar bebas dari edema
Intervensi
1. Kaji kembali tentang lesi, bentuk, ukuran, jenis, dan distribusi lesi
2. Pertahankan integritas jaringan kulit dengan jalan mempertahankan
kebersihan dan kekeringan kulit
3. Lakukan perawatan kulit setiap hari. Untuk mencegah infeksi sekunder
diberikan bedak salicil 2%, bila erosif diberikan kompres terbuka
4. Pertahankan kebersihan dan kenyamanan tempat tidur
5. Jika terjadi ulserasi, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian salep
antibiotik
Kriteria hasil :
Intervensi
16
2. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama tentang cara ia
merasakan, berpikir, atau memandang dirinya
3. Jaga privasi dan lingkungan individu
4. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
5. Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan, atau
perawatan dirinya
6. Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya
Kriteria hasil :
Intervensi
1. Jelaskan tentang penyakit herpes simplex, cara penularan, dan akibat yang
ditimbulkan
2. Anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan seksual selama sakit
dan jika perlu menggunakan kondom
3. Ajarkan klien untuk cuci tangan dengan benar dengan sabun antimikroba
4. Anjurkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat – alat mandi, dan tidak
menggunakannya bersama (handuk, pakaian, baju dalam)
5. Pertahankan teknik isolasi (karena penyakit ini disebabkan oleh virus yang
dapat menular melalui udara)
17
Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan tentang penyakit dan risiko penyebaran infeksi
berulang
Kriteria hasil :
Intervensi
3.4 Evaluasi
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit herpes disebabkan oleh virus, yaitu virus Herpes Simpleks tipe 1 dan 2.
dimana akibat yang ditimbulkan berupa luka pada kulit, rasa nyeri, panas, dan
lepuhan seperti luka terbakar.
4.2 Saran
Meskipun sampai saat ini belum diketahui adanya penyakit yang disebabkan oleh
virus Herpes, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap virus
Herpes, mengingat virus ini sangat cepat menular, menyebabkan kematian, dan
sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi virus Herpes..
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bolognia J.L., Jorizzo J.L., dan Rapini R.P.2003. Dermatology. Volume 1. St. Louis
Mosby.
Handoko, Ronny P., 2010. Herpes Simpleks. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M.,
Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 380-382.
20