Yeti Budiyarti-Fitk PDF
Yeti Budiyarti-Fitk PDF
BAHASA INDONESIA
(Studi Kasus di SMA PGRI 56 Ciputat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Yeti Budiyarti
106013000325
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Yeti Budiyarti
106013000325
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya dan
karuniaNya kepda penulis, akhirnya buah dari perjuangan dengan penuh
kesabaran selesai sudah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, yang telah melakukan revolusi dari
nalar jahili dan mengantarkan kita kepada nalar islami yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi yang berjudul “MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA” adalah disusun untuk
memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjan strata satu (S1) Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai salah satu
tugas akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit
kesulitan dan aral melintang yang menghambat penulis, namun berkat do’a,
kesungguhan hati, kerja keras, dan bantuan berbagai pihak, baik dorongan,
bimbingan, saran maupun bantuan lain yang turut mendukung dalam penyelesaian
skripsi ini.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mesmbantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materil, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
penulis sapaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan serta pengalamannya yang
tulus ikhlas kepada penulis sebagai bekal untuk menyosong masa depan.
2. Bapak Drs. E. Kusnadi, selaku Penasehat Akademik Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada
penulis dalam menysun skripsi.
3. Ibu Muhmudah Fitriyah, ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan sebagai Dosen Pembimbing penulis yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang
memberikan semangat dan dorongan selama penulis melaksanakan bimbingan
skripsi .
4. Bapak Drs. Asep Setiadi, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat.
5. Ibu Dra. Ecin Kuraesin, selaku Guru Bahasa Indonesia SMA PGRI 56 Ciputat
yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancarai untuk
memberikan semangat dan dorongan untuk skripsi ini.
6. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Jakarta, yang telah memberikan
kemudahan bagi penulis dalam memperoleh informasi.
7. Kedua orang tua penulis, atas segala bentuk kasih sayangnya yang telah
memberikan moril dan meteril kepada ananda. Semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat-Nya. Kakakku yang paling baik dan ku sayangi, serta
kedua adikku yang cantik-cantik terima kasih atas semuanya.
8. Seluruh Teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2006, yang telah memberikan masukan dan motivasi selama
melaksanakan skripsi ini.
9. Teman-Teman kost penulis yang telah memberikan masukan dan motivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pembahasan Masalah ...................................................................... 5
C. Perumusan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Masalah .............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
F... Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 63
B. Saran .............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 25 Ketika ada Materi Bahasa Indonesia yang tidak Siswa Mengerti,
Siswa Berusaha Mempelajari dengan Teliti ................................... 58
Lampiran 1 : Angket
PENDAHULUAN
1
2
1
B.P. Sitepu. Penilaian Buku Sekolah. Analisis Pendidikan Kimia. Depdikbud. h. 106
4
secara terus menerus untuk mendapatkannya dan tidak akan menyerah sebelum
siswa itu memperoleh apa yang diinginkannya.
Kegiatan belajar di sekolah apabila seorang siswa atau murid mempunyai
minat belajar yang kuat terhadap salah satu mata pelajaran, contohnya minat
belajar terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka, siswa itu pun akan terus
menerus untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan perasaan yang
senang dan siswa pun akan mendapatkan nilai yang baik juga.
Minat bisa timbul, karena adanya dorongan yang kuat dari diri sendiri.
Selain itu, minat timbul bukan hanya dari diri sendiri tetapi harus ada dukungan
atau dorongan yang kuat pula dari keluarga dan lingkungan sosial atau
masyarakat. Agar orang tersebut akan mempunyai semangat untuk meraih sesuatu
yang diinginkannya dengan usaha yang semangat pula.
Dalam kegiatan belajar minat itu berperan sebagai kekuatan yang akan
mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus
tekun belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran yang hanya
tergerak untuk mau belajar tanpa ada minat yang ada dalam dirinya, maka untuk
terus tekun belajar tidak ada. Karena, tidak adanya dorongan minat dalam dirinya.
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu bagian displin ilmu
yang terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait. Komponen tersebut
adalah objek dari keterampilan bahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan
menulis yang sangat luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang
memberikan konsekuensi pada manusia. Pendidikan bahasa Indonesia lebih
menekan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menyimak,
berbicara, dan menulis yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan berbahasa agar mereka mampu mempelajari dan memahami konsep-
konsep bahasa Indonesia dari lingkungan sekitarnya.
5
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan
dibahas agar arah yang hendak dicapai lebih jelas. Permasalahan dalam penelitian
ini dibatasi pada minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
C. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana minat belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar siswa?
3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor minat belajar terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia?
6
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui seberapa besar minat siswa dalam mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini berdasarkan tujuan yang telah dikemukan di atas,
maka penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat:
1. Untuk orang tua sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada
anaknya agar anaknya terus berminat dalam belajar.
2. Untuk pihak sekolah diharapkan mampu memperbaiki saran dan prasarana
dalam menunjang proses pembelajaran, sehingga akan timbul minat dalam
diri siswa untuk terus belajar.
3. Untuk guru dapat dijadikan refleksi bahwa dalam memberikan
pembelajaran bukan hanya sebatas memberikan materi penting saja dan
guru juga harus menjadi suri tauladan agar siswa tetap minat dalam
belajarnya.
4. Untuk siswa dapat lebih meningkatkan minat belajarnya terutama
pembelajaran bahasa Indonesia. Maka, melalui faktor-faktor minat belajar
siswa akan mudah memahami materi, meningkatkan keaktifan siswa, dan
memberikan dorongan belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
7
F. Tinjauan Pustaka
Minat merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh seseorang
untuk menginginkan sesuatu, karena minat seseorang terhadap sesuatu masih
perlu ditingkatkan. Untuk mengetahui perbedaan minat belajar siswa, penulis
membuat sesuatu pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber
yang menjadi pegangan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama penulis
melihat skripsi Hilang, STKIP-PI YASPI Makasar tahun 2002 , Jurusan
Pendidikan Biologi dengan judul skripsi “Minat Belajar Siswa terhadap Mata
Pelajaran Biologi” yang membedakan dengan skripsi penulis adalah sampel
dalam penelitian ini pada siswa kelas II SLTP Negeri 2 Pangkajene Kabupaten
Pangkep sebanyak 2 kelas. Perumusan masalah dalam skripsi Hilang tidak
dicantumkan seberapa besar faktor-faktor tersebut. Hasil penelitian ini
menunjukkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi sedang dengan
nilai rata-rata skor minat sebesat 115,48 dari skor 150 tertinggi yang dicapai. Dan
kedua, penulis melihata skripsi Syifa Sakinah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jurusan Pendidikan Agama Islam dengan judul skripsi “Pengaruh Sistem
Pendidikan Sekolah Gratis terhadap Minat Belajar Siswa SMP Utama Krukut
Depok" yang membedakan dengan skripsi penulis adalah metode pneleitian yang
digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian korelasional. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui pengaruh antara sistem pendidikan sekolah gratis
terhadap minat belajar siswa. Data analisis dengan menggunakan koefisien
korelasi product moment. Dari hasil data perhitungan, menunjukkan bahwa
korelasi positif d yang signifikan antara sistem pendidikan sekolah terhadap minat
belajar siswa tersebut adalah kuat atau tinggi.
Penulis sendiri membicarakan skripsi dengan judul “Minat Belajar
Siswa terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” berdasarkan semangat,
perasaan senang, ketertarikan, motivasi, dan dorongan guru maupun orang tua.
Dengan melihat perbedaan-perbedaan minat belajar siswa yang diteliti akan
menambah pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu,
diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih
luas dan sempurna.
8
D. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori, terdiri dari tiga sub, yaitu hakikat minat belajar yang
meliputi: pengertian minat, faktor-faktor yang mempengaruhi minat,
macam-macam minat dan fungsi minat dalam belajar, pengukuran minat,
dan metode pengukuran minat. Hakikat belajar yang meliputi: pengertian
belajar, ciri-ciri belajar, jenis-jenis belajar, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar. Hakikat bahasa Indonesia yang meliputi:
pengertian bahasa, fungsi bahasa Indonesia, tujuan dan manfaat
kemahiran bahasa, ragam bahasa, dan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
BAB III Metode Penelitian, terdiri dari waktu dan tempat pelaksanaan, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik
analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian dan
hasil analisis data.
BAB V Kesimpulan dan Saran
9
BAB II
KAJIAN TEORETIS
2
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1,
h. 255.
3
H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
4
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188.
9
10
5
Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,
1993), Cet 4, h. 112.
11
Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap.
Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam
mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan ke
sesuatu yang telah menarik lainnya, seperti minat pada pelajaran bahasa
Indonesia.6
Menurut Bimo Walgito, minat adalah suatu perhatian yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan
mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut dengan apa yang menjadi
perhatiannya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melalukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.7
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-
aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak
terhadap aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas
disertai dengan rasa menguasai individu secara mendalam untuk tekan melakukan
suatu aktivitas.
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif
berupa konsep positif terhada suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek
tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasaan
pribadi terhadap objek tersebut.8
Minat merupakan gambaran sifat dan ingin memiliki kecenderungan
tertentu. Minat juga diartikan suatu moment dari kecenderungan yang terarah
secara intensif pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang
menarik perhatian dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan
kecenderungan untuk mengetahui, memperoleh, atau menggali dan mencapainya.
6
http://creasoft.files.world press.com/2008/04/2/minat.Ditulis oleh: Gunarso.
7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet 2, h:175.
8
Soejanto Sandjaja, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Terhadap Minat Membaca Anak
Ditinjau Dari Pendidikan Stress Lingkungan, Jurnal, h. 2—3
12
9
http://bintangbangsaku.org/2008/06/21/minat. Ditulis oleh Bintang Bangsa.
13
sesuatu secara terus menerus. Minat pun berkaitan erat dengan adanya perasaan
senang terhadap sesuatu. Oleh karena itu, jika seseorang mempunyai perasaan
senang terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan mempunyai minat untuk
memperoleh sesuatu itu dengan usahanya agar keinginannya dapat tercapai.
10
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK.
Gunung Mulia, 2003), Cet 4, h. 6—8.
14
akan bertambah jika ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan
yang dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu.
d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa
tidak akan belajar sebaik-baiknya apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak
ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu.
Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan
olehnya.11
e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa, jika
mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antarpelajaran
dengan kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang
diperlihatkan kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting
dalam membangkitkan minat dan perhatian siswa. Guru yang tidak disukai
murid akan sukar merangsang timbulnya minat dan perhatian siswa. 12
f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar. Cita-cita
merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, yang biasanya
kebutuhan-kebutuhan itu disentralisasikan pada cita-cita itu, sehingga
dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar.
13
Yang kemudian akan menimbulkan minat belajar yang tinggi. Bagi siswa
yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada minat
siswa yang lain yang tidak mempunyai cita-cita. Ia akan terdorong terus
untuk belajar guna mencapai cita-citanya tersebut.
g. Motivasi
Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baika yang
bersifat internal maupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon yang
11
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010) Cet 4, h. 57.
12
Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus,
(Bandung:CV Remadja Karya, 1987), h. 78.
13
Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995),
Cet 7, h. 254.
15
14
D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat Membaca pada Anak (Bandung: Angkasa,
1993), Cet 11, h. 41.
16
4) Perhatian, minat timbul bila ada perhatian dengan kata lain minat
merupakan sebab akibat dari perhatian, karena perhatian itu
merupakan pengarahan tenaga jiwa yang ditujukan kepada suatu
obyek yang akan menimbulkan perasaan suka.
5) Sikap terhadap guru dan pelajaran, sikap positif dan perasaan senang
terhadap guru dan pelajaran tertentu akan membangkitkan dan
mengembangkan minat siswa, sebaliknya sikap memandang mata
pelajaran terlalu sulit atau mudah akan memperlemah minat belajar
siswa.15
b. Faktor Eksternal:
1) Keluarga, adanya perhatian dukungan dan bimbingan dari keluarga
khususnya orang tua akan memberikan motivasi yang sangat baik,
bagi perkembangan minat anak.
2) Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor yang penting
pada proses belajar mengajar, cara guru menyajikan pelajaran di kelas
dan penguasaan materi pelajaran yang tidak membuat siswa malas,
akan mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana dan
fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran, ruang kelas,
laboratorium yang tidak lengkap dapat mempengaruhi minat siswa
begitu juga sebaliknya.
3) Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan siswa yang
senang membuat kelompok dan banyak bergaul dengan kelompok
yang diminati, teman pergaulan yang ada di sekelilingnya
berpengaruh terhadap minat belajar anak. Sebaliknya bila teman
bergaulnya tidak ada yang bersekolah atau malas sekolah maka minat
belajar anak akan berkurang atau malas.
4) Media massa, kemajuan teknologi seperti, VCD, Telepon, HP,
Televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan, majalah, dan
surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi minat belajar siswa.
15
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268.
17
3. Macam-Macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan
timbulnya minat dan berdasarkan arah minatnya.
1. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Minat Primitif
Minat primitf adalah minatbyang timbul karena kebutuhan biologis atau
jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak
atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks.
b. Minat sosial
Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat
ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya, minat
belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan
akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi,
sehingga hal ini dapat menimbulkan minat individu untuk belajar dan
berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini
mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.
2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Minat intrinsik
Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan dengan
aktivitas sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya,
seseorang melakukan kegiatan belajar, karena memang pada ilmu
pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin
mendapatkan pujian atau penghargaan.
b. Minat ekstrinsik
Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir
dari kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan
18
minat tersebut hilang. Misalnya, seorang yang belajar dengan tujuan agar
menjadi juara kelas.16
16
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268.
17
Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet
20, h. 27.
18
s Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), Cet 4, h. 225.
19
Ibid, h. 29.
19
Guru harus pintar-pintar menarik minat siswa agar kegiatan belajar mengajar
memuaskan.
Dengan adanya minat proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan
tujuan pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat
sangat penting peranannya dalam pendidikan, maka yang harus mempunyai minat
bukan hanya siswa, melainkan guru yang harus mempunyai minat untuk
mengajar. Karena, kesiapan keduanya merupakan penunjang keberhasilan
kegiatan belajar mengajar.
5. Pengukuran Minat
Ada beberapa alasan bagi seorang guru perlu mengadakan pengukuran
terhadap minat anak-anak. Antara lain adalah sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan minat anak-anak. Setiap guru mempunyai kewajiban
untuk meningkatkan minat anak-anak. Minat merupakan komponen yang
penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidkan dan dalam
pengajaran khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil
di dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Memelihara minat yang baru timbul.
Apabila anak-anak menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas
bagi guru untuk memelihara minat tersebut. Anak yang baru masuk ke
suatu sekolah mungkin belum begitu banyak menaruh minat terhadap
aktivitas-aktivitas tertentu. Dalam hal ini, guru wajib memperkenalkan
kepada anak-anak aktivitas tersebut.
c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik. Oleh karena
itu, sekolah adalah suatu lembaga yang menyiapkan anak-anak untuk
hidup di dalam masyarakat. Maka, sekolah harus mengembangkan aspek-
aspek ideal agar anak-anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Dalam
keadaan tertentu anak-anak sering menaruh minat terhadap hal-hal yang
tidak baik yang terdapat di luar sekolah di dalam masyarakat yang jauh
dari ideal. Dalam kedaan demikian sekolah melalui guru-guru hendaknya
memberantas minat anak-anak yang tertuju kepada hak-hal yang tidak
20
20
Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), Cet 4, h. 225-229.
21
c. Kuesioner
Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran
terhadap sejumlah anak sekaligus. Dengan demikian, apabila
dibandingkan dengan interview dan observasi, kuesioner ini jauh lebih
efisien dalm penggunaan waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi pertanyaan dengan
interview. Jadi, dalam kuesioner guru dapat menanyakan tentang kegiatan
kegiatan yang dilakukan anak di luar sekolah.
d. Inventori
Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau
penilaian yang sejenis dengan kuesioner, yaitu sama-sama merupakan
daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya ialah dalam kuesioner
responden menulis jawaban-jawaban yang relatif panjang terhadap
sejumlah pertanyaan, sedangkan pada inventori responden memberi
jawaban dengan memberi lingkaran, tanda chek (√), mengisi nomor atau
tanda-tanda lain yang berupa jawaban-jawaban yang singkat terhadap
sejumlah pertanyaan yang lengkap. 21
B. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar secara etimologis, belajar memiliki arti “berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu”.22 Usaha untuk mencapai kepandaian dan ilmu tersebut
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilimu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga, dengan belajar
manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki
tentang sesuatu.
21
Wayan Nurkarcana, Sumartaman, Evaluasi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), Cet 4, h. 225-229.
22
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media Group, 2007), h. 13.
22
23
Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Total Grafika, 2002), h. 105.
24
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008),h. 13.
23
Suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi.
Menurut Soekamto dan Winataputra menyatakan:
Belajar merupakan proses yang menyeba kan perubahan tingkah laku
disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya
proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak
terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah,
kedewasaan , atau keadaan organisasi yang bersifat temporer, seperti
kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan
perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan
dari semuanya.27
Dan dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya.
Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri adapun dengan orang lain
itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu
dapat berhasil dengan baik.
Menurut definisi beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan
pengertian belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
25
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h.
84.
26
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 5.
27
Soekarno dan Winataputra dalam Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan
Pembelajaran, (Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu, 2002), h.14.
24
28
Baharrudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar…h. 15.
25
2. Ciri-Ciri Belajar
Jika hakikat belajara merupakan perubahan tingkah laku, maka ada beberapa
perubahan tertentu yang termasuk ke dalam ciri-ciri belajat sebagai berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Perubahan ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi
adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertamabah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya
bertambah.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung secara terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajarnya berikutnya. Misalnya, jika seseorang
anak belaja menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa
menulis menjadi dapa menulis.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
26
29
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008),h. 15.
27
3. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek
materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah lakuk
yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-
macam. Oleh karena itu, belajar pun mempunyai jenis-jenisnya sebagai berikut:
a. Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari yang abstrak
diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atau prinsip,
konsep, dan generalisasi.
b. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan
motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
atau neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasaui
keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan
intensif dan teratur sangat diperlukan.
c. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah masalah
dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah
untuk menguasai pemahamn dan kecakapan dalam memecahkan masalah
28
hal ini kemampuan mengenai secara tepat terhadap nilai objek tertentu
misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
h. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini
juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk
menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan
eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa
memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiata
khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat
laboratirium dan penelitian lapangan.31
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Rosdakarya, 2008), h. 122
30
a. Inteligensi Siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyelesaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi,
inteligensi yang sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response
tendency) dengan cara relative tetap terhadap objek orang, barang,
dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c. Bakat Siswa
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian,
sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakatdalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip
dengan inteligensi. Itulah sebabny seorang anak yang berinteligensi
sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior)
disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
d. Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam
psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-
faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan.
e. Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik
manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat
32
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,
2008), h. 122.
34
yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul
satu sama lain (a language is a structured system of arbritary vocal symbol by
means of which member of a social group interact).
Ronald Wardhaugh, seorang Linguis Barat, dalam Introduction to
Linguistics memberikan definisi sebagai berikut: “bahasa adalah suatu sistem
simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk komunikasi manusia (a
system of arbritary vocal symbol used of human communications).33
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh
dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi.
Kaidah aturan, dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan
tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik,
penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama, dan
identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan
adalah bahasa sekunder. Arbitrer, yaitu tidak adanya hubungan antara lambang
bunyi dengan bendanya.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan
tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukan. Lidah setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-
kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan
bicara atau target komunikasi.
Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara
bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih
digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki
bahasa sendiri. 34
Dari beberapa pengertian tentang bahasa, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat dipakai oleh
33
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal 21.
34
http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-
bahasa-indonesia
35
35
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
FITK PRESS, 2010), hal 2
36
dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa tersebut. Bahasa juga
melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan,
kemauan bahkan dan melambangkan tingkah laku seseorang.
Kedudukan bahasa mempunyai dua kedudukan, yaitu kedudukan
sebagai bahasa nasional dan kedudukan sebagai bahasa negara. Bahasa nasional
mulai berlaku sejak tanggal 28 Oktober 1928 yang biasa diperingati Hari Sumpah
Pemuda. Bahasa negara mulai berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945 dengan
adanya Pancasila dan UUD 1945 pasal 36 yang isinya tentang bahasa Indonesia.
4. Ragam Bahasa
Ragam bahasa secara garis besarnya terbagi atas ragam bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis. Keduanya mempunyai perbedaan yang sangat jelas. Ragam
bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau pengucapan, intonasi,
kosakata (baku dan tidak baku), dan penyusunan kalimat yang agak longgar (baku
dan tidak baku). Ragam bahasa lisan menghendaki orang kedua atau teman
berbicara. Ragam ini sangat terikat dengan situasi, kondisi, ruang, dan waktu.
Beberapa contoh ragam lisan:
1. Fotokopi ijazah harus diregalisir dulu oleh Dekan.
2. Karena hari hujan, motornya nabrak trotoar di tepi jalan.
3. Mereka sedang bikin proposal penelitian.
4. Saya sudah kasih tau tentang hal itu.
36
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
FITK PRESS, 2010), hal 2
37
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia,
(Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
38
38
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia,
(Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
39
4. Ragam temporal
Varian bahasa yang dipakai dalam kurun waktu tertentu. Seperti bahasa yang
dipakai dalam tahun 1945 Djakarta tetapi zaman sekarang sudah menjadi
Jakarta
.
5. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Di atas sudah dinyatakan bahwa adanya bahasa sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan tersebut melahirkan ragam bahasa. Ragam bahasa baku digunakan di
forum ilmiah. Demsikian pula, ragam tidak baku digunakan di forum tidak resmi.
Ragam bahasa anak muda digunakan di forum anak muda. Ragam bahasa pasar
digunakan di pasar. Berbicara dengan orang yang rendah pendidikannya, kita
harus menggunakan kosakata yang sederhana. Para ulama menggunakan bahasa
agama dalam berkomunikasi dengan umatnya.
Semua ragam itu tidak dapat ditukar. Jika ditampilkan dengan pakaian,
ragam bahasa adalah jenis pakaian yang selalu disesuaikan dengan
peruntukannya. Pakaian renang tentu tidak baik dipakai pada forum pesta.
Demikian pula sebaliknya. Pakaian senam tidak sesuai digunakan pada forum
resmi misalnya rapat atau sebaliknya. Demikian pula dengan bahasa, jika ditukar
penggunaan bahasa menjadi tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa
yang baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal
ini biasanya berhubungan dengan nilai rasa. Seseorang bisa saja menguasai
bahasa lisan secara fasih, namun sulit menguasai bahasa tulis dengan baik karena
berbeda ragamnya. Orang yang menguasai bahasa Indonesia ragam lisan belum
tentu dapat menggunakan ragam tulis dengan baik.
40
Adapun bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah
yang ada. Bahasa yang benar harus menggunakan tatabahasa, sistem ejaan,
artikulasi, dan kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa. 39
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa yang mengikuti
kaidah bahasa yang sudah ditetapkan seperti EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
dan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam penggunaan bahasa
yang baik dan benar harus sesuai dengan kondisi dan situasi di mana seseorang
melakukan komunikasi.
39
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A., Displin Berbahasa Indonesia,
(Jakarta: FITK PRESS, 2010), hal 2.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui pendekatan kualitatif.
Pendekatan ini dilakukan pada metode analisis deskriptif.
41
42
sampel dalam penelitian ini dan sampel diambil sesuai dengan banyaknya
siswa, yaitu 31 siswa.
3. Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam
suatu penelitian kualitatif. Dalam teknik ini, penulis melakukan
wawancara langsung dengan pihak terkait serta mengetahui terhadap
permasalahan yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar khususnya
dalam minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMA PGRI 56 Ciputat.
Berikut ini terdapat kisi-kisi angket tentang minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran bahasa Indonesia.
Table 1
Kisi-kisi Angket tentang Minat Belajar Siswa terhadap
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan-
pernyataan yang dibentuk berupa angket, yang kemudian diberikan kepada objek
penelitian, yaitu siswa-siswi yang peneliti pilih dan menjadi sampel dalam
penelitian.
Selain angket di atas, peneliti juga menggunakan instrument wawancara
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru bahasa Indonesia untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang penelitian mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Tabel 2
Skor Item Alternatif Jawaban Positif dan Negatif
No Alternatif Jawaban Nilai
Positif (+) Negatif (-)
1 Ya 5 4
2 Tidak 4 5
P = F x 100%
N
Keterangan:
P : Angka Persentase
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab IV ini akan dijabarkan tentang hasil penelitian yang terkait
dengan gambaran umum SMA PGRI 56 Ciputat dan hasil analisis data.
45
46
Program IPS
Bahasa Indonesia : 6,27
Bahasa Inggris : 8,65
Matematika : 8,39
Ekonomi : 8,37
Sosiologi : 7,37
Geografi : 6,62
Tahun 2009/2010 mempunyai data Pendaftaran Siswa Baru (PSB) beserta
jumlah siswanya, maka data dan jumlah siswa tersebut adalah data siswa yang
mendaftar siswa laki-laki 40 dan siswa perempuan 30. Sedangkan siswa yang
diterima di SMA PGRI 56 Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah siswa laki-laki 31
dan siswa perempuan 29.
Jumlah siswa untuk SMA PGRI 56 Ciputat ada tiga kelas, yaitu jumlah
siswa untuk kelas X 59 siswa yang terdiri dari 31 siswa laki-laki dan 28 siswa
perempuan. Kelas XI 68 siswa yang terdiri dari 33 siswa laki-laki dan 35 siswa
perempuan. Sedangkan kelas XII 92 siswa yang terdiri dari 52 siswa laki-laki dan
40 siswa perempuan. Maka, jumlah seluruh siswa PGRI 56 Ciputat Tahun
Pelajaran 2009/2010 adalah 219 siswa baik siswa laki-laki maupun siswa
perempuan.
VISI DAN MISI SMA PGRI 56 Ciputat:
Visi: Menjadikan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai pusat pengembangan
pendidikan, kebanggaan masyarakat yang menghasilkan kader-kader bangsa
berkualitas yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ.
Misi: 1. Menyelenggarakan pendidikan umum yang bersifat nasional
2. Menghasilakn tamatan yang kompeten, terampil dan bermutu
3. Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa dan Negara
4. Menjadikan lembaga pendidikan kebangsaan masyarakat Ciputat dan
sekitarnya
5. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan
potensi siswa dalam membentuk manusia seutuhnya.
47
2. Kurikulum
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah harus mempunyai pedoman
dan pegangan di dalam belajar, khususnya bagi seorang pendidik atau guru.
Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan pendidikan nasional yang
berlakukan sekarang ini, garis-garis besar pedoman pengajar dan pedoman
pelaksanaan di dalam kurikulum.
Oleh karena itu, kurikulum di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu kurikulum
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah disempurnakan atau
suplemen dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3
Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat
No Mata Pelajaran Jam
2 Pendidikan kewarnegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Bahasa Inggris 6 6 6
5 Matematika 6 6 6
6 Fisika 2 1 2
7 Biologi 2 1 2
8 Kimia 2 1 2
9 Sejarah 2 2 3
10 Geografi 2 2 3
11 Ekonomi 2 1 2
48
12 Sosiologi 2 1 2
13 Seni Budaya 2 2 4
14 Pendidikan Jasmani, 2 2 4
Olahraga, dan Kesehatan
16 Pengembangan Diri 2 2 4
a. Tenaga Pengajar
Tabel 4
Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat
No Nama Jenis Pendidikan Bidang Studi
Kelamin
1 Drs. Asep Setiadi, M.Pd L S2 Fisika
24 Titin Kurniani P - -
50
26 Kusnandar, A.Md L - -
31 Tugimin L - Pesuruh
32 Lili L - Pesuruh
Tabel 5
Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat
No Tenaga Tata Usaha Jumlah Staf TU
Jumlah 4 orang
51
Tabel 6
Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat
No Tenaga Penjaga Jumlah
1 Satpam 3 orang
Jumlah 3 orang
b. Siswa
Jumlah siswa SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 219 siswa.
Yang terdiri dari kelas X sebanyak 59 siswa, kelas XI sebanyak 68 siswa,
dan kelas XII sebanyak 92 siswa. Untuk memperjelas pernyataan di atas,
maka dilihat tabel di bawah ini:
Table 7
Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Jenis Kelamin
No Kelas Jenis kelamin Jumlah
L P
1 Kelas X 31 28 59
2 Kelas XI 33 35 68
3 Kelas XII 52 40 92
Jumalah 116 103 219
B Kegiatan Belajar
C Penunjang Pendidikan
2. Angket
Data yang telah dikumpulkan, di analisis dengan tujuan dapat menarik
kesimpulan dengan baik. Pengolahan data yang masuk, ditempuh dengan cara
menstabulasikan, menganalisa, dan menafsirkan tiap-tiap data dari masing-
masing responden atau individu.
Setelah diperoleh data dari hasil angket, kemudian data tersebut
diolah dalam bentuk tabel deskriptif persentase dengan menggunakan rumus:
P = F x 100%
N
Keterangan:
P : Angka Persentase
F : Frekuensi (jumlah jawaban responden)
N : Number of Case (banyaknya individu)
Adapun sejumlah pernyataan yang penulis berikan kepada para
responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:
Table 9
Siswa Semangat Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia
sampai akhir Pelajaran
Alternatif Jawaban F %
Ya 10 32.2
Tidak 21 67,7
Jawaban 31 100
Tabel 10
Siswa Berusaha Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru
Baik dan Benar
Alternatif Jawaban F %
Ya 11 35,5
Tidak 20 64,5
Jawaban 31 100
Table 12
Siswa Mengerjakan Tugas atau PR dengan Mencontek Hasil
Pekerjaan Teman
Alternatif Jawaban F %
Ya 22 70,9
Tidak 9 29
Jawaban 31 100
Tabel 13
Ketika Siswa Diberi Tugas atau PR dengan Sungguh-Sungguh
Saya Mengerjakannya
Alternatif Jawaban F %
Ya 15 48,3
Tidak 16 51,6
Jawaban 31 100
Tabel 14
Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia Dimulai, Siswa Mempersiapkan
Buku Bahasa Indonesia Terlebih Dahulu.
Alternatif Jawaban F %
Ya 10 32,2
Tidak 21 67,7
Jawaban 31 100
Tabel 15
Siswa Mengkaji Ulang Pelajaran Bahasa Indonesia Di rumah
Alternatif Jawaban F %
Ya 3 9,6
Tidak 28 90,3
Jawaban 31 100
Tabel 16
Siswa Sungguh-Sungguh Memperhatikan Pelajaran Bahasa Indonesia
yang telah Dijelaskan
Alternatif Jawaban F %
Ya 11 35.5
Tidak 20 64,5
Jawaban 31 100
Tabel 17
Siswa Menjawab Pertanyaan yang Diberikan oleh Gurunya
Alternatif Jawaban F %
Ya 23 74,2
Tidak 8 25,8
Jawaban 31 100
Tabel 18
Siswa Mengungkapkan Pendapat saat Diskusi Pelajaran Bahasa Indonesia
Berlangsung
Alternatif Jawaban F %
Ya 10 32,2
Tidak 21 67,7
Jawaban 31 100
Tabel 19
Ketika ada Tugas atau PR, Siswa Berusaha Mengerjakannya sampai Tuntas
Alternatif Jawaban F %
Ya 13 42
Tidak 18 58
Jawaban 31 100
Tabel 20
Siswa Membaca Buku yang Berkaitan tentang Bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban F %
Ya 7 22,6
Tidak 24 77,4
Jawaban 31 100
Tabel 21
Siswa Mencatat Materi Bahasa Indonesia yang telah Dijelaskan
oleh Guru dengan Teliti
Alternatif Jawaban F %
Ya 12 38,7
Tidak 19 61,3
Jawaban 31 100
Tabel 22
Ketika Diberi Tugas atau PR, Siswa Mengerjakannya Sendiri
Alternatif Jawaban F %
Ya 5 16,1
Tidak 26 83,8
Jawaban 31 100
Tabel 23
Siswa Belajar Bahasa Indonesia saat ada Waktu Luang
Alternatif Jawaban F %
Ya - -
Tidak 31 100
Jawaban 31 100
Tabel 24
Ketika Guru Memberi Kesempatan untuk Mengungkapkan
Pendapat, Siswa Memanfaatkan Kesempatan itu
Alternatif Jawaban F %
Ya 15 48,4
Tidak 16 51,6
Jawaban 31 100
Tabel 25
Ketika ada Materi Bahasa Indonesia yang tidak Siswa Mengerti,
Siswa Berusah Mempelajarinya dengan Teliti
Alternatif Jawaban F %
Ya 9 29
Tidak 22 70,9
Jawaban 31 100
Tabel 26
Siswa Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia terlebih dahulu
sebelum Pelajaran Dimulai
Alternatif Jawaban F %
Ya 1 3,2
Tidak 30 96,8
Jawaban 31 100
Tabel 27
Siswa Berusaha untuk Memahami Materi Bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban F %
Ya 13 42
Tidak 18 58
Jawaban 31 100
Tabel 28
Siswa Senang Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban F %
Ya 14 45,2
Tidak 17 54,8
Jawaban 31 100
C. Pembahasan
1. Berdasarkan data di atas dapat diketahui, bahwa tingkat minat belajar
siswa terhadap pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat
masih perlu mendapatkan perhatian lagi baik dari guru (pendidik) dan
lingkungan sekitarnya. Tingkat minat belajar siswa terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat dapat dilihat dari
analisis data penulis berupa angket.
64
setiap anaknya tentang belajar di sekolah dan melihat tingkat nilai yang
dimiliki oleh kemampuan anakanya. Orang tua pun jangan suka memarahi
anaknya, jika anaknya tersebut mendapat nilai yang tidak memuaskan.
Tetapi, sebagai orang tua harus memberikan motivasi dan semangat pada
anaknya masing-masing.
Selain, dorongan dari pendidik dan orang tua yang dapat
menimbulkan minat belajar siswa. Tetapi, ada juga dorongan dari seorang
teman yang dapat menciptakan minat belajarnya. Seorang teman juga
peran seperti orang tua dan pendidk yang memberikan motivasi dan
semangat positif kepada temannya untuk meraih dan mencapai sesuatu
yang diinginkan oleh temannya sendiri.
3. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu rasa semangat siswa
dalam mengikuti palajaran bahasa Indonesia hanya 32,2% dan 67,7%
siswa itu tidak ada rasa semangat dalam mengikuti pelajaran bahasa
Indonesia. Rasa senang untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia hanya
45,2% sedangkan 54,8% siswa tidak senang terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia, hal itu dapat dilihat dari tabel 9 dan tabel 27.
Siswa SMA PGRI 56 pun kurang memiliki minat terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia, contohnya seperti tabel 20 di mana siswa
hanya sebanyak 22,6% siswa membaca buku yang berkaitan tentang
bahasa Indonesia sedangkan sebanyak 77,4% siswa tidak ada minat untuk
membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia. Tabel
19 siswa pun ketika ada tugas atau PR bahasa Indonesia tidak ada niat
untuk mengerjakan sampai tuntas, hal ini dapat dilihat dari hasil
persentasenya. Sebanyak 58% siswa tidak mengerjakan sampai tuntas
sedangkan 42% siswa baru mengerjakannya sampai tuntas. Hal ini terbukti
bahwa niat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia masih
berkurang.
Sarana dan prasarana di SMA PGRI 56 Ciputat juga masih
kurang, seperti Lab.Bahasa yang masih belum mendukung kegiatan belajar
66
mengajar. Maka, minat belajar siswa pun msih berkurang karena tidak di
dukung oleh fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini penulis
dapat dari hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMA PGRI
56 Ciputat.
Dorongan atau perhatian guru pun sangat berpengaruh untuk
minat belajar siswa. Tabel 16 sebanyak 64,5% siswa tidak memperhatikan
guru ketika menjelaskan pelajaran sedanga\kan hanya 35,5% siswa
memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran. Maka, guru harus lebih
dorongan kepada siswanya agar siswanya mau memeperhatikan. Dorongan
dari orang tua dapat dilihat dari tabel 15 sebanyak 90,3% siswa tidak
mempelajari kembali mata pelajaran bahasa Indonesia di rumah.
Sedangkan hanya 9,6% siswa mempelajari kembali mata pelajaran bahasa
Indonesia di rumah. Sangat rendah sekali dorongan atau perhatian orang
tua terhadap anaknya.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas XI
SMA PGRI 56 Ciputat, dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI
56 Ciputat mempunyai masih perlu mendapatkan perhatian dan perlu di
tingkatkan lagi. Karena, mata pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan
dan sangat mendukung siswa untuk lulus atau tidak dalam ujian nasional.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu perlunya rasa senang
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, motivasi atau dorongan dari guru,
orang tua, dan teman, serta minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia. Maka, pihak sekolah, orang tua, dan peran masyarakat harus
mendukung semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa agar
siswa tersebut mencapai sesuatu yang diinginkannya.
3. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sangatlah
berpengaruh untuk meningkatkan minat belajar siswa baik sekolah maupun di
lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor tersebut haruslah mencapai 100% agar
siswa lebih minat lagi untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkannya.
67
68
B. Saran
Mengacu pada penelitian yang menyatakan bahwa minat merupakan
faktor yang penting dalam pembelajaran siswa, penulis memberikan beberapa
saran:
1. Hendaknya kepada kepala sekolah SMA PGRI 56 Ciputat bekerja sama dengan
para guru-guru agar mengadakan program untuk menimbulkan minat belajar
siswa khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia. Karena mata pelajaran
bahasa Indoensia merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian
Nasional (UAN).
2. Hendaknya guru-guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia
memberikan faktor-faktor minat belajar siswa lebih ditingkatkan lagi. Karena,
faktor-faktor minat belajar siswa sangat dibutuhkan oleh siswa itu sendiri agar
siswa tersebut dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkannya.
3. Hendaknya semua faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa sangat
berpengaruh terhadap setiap mata pelajaran, khususnya mata pelajaran bahasa
Indonesia. Dan setiap guru harus mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-
faktor tersebut untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dengan mengetahui
itu semua, maka akan menjadi tolak ukur bagi setiap guru untuk selalu
meningkatkan minat yang ada pada diri siswa masing-masing.
69
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media Group. 2007.
Chaplin J.P., Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.
1. 2004.
Djamarah, Bahri Syaiful. Psikologi Belajari. Jakarta: Rineka Cipta, Cet 2. 2008.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. ke-2.
1996.
Shaleh, Abdul, Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana. 2003.
Sitepu, B.P. Penilaian Buku Sekolah. Analisis Pendidikan Kimia. Depdikbud. tt.
69
70
Soekarno dan Winataputra dalam Baharuddin dan Nur Wahyuni. Teori Belajar
dan Pembelajaran. Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu. 2002.
Uzer, Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet 20.
1997.
http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-
pelajaran-bahasa-indonesia. 16 Maret 2008.
71
Lampiran I
1. Identitas Respondens
Inisial :
Kelas :
2. Petunjuk
a. Berilah tanda silang (×) pada salah satu jawaban yang kamu anggap dengan
keadaan sebenarnya.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport atau nilai
pelajaran kamu di sekolah.
c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.
a. Ya b. Tidak
11. Ketika ada tugas atau PR, siswa berusaha mengerjakannya sampai tuntas
a. Ya b. Tidak
12. Siswa membaca buku yang berkaitan tentang pelajaran bahasa Indonesia
a. Ya b. Tidak
13. Siswa mencatat materi bahasa Indonesia yang telah dijelaskan oleh guru
dengan teliti
a. Ya b. Tidak
14. Ketika diberi tugas atau PR, siswa mengerjakannya sendiri
a. Ya b. Tidak
15. Siswa belajar bahasa Indonesia saat ada waktu luang
a. Ya b. Tidak
16. Ketika guru memberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat siswa
memanfaatkan kesempatan itu
a. Ya b. Tidak
17. Ketika ada materi bahasa Indonesia yang tidak siswa mengerti, siswa
mencoba mempelajarinya dengan teliti
a. Ya b. Tidak
18. Siswa membaca buku pelajaran bahasa Indonesia terlebih dahulu sebelum
pelajaran dimulai
a. Ya b. Tidak
19. Siswa berusaha untuk memahami materi bahasa Indonesia
a. Ya b. Tidak
20. Siswa senang mengikuti pelajaran bahasa Indonesia
a. Ya b. Tidak
Lampiran 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 A1 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 87
2 A2 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 87
3 A3 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 88
4 A4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 85
5 A5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 88
6 A6 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 89
7 A7 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 90
8 A8 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 88
9 A9 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 90
10 A10 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 87
11 A11 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 88
1
2
12 A12 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85
13 A13 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 88
14 A14 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 88
15 A15 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 86
16 A16 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 88
17 A17 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 87
18 A18 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 86
19 A19 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 89
20 A20 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 88
21 A21 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 88
22 A22 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 87
23 A23 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 88
24 A24 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 89
25 A25 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 88
26 A26 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 89
3
27 A27 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 85
28 A28 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 89
29 A29 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 90
30 A30 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 82
31 A31 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 85
Jumlah 2627
Lampiran 3
Wawancara pada observasi untuk siswa kelas XI yang dipilih secara acak.
5. Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat kamu
menyukai bahasa Indonesia?
1
2
Lampiran 4
4. Kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi siswa proses KBM
berlangsung terutama pelajaran bahasa Indonesia?
3
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA
Jawab : “Karena, saya telat dalam pendaftaran untuk sekolah di negeri. Waktu itu
saya masih di kampong bukan di Jakarta.
Tanya : “Di sekolah SMA PGRI 56, kamu ambil jurursan apa?”
Jawab : “Bahasa Indonesia pencakupannya luas dan materi yang dipelajari dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia juga luas, seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara. Karena, bahasa Indonesia pencakupannya luas.”
Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?”
4
Jawab : “Materi bahasa Indonesia semua saya suka, seperti drama, membuat puisi,
dan wawancara. Tetapi, dalam materi bahasa Indonesia ada juga materi
yang tidak saya suka seperti diskusi. Karena, setiap materi diskusi saya
tidak mencatat dan tidak mendengar penjelasan guru setiap materi
diskusi. Selain itu, saya juga tidak memperhatikan guru ketika
menjelaskan materi tentang diskusi.”
Jawab : “Proses belajar bahasa Indonesia di kelas saya cukup kondusif. Murid-
murid yang lain juga tidak terlalu bandel dan gurunya pun enak dalam
menyampaikan materi. Jika, salah satu murid yang tidak mengerti maka
guru pun mengulangi penjelasan materi yang tidak dimengerti.”.
Jawab : “Minat saya, dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu suka.
Karena, ketika belajar bahasa Indonesia sudah dimulai menurut saya
enak-enak saja. Saya, suka terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
karena ditunjang dengan gurunya yang enak dalam menyampaikan
materinya. Orang tua pun tidak mendorong saya, bila saya suka
pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi, orang tua menyerahkan sepenuhnya
terhadap saya.”
Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai bahasa Indoensia?”
Pewawancara Narasumber
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA
Jawab : “Karena, dengan sekolah di SMA PGRI 56 Ciputat saya ingin bertujuan
untuk berprestasi yang baiak dan bisa membanggakan kedua orang tua
saya.”
Jawab : “Saya, ambil jurusan IPA sekarang sudah kelas XI. Karena, jurusan IPS
guru-gurunya jarang masuk. Terus anak-anaknya juga tidak displin,
karena suka tauran, tidak mengerjakan PR di rumah dan lain-lain.”
Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?”
Jawab : “Saya tidak menyukai materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tetapi, saya lebih suka praktek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Contohnya praktek dalam materi wawancara. Saya, suka dengan adanya
praktek wawancara karena dapat melatih kita untuk berhadapan dengan
orang lain.”
Jawab : “Proses belajar di kelas saya mencatat, membaca, mengisi soal-soal, dan
member nilai pada masing-masing tugas. Saya, tidak terlalu suka cara
metode guru saya dalam menyampaikan materi kurang jelas. Karena,
ketika guru saya menjelaskan materi apabila salah satu murid tidak
mengerti. Maka, guru saya hanya menjelaskan saja dan penjelasan
tersebut tidak dijelaskan secara menyeluruh. Kemudian, ketika guru saya
menjelaskan ada murid yang tidak memperhatikan. Guru saya hanya
diam saja tidaj berusaha untuk menegurnya.”
Jawab : “Saya, senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia seperti membuat
naskah drama, membuat puisi, membuat karya tulis. Karena, dengan
adanya kegiatan tersebut dapat mendorong saya untuk menjadi pemain
drama dan penulis yang baik. Guru saya pun mendorong saya untuk
lebih giat dan berusaha terus agar yang saya inginkan dapat tercapai.
Dengan adanya, dorongan guru saya maka saya senang terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan minat saya.”
Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai bahasa Indoensia?”
8
Pewawancara Narasumber
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA
Jawab : “Saya menyukai materi karya tulis, pantun, puisi, dan drama dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia.”
Tanya : “Menurut kamu materi bahasa Indonesia seperti apa, yang kamu sukai?”
Jawab : “Seperti menghafal, dan menjelaskan itu menjadi prioritas dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Seperti keterampilan yang terdapat dalam
materi bahasa Indonesia, yaitu membaca, menyimak, menulis, dan
10
Jawab : “Kurang menyenangkan, terutama pada anak-anak putra yang tidak suka
dan menganggap gampang atau terlalu meremehkan pelajaran bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, minat belajar siswa terhadap mata peljaran
bahasa Indonesia kurang diminati.”
Jawab : “Minat saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu.
Karena, sya selalu menganggap gampang dan meremehkan dalam setiap
mata pelajarannya.”
Tanya : “Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai bahasa Indonesia?”
Pewawancara Narasumber
HASIL WAWANCARA
Jawab : “tidak ada strategi khusus dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi ada
metode yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia yaitu ceramah,
diskusi, praktek, dan penugasan itulah yang saya lakukan selama
pelajaran berlangsung.”
Jawab : “Tingkat kemampuan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia cukup
bagus dan sangat memahaminya. Tetapi, masih ada materi bahasa
Indonesia yang masih siswa butuhkan penjelasan dari gurunya.”
Tanya : “Kendala atau kesulitan apa saja yang dihadapi siswa dalam proses KBM
berlangsung terutama pelajaran bahasa Indonesia?”
12
Jawab : ”Kendala yang dihadapi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah
kurangnya alat untuk melengkapi pembelajaran seperti LCD dan Lab.
Bahasa yang belum bisa digunakan. Dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia juga masih ada yang belum diminati oleh siswa seperti materi
drama, puisi, dan membaca novel. Karena pada saat saya menerangkan
siswa tidak serius atau tidak memperhatikan saya ketika menjelaskan.”
Pewawancara Narasumber