Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN DAN DISKUSI

No. Permasalahan Teori


yang didapat
1. Pasien datang ke Poli Paru RSU Penyakit paru obstruktif kronik sering dikaitkan
HKBP Balige tanggal 22 dengan gejala eksaserbasi akut. Pasien PPOK
September 2016 dengan keluhan dikatakan mengalami eksaserbasi akut apabila
sesak napas. Hal ini dialami pasien kondisi pasien mengamali perburukan yang bersifat
setahun yang lalu dan memberat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil. Dan
sejak 6 bulan yang lalu. Sesak dengan variasi gejala harian normal sehingga pasien
napas berhubungan dengan memerlukan perubahan pengobatan yang sudah
aktivitas, tidak berhubungan biasa digunakan. Eksaserbasi aku ini biasanya
dengan cuaca. Sesak napas disebabkan oleh infeksi (bakteri/virus),
berkurang saat istirahat. Batuk (+) bronkospasme, polusi udara atau obat golongan
dialami ± 6 bulan ini, batuk sedatif. Sekitar 1/3 penyebab eksaserbasi akut masih
berdahak, dahak berwarna putih belum diketahui. Pasien yang mengalami
kental. Sakit kepala (+) dialami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala khas,
bersamaan dengan sesak napas. seperti sesak nafas yang samakin bertambah, batuk
Nyeri ulu hati (+), demam (-), produktif dengan perubahan volume atau purulensi
keringat malam hari (-), penurunan sputum atau juga dapat memberikan gejala yang
berat badan (-), BAK (+) normal, tidak khas seperti malaise, fatigue, dan gangguan
BAB (+) normal tidur. Gejala klinis pada PPOK eksaserbasi akut
terbagi menjadi 2 gejala yaitu gejala respirasi dan
sistemik. Gejala respirasi yaitu, berupa sesak nafas
yang semakin berat, peningkatan volume dan
purulensi sputum, batuk yang semakin sering dan
nafas yang dangkal dan cepat. Gejala sistemik
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh,
peningkatan denyut nadi serta gangguan mental
pasien.

2. Dari pemeriksaan fisik dijumpai Dari pemeriksaan fisik ditemukan


pasien mengalami pernafasan  Inspeksi
cuping hidung, dan pada inspeksi
Thoraks : - Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup
Sela iga melebar, hipertrofi otot mencucu)
bantu nafas. - Barrel chest (diameter antero - posterior dan
 Palpasi : SF : ki=ka (kesan transversal sebanding)
melemah) - Penggunaan otot bantu napas
 Perkusi : Hipersonor pada
- Hipertropi otot bantu napas
kedua lapangan paru
 Auskultasi: - Pelebaran sela iga
SP :Vesikuler Melemah. - Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat
Ekspirasi memanjang denyut vena jugularis leher dan edema tungkai
ST :Wheezing pada lapangan
- Penampilan pink puffer atau blue bloater.
paru bawah dextra.
 Abdomen: nyeri tekan  Palpasi
epigastrium (+) Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
 Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung
mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong
ke bawah
 Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas
biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas
dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme
tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi
sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.

3. Penatalaksanaan yang diberikan Penatalaksanaan yang dilakukan pada PPOK adalah:


pada pasien ini adalah a. Pemberian Bronkodilator
 O2 1-2 l/i Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari
 IVFD RL 20 gtt/i ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan
 Inj.Cefriaxone 1 gr/12 jam
klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk
 Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
 Azitromicin 1x 500mg obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan
 Nebul ventolin flexotide/8jam pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
 Ambroxol syr 3x 5ml diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow
 Dexanta syr 3x5ml
release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat,
disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi
sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).
- Golongan agonis beta – 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi
sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat
sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat
pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet
yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat
digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak
dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi berat.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut
dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi
sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti
uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan
VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan
minimal 250 mg.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik
yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin
makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin, kuinolon
makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
d. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut
karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi,
terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
pemberian rutin.
e. Antitusif
Diberikan dengan hati – hati

Anda mungkin juga menyukai