Anda di halaman 1dari 41

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

DINAMIKA PEREKONOMIAN INDONESIA


DITENGAH KETIDAKPASTIAN
GLOBAL
ADRIYANTO
KEPALA PUSAT KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO
BKF KEMENTERIAN KEUANGAN

YOGYAKARTA. 26 AGUSTUS 2019


Timeline Perang Dagang AS-Tiongkok 5 AGU 2019
17 JULI 2019
Tiongkok "membiarkan"
24 SEP 2018 AS mengancam Yuan melemah ke level
Tiongkok untuk di atas RMB7/1USD
Pengenaan tarif 10% 29 JUNI 2019 mengenakan tarif untuk pertama kalinya
untuk impor terhadap USD325
Pertemuan G20: sejak 2008. Namun
Tiongkok senilai
AS setuju untuk tidak miliar atas impor PBOC menyangkal jika
23 AGU 2018 USD200 miliar mengenakan tarif Tiongkok yang pelemahan tersebut
tersisa, karena belum
Pengenaan tarif 25% 10 MEI 2019 25% terhadap sisa ada pembelian besar-
untuk mengompensasi
untuk impor impor Tiongkok kenaikan tarif.
Kenaikan tarif yang sebesar USD300 besaran barang
Tiongkok senilai
sebelumnya dari 10% miliar. Tiongkok pertanian AS seperti
USD50 miliar
menjadi 25% setuju untuk yang dijanjikan dalam 2 AGU 2019
membeli sejumlah pertemuan G20.
Pengumuman
besar barang pengenaan tarif 10%
pertanian AS sebagai untuk impor
gantinya. Tiongkok senilai
USD300 miliar mulai
1 Sep 2019

2018 2019

Sumber: Bloomberg
Ketidakpastian Global meningkat di akhir Juli dan awal Agustus
Tensi perang dagang yang kembali menguat di awal Agustus berdampak pada terjadanya tekanan bagi mata uang Negara
berkembang → terjadinya capital flight ke save haven assets

Global Economic Uncertainty Index, Move Indeks Nilai Tukar Negara Berkembang VS
Index, & VIX Index 1660 Indeks Save Haven Assets 400

JPY Bloomberg Correlation-Weighted


MSCI Emerging Markets Currency
300 100
1650 390
90
250 80
1640 380

Currency Index
200 70

Index
60 1630 370
150 50
40 1620 360
100 30
50 20 1610 350
10
0 0 1600 340
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19

Economic Uncertainty Index VIX Index -rs MOVE Index - rs


Harga Emas (US$/troy oz)
eskalasi
18 trade
175 Bloomberg EM Capital Flow Proxy Index
war
165 17

155 16
145
15
135

125 14
Aug-18

Aug-19
Mar-18

Mar-19
Jul-18

Oct-18

Dec-18

Jul-19
Jun-18

Jun-19
Jan-18

Apr-18

Jan-19

Apr-19
Feb-18

Sep-18

Feb-19
Nov-18
May-18

May-19

13

Jan 19

Mar 19

May 19

Jul 19
3
Di tengah perkembangan ekonomi global yang melemah, isu Trade War antara AS dan Tiongkok telah
tereskalasi menjadi Currency War dan berpotensi memberi tekanan tambahan pada perekonomian global…

Pergerakan Yuan Manuver kebijakan AS-Tiongkok


(RMB per 1US$) • Pertemuan President Trump dan President Xi di forum G-20, Osaka, tidak
7.5
berujung pada perkembangan positif kesepakatan dagang.
7
• AS kembali berencana menambah tarif atas impor dari Tiongkok
6.5 pada September 2019.
6 • Tiongkok “membiarkan” Yuan melemah hingga mencapai level di
5.5
atas RMB7/1US$ untuk pertama kalinya sejak 2008.

Sep-16
Sep-08

Sep-09

Sep-10

Sep-11

Sep-12

Sep-13

Sep-14

Sep-15

Sep-17

Sep-18
May-11
Jan-08
May-08

Jan-09
May-09

Jan-10
May-10

Jan-11

Jan-12
May-12

Jan-13
May-13

Jan-14
May-14

Jan-15
May-15

Jan-16
May-16

Jan-17
May-17

Jan-18
May-18

Jan-19
May-19
• AS merespon dengan memberikan label “currency manipulator”
pada Tiongkok, dan memungkinkan penerapan restriksi tambahan
atas impor dari Tiongkok.
Pergerakan Beberapa ‘Safe Haven Assets’
Implikasi
Gold Price T-Bond 10-year Yield
1600
• Trade war bereskalasi menjadi currency war.
1,474.4 3.5
1500
• Ketidakpastian di pasar keuangan meningkat ditandai dengan
3
1400 peningkatan permintaan terhadap safe haven assets seperti emas, dolar
1300
2.5 AS, T-bonds, Yen, Swiss Franc.
1200 2 • Risiko pada perdagangan internasional semakin tinggi, pertumbuhan
perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan terus
1100 1.5
1.68 tertekan.
1
1000
• Penurunan permintaan berpotensi memberi tekanan lebih lanjut harga
komoditas. 4
IIF Emerging Market Portfolio Flow - Equity (US$ mn)

IIF Emerging Market Portfolio Flow - Equity (US$ mn)


35,000

30,000

25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

-5,000

-10,000

-15,000

*) Agustus minggu I

5
Aktivitas riil perekonomian dunia melemah di Bulan Juli
Indeks manufaktur global kembali mengalami penurunan dan sudah berada di bawah angka 50.
Penurunan pada indeks manufaktur ini terjadi baik di negara maju maupun berkembang
65
Indeks Manufaktur Global
56 60

54 55

52 50

50
45
49.3
48
40
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul
46
2017 2018 2019
Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May July
AS Uni Eropa Inggris Jepang Ekspansi ≥ 50
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg

Indeks PMI Tiongkok & India


56

54

52

50

48

46

Jun
Jun

Jun
Jul

Des

Jul

Des

Jul
Jan

Nov

Jan

Nov

Jan
Feb

Mei

Sep
Okt

Feb

Mei

Sep
Okt

Feb

Mei
Mar

Mar

Mar
Ags

Ags
Apr

Apr

Apr
2017 2018 2019

Tiongkok India Ekspansi ≥ 50

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 6


Perkembangan Ekspor Impor Mitra Dagang Utama

• Kinerja ekspor impor mitra dagang utama menunjukkan adanya kontraksi pertumbuhan, termasuk ekspor Tiongkok dan
impor AS, yang meskipun masih tumbuh namun sangat kecil.

• Kondisi ini menyebabkan permintaan atas komoditas menurun → harga komoditas menurun

• Dampak selanjutnya: ekspor nonmigas Indonesia akan terus dibayangi penurunan (negative growth).
7
Indikator perekonomian AS menunjukkan tanda-tanda peningkatan tekanan dan
pelemahan, sehingga pelemahan Yuan semakin dianggap tidak menguntungkan AS

PERTUMBUHAN EKONOMI INFLASI PENGANGGURAN (%)


(%, YOY) (%, YOY) 5.0

5 4
4.5
4
3
3 4.0
2.3 2 3.7
2
3.5
1
1

0 0 3.0

Jul-18

Nov-18

Jul-18

Nov-18

Jul-19
Sep-18

Sep-18

Mar-19
Jan-18

Mar-18

Jan-19

Mar-19

Jan-18

Mar-18

Jan-19
May-18

May-19

May-18

May-19
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2015 2016 2017 2018 2019

• Pertumbuhan ekonomi di triwulan 2 2019 US MANUFACTURE INDEX PERTUMBUHAN EKSPOR & IMPOR
70
mulai melambat ke 2,3%. (%, YOY)
• Beberapa indikator lain menunjukkan arah 12
perlambatan/pelemahan. 60 9
• Inflasi terus berada di bawah 2% (1,6% 51.2 6 1.18
pada Juni). 3
• Pengangguran mulai meningkat. 50 0
-2.21
• PMI Manufacturing menunjukkan -3

Agu

Des
Jan
Feb

Jun

Sep
Okt

Jan
Feb
Jul

Jun
Apr

Apr
Nov

Mei
Mar

Mei

Mar
penurunan. 40
• Perdagangan internasional melambat, 2018 2019

Okt
Mar

Mar
Agu

Nov
Feb

Apr

Sep

Feb

Apr
Jan

Jan
Jun
Jul

Jun
Jul
Mei

Des

Mei
bahkan ekspor berada di teritori negatif. 2018 2019
Export Growth Import Growth
8
Sumber: Bloomberg dan United States Census Bureau
Sejalan dengan AS, perekonomian Tiongkok juga terus menunjukkan
perlambatan…
Perkembangan riil Tiongkok menunjukkan bahwa dampak perang dagang sudah terasa, terlihat dari aktivitas perdagangan dan manufaktur yang menurun…

Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok (%) Indeks Keyakinan Konsumen dan Penjualan Ritel
7.5 Sumber: Bloomberg 130 11.5
125 Consumer Confidence Index 11
7 7
7 6.9 120 10.5
6.8 6.8 6.8 6.8 6.8
6.7 6.7 6.7 6.7 6.7 6.7 10
6.5 115
6.4 6.4 9.5
6.5 110
6.2 9
105 8.5
Retail Sales (% yoy)
6 100 (RHS) 8
95 7.5
Sumber: Bloomberg
5.5 90 7

Mar-16

Mar-17

Mar-18

Mar-19
Jul-16

Jul-17

Jul-18

Jul-19
Jan-16

Jan-17

Jan-18

Jan-19
Sep-16

Sep-17

Sep-18
Nov-16

Nov-17

Nov-18
May-16

May-17

May-18

May-19
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2015 2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok mencapai level terendah dalam 27 tahun Tren kinerja retail mulai rebound, meskipun perkembangan ke depan masih harus diwaspadai
terakhir. seiring dengan peningkatan hambatan perdagangan yang diterapkan AS kepada Tiongkok.

China's PMI Manufacture Pertumbuhan Perdagangan (% yoy)


52 60%

51 40%
49.9 20% 3%
50 0%
49 -20% -6%
-40%
48 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
Sumber: Bloomberg
47 2018 2019
Aug-18
Mar-18

Mar-19
Jul-18

Oct-18

Jul-19
Jun-18

Jun-19
Jan-18

Apr-18

Dec-18

Jan-19

Apr-19
Feb-18

Sep-18

Feb-19
Nov-18
May-18

May-19

Export Growth Import Growth


Sumber: Bloomberg
Ekspor masih tumbuh positif meski pada tingkat yang rendah, sementara impor turun
9
Aktivitas manufaktur masih berada di level kontraktif. lebih dalam dari ekspektasi. Ke depan, dampak dari kenaikan tarif AS perlu diwaspadai.
Dengan risiko dan ketidakpastian yang tinggi, proyeksi pertumbuhan ekonomi
dan perdagangan global terus mengalami koreksi…
Proyeksi Pertumbuhan Negara-Negara (%)
Pertumbuhan PDB Global (%) Pertumbuhan Vol
Proyeksi IMF
Perdagangan Global (%) 2017 2018
2019 2020
5.5 Negara Maju 2,4 2,2 1,8 1,7
3.8
- AS 2,2 2,9 2,3 1,9
- Eropa 2,4 1,8 1,3 1,5
3.6
3.6 3.6 3.9 3.7 3.9 - Jepang 1,9 0,8 1,0 0,5
3.6
3.5 3.4 - Inggris
3.5 3.1 1,8 1,4 1,2 1,4
3.4 2.8 3.7
3.3 Negara Berkembang 4,8 4,5 4,4 4,8
3.4 3.5 2.2
- Tiongkok 6,8 6,6 6,3 6,1
2.5 - India 7,2 7,1 7,3 7,5
WEO Jul '19 - ASEAN-5 5,4 5,2 5,1 5,2
WEO Jul '19
WEO Apr '19 3.2
WEO Apr '19 • Di tahun 2020 pertumbuhan ekonomi negara
Sumber: IMF WEO, Juli 2019 maju masih melambat, sementara negara
berkembang membaik dibanding 2019.
• Beberapa sumber risiko yang perlu
diwaspadai:
IMF kembali menurunkan proyeksi Penurunan proyeksi secara tajam terjadi • Kelanjutan trade wars
pertumbuhan ekonomi global 2019 dan 2020 pada proyeksi pertumbuhan volume • Geopolitik
masing-masing 0,1 pp. perdagangan di 2019 sebesar 0,9 pp • Hasil Pemilu AS
10
Pelemahan aktivitas ekonomi global dan sentimen perang dagang
Berimbas pada penurunan harga-harga komoditas

Per 16 Agustus Pergerakan Harga Komoditas Indeks Harga Komoditas Global (2012=100)
Komoditas 31 Des 2018
2019 2018 dan 2019 (ytd) 200
180
WTI US$/barel 45,41 54.47 -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 160
20.0% 140
-24.84% Minyak Mentah WTI
Brent US$/barel 53,17 59.07 120
-20.43% 11.1% Minyak Mentah Brent 100
Gas US$/mmbtu 2,76 2.19 80
0.78% Gas
-19.7% 60
Batubara US$/MT 88,00 56.00 -7.17% 40
-36.4% Batubara
Jan-16 Jul-16 Jan-17 Jul-17 Jan-18 Jul-18 Jan-19
Indeks Harga Komoditas Global Makanan dan Pertanian
Logam Minyak Mentah Dunia
Emas US$/Ounce 1.282,5 1,509.9 -1.56% Emas Batu Bara
17.7%
15,5 17.1 -8.52% Perak Sumber: Bloomberg
Perak US$/Ounce 10.6%
-18.61%
Alumunium US$/MT 1.846,0 1,782.0 -3.5% Alumunium
• Penurunan harga komoditas global terus
-17.69% Tembaga berlanjut akibat pelemahan pada
Tembaga US$/MT 5.965,0 5,751.0 -3.6%

Nickel US$/MT 10.690,0 16,250.0


-16.22% Nickel
52.0%
komoditas logam, minyak mentah, dan
batu bara.
-4.57%
• Harga komoditas makanan dan pertanian
-6.2% Kedelai
Kedelai US$/bu. 935,3 877.0 cenderung stabil didorong oleh penurunan
-1.67% Jagung
Jagung US$/bu. 397,5 374.0 -5.9% produksi dan meningkatnya harga pupuk.
1.69%
Gandum US$/bu. 528,3 476.8 -12.1% Gandum • Peningkatan ketegangan antara AS-Iran
-20.29%
-7.1% Gula akibat insiden kapal tanker serta kebijakan
Gula US$/lb. 12,5 11.6
3.52% Kapas AS untuk mempertahankan jumlah produksi
-18.1%
Kapas US$/lb. 73,3 60.0 -20.12% Minyak Sawit
minyaknya diprediksi akan mempengaruhi
7.7%
Minyak Sawit US$/Ton 470,1 506.1 2018 harga minyak ke depan.
ytd 16 Agustus 2019
Sumber: Bloomberg 11
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN
EKONOMI
INDONESIA
Investasi mesin (PMTB) selama semester 1 masih belum optimal
terpengaruh harga komoditas
120 Batubara
Investasi MesinBrent Investasi Mesin Perlengkapan-RHS
dan Harga Komoditas 30

Investasi mesin
25
100 perlengkapan
20 2019 tidak
80
15
setinggi 2018

in %yoy
in US$

60 10

5
Penurunan
40
harga
0
komoditas
20
-5 primer diikuti
0 -10
penurunan
investasi mesin
May-14

Jan-15

May-15

Jan-16

May-16

Jan-17

May-17

Jan-18

May-18

Jan-19

May-19
Mar-14

Mar-15

Mar-16

Mar-17

Mar-18

Mar-19
Nov-14

Nov-15

Nov-16

Nov-17

Nov-18
Sep-16
Jul-14
Sep-14

Jul-15
Sep-15

Jul-16

Jul-17
Sep-17

Jul-18
Sep-18
4
TREN PENURUNAN HARGA BATUBARA & CPO BERDAMPAK PADA KINERJA PERUSAHAAN UTAMA
Penjualan di Semester 1 2019 terjadi perlambatan
Kinerja Laporan keuangan Perusahaan Top 5 Penghasil Batubara

120 COAL Price ($/MT)


HBA Coal Total Sales Growth Net Income Growth Ratio
110 Code (Milyar IDR) (% yoy) (Milyar IDR) (% yoy) Profit
Coal Int
100
S1-18 S1-19 S1-18 S1-19 S1-18 S1-19 S1-18 S1-19 NI/S
90 SMAR 17.685,6 17.806,4 1,6 0,7 -192,2 285,6 -136,9 248,6 0,013

80 AALI 9.021,5 8.526,4 5,6 -5,5 783,9 43,7 -23,3 -94,4 -0,011

70 SIMP 6.596,2 6.501,6 -22,6 -1,4 58,5 -310,7 -81,3 -631,0 -0,097

TBLA 4.002,3 4.122,0 -5,7 3,0 349,6 359,1 -29,1 2,7 0,0006
60
q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 DSNG 2.123,0 2.582,9 -20,2 21,7 113,7 47,4 -59,2 -58,3 -0,023
2017 2018 2019
Sumber: World Bank & Kementerian ESDM Kinerja Laporan keuangan Perusahaan Top 5 Penghasil CPO

CPO Price ($/MT) Total Sales Growth Net Income Growth Ratio
750 Code (Milyar IDR) (% yoy) (Milyar IDR) (% yoy) Profit
700
650 S1-18 S1-19 S1-18 S1-19 S1-18 S1-19 S1-18 S1-19 NI/S
600
INDY 19.897,6 19.592,9 229,6 -1,5 1.078,2 173,5 58,0 -83,9 -0,0043
550
500 BYAN 11.532,9 12.193,6 104,6 5,7 3.717,7 2.536,9 129,7 -31,8 -0,0026
450
400 DOID 5.299,2 6.173,6 10,3 16,5 235,7 58,8 -3,7 -45,2 -0,0073
q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 PTRO 3.009,2 3.380,8 107,9 12,3 110,5 115,0 101,7 -75,1 -0,0022
2017 2018 2019
TOBA 2.573,6 3.276,7 51,0 27,3 218,1 186,1 219,0 4,0 0,0012
Sumber: World Bank
Sumber: Bloomberg (Data sesuai emiten yang telah submit LK S1-2019)

14
Pertumbuhan penjualan sektoral perusahaan masuk bursa

Public Companies Financial Reports


TOURISM 20.9
16.3
TRADE 5.4
16.1
FINANCIAL SERVICES 10.6 Semester I 2019
5.1
INFOCOM 8.5 hampir seluruh
3.0
TRANSPORTATION 0.7 sektor mengalami
19.4
6.7 perlambatan
GAS & ELECTRICITY -3.8
penjualan
CONSTRUCTION -13.4 26.5
REAL ESTATE -5.5
-3.3
MANUFACTURING 5.3
10.7
MINING 7.6
89.6
AGRICULTURE -0.4
-6.5 Growth yoy S1-2019 Growth yoy S1-2018
15
Source: Bloomberg N= 369 Companies
Namun demikian, perdagangan Indonesia dihadapkan pada persoalan daya saing
ekspor di tengah perekonomian global yang melemah...

60 Pertumbuhan Ekspor-Impor (yoy %) Neraca Perdagangan (USD miliar)


50
2017 surplus 2018 defisit S1-2019 defisit
40
US$11,84 miliar US$8,72 miliar US$1,93 miliar
30
3.0
20
2.0
10
1.0
0 -7,6
0.0
-10
-8,6 -1.0
-20
-2.0
-30 Neraca Nonmigas Neraca Migas TOTAL
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 -3.0

N
J

N
F
M
A
M
J
J
A

F
M
A
M
J
O

2018-J

2019-J
Sem 1, ytd
Pertumbuhan Impor Pertumbuhan Ekspor
Sumber: BPS

FAKTOR – FAKTOR PENDORONG PERLAMBATAN KINERJA Perbaikan Penguatan Perbaikan


kemudahan usaha LPEI logistik
PERDAGANGAN:
✓ Pelemahan permintaan global Langkah
✓ Moderasi pertumbuhan beberapa mitra dagang seperti Tiongkok Perbaikan Daya
Saing Ekspor
✓ Tekanan perang dagang
✓ Pelemahan harga komoditas → kontraksi ekspor Penguatan manufaktur Stabilitas Pengembangan
16 sektor
terbesar di sektor migas (-27,7%) dan pertambangan berorientasi ekspor nilai tukar pariwisata 9
Pelemahan ekonomi dunia berimbas pada kinerja perdagangan dan investasi di Indonesia, namun
fundamental ekonomi Indonesia masih terjaga yang didukung oleh kuatnya permintaan domestik

(2018) (Q2-2019) (S1-2019)


Pertumbuhan ekonomi
Sumber: BPS
5.17% 5.05% 5.06%
Pengeluaran 2018 Q2-2019 SEKTOR 2018 Q2-2019

Konsumsi 5.1% 5.4% Pertanian 3.9% 5.3%


Pertambangan 2.2% -0.7%
Konsumsi Pemerintah 4.8% 8.2%
Manufaktur 4.3% 3.5%
Investasi (GFCF) 6.7% 5.0%
Konstruksi 6.1% 5.7%
Ekspor 6.5% -1.8%
Perdagangan 5.0% 4.6%
Impor 12.0% -6.7% 7.0%
Transportasi 5.8%
Info. & Kom. 7.0% 9.6%
Jasa Keuangan 4.2% 4.6%
Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kuatnya konsumsi dan beberapa sektor utama pendorong pertumbuhan melambat
kebijakan countercyclical belanja Pemerintah.. seperti industri pengolahan, perdagangan, serta transportasi
dan pergudangan.. 17
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN
MENJADI PENGHALANG BAGI INDONESIA UNTUK TUMBUH LEBIH CEPAT

1980 - 1991 - 1997 - 2000 - Sem 1


(USD miliar) 2016 2017 2018
1990 1996 1999 2010 2019

Transaksi Berjalan -2.36 -4.55 1.63 6.36 -16.95 -16.20 -31.05 -15.41

Neraca Perdagangan
5.04 6.74 16.38 25.95 15.32 18.81 -0.44 1.37
Barang (FOB)

Jasa -5.60 -7.06 -7.85 -10.81 -7.08 -7.38 -7.07 -3.83

Pendapatan Primer -1.88 -4.66 -7.84 -12.01 -29.65 -32.13 -30.44 -16.84

Pendapatan Sekunder 0.07 0.43 0.93 3.22 4.46 4.50 6.89 3.89

Rasio TB thd PDB (%) -2.70 -2.62 1.91 2.47 -1.82 -1.60 -2.98 -2.82

Sumber: Bank Indonesia

Defisit pada neraca Transaksi Berjalan, terutama disumbang oleh:


1. perdagangan internasional, terutama sektor jasa
2. pembayaran penghasilan ke luar negeri (termasuk pembayaran dividen)

18
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

APBN &
KEBIJAKAN
FISKAL 2019
Outlook APBN: Realisasi Pendapatan Negara masih belum mencapai target yang
diharapkan namun kinerja belanja hingga Semester I cukup memuaskan.
2018 2019
Uraian Prognosis
(triliun Rupiah) Realisasi Realisasi LKPP % thd Realisasi % thd
APBN Realisasi Outlook
Semester I Semester II Audited APBN Semester I APBN
Semester II
A. PENDAPATAN NEGARA 833,4 1.110,2 1.943,7 102,6 2.165,1 898,8 1.132,0 2.030,8 93,8
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 830,3 1.097,8 1.928,1 101,8 2.164,7 898,0 1.131,4 2.029,4 93,8
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 653,5 865,3 1.518,8 93,9 1.786,4 688,9 954,1 1.643,1 92,0
Tax Ratio (%) 4,9 6,5 11,4 12,2 4,7 6,4 11,1
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 176,8 232,5 409,3 148,6 378,3 209,1 177,3 386,3 102,1
II. PENERIMAAN HIBAH 3,1 12,4 15,6 1.300,5 0,4 0,7 0,6 1,3 307,8
B. BELANJA NEGARA 944,0 1.269,1 2.213,1 99,7 2.461,1 1.034,5 1.307,1 2.341,6 95,1
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 558,4 896,9 1.455,3 100,1 1.634,3 630,6 896,6 1.527,2 93,4
1. Belanja K/L 296,0 550,6 846,6 99,9 855,4 342,3 512,6 854,9 99,9
2. Belanja Non K/L 262,4 346,3 608,8 100,3 778,9 288,2 384,0 672,2 86,3
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 385,6 372,2 757,8 98,9 826,8 403,9 410,5 814,5 98,5
1. Transfer ke Daerah 349,7 348,2 697,9 98,8 756,8 362,1 382,5 744,6 98,4
2. Dana Desa 35,9 24,0 59,9 99,8 70,0 41,8 28,1 69,9 99,9
C. KESEIMBANGAN PRIMER 10,0 (21,5) (11,5) 13,2 (20,1) (1,0) (33,8) (34,8) 172,9
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (110,6) (158,9) (269,4) 82,7 (296,0) (135,8) (175,1) (310,9) 105,0
% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB (0,74) (1,07) (1,82) (1,84) (0,84) (1,09) (1,93)
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN 176,2 129,4 305,7 93,8 296,0 175,3 135,5 310,9 105,0
a.l. PEMBIAYAAN UTANG 176,0 196,0 372,0 93,2 359,3 180,5 193,5 373,9 104,1
a.l. Penerbitan Surat Berharga Negara (neto) 192,6 165,8 358,4 86,5 389,0 195,7 186,2 381,9 98,2
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN 65,7 (29,4) 36,2 (0,0) 39,6 (39,6) 0,0 20
20
Penerimaan perpajakan dari sektor non migas tetap tumbuh positif
ditengah tekanan pelemahan perekonomian global

2019: tingginya restitusi


triliun Rp PPh Non Migas persen triliun Rp PPN dan menurunnya impor persen
400,0 16,0 250,0 218,2 20,0
329,3 212,3
14,8 346,2
350,0 14,0 200,0 169,2 13,5 15,0
300,0 270,5
286,8 12,0
192,0 13,6
150,0 10,0
250,0 10,0

200,0 7,0 8,0 100,0 5,0

150,0 6,0 6,0 50,0 (2,7) -


5,1
100,0 4,0 (3,1)
0,0 (5,0)
50,0 2,0
2016 2017 2018 2019
0,0 -
2016 2017 2018 2019
Realisasi Semester I Growth (RHS)
Realisasi Semester I Growth (RHS)

2019 a.l disebabkan


triliun Rp PBB pemindahbukuan dari persen Pajak Lainnya
rekening migas persen triliun Rp persen
14,0 4.500,0
11,7 4.000,0 4,5 4,0 70,0
12,0 3.500,0 4,0 58,1
3,7 60,0
10,0 3.000,0 3,5 3,2 3,0
50,0
2.500,0 40,0
8,0 3.914,9 2.000,0 3,0
30,0
6,0 1.500,0 2,5
17,4 20,0
3,1 1.000,0 2,0
4,0 48,7 500,0 10,0
0,7 1,5
0,7 0,3 (60,4) - -
2,0 1,0 (10,0)
(500,0) (20,2)
0,0 (1.000,0) 0,5 (20,5) (20,0)
0,0 (30,0)
2016 2017 2018 2019
2016 2017 2018 2019
Realisasi Semester I Growth (RHS)
Realisasi Semester I Growth (RHS)

73
PPh pasal 21 dan OP merupakan jenis pajak yang mengalami
pertumbuhan tertinggi pada Semester I Tahun 2019

74
Menggeliatnya perekonomian tercermin dari tumbuhnya penerimaan pajak
terutama pada sektor Jasa Keuangan dan Transportasi & Pergudangan

growth y-o-y 2019 growth y-o-y 2018

Rp 160,62 T -2,6% Restitusi tumbuh 30,8% &


I ndustri
13,0% PPN Impor tumbuh -5,2%
Pengolahan 29,3%
Rp 114,37 T 2,5%
Perdagangan Resitusi tumbuh 41,3% &
20,8% 27,6%
PPN Impor tumbuh -6,7%
Rp 83,56 T 8,8%
Jasa Keuangan
15,2% 4,8%

Konstruksi & Rp 36,47 T 3,4%


Penurunan pembayaran
Real Estat 6,6% 11,5%
PPh Badan &
Rp 33,43 T -14,0% meningkatnya restitusi
Pertambangan
6,1% 80,3%

Transportasi & Rp 24,54 T 23,1%


Pergudangan 4,5% 10,7%

*penerimaan pajak sektoral non migas, non PBB, dan non PPh DTP 76
Defisit Semester I lebih tinggi dari tahun 2018
namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata 4 tahun
terakhir

100.0 20.0
10.0 (1.0)
0.0
50.0
• Keseimbangan
65.7
45.9 34.3 39.6 (20.0) primer negatif Rp1,0
0.0 T, lebih rendah dari
tahun 2018
(40.0)

(50.0)
(110.6) (60.0)
(135.8)
(80.0)
• Realisasi silpa Rp39,6 T
(100.0)

(68.2)
(100.0)
(150.0) (175.1)
(230.7) (120.0)

(200.0)
(140.0)
(143.4)
• Realisasi defisit
(250.0) (160.0)
anggaran Rp135,8 T
2016 2017 2018 2019
Defisit Anggaran Silpa Keseimbangan Primer (RHS)

72
PPh Badan dan PPN mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh
restitusi, sementara PPh pasal 21 dan OP tetap tumbuh positif

• Ditopang oleh pertumbuhan sektor Perdagangan, Jasa Keuangan, dan Administrasi


PPh Pemerintahan.
Pasal 21 • Penurunan profit sektor produksi tidak menunjukkan penurunan basis PPh Pasal 21 → tidak
terjadi penurunan utilisasi tenaga kerja formal.

• PPh Orang Pribadi semester I 2019 masih baik, sejalan dengan normalisasi pertumbuhan pasca
PPh Orang
Pribadi Tax Amnesty (basis pertumbuhan tahun 2016-2017 yang sangat tinggi sebagai dampak dari
Tax Amnesty).

• Tekanan restitusi PPh Badan cukup besar di semester I tahun 2019 yang tumbuh hingga 17,2%
PPh Badan (Sem I 2018 : tumbuh -38,4%).
• Kontraksi profitabilitas terutama pada perusahaan pertambangan →PPh Badan sektor tersebut
tumbuh -11,9%.

• Kebijakan percepatan restitusi berdampak pada pertumbuhan restitusi mencapai 28,6% (tahun
PPN 2018: 5,21%).
• Tren pertumbuhan restitusi mulai normal sejak Juni dan tren pertumbuhan bruto PPN Dalam
Negeri terus membaik terutama di sektor tersier (transportasi dan infokom).
75
Sementara penerimaan perpajakan dari sektor manufaktur dan tambang
mengalami penurunan karena restitusi

Pajak • Pertumbuhan negatif sektor Manufaktur terutama disebabkan tingginya restitusi (tumbuh
Sektor 30,8%) dan moderasi aktivitas impor (tumbuh -6,2%) → Di luar peningkatan resititusi dan
Manufaktur penurunan impor, sektor Manufaktur tumbuh sebesar 7,4%.

• Dampak penurunan harga komoditas tambang di pasar global → Tekanan pada 2 subsektor:
Pajak
Sektor
Pertambangan Batu Bara dan Bijih Logam.
Tambang • Pertumbuhan restitusi di sektor pertambangan mencapai 11,0% (adanya pengembalian pajak
akibat putusan pengadilan yang memenangkan WP).

Pajak
• Terutama didukung oleh pertumbuhan profitabilitas perusahaan yang tercermin pada
Sektor Jasa pertumbuhan PPh Badan (7,9%) dan peningkatan pembayaran PPh Pasal 21 (19,5%).
Keuangan • Penerimaan Pajak Sektor ini juga didukung oleh peningkatan pembayaran PPh Final atas
Bunga Deposito/Tabungan (tumbuh 20,1%).

PPN
Pajak Sektor • Pertumbuhan sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar 23,1% lebih tinggi dari periode
Transportasi yang sama tahun 2018 (tumbuh 10,7%).
& • Antara lain didukung oleh beberapa sub sektor utama seperti Operator Jalan Tol, Operator
Pergudangan Pelabuhan (termasuk kontainer/pergudangan), dan beberapa Maskapai Penerbangan.
77
Realisasi PNBP Semester I tahun 2019 mencapai 55,3% dari target APBN 2019
Didorong kenaikan pendapatan dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND)

Triliun Rp persen

Pertumbuhan PNBP Semester I Tahun


300.0 30.3 40.0
2019 sebesar 18,2 persen dipengaruhi:
21.0 18.2 ❑ Harga minyak dan lifting migas yang lebih
20.0
250.0 rendah
209.1
200.0 (15.4)
- • ICP 2019 US$63/barel (2018: US$67/barel)
176.8
(20.0) • Lifting Minyak 2019 755 rbph (2018: 771 rbph)
146.1
150.0
• Lifting Gas 2019 1054 rbph (2018: 1146 rbph)
112.1 (40.0)

100.0
▪ Harga batubara acuan/HBA rata rata yang lebih
(60.0) rendah 2019 USD 87,8/ton (2018: USD 97,2 ton)
50.0
(80.0) ▪ Peningkatan realisasi PNBP Lainnya terutama berasal
dari Penerimaan Sisa Surplus BI (2019: Rp30 T)
-
2016 2017 2018 2019
(100.0)
dan Lebih Bayar DBH (2019: Rp6,3 T)
▪ Peningkatan realisasi pendapatan BLU a.l.
disebabkan bertambahnya Satker PNBP yang
berubah menjadi BLU terutama pada
Pendapatan SDA Pendapatan dari KN yang Dipisahkan
Kemenristekdikti dan Kemenkes
PNBP Lainnya Pendapatan BLU
growth

78
Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Semester I Tahun 2019 menunjukkan
kinerja yang lebih baik terutama pada Belanja K/L

2018 2019
Belanja Pemerintah Pusat
(triliun Rupiah) Realisasi % thd Growth Realisasi % thd Growth
APBN
Semester I APBN (%) Semester I APBN (%)

1. Belanja K/L 296,0 34,9 12,1 855,4 342,3 40,0 15,7

2. Belanja Non K/L 262,4 43,2 11,9 778,9 288,2 37,0 9,8
al. a. Pembayaran Bunga Utang 120,6 50,5 12,9 275,9 134,8 48,9 11,7
b. Subsidi 73,9 47,3 25,9 224,3 71,9 32,0 (2,8)
(1) Subsidi Energi 59,5 63,0 58,1 160,0 56,2 35,1 (5,6)
(2) Subsidi Non Energi 14,4 23,4 (31,6) 64,3 15,7 24,4 8,7
JUMLAH 558,4 38,4 12,0 1.634,3 630,6 38,6 12,9

Faktor- faktor yang memengaruhinya:


1. Percepatan penyaluran bantuan sosial seperti bantuan iuran JKN rakyat miskin, PKH, dan Bidik Misi.
2. Pelaksanaan agenda strategis seperti Pemilu 2019.
3. Realisasi subsidi lebih rendah→ perubahan harga minyak mentah (ICP).
4. Bunga utang lebih tinggi→ depresiasi nilai tukar rupiah.
28
Belanja Pegawai dan Belanja Bantuan Sosial K/L mendorong konsumsi
pemerintah dan rumah tangga dalam PDB

Belanja Pegawai Bantuan Sosial


75,0 56,4
33,7 70 30,2 12,5 100
160 40 60 -45,7 0
20,5
10,9 13,6 50 -100

Triliun Rp

persen
-7,3 40
70,5 -200
90 30
Triliun Rp

42,2 45,1 -300

Persen
20
103,8 117,9 -30 10 22,9 25,8 -400
93,6 0 -500
75,5 100,9 Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
20
% thd APBN 42,4 46,2 47,4 58,3 72,6
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Realisasi Semester I 42,2 22,9 25,8 45,1 70,5
% thd-50
APBN 41,1 48,3 41,8 45,6 52,5 -100 Growth 30,2 -45,7 12,5 75,0 56,4
Realisasi Semester I Growth
Realisasi Semester I Growth

Realisasi belanja pegawai dipengaruhi kenaikan tunjangan Realisasi Bantuan Sosial a.l dipengaruhi :
kinerja pada beberapa K/L seiring pelaksanaan reformasi • realisasi pencairan dana iuran PBI mencapai Rp24,3 T (90,9%
birokrasi pada masing-masing K/L dan Pembayaran THR ASN Pagu) → untuk PBI 11 bulan, Januari s.d November 2019
• Penyaluran PKH telah mencapai Rp26,9 T (82,4% pagu)
• Penyaluran bantuan pangan telah mencapai Rp8,9 T (43% pagu)
• Penyaluran bantuan Program Indonesia Pintar mencapai Rp6,5 T
(58,9%)
• Pelaksanaan operasi penanganan darurat bencana (BNPB) Rp1,6 T

* proyeksi 29
Realisasi Belanja Modal K/L Semester I tahun 2019 mengalami sedikit
perlambatan, a.l. karena pembebasan lahan yang masih belum selesai

Belanja Modal ➢ Digunakan, a.l untuk:


▪ Pelaksanaan preservasi dan peningkatan kapasitas jalan
64.9 7.0 nasional
50
5.3 (14.2) (14.9) ▪ Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas
0
40 Pendukung Kereta Api
-100 ▪ Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
Triliun Rp

30
Bandar Udara

persen
-200
44.4 47.5
20 40.7
34.7
➢ K/L penyerap anggaran terbesar, a.l :
-300
10
26.9 ▪ Kementerian PUPR (sekitar 51%)
-400
▪ Kementerian Perhubungan (sekitar 10%)
0 2015 2016 2017 2018 2019
-500 ➢ Dampaknya → mendukung pertumbuhan investasi
Tahun
% thd APBN 10.6 21.5 21.1 20 18.3
Realisasi Semester I 26.9 44.4 47.5 40.7 34.7
Growth 5.3 64.9 7.0 -14.2 -14.9

Realisasi Semester I Growth

*) Proyeksi

30
Penyerapan DBH dan DAU Tahun 2019 dipengaruhi oleh penyaluran Kurang
Bayar DBH dan Dukungan Pendanaan Kelurahan (DAU Tambahan)

Realisasi DBH Realisasi DAU

triliun Rupiah % triliun Rupiah %


Real Semester I % Penyerapan Real Semester I % Penyerapan
60,0 60,0 250,0
64,0
50,0 50,0 240,0
62,0
49,2 52,1 230,0
40,0
48,0 40,0 58,2 60,0
58,3 58,5 58,3 58,3
39,9 220,0
38,4 58,0
30,0 30,0
210,0 243,5
233,2 234,0 56,0
20,0 52,8 53,6 49,7 34,3 42,4 20,0
200,0 224,2
54,0
10,0 10,0 205,9
190,0 52,0

- - 180,0 50,0
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:


❑ DBH → sesuai dengan proyeksi penerimaan negara yg dibagihasilkan kepada daerah dan termasuk penyaluran
sebagian kurang bayar (KB) sebesar Rp2,2 triliun;
❑ DAU → adanya penundaan penyaluran DAU kepada beberapa daerah (karena terlambat menyampaikan laporan
informasi keuangan daerah dan memiliki tunggakan iuran jaminan kesehatan)
→ Penyaluran DAU Tambahan (Dukungan pendanaan kelurahan) sebesar Rp1,5 triliun.
31
Penyerapan Dana Transfer Khusus (DAK Fisik dan DAK Nonfisik) serta Dana Desa
dipengaruhi kebijakan untuk memperkuat kualitas output dan kinerja pelaksanaan

Realisasi DAK FISIK Realisasi DAK NONFISIK Realisasi DANA DESA

triliun % triliun Real Semester I % Penyerapan


% triliun Real Semester I % Penyerapan
%
Real Semester I % Penyerapan
30,0 30,0 140,0 60,0 45,0 70,0
59,8
40,0 57,1 57,3 59,8
25,0 28,0 27,7 25,0 120,0 50,0 60,0
50,8 35,0
25,1 100,0 50,0
20,0 20,0 46,9 40,0 30,0
44,7 37,9
42,7
80,0 25,0 40,0
37,9 30,0
15,0 15,0
12,4 60,0 20,0 41,8
24,9 131,0 30,0
102,7 121,2 115,1 123,5 34,4 35,9
10,0 10,0 20,0 15,0
16,4 17,4 40,0 26,8 20,0
7,2 10,0
5,0 5,0 20,0 10,0 10,0
7,8 5,0
5,0 7,9
- - - - - -
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain:


❑ DAK Fisik → penambahan dokumen persyaratan penyaluran (laporan realisasi dan capaian output tahun
sebelumnya yang telah direviu oleh inspektorat daerah);
❑ DAK Nonfisik → perbaikan kebijakan melalui persyaratan penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan.
❑ Dana Desa → sesuai dengan tahapan penyaluran dan diprioritaskan untuk pembangunan serta
pemberdayaan masyarakat. 32
Pembiayaan anggaran tumbuh negatif dalam 3 tahun terakhir
sejalan dengan penurunan pertumbuhan SBN

Pembiayaan Anggaran Surat Berharga Negara persen


Triliun rupiah persen Triliun rupiah
300 276,6 80,0 400 60,0
42,0
56,1 60,0 302,0 40,0
209,4 300 45,6
200 177,2 42,0 176,2 175,3 40,0 231,7
207,4 195,7
20,0
200
192,6
20,0
1,6 0,0
100 -0,5 0,0
100 -16,9
-15,8 (20,0)
(20,0)
-23,3
-24,3
0 (40,0) 0 (40,0)

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Realisasi Semester I Growth (RHS) Realisasi Semester I Growth (RHS)

Realisasi SBN (neto) pada semester I tahun 2016-2019 cenderung menurun sejalan dengan upaya
untuk mengurangi biaya utang, pengelolaan cash management dan mempertimbangkan volatilitas
pasar keuangan.

33
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA Agar sistem perpajakan ramah terhadap pertumbuhan.
INSENTIF PERPAJAKAN Fokus insentif untuk mendorong ekspor, investasi dan
daya saing.
Untuk Industri
Insentif Perpajakan melalui Kawasan Pionir dengan
Investasi < Rp
500 miliar
Kawasan Free Trade Tempat Mini Tax
Pusat Logistik
KEK Penimbunan
Berikat
Industri Zone Berikat Holiday
Desain Kebijakan Insentif Perpajakan

Mendukung Investasi

Tax

Mendorong Ekspor
Holiday

Insentif Fiskal Baru


Fasilitas super Revisi fasilitas
deduction Tax Allowance

Fasilitas
Insentif
Tax Insentif Bea
Allowance Perpajakan Untuk kegiatan
Masuk
vokasi dan
litbang
Pajak
Insentif
PPh dan Fasilitas
Fasilitas
PPN penggunaan
pengurang
khusus nilai buku atas
penghasilan
pengalihan
netto
harta
Insentif Khusus untuk Ekspor untuk Indutri dalam rangka
padat karya spin off untuk
Kemudahan Impor Penugasan Khusus Tempat Penimbunan orientasi ekspor mendorong FDI
untuk Tujuan Ekspor Ekspor Berikat
Pembebasan PPN Rumah Sederhana
PMK Nomor 81/PMK.010/2019
Insentif untuk Sektor Properti
PMK Nomor 84/PMK.010/2019

Pembebasan PPN atas penyerahan rumah umum Rumah Sederhana


Tujuan: 1 (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS), pondok boro (bangunan
sederhana untuk buruh/pekerja), asrama mahasiswa dan pelajar serta
Mempertahankan daya beli
perumahan lainnya.
masyarakat berpenghasilan rendah
untuk membeli rumah Syarat RS dan RSS yang bebas PPN:
1. Luas bangunan tidak lebih dari 36m2
Membantu meringankan beban masyarakat 2. Harga jual tidak melebihi batasan yang ditetapkan
3. Merupakan rumah pertama yang dimiliki oleh orang pribadi kelompok MBR dan tidak
korban bencana alam untuk memiliki dipindahtangankan dalam 4 tahun sejak dimiliki
kembali rumah tinggal 4. Luas tanah tidak kurang dari 60 m2

Lebih mendorong pertumbuhan sektor


properti melalui peningkatan daya saing 2 Kenaikan batasan harga jual kelompok hunian mewah untuk pengenaan
PPnBM dengan tarif 20%.
properti dan investasi di sektor properti 35
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA
EKONOMI MAKRO
DAN POSTUR
RAPBN TAHUN
2020
Hal Baru Dan Strategis … (1)
Beberapa kebijakan dan inisiatif dalam RAPBN 2020
untuk meningkatkan penguatan kualitas Sumber
Daya Manusia dan Daya Saing

Kuliah

Insentif Perpajakan dalam rangka Peningkatan Kualitas SDM dan Percepatan penyelesaian 4
Mendukung peningkatan Sumber Perlindungan Sosial destinasi pariwisata super
Daya Manusia dan daya saing prioritas
• Super deduction untuk kegiatan vokasi & litbang KIP Kuliah
mendukung kelanjutan Pengembangan destinasi wisata Danau
• Mini tax holiday untuk investasi di bawah Rp500 miliar
pendidikan masyarakat miskin Toba, Borobudur, Labuan Bajo dan
• Investment allowance untuk industri padat karya
ke jenjang yang lebih tinggi Mandalika dengan Sinergi lintas K/L dan
Pemda
Kartu Pra Kerja
untuk Peningkatan Produktivitas
Bagi Pencari Kerja

Kartu Sembako
mendukung penguatan
perlindungan masyarakat
miskin akan akses pangan

37
Hal Baru Dan Strategis …. (2)
Beberapa kebijakan dan inisiatif dalam RAPBN 2020
untuk meningkatkan penguatan kualitas Sumber
Daya Manusia dan Daya Saing

Penguatan Transfer ke Daerah Dana Abadi untuk SDM dan Penguatan Neraca Transaksi
dan Dana Desa Kebudayaan Berjalan
• Penguatan DAK Fisik pada 2 Pemanfaatan hasil investasi dana mendukung penurunan defisit transaksi
bidang baru: sosial dan abadi untuk meningkatkan antara berjalan baik dalam jangka panjang
transportasi laut; lain pemajuan kebudayaan nasional, maupun jangka pendek
• Pengalokasian DAU Tambahan dan peningkatan kualitas perguruan
untuk penyetaraan penghasilan tinggi, melalui:
tetap (siltap) perangkat desa dan ❑ Dana Abadi Kebudayaan
penggajian Pegawai Pemerintah ❑ Dana Abadi Perguruan Tinggi
dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
❑ Penambahan Dana Abadi Riset
secara signifikan

38
Postur
Realisasi Outlook RAPBN
RAPBN 2020 2018 2019 2020
(Rp triliun)

I PENDAPATAN NEGARA 1.943,7 2.030,8 2.221,5


PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.518,8 1.643,1 1.861,8
409,3 386,3 359,3
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PENERIMAAN HIBAH
15,6 1,3 0,5

II BELANJA NEGARA 2.213,1 2.341,6 2.528,8


BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.455,3 1.527,2 1.670,0
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 757,8 814,4 858,8

III KESEIMBANGAN PRIMER (11,5) (34,7) (12,0)


IV DEFISIT ANGGARAN (269,4) (310,8) (307,2)
% PDB (1,82) (1,93) (1,76)
V PEMBIAYAAN ANGGARAN
305,7 310,8 307,2 39
Defisit Anggaran Tahun 2020 dijaga 1,76% PDB, diarahkan semakin sehat dan adaptif
menghadapi risiko perekonomian

- - • Rasio defisit thd PDB tahun


(11.5) (34.7) (12.0)
2020 terendah dalam lima
tahun terakhir
(50.0)
(0.50)

(100.0)
(125.6) (124.4)
• Defisit Keseimbangan Primer
(142.5) (1.00) diturunkan bertahap Ke arah
(150.0)
positif
(200.0) (1.50) • Penerimaan perpajakan
(269.4) untuk mendukung daya saing
(250.0) (1.76) dengan target yang lebih
optimal dan realistis
(2.00)
(298.5)
(308.3) (310.8) (1.93)
(300.0) (1.82)
(341.0) • Belanja Negara semakin
fokus pada program yang
(2.50)
(350.0) (2.49) (2.51)
(2.59)
produktif
• Pembiayaan anggaran
(400.0) (3.00)

(Triliun Rp) 2015 2016 2017 2018 Outlook 2019 RAPBN


2020 persen
2020 semakin menurun dan
dimanfaatkan untuk
mendukung peningkatan
Defisit anggaran (Rp Triliun) keseimbangan primer % Defisit thd PDB daya saing
40
KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai