Anda di halaman 1dari 33

PENUGASAN

KEPERAWATAN BENCANA

DISUSUN OLEH :

DESY NORSHILA 1811006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2018-2019

Indonesia adalah wilayah yang sangat rawan terjadi bencana alamo Selain wilayahnya
yang dilintasi JaJaran pegunungan berapi, letak di antara 2 samudera besar memberikan
kemungkinan Indonesia akan sering dilibas bencana badai laut yang hebat. BPPT
memberikan peringatan bahwa Indonesia akan menjadi sasaran Tsunami setelah
Amerika Selatan dan Jepang (KR, 12-3-2003, h. 1; Jackson & Jackson, 1996). Bencana
itu selain merusak Iingkungan juga menelan korban jiwa dan menyisakan stres bagi
masyarakat yang menjadi korban. Peringatan itu benar terjadi ketika Aceh dan sebagian
Sumatera Utara diguncang gempa tektonik tanggal 26 Desember 2004 yang
mengakibatkan terjadinya tsunami. Tsunami itu sendiri menghancurkan Aceh, sebagian
Sumatera Utara, Srilanka, India, Malaysia, Thailand dan sebagian benua Afrika. Iklim
Indonesiapun menentukan terjadinya bencana. Banjir mudah terjadi ketika musim
hujan dan kekeringan akan menyengsarakan pada saat kemarau. Faktor perubahan
kondisi alam memang memberi andil bagi membesamya bencana banjir dan kekeringan,
tetapi bukankah penyebab utamanya adalah perilaku manusia yang terlewat serakah.
Berbagai tempat di Indonesia pemah mengalami bencana alam yang amat dahsyat.
Gunung Galunggung di Jawa Barat pemah meletus dengan menelan korban harta, benda,
dan nyawa yang tidak sedikit. Hampir tiap tahun Gunung Merapi di Jogjayakarta
memiliki potensi menyemburkan wedus gembel. Bencana ini juga· mengakibatkan
korban yang lumayan besar. Bukan hanya bencana vulkanik, tetapi bencana tektonik
acapkali terjadi di Indonesia. Misalnya pada tahun 2002 terjadi bencana tektonik yang
menyebabkan Lampung porak poranda. Banyak rumah-rumah roboh. Nyawa manusia
melayang sia-sia

Sepanjang tahun 2017, Indonesia mencatat rangkaian peristiwa penting, tak terkecuali
bencana alam.Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa ada
2.175 kejadian bencana di Indonesia sejak awal tahun hingga 4 Desember 2017.Kejadian
itu terdiri dari banjir (737 kejadian), puting beliung (651 kejadian), tanah longsor (577
kejadian), kebakaran hutan dan lahan (96 kejadian), banjir dan tanah longsor (67
kejadian), kekeringan (19 kejadian), gempa bumi (18 kejadian), gelombang pasang/abrasi
(8 kejadian), serta letusan gunung api (2 kejadian).Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kejadian bencana di Indonesia
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut dia, sebanyak 95 persen kejadian
bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi."Yaitu bencana yang dipengaruhi
cuaca. (Seperti) longsor, kekeringan, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, dan
cuaca ekstrem," kata Sutopo dalam paparan di kantor BNPB, Jakarta, Selasa
(5/12/2017).BNPB mencatat jumlah korban meninggal mencapai 335 orang, korban luka-
luka sebanyak 969 orang, dan korban mengungsi dan menderita sebanyak 3,22 juta
orang.Berikut kami merangkum tujuh bencana alam terparah sepanjang tahun di
Indonesia.

1. 7 Kecamatan Sumbawa terendam banjir

Tahun 2017 diawali dengan bencana banjir yang melanda 7 kecamatan di kabupaten
Sumbawa, NTB. Hal ini karena hujan terus menerus mengguyur selama lima hari sejak
Senin (6/2/2017) hingga Sabtu (11/2/2017).Sutopo menyebut kecamatan yang dilanda
banjir saat itu adalah Labuan Badas, Empang, Terano, Sumbawa, Unter Iwes, Moyo
Utara, dan Moyo Hilir. Sebanyak 49.541 jiwa terdampak banjir di 7 kecamatan itu.

2. Daerah bekas longsor Ponorogo ditetapkan sebagai Zona Merah

Dua anjing pelacak Polda Jatim membantu mencari korban hilang tanah longsor di Desa
Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin (3/4/ 2017).
(Muhlis Al Alawi/Kompas.com) Salah satu bencana terparah berikutnya adalah tanah
longsor yang terjadi di Dukuh Tingkil, Banaran, Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, pada 1
April 2017. Peristiwa itu setidaknya mengubur sekitar 30 rumah penduduk yang ada di
dua RT dan ladang dengan panjang mencapai 800 meter dan ketinggian 20 meter Sekitar
38 orang saat itu tertimbun tanah longsor. 7 orang dilaporkan meninggal dunia. Dari
kejadian ini, pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan kawasan longsor di Desa
Banaran, Pulung, Ponorogo sebagai zona merah. Artinya, kawasan ini dianggap
berbahaya dan dilarang ada aktivitas.

3. Kawah Sileri Dieng meletus dan daerah tersebut sempat ditutup sementara

Kawah Sileri Dieng, Jawa Tengah, meletus Minggu (2/7/2017). (Akun twitter
@sarwapramana)Kejadian ini terjadi pada Minggu, 2 Juli 2017. Akibat letusan kawah
yang terletak di kawasan pegunungan Dieng itu, ada belasan wisatawan luka-luka.Sutopo
menuturkan, letusan tersebut disertai lahar dingin, lumpur dan asap mencapai 50 meter.
Letusan mengenai sejumlah wisatawan yang berada di sekitar Kawah Sileri."Berdasarkan
laporan sementara dari BPBD Banjarnegara, saat terjadi letusan terdapat 17 orang
pengunjung atau wisatawan," kata Sutopo saat itu.

4. Penghujung tahun diwarnai gempa bumi

Peta gempa Tasikmalaya dan pengaruhnya di wilayah sekitar, Jumat (15/12/017) tengah
malam. (USGS.GOV)Beberapa kejadian gempa bumi lebih banyak terjadi pada semester
kedua 2017. Selain beberapa wilayah Indonesia Timur, yang terakhir juga terjadi gempa
dahsyat yang mengguncang selatan pulau Jawa.Gempa bumi terjadi di Ambon pada 31
Oktober 2017. Dalam waktu 14 jam sudah ada 88 kali gempa. Kerusakan yang dialami
saat kejadian ini adalah 40 rumah, 4 sekolah, dan 2 gedung kampus rusak.Gempa bumi
juga mengguncang Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, Rabu 6 Desember 2017.
Gempa berkekuatan 5,1 skala rhicter (SR) itu merusak 233 rumah di sana.Terbaru, terjadi
gempa Tasikmalaya pada Jumat (15/12/2017) tengah malam. Gempa ini dua kali
mengguncang selatan Jawa. Gempa pertama pukul 23.04 WIB dengan kekuatan
magnitudo 4,5 dan gempa kedua pada 23.47 dengan magnituo 6,9.Seperti diberitakan
Kompas.com Sabtu (16/12/2017), ada dua orang yang meninggal dunia akibat tertimpa
reruntuhan bangunan. Selain korban jiwa, ada tujuh warga terluka dan ratusan rumah
rusak. Sutopo menyebutkan, jumlah rumah rusak dan roboh sebanyak 43 unit, rusak
sedang 65 unit dan rusak ringan 10 unit.

Daerah yang terdampak gempa terdapat di Kabupaten Pangandaran, Tasikmalaya,


Ciamis, Kota Banjar, Garut, Cilacap, Kebumen, Kota Pekalongan, Banyumas, Brebes dan
Banjarnegara.

5. Gunung Sinabung meletus dua kali

Letusan Gunung Sinabung terlihat dari Desa Tiga Pancur di Karo, Sumatera Utara, Jumat
(3/11/2017). Pemerintah Kabupaten Karo masih menetapkan radius 5 kilometer dari
kawasan Sinabung sebagai zona terlarang karena erupsi yang hampir terjadi setiap hari
dengan tinggi kolom abu bervariasi. (Ivan Damanik/AFP Photo)Tahun ini Gunung
Sinabung yang ada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara meletus dua kali dengan
intensitas tinggi. Hal itu terjadi pada Sabtu, 20 Mei 2017 dan kedua pada Rabu, 2 Agustus
2017.Pada kejadian kedua, di hari itu, sejak pukul 8.00 pagi sampai 12.00 WIB terjadi
beberapa kali letusan dan 17 kali awan panas guguran."Tidak ada korban jiwa, namun
ribuan penduduk terdampak langsung dari hujan abu vulkanik akibat letusan Gunung
Sinabung," ucap Sutopo dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

6. Gunung Agung Meletus

Warga berdoa di rumahnya di Desa Besakih, Karangasem, Bali, Selasa (28/11/2017).


Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memantau kolom abu gunung
bertambah tinggi hingga 4.000 meter dalam enam jam terakhir sejak pukul 06.00 Wita
pada Selasa (28/11/2017). (Nyoman Budhiana/ANTARA Foto)Sebelum meletus pada
Selasa (21/22/2017) pukul 17.05 WITA, gunung Agung yang ada di Karangasem, Bali,
sudah menunjukkan aktivitasnya sejak pertengahan September.Selama bulan September,
sudah ada puluhan ribu orang yang melakukan evakuasi secara mandiri ke tempat yang
lebih aman. Jumlahnya hampir 100 ribu orang. Aktivitas gempa sampai (11/10/2017)
tercatat ada 18.228 kali gempa.Saat meletus, semburan abu mencapai tinggi kurang lebih
500-700 meter dan tertiup angin ke arah timur dan tenggara. Sejumlah desa di sekitar
lereng Gunung Agung terkena hujan abu vulkanik.Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan,
sampai 5 Desember 2017 belum ada penurunan status awas Gunung Agung di Bali.

"Tidak ada penurunan status awas. Meskipun sejak 30 November sampai sekarang tidak
ada erupsi, bahkan terjadi penurunan abu atau asap yang keluar dari kawah," kata Sutopo
dalam paparan di Jakarta, Selasa (5/12/2017).

7. Cempaka dan Dahlia Ukir Sejarah

Siklon tropis Cempaka pada Rabu (29/11/2017). (BMKG)

Cempaka dan Dahlia merupakan nama siklon tropis yang terjadi akhir November lalu.
Keduanya menjadi kali pertama dalam sejarah karena lahir dalam minggu yang
sama.Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) pada Senin (27/11/2017)
mengumumkan bahwa siklon tropis Cempaka terbentuk di perairan Selatan Jawa Tengah,
sekitar 100 kilometer sebelah selatan tenggara Cilacap.Rabu (29/11/2017), siklon tropis
Cempaka melemah dan menjauhi Indonesia, tetapi siklon baru bernama Dahlia lahir.
Dahlia lahir di wilayah 470 kilometer sebelah barat daya Bengkulu.Sutopo mengatakan,
siklon tropis Cempaka telah menyebabkan banjir, longsor, dan puting beliung di 28
kabupaten/kota di Pulau Jawa.Deretan bencana ini menyebabkan korban meninggal dan
hilang sebanyak 41 orang, terdiri dari 25 orang di Pacitan, 10 orang di Yogyakarta, empat
orang di Wonogiri, dan masing-masing satu orang di Wonosobo dan Purworejo.
Sementara itu, jumlah korban luka-luka mencapai 13 orang."Jumlah pengungsi mencapai
28.190 orang, dan mereka ini masih di pengungsian," kata Sutopo dalam paparan di
Kantor BNPB, Jakarta, Selasa (5/12/2017).Adapun, dampak kerusakan yang ditimbulkan
oleh siklon tropis Cempaka yakni 4.888 rumah rusak, 3.212 terendam, 36 unit jembatan
rusak, 21 fasilitas pendidikan rusak, empat fasilitas peribadatan rusak, dan dua unit
fasilitas kesehatan.

Menurut catatan The Global Seismic Hazard Assesment Program disebutkan


bahwa Indonesia merupakan negara yang dilintasi secara sinambung jaring kerja
geothermal sehingga tidak aneh jika Indonesia rentan terjadi letusan gunung berapi,
gempa bumi, retakan lapisan tanah dan semburan gas bumi. Indonesia juga termasuk .
kawasan kemungkinan gempa berskala tinggi. Indonesia merupakan negara yang
dikurung oleh lempeng tektonik dengan potensi gempa besar. Potensi gempa bawah laut
sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, laut Sulawesi dan sepanjang pantai
kepulauan Papua rawan gempa yang memiliki potensi terjadinya tsunami. Tsunami
pemah beberapa kali terjadi di Indonesia. Magnitude dan korban terbesar terjadi
beberapa waktu lalu di Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Tsunami merupakan bencana
yang terjadi secara periodik. Beberapa lokasi berpotensi dan pemah terkena tsunami.
Karena Indonesia merupakan

Karena indonesia merupakan daerah yang rawan bencana rawan bencana, maka
faktor alam yang luas dan beraneka ragam menjadi potensi penyebab bencana alamo
Korban yang ditimbulkannya cukup besar. Selain korban harta benda, juga memiliki
efek samping negatif bagi kondisi psikologis man usia. Melihat realitas tersebut,
tulisan ini bermaksud menjelaskan secara definitif, cm, jenis dan dampak mengenai
bencana alam dan bencana teknologi. Selain itu dalam tulisan ini juga menyinggung
mengenai bencana racun, bencana biologis, bencana nuklir, bencana elektromagnetik
dan polusi udara. Pemaparan lain yang disampaikan pada tuHsan ini, juga mengangkat
tentang efek sam ping psikologis bagi manusia yang terkena bencana alam dan
sumbangan Ilmu Psikologi dalam mencermati bencana terutama mencermati model
coping terhadap bencana.

Disaster didefinisikan sebagai konsekuensi negatif yang ekstrem sebagai


sebuah akibat sekaligus menunjukkan dampak yang dihasilkan oleh interaksi antara
kejadian alami dengan sistem sosial. Disaster menghubungkan antara bencana yang
menyebabkan kerugian namun juga memberikan dampak menguntungkan (Veitch, dkk.,
1995). Selain itu Bell, dkk. (1996) mendefinisikan disarter sebagai kekuatan alam yang
bukan di bawah kontrol manusia dan menyebabkan bencana yang menimbuikan
kerusakan dan kematian.Peristiwaperistiwa yang berhubungan dengan disaster antara lain
angin ribut (topan), tornado, gempa bumi, dan tsunami. Pihak yang terlibat dalam
disaster, yaitu yang dimaksudkan sebagai penyebab terjadinya bencana, meliputi
kejadian alam (act of God) dan perbuatan manusia (humanmade). Gempa bumi dan
gunung meletus adalah kejadian alam murni yang pengaruhnya bersifat akut. Banjir dan
kekeringan adalah bencana. yang ditimbulkan oleh perbuatan manusia yang mengurangi
jumlah tanaman pelindung mala air tanah (Illegal logging, penjarahan). Revolusi Hijau
yang dilaksanakan di Indonesia sejak 1970-an di satu sisi meningkatkan produksi
pangan, juga mengurangi banyak sekali luas hutan dan berdampak pada banjir.
Demikian reklamasi pantai pada kota-kota di Pulau Jawa memberikan sumbangan
kemajuan kota namun hilangnya rawa-rawa
STRUKTUR ORGANISASI

PENCARIAN NASIONAL BADAN DAN PERTOLONGAN

Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008 Tentang Organisasi


dan Tata Kerja Badan SAR Nasional, dan Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian
dan Pertolongan Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan terdiri atas:

1.Kepala Badan

Kepala Badan Nasional Penelusuran dan Pertolongan yang ditunjuk langsung oleh
Presiden yang melakukan tugasnya yang bertanggung jawab kepada Presiden.

2.Sekretariat Utama

Sekretariat Utama adalah tidak bertanggung jawab atas pimpinan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pencarian Nasional dan Pertolongan.
Sekretariat Utama dipimpin oleh Sekretaris Utama yang terdiri atas 3 (tiga) biro yaitu
Biro Umum, Biro Perencanaan, serta Biro Hukum dan Kepegawaian.

3.Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, dan Sistem Komunikasi Pencarian dan
Pertolongan Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, dan Sistem Komunikasi Pencarian dan
Pertolongan tidak sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan di bidang sarana dan prasarana dan sistem komunikasi yang ada di bawah
dan didukung jawab kepada Kepala Badan Pencarian Nasional dan Pertolongan. Deputi
Bidang Sarana dan Prasarana, dan Sistem Komunikasi Pencarian dan Pertolongan
dipimpin oleh Deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat yaitu Direktorat Sarana dan
Prasarana dan Direktorat Sistem Komunikasi.

4. Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan, Dan Kesiapsiagaan

Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan, Dan Kesiapsiagaan tidak pelaksana
tugas dan fungsi Badan Pencarian Nasional dan Pertolongan di bidang operasi pencarian
dan pertolongan yang ada di bawah dan dipertanggung jawabkan oleh Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan . Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan, Dan
Kesiapsiagaan dipimpin oleh Deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat yaitu Direktorat
Operasi dan Direktorat Kesiapsiagaan.

5.Deputi Bidang Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan

Deputi Bidang Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan adalah tidak pelaksana
sebagian tugas dan fungsi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan di bidang tenaga
dan potensi pencarian dan pertolongan yang ada di bawah dan bertanggung jawab di
Badan Badan Pencarian dan Pertolongan . Bidang Tenaga dan Potensi Pencarian dan
Pertolongan dipimpin oleh deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat yaitu Direktorat
Bina Tenaga dan Direktorat Bina Potensi.

6.Pusat Data dan Informasi

Pusat Data dan Informasi bukan penunjang Badan Pencarian Nasional dan Pertolongan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pencarian Nasional
dan Pertolongan melalui Sekretaris Utama. Pusat Data dan Informasi dipimpin oleh
Kepala. Pusat Data dan Informasi yang mendukung tugas pengelolaan data dan informasi
serta pengembangan sistem informasi.

7.Inspektorat Inspektorat tidak mengawasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Pencarian Nasional dan Pertolongan melalui Sekretaris Utama.
Inspektorat dipimpin oleh Inspektur.

8.Unit Pelaksana Teknis

Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas teknis dan / atau teknis penunjang di Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan, Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan
bertanggung jawab atas Kepala Badan Pencarian Nasional dan Pertolongan.
Peraturan pemerintah republik indonesianomor 23 tahun 2008tentangperan serta lembaga
internasional dan lembaga asing nonpemerintah dalam penanggulangan bencana Dengan
rahmat tuhan yang maha esapresiden republik indonesia,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, perlu


menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan
Lembaga Asing Nonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana; Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana (Lembaran


Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4723);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERAN SERTA

LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING

NONPEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN

BENCANA.

BAB I . . .

-2-

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Lembaga internasional adalah organisasi yang beradadalam lingkup struktur organisasi


PerserikatanBangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugasmewakili Perserikatan Bangsa-
Bangsa atauorganisasi internasional lainnya.
2. Lembaga asing nonpemerintah adalah suatu lembaga internasional yang terorganisasi
secara fungsional bebas dari dan tidak mewakili pemerintahan suatu negara atau
organisasi internasional yang dibentuksecara terpisah dari suatu negara di mana
organisasiitu didirikan.

3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalahserangkaian upaya yang meliputi


penetapankebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggapdarurat, dan rehabilitasi.

4. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yangselanjutnya disingkat dengan BNPB


adalah lembagapemerintah nondepartemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

5. Instansi/lembaga yang terkait adalah instansi/lembaga yang terkait dengan


penanggulangan bencana.

Pasal 2

Peran serta lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah dalam
penanggulangan bencana bertujuan untuk mendukung penguatan upaya penanggulangan
bencana, pengurangan ancaman dan risiko bencana, pengurangan penderitaan korban
bencana, serta mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat.

Pasal 3 . . .

-3-

Pasal 3

Pengaturan mengenai peran serta lembaga internasional dan lembaga asing


nonpemerintah dalam penanggulangan bencana meliputi kegiatan pada tahap prabencana,
saat tanggap darurat, dan pascabencana.

Pasal 4

Kepala BNPB berwenang menentukan peran serta lembaga internasional dan lembaga
asing nonpemerintahdalam penanggulangan bencana.

BAB II

TATA CARA PERAN SERTA


LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH

Pasal 5

(1) Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah yang akan berperan serta
dalam penanggulangan bencana harus menyusun:

a. proposal;

b. nota kesepahaman; dan

c. rencana kerja.

(2) Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun oleh lembaga
internasional atau lembaga asing nonpemerintah melalui konsultasi dengan perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri.

(3) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun secara
bersama-sama antara BNPB dan lembaga internasional atau lembaga asing
nonpemerintah dengan melibatkan instansi yang bertanggungjawab dalam bidang luar
negeri.

(4) Penyusunan nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
antara instansi/lembaga terkait dan lembaga internasional atau lembaga asing
nonpemerintah dikoordinasikan oleh BNPB dengan melibatkan instansi yang
bertanggungjawab dalam bidang luar negeri.

Pasal 6 . . .

-4-

Pasal 6

(1) Rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c disusun secara
bersama-sama antara BNPB dan lembaga internasional atau lembaga asing
nonpemerintah dan dapat melibatkan instansi/lembaga terkait.

(2) Penyusunan rencana kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c yang
dilakukan antara instansi/lembaga terkait dan lembaga internasional atau lembaga asing
nonpemerintah dikoordinasikan oleh BNPB.
Pasal 7

Pelaksanaan nota kesepahaman dan rencana kerjasebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


dan Pasal 6 dikoordinasikan oleh BNPB.

Pasal 8

(1) Pada saat tanggap darurat, lembaga internasionalatau lembaga asing nonpemerintah
dapat memberikan bantuan secara langsung tanpa melalui prosedur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dan

Pasal 6.

(2) Pemberian bantuan oleh lembaga internasional ataulembaga asing nonpemerintah


sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menyampaikan daftar jumlah
personil, logistik,peralatan, dan lokasi kegiatan.

(3) Penyampaian daftar jumlah personil, logistik, dan peralatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat dilakukan sebelum, pada saat, atau segera sesudah bantuan tiba di
Indonesia.

(4) Berdasarkan daftar jumlah personil, logistik, dan peralatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Kepala BNPB memberikan persetujuan sesuai dengan kebutuhan tanggap
darurat bencana.

(5) Kepala BNPB dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait.

(6) Dalam . . .

-5–

(6) Dalam hal lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah memberikan
bantuan berupa dana harus disampaikan atau dikirimkan secara langsung kepada BNPB.

(7) Ketentuan mengenai bantuan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Pasal 9

Pelaksanaan pengerahan personil, logistik, dan/atau peralatan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) mendapatkan kemudahan akses sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

BAB III

PELAKSANAAN PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA


ASING NONPEMERINTAH

Pasal 10

(1) Peran serta lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dalam kegiatan
penanggulangan bencana pada tahap prabencana dan pascabencana wajib menyesuaikan
dengan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.

(2) Peran serta lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh BNPB.

(3) Peran serta lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dalam
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat berada di bawah komando BNPB.

Pasal 11

(1) Para pekerja dari lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah yang
melakukan kegiatan penanggulangan bencana mendapat jaminan perlindungan dari
Pemerintah.

(2) Jaminan . . .

-6-

(2) Jaminan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 12

(1) Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dapat berperan serta dalam
penanggulangan bencana secara sendiri-sendiri, bersama-sama, dan/atau bersama dengan
mitra kerja dari Indonesia.
(2) Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah yang memberikan bantuan
secara lengkap berupa personil asing, logistik, dan/atau peralatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dapat berperan serta dalam penanggulangan bencana secara sendiri-sendiri.

(3) Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah yang memberikan bantuan
tidak secara lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berperan serta dalam
penanggulangan bencana secara bersama-sama untuk saling melengkapi dengan lembaga
internasional atau lembaga asing nonpemerintah lainnya.

(4) Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah sebagaimana dimaksud


pada ayat (2)dan ayat (3) dapat berperan serta dalam penanggulangan bencana bersama
dengan mitranya di Indonesia, baik dengan instansi/lembaga terkait maupun lembaga
swadaya masyarakat yang memiliki kesamaan visi dan misi.

Pasal 13

(1) Lembaga internasional atau lembaga asing nonpemerintah dalam kegiatan


penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dapat diberi kemudahan.

(2) Pemberian . . .

-7-

(2) Pemberian kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 14

(1) Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah yang berperan serta dalam
penanggulangan bencana dilarang melakukan kegiatan yang berlatar belakang politik atau
keamanan.

(2) Dalam menentukan suatu kegiatan mengandungunsur politik atau keamanan


sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Kepala BNPB wajib berkoordinasidengan badan
yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang intelijen dan keamanan.

(3) Lembaga internasional dan lembaga asingnonpemerintah yang berperan serta dalam
penanggulangan bencana, wajib memperhatikan danmenghormati latar belakang sosial,
budaya, danagama masyarakat setempat.
BAB IV

PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pasal 15

(1) BNPB melakukan pengawasan terhadap peran sertalembaga internasional dan


lembaga asing nonpemerintah dalam penanggulangan bencana.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengetahui
aktivitas kegiatannya.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Kepala BNPB.

Pasal 16 . . .

-8-

Pasal 16

(1) Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah wajib menyampaikan


laporan pelaksanaan kegiatannya yang akuntabel kepada BNPB, yang dilakukan secara
periodik, pada akhir masa tugasnya atau sewaktu-waktu jika diminta oleh BNPB.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh BNPB kepada publik
secara transparan.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaporan dan substansi laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB.

BAB V

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 17

(1) Dalam hal bantuan untuk penanggulangan bencana berasal dari negara asing, Kepala
BNPB wajib berkonsultasi dan berkoordinasi dengan menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang luar negeri.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada
tanggal 28 Februari 2008
Korban banjir Lebak, Banten: 'Air bah setinggi 1,5 meter menerjang, tiga rumah
langsung terseret

Kawasan di sekitar Sungai Ciberang di Desa Banjarsari, Lebak Gedong,


Provinsi Banten, termasuk kawasan yang paling parah diterjang banjir
bandang pada awal tahun 2020.

Seorang warga berusia 52 tahun bernama Aminudin menceritakan bagaimana


banjir bandang menerjang pohon dan menghanyutkan rumah-rumah milik warga,
termasuk menghancurkan rumah miliknya.

"Air datang dari arah kali, air setinggi satu setengah meter menabrak pohon yang
kemudian tumbang ... air yang bercampur lumpur dan pohon menabrak tiga
rumah. Rumah-rumah itu terseret," kata Aminudin kepada wartawan Alfi Syahrin
yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Rumah Aminudin rusak berar akibat terjangan banjir.

Menghadapi situasi mencekam ini, ia mengatakan tak banyak yang dapat


dilakukan.

Yang menjadi pemikirannya saat itu adalah menyelamatkan anggota keluarga


dan beberapa dokumen penting.

"Ada surat-surat penting yang tak sempat saya selamatkan. Nanti kalau sudah
surut ke sana lagi," kata Aminudin.

Aminudin hingga Minggu (05/01) masih berada di pengungsian dan mengatakan


trauma dengan kejadian ini. Ribuan orang terdampak oleh banjir.
Hak atas fotoALFI SYAHRIN UNTUK BBC INDONESIA

Banjir bandang dengan skala seperti ini baru pertama kali terjadi di Banjarsari.

Bencana berawal dari hujan deras pada Selasa (31/12) sore.

Hujan deras membuat gemuruh aliran Sungai Ciberang terdengar semakin


kencang.

Curah hujan tak kunjung reda dan turun selama sekitar dua hari satu malam,
yang menyebabkan debit air Sungai Ciberang meningkat dan mulai memasuki
permukiman warga.

Air datang tiba-tiba

Mengantisipasi situasi memburuk, warga bergotong royong membenahi saluran-


saluran air. Warga panik karena volume air terus meningkat.
"Saya di rumah tak ikut gotong royong ... tiba-tiba air naik
dari wahangan (semacam kolam yang dibuat di sisi sungai) sama lumpur-lumpur
itu, kan di atasnya longsor dari Kampung Jaha, [tinggi air sampai] satu setengah
meter" kata Aminudin.
Melihat kondisi yang semakin membahayakan, ia langsung memanggil anggota
keluarga untuk keluar rumah dan berlari ke rumah warga lain yang berada di
daerah yang lebih tinggi.

Hak atas
fotoALFI SYAHRIN UNTUK BBC INDONESIAImage captionPutusnya jembatan
dan jalan membuat upaya pengiriman bantuan dan evakuasi warga terhambat.

Banjir dan longsor juga menyebabkan putusnya jalan dan jembatan penghubung
yang mempersulit pengiriman bantuan dan evakuasi.

Ifan Fadli, warga Kampung Muara, Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebak Gedong,
baru dapat dievakuasi oleh TIM SAR Gabungan pada hari keempat setelah banjir
datang.

"Walau di kampung kami tak longsor atau banjir, tapi melihat longsoran di
kampung sebelah jadi khawatir," kata Ifan saat ditemui di posko pengungsian.

"Ketika pertama kali menerima informasi ada longsor dan banjir bandang, kami
lari sebisanya menjauh dari tebing-tebing," tambahnya.

Ia menceritakan bahwa sebagian keluarganya masih berada di rumah dan belum


terevakuasi karena akses jalan yang masih tertutup longsor dan putusnya
jembatan penghubung menuju desa mereka."Ini istri sedang hamil sembilan
bulan, takut melahirkan, warga lain sudah mengungsi ... dari hari pertama
bertahan menunggu bantuan," kata Ifan.
"Untungnya ada petugas dari Polri dan TNI yang membantu evakuasi," katanya.
Longsor di Brebes, Jawa Tengah

Para petani di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa
tengah, dikejutkan longsoran tanah dari bukit di tepi sawah tempat mereka
bekerja 22 Februari lalu.

Dalam video yang saat itu beredar, gelombang tanah tampak bergulung ambruk
menuruni lereng bukit dan menerjang sawah di bawahnya.

Hak atas fotoBPBD JAWA TENGAH

Image caption

Sebelas orang tewas tertimbun longsor di Brebes, Jawa Tengah, 22 Februari


2018 lalu. Para petani yang menjadi korban tengah bekerja di sawah saat
longsoran tanah tiba-tiba ambruk dari bukit.

Sebagian orang tak sempat menyelamatkan diri dari terjangan longsor. Akhirnya,
sebelas orang dinyatakan tewas tertimbun logsor dalam peristiwa itu, sementara
tujuh lainnya hilang, dan 14 orang luka-luka.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), longsor yang terjadi


di area hutan produksi milik perhutani BKPH Salem tersebut, disebabkan oleh
beban air tanah yang bertambah akibat hujan deras yang melanda kawasan
tersebut.

Gempa bumi di Lombok, NTB

Memasuki paruh kedua tahun 2018, sejumlah gempa bumi dahsyat menyergap
Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Pada tanggal 29 Juli 2018, gempa berkekuatan 6,4 Magnitudo melanda pulau
seribu masjid. Getarannya terasa di seantero Pulau Lombok, Bali, hingga Pulau
Sumbawa.
Hak atas fotoGETTY IMAGES

Image caption

Gempa kuat yang mengguncang Lombok dan Bali pada Minggu (29/07)
menewaskan setidaknya 14 orang dan ribuan rumah warga rusak.

Akibatnya, belasan orang tewas, termasuk seorang wisatawan asal Malaysia.


Selain itu, 400-an orang terluka, dan ribuan bangunan hancur berantakan.
Ratusan pendaki dari berbagai negara di Taman Nasional Gunung Rinjani juga
sempat terjebak sebelum akhirnya dievakuasi.

Nahas, belum selesai pemerintah menanggulangi dampak gempa tersebut,


gempa lebih besar mengguncang Lombok sepekan kemudian, tepatnya pada 5
Agustus 2018.

Berpusat di Kabupaten Lombok Utara, gempa berkekuatan 7 Magnitudo itu


terasa hingga ke Pulau Jawa dan Madura. Badan Meteorologi Klimatologi dan
geofisika (BMKG) pun sempat mengeluarkan peringatan potensi tsunami, meski
akhirnya tidak terjadi.

Ribuan bangunan roboh, termasuk yang sebelumnya telah rapuh akibat gempa
awal. Lebih banyak korban jatuh.
Erupsi Gunung Sinabung

Geliat aktivitas vulkanik gunung di Dataran Tinggi Karo, Sumatra Utara, itu terjadi
sepanjang tahun ini, sejak Januari hingga Desember. Erupsi Sinabung
menyebabkan 370 kepala keluarga direlokasi dan 10.110 orang mengungsi.
Hingga saat ini masih ada 1.638 kepala keluarga yang tinggal di hunian
sementara dan menunggu direlokasi.

Sinabung terus menggeliat sepanjang tahun ini. (ANTARA / Endro Lewa)

Longsor Sukabumi

Longsor di Sukabumi, Jawa Barat, pada 28 Maret menyebabkan 12 orang tewas


dan 11 rumah rusak berat.

Kebakaran hutan dan lahan

Bencana hutan kebakaran yang disebut terbesar sepanjang sejarah Indonesia ini
mencapai puncaknya sekitar Juni-Oktober. Api yang terbakar 2,61 juta hektar
hutan dan lahan itu menyebabkan kerugian Rp221 triliun dan menimbulkan kabut
secepatnya pekat yang mengakibatkan 24 orang tewas serta 600 ribu jiwa
terkena infeksi saluran pernapasan (ISPA).
Lihat juga:Kala Pemerintah Takluk di Bawah Kobaran Api Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan di hutan produksi Asia Pulp and Paper. (Dok. Asia Pulp and
Paper).

Gempa Sorong

Gempa bumi 6,8 Skala Richter mengguncang Sorong, Papua Barat, dan
menyebabkan 19 orang luka berat dan 13 lainnya luka ringan. Selain itu, 1,661
rumah rusak berat, 1,247 rumah rusak sedang, 2,860 rumah rusak ringan, dan
27 fasilitas umum rusak.

Longsor tambang Bogor

Longsor di lokasi tambang Desa Bantar Karet, Gunung Mas Pongkor, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, pada tanggal 27 Oktober yang menyebabkan 12
orang meninggal.

Gempa Alor

Gempa bumi berkekuatan 6,2 Skala Richter mengguncang Alor, Nusa Tenggara
Timur, pada 4 November. Tiga hari kemudian, dua gempa susulan terjadi,
masing-masing 4,1 SR dan 3,4 SR. Korban tiga luka-luka, 5,439 jiwa mengungsi,
579 rumah rusak berat, 382 rumah rusak sedang, 1,114 rumah rusak ringan, dan
47 fasilitas umum rusak.

Gempa Halmahera

Gempa bumi berkekuatan 5,2 SR mengguncang Halmahera Barat, Maluku Utara.


Gempa menyebabkan 10.165 orang mengungsi, 145 rumah rusak berat, 273
rumah rusak sedang, dan 1.175 rumah rusak ringan.

Longsor Bengkulu

Longsor di Desa Karang Sulu, Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih,
Kabupaten Bengkulu Utara, pada 2 Desember menyebabkan tiga orang tewas,
15 orang hilang, satu orang terluka, dan 20 rumah rusak berat.
Secara keseluruhan, sepanjang tahun ini di Indonesia 64 persen korban
meninggal dan hilang akibat bencana, 55,7 persen rumah rusak karena angin
puting beliung, dan 59 persen fasilitas rusak akibat banjir.

Lima provinsi yang paling banyak ditimpa bencana di Jawa Tengah dengan 363
bencana, Jawa Timur dengan 291 bencana, Jawa Barat dengan 209, Sumatra
Barat dengan 93 bencana, dan Aceh dengan 85 bencana. (agk
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Rujukan

Buku

Anderson, M % Woodrow P. (1989). Rising from the Ashes: Development


Strategies in Times

of Disasters. London: Westview Press.

Bankoff, G.. et. al. (Eds). (2004). Mapping Vulnerability: Disasters, Development
and People .

London: Earthscan.

Blaikie, P., et. al. (1994). At Risk: Natural Hazards, People’s Vulnerability, and
Disasters (2nd

Edition). London: Routledge.

Cuny, F. (1983). Disasters and Development. Oxford: Oxford University Press.

Heijmans, A & Victoria L. (2001). Citizenry-Based and Development-


Oriented Disaster

Response: Experience and Practise in Disaster Management of the


Citizens’ Disaster

Response Networks in the Philippines. Manila: Center for Disaster Preparedness.

Moleong, L. J. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

World Bank. (2000). World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty.


New York:

Oxford University Press.

Jurnal

Rahmat, P. S. (2014) “Penelitian Kualitatif.” Equilibrium 5.9 (Jan-Juni 2009): 1-


8. Rilis
30 November 2014 pada
http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/JurnalPenelitian-Kualitatif.pdf.

Anda mungkin juga menyukai