Joint Venture merupakan bentuk persekutuan (partnership) yang asalnya digunakan
dalam ekspedisi perdagangan maritim pada masa Yunani dan Romawi. Tujuan pembentukan tersebut adalah menggabungkan partisipasi manajemen dan kontribusi modal dalam mengusahakan penyelesaian proyek perdagangan terbatas. Saat ini bentuk Joint Venture tidak hanya terbatas pada persekutuan, tetapi juga berbentuk korporasi baik domestik maupun asing, bersifat temporer maupun permanen. Bentuk umum dari tipe Joint Venture yang bersifat temporer, adalah pembentukan sindikat bankir investasi (investment banker) yang membeli surat berharga dari perusahaan penerbit dan memasarkannya ke publik. Joint Venture beranggotakan lebih dari satu partisipan, sehingga risiko dan hasil investasi dapat dibagi rata. Risiko dan hasil investasi akan terlalu besar atau terlalu kecil jika ditanggung oleh satu pihak (partisipan). Dalam Joint Venture dimungkinkan adanya penggabungan teknologi, pasar, dan sumber daya manusia untuk meningkatkan laba potensial bagi semua partisipan. Area lain dalam Joint Venture yang umum adalah penjualan tanah, eksplorasi dan pengeboran minyak, dan proyek konstruksi. Bentuk usaha Joint Venture mulai marak dan berkembang penggunaannya pada pertengahan tahun 1990-an. Contohnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang telekomunikasi biasanya mencari rekanan Joint Venture untuk menambah ukuran (pasar) dan modal. Tujuan dari rancangan Joint Venture semacam ini menghimpun modal dalam rangka mengikuti tender triliunan rupiah untuk mendapatkan perijinan komunikasi personal dan membangun jaringan telepon nasional tanpa kabel. Orang bisa memahami keuntungan yang didapatkan dari Joint Venture ini adalah untuk menghindari biaya akuisisi yang mahal.