723 1413 1 SM PDF
723 1413 1 SM PDF
ABSTRAK
ABSTRACT
Care of schizophrenic patients is a stressor for the families. Families will make
coping strategies in dealing with these stressor, divided into problem and emotion
focused coping. This study aimed to know of coping strategies in families with
schizophrenic patients from the Outpatient Installation at Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat. A quantitative descriptive design was used for the study. The sample
comprised of 96 families who had been selected by using consecutive sampling. Data
is collected by using a questionnaire. Data are categorized in percentage of
respondents who tend to use problem focused coping, emotion focused coping, or
PENDAHULUAN
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu
pikiran dan bicara, serta perilaku tidak teratur, dan gejala-gejala negatif, seperti afek
datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa
dan terbanyak. Sekitar 99% pasien rumah sakit jiwa di Indonesia merupakan
penderita skizofrenia (Sosrosumihardjo, dalam Arif, 2006). Sama halnya dengan data
diagnose pasien pada tahun 2011 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat, tercatat bahwa sebanyak 14.702 pasien gangguan jiwa, 11.206
diperlukannya caregiver, yaitu individu yang secara umum merawat dan mendukung
individu lain (pasien) dalam kehidupannya (Awad and Voruganti, 2008). Dalam hal
ini, keluarga merupakan unit yang paling dekat dan merupakan ”perawat utama” bagi
keluarga akan mengalami kelelahan fisik dan emosional. Untuk mengatasi hal
skizofrenia.
perubahan dari suatu kondisi ke lainnya sebagai cara untuk menghadapi situasi tak
terduga dimana secara empirical disebut proses, dan membaginya ke dalam problem
focused coping (PFC) dan emotion focused coping (EFC). Problem focused coping
terdiri atas planful problem solving, confrontative coping, dan seeking social support,
interaksi antara situasi yang menekan dan adaptasi. Menurut Dadang Hawari (2001),
masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa penderita skizofrenia sebagai aib
Menurut Alma Lucyati (Kepala Dinkes Provinsi Jawa Barat) dalam acara Jambore
Nasional Kesehatan Jiwa I di Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor pada 10
Oktober 2011, sekitar 18.800 kasus pemasungan penderita gangguan jiwa berat
rumah sakit jiwa adalah hal yang akan membuat mereka terlepas dari aib keluarga.
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa masih banyak keluarga yang
sendiri untuk sembuh. Berdasarkan hasil wawancara kepada enam keluarga yang
menemani orang dengan skizofrenia (ODS) berobat jalan, didapat informasi bahwa
strategi koping yang digunakan setiap keluarga berbeda. Pada saat menyadari
Setelah merawat penderita skizofrenia dalam waktu lama, keluarga hanya membawa
penderita skizofrenia berobat jalan karena sulit menanggung biaya rawat inap. Satu
dari enam keluarga mengatakan bahwa ia terkadang lalai memberikan obat karena
bosan, satu keluarga mengatakan bahwa mungkin ini ujian dari Tuhan, dan empat
keluarga lainnya mengatakan bahwa mereka takut akan nasib penderita jika mereka
penelitian ini dengan tujuan diketahuinya strategi koping keluarga dalam merawat
anggota keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia dan
subvariabel problem focused coping dan emotion focused coping. Sampel diambil
April sampai dengan 30 Mei 2012 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat dan didapatkan sampel sebanyak 96 orang dengan kriteria, yaitu:
(1) keluarga yang merawat anggota keluarga yang telah menderita skizofrenia lebih
dari 2 tahun, (2) memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan
penderita skizofrenia, dan (3) tinggal satu rumah dengan penderita skizofrenia.
Instrumen penelitian ini dibuat dengan memodifikasi Ways of Coping The Revised
Version (Folkman and Lazarus, 1984). Strategi koping ini diukur dengan skala
yaitu Tidak Pernah (1), Kadang-Kadang (2), Sering (3), dan Selalu (4).
Ket:
P : persentase
a. Jika persentase PFC > EFC, maka responden dikatakan lebih cenderung
b. Jika persentase EFC > PFC, maka responden dikatakan lebih cenderung
Ket:
P: persentase
keluarga penderita skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini:
Strategi Koping f %
Problem Focused Coping 37 38,5
Emotion Focused Coping 46 48,0
Keduanya (PFC dan EFC) 13 13,5
TOTAL 96 100
tuntutan dan atau tekanan dalam merawat anggota keluarga penderita skizofrenia.
melakukan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya lebih cenderung
Tabel 4 Distribusi Frekuensi PFC dan EFC yang Dilakukan Keluarga dalam
Merawat Anggota Keluarga Penderita Skizofrenia di Instalasi Rawat
Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
cenderung melakukan seeking social support dan positive reappraisal dan sebagian
kecil keluarga lainnya lebih cenderung melakukan planful problem solving dan
memiliki peranan penting dalam interaksi antara situasi yang menekan dan adaptasi.
Strategi koping yang dilakukan keluarga selama merawat penderita skizofrenia dalam
Distribusi data mengenai strategi koping keluarga yang terlihat dalam tabel 1
focused coping (38,5%). Dapat disimpulkan bahwa strategi koping yang dilakukan
social support untuk mengurangi tekanan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Chadda, et al. (2007) yang menyatakan bahwa seeking social support dan planful
problem solving merupakan strategi koping yang paling sering dilakukan oleh
Reni Retnowati, S.Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)
Email: ren_chan31@yahoo.com, 08567136828
9
caregiver penderita skizofrenia. Ini menandakan bahwa dengan membagi perasaan
pada orang lain, tekanan yang dirasakan dapat berkurang dan keluarga juga
memperoleh bantuan informasi pemecahan masalah dari orang yang mereka percaya
Selain seeking social support dan planful problem solving, keluarga juga
melakukan confrontative coping dalam mengatasi masalahnya. Rasa lelah, jenuh, dan
biaya yang tidak sedikit, membuat keluarga merasa marah pada situasi di rumah yang
Berdasarkan gambaran data yang disajikan dalam tabel 1, strategi koping yang
adalah emotion focused coping (48,0%). Dapat disimpulkan bahwa strategi koping
tuntutan yang dialami dengan mengendalikan respon emosinya. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Magliano, et al. (2000), keluarga atau
caregiver yang tinggal bersama ODS (orang dengan skizofrenia) dalam waktu yang
skizofrenia dalam jangka waktu lama, keluarga semakin akan mengalami kesulitan
pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian kecil keluarga lebih cenderung melakukan
positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya lebih cenderung melakukan
anggota keluarga penderita skizofrenia. Ini sejalan dengan penelitian Hassan, et al.
(2011) yang menyatakan bahwa selain self control dan escape/avoidance, positive
reappraisal juga merupakan strategi koping yang paling sering dilakukan oleh
bahwa sebagian keluarga mampu berpikir positif dan menerima situasi yang ada
terlihat bahwa sangat sedikit keluarga (6,5%) yang cenderung melakukan distancing.
menurunkan stres. Ini terjadi karena untuk sementara waktu, keluarga tidak
disibukkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan penderita skizofrenia. Hal ini
secara tidak langsung dapat meregulasi tekanan emosional yang dirasakan anggota
ini, maka masalah yang ada tidak akan pernah hilang atau terselesaikan.
cenderung melakukan self control. Self control dilakukan keluarga untuk meregulasi
Reni Retnowati, S.Kep.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang)
Email: ren_chan31@yahoo.com, 08567136828
11
perasaan maupun tindakan. Hasil penelitian ini menandakan bahwa untuk mengontrol
masalah dan emosi tidaklah mudah. Dalam hal ini, keluarga mengalami kejenuhan
bahwa sebagian kecil keluarga merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada
keluarga yang cenderung melakukan strategi koping ini justru akan meningkatkan
stres yang sudah ada sebelumnya. Keluarga yang cenderung mengakui peran dirinya
sebagai penyebab masalah kejiwaan yang dialami anggota keluarganya akan memiliki
penelitian ini menandakan bahwa tidak sedikit keluarga yang tidak ingin mencampuri
kegiatan lain yang dianggap lebih menyenangkan. Hal ini dilakukan keluarga demi
seeking social support dan positive reappraisal dan sebagian kecil keluarga lainnya
melakukan planful problem solving dan positive reappraisal secara bersamaan dalam
Dengan mencari bantuan orang lain, keluarga akan lebih banyak mendapat informasi
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu, keluarga yang mencoba berpikir
matang dan tenang dalam memahami masalah, serta mencari solusi yang terbaik
cenderung menggunakan kedua strategi koping ini, dapat dikatakan sudah memiliki
emosi sehingga tingkat stres yang ada sudah mulai berkurang. Hal ini sesuai dengan
teori Lazarus and Folkman (1984) yang mengemukakan bahwa untuk mencapai
SIMPULAN
menggunakan problem focused coping, dan sangat sedikit keluarga yang cenderung
keluarga, tingkat stres yang dialami keluarga, dan tergantung pada sumber daya yang
mencapai strategi koping yang efektif, maka diperlukan penggunaan strategi koping
keduanya.
SARAN
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat untuk lebih
keluarga, seperti memberikan informasi mengenai dosis dan efek samping obat,
mengapa tidak boleh putus obat, pentingnya berobat rutin, pengenalan gejala dari
jugapihak rumah sakit dapat menyediakan ruangan khusus sebagai pusat konseling,
dimana keluarga atau pihak yang membutuhkan informasi mengenai kesehatan jiwa
dapat memanfaatkan pelayanan ini kapan pun dibutuhkan tanpa harus menunggu
interviu untuk mendapat gambaran yang lebih lengkap dan disarankan juga untuk
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Videbeck, S.L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Diterjemahkan oleh Komalasari,
R. dan Hany, A. 2008. Jakarta: EGC.