Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu upaya kegiatan untuk mengarahkan, mengkoordinasi,
mengarahkan dan mengawasi dalam mencapai tujuan bersama dalam sebuah
organisasi. Manajemen keperawatan adalah upaya staf keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga,
serta masyarakat.
Manajemen sangat penting diterapkan di dalam ruangan agar semua kegiatan
tertata rapid an terarah, sehingga tujuan dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan
suasana yang aman dan nyaman baik kepada sesama staf keperawatan maupun pasien.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan professional
(MPKP ) yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde kebidanan
adalah suatu kegiatan dimana bidan primer dan bidan perawat asosiet bekerja sama
untuk menyelesaikan masalah klien, dank lien dilibatkan secara langsung dalam
proses penyelesaian masalah tersebut.
Ronde kebidanan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi dengan baik,
sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Bidan professional harus dapat
menerapkan ronde kebidanan, sehingga role play tentang ronde kebidanan ini sangat
perlu dilakukan agar mahasiswa paham mengenai ronde kebidanan dan dapat
mengaplikasikannya kelak saat bekerja.
Creswell dalam bukunya yang berjudul “Qualitative Inquiry And Research
Design” mengungkapkan lima tradisi penelitian, yaitu: biografi, fenomenologi,
grounded theory study, studi kasus dan etnografi. Salah satu tradisi yang akan dikaji
dalam tulisan ini adalah studi kasus yang telah lama dipandang sebagai metode
penelitian yang “amat lemah”. Para peneliti yang menggunakan studi kasus
dianggap melakukan “keanehan” dalam disiplin akademisnya karena tingkat
ketepatannya (secara kuantitatif), objektivitas dan kekuatan penelitiannya dinilai tidak
memadai. Walaupun demikian, studi kasus tetap dipergunakan secara luas dalam
penelitian ilmu-ilmu sosial, baik dalam bidang psikologi, sosiologi, ilmu politik,
antropologi, sejarah dan ekonomi maupun dalam bidang ilmu-ilmu praktis seperti
pendidikan, perencanaan wilayah perkotaan, administrasi umum, ilmu-ilmu
manajemen dan lain sebagainya
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Ronde Kebidanan
1. Pengertian Ronde Kebidanan
Ronde Kebidanan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
kebidanan klien yang akan dilaksanakan oleh bidan disamping melibatkan klien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan kebidanan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh bidan primer dan /atau bidan konselor, kepala ruangan,
bidan associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
(Nursalam, 2002).
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde kebidanan. Chambliss
(1996), ronde kebidanan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan
pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf menjelaskan apa
yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke
dalam kerangka kerja berfikir staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan
sistem untuk menangani masalah medis.
Didalam ronde kebidanan terjadi proses interaksi antara bidan dengan
bidan, bidan dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde
kebidanan merupakan prosedur dimana dua atau lebih bidant mengunjungi pasien
untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan
pelayanan kebidanan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk
mendiskusikan masalah kebidanannya serta mengevaluasi pelayanan kebidanan
yang telah diterima pasien.
Ronde kebidanan merupakan proses interaksi antara pengajar dan bidan
atau siswa siswa dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde kebidanan dilakukan
oleh teacher midwife atau head midwife dengan anggota stafnya atau siswa untuk
pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
(Clement, 2011).
Ronde kebidanan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi masalah klien
yang dilaksanakan oleh bidan dengan melibatkan pasien untuk membahas &
melaksanakan asuhan kebidanan, yang dilakukan oleh bidan Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan bidan pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde kebidanan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoritis ke dalam peraktik kebidanan secara langsung.

2. Karakteristik Ronde Kebidanan


Ronde kebidanan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini:
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat asosiet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosietdan perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah.

3. Tujuan Ronde Kebidanan


Tujuan dari pelaksanaan ronde kebidanan terbagi menjadi 2 yaitu: tujuan
bagi bidan dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde kebidanan bidan menurut Armola
et al. (2010) adalah:
a. Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
b. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
c. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus
d. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar
meningkatkan penilaian keterampilan klinis
e. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
f. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan
Ronde kebidanan selain berguna bagi bidan juga berguna bagi pasien. Hal
ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan ronde kebidanan
bagi pasien, yaitu:
a. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke
hari
b. Untuk mengamati pekerjaan staff
c. Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan
laporan kepada dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan,
dsb.
d. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
e. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
f. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
g. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan
kepada pasien
h. Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti
ulcus decubitus, foot drop, dsb
i. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien
sehingga perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
j. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan

4. Manfaat Ronde Kebidanan


Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde kebidanan oleh bidan,
diantaranya:
a. Ronde kebidan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
pada bidan. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde kebidanan
adalah membantu mengembangkan keterampilan kebidanan , selain itu
menurut Wolak et al. (2008) dengan adanya ronde kebidanan akan
menguji pengetahuan bidan. Peningkatan ini bukan hanya keterampilan
dan pengetahuan kebidanan saja, tetapi juga peningkatan secara
menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak et al. (2008) peninkatan
kemampuan bidan bukan hanya keterampilan kebidanan tetapi juga
memberikan kesempatan pada bidan untuk tumbuh dan berkembang
secara profisonal.
b. Melalui kegiatan ronde kebidanan, bidan dapat mengevaluasi kegiatan
yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011)
melalui ronde kebidanan, evaluasi kegiatan,vrintangan yang dihadapi
oelh bidan atau keberhasilan dalam asuhan kebidan dapat dinilai. Hal
ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien sebagai alat untuk
menggambarkan parameter penilaian atau teknik intervensi.
c. Ronde kebidanan merupakan sarana belajar bagi bidan dan mahasiswa
bidan. Ronde kebidanan merupakan studi percontohan yang
menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan kebidanan yang
dilakukan oleh bidan (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi mahasiswa
bidan dengan ronde kebidanan akan mendapat pengalaman secara nyata
dilapangan (Clement, 2011).
d. Manfaat ronde kebidanan yang lain adalah membantu
mengorientasikan bidan baru pada pasien. Banyak bidan yang baru
masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di ruangan.
Dengan ronde kebidanan hal ini bisa dicegah, ronde kebidanan
membantu mengorientasikan bidan baru pada pasien (Clement, 2011).
e. Ronde kebidanan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima
kali dibanding tidak lakukan ronde kebidanan. Chaboyer et al. (2009)
dengan tindakan ronde kebidanan menurunkan angka insiden pada
pasien yang dirawat.

5. Tipe-tipe Ronde Kebidanan


Berbagai macam tipe ronde kebidanan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe ronde
yaitu matrons’ rounds, midwife management rounds, patient comfort rounds dan
teaching midwife.
a. Matron midwife menurut Close dan Castledine (2005) seorang bidan
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai
jadwal rondenya. Yang dilakukan bidan ronde ini adalah memeriksa
standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai penampilan
dan kemajuan bidan dalam memberikan pelayanan pada pasien.
b. Midwife management rounds menurut Close dan Castledine (2005)
ronde ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana
pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat
prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan
keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses
pembelajaran antara bidan dan head midwife.
c. Patient comport midwife menurut Close dan Castledine (2005) ronde
disini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah
sakit. Fungsi bidan dalam ronde ini adalah memenuhi semua
kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari,
bidan menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
d. Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara
teacher midwife dengan bidan atau mahasiswa bidan, dimana terjadi
proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh bidan atau
mahasiswa bidan .Dengan pembelajaran langsung. Bidan atau
mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat
langsung pada pasien.
Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round, physician-nurse
rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds adalah ronde yang dilakukan
antara perawat dengan perawat. Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang
dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah
ronde pada pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi
dokter, perawat, ahli gizi serta fisioterapi, dsb.

6. Tahapan Ronde Kebidanan


Ramani (2003), tahapan ronde kebidanan adalah :
a. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan),
orientation (orientasi).
b. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan).
c. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
Langkah-langkah Ronde Kebidanan adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
2) Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
b. Pelaksanaan
1) Penjelasan tentang klien oleh bidan primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah kebidanan dan rencana tindakan yang
akan/ telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
2) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh bidan primer/ bidan konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan.
4) Tindakan kebidanan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
c. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
d. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde kebidanan adalah sebagai
berikut.
1) Struktur
 Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
 Tim ronde kebidanan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
 Persiapan dilakukan sebelumnya.
2) Proses
 Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
 Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
3) Hasil
 Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
 Masalah klien dapat teratasi.
 Bidan dapat :
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
kebidanan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan kebidanan yang
berorientasi pada masalah klien.
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
kebidanan.
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

7. Hal yang Dipersiapkan dalam Ronde Kebidanan


Supaya ronde kebidanan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan
persiapan sebagai berikut:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).
b. Menentukan tim ronde kebidanan.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi : apa diagnosis kebidanan ?; Apa data yang mendukung ?;
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?

8. Komponen Terlibat dalam Ronde Kebidanan


Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde kebidanan ini adalah bidan
primer dan bidan konselor, kepala ruangan, bidan associate, yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya.
a. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim :
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2) Menjelaskan masalah kebidanan utama.
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
1) Bidan primer (ketua tim) dan bidan asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa
untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
 Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
 Menjelaskan masalah utama
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
 Menjelaskan tindakan selanjtunya
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2) Peran bidan primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi kebidanan serta
tindakan yang rasional
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain bidan, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde kebidanan
ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan kebidanan. Pasien yang
dipilih untuk yang dilakukan ronde kebidanan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
 Mempunyai masalah kebidanan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan kebidanan.
 Pasien dengan kasus baru atau langka.

B. Studi Kasus/Case Study


1. Pengertian Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi
pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian
pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
Menurut Yin (1987) study kasus merupakan suatu inkuiri empirik untuk
meneliti suatu fenomena kontemporer dalam konteks yang sebenarnya. Dan juga
Yin memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-
cirinya.
Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para
peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Menurut Suharsimi (2006) Studi Kasus merupakan suatu penelitian yang
dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
intuisi atau gejala-gejala tertentu. Dalam Studi kasus peneliti mencoba untuk
mencermati individu atau satu unit secara mendalam. Umumnya studi kasus
dilakukan karena kebutuhan pemecahan masalah.[
Oleh karena beberapa klasifikasi “kasus” sebagai objek studi (Stake, 1955)
dan “kasus” lainnya dianggap sebagai suatu metodologi (Yin, 1994) maka
penjelasan studi kasus merupakan studi yang mendetail yang dapat menggunakan
banyak sumber data untuk menjelaskan sebuah variabel atau hal yang diteliti.
Kasus bisa dipilih karena keunikannya atau kasus bisa digunakan untuk
mengilustrasikan suatu isu. Fokus penelitian dapat berupa satu entitas (penelitian
di suatu tempat) atau beberapa entitas (studi multi tempat/multi-site). Penelitian ini
mendeskripsikan kasus, analisis tema atau isu, dan interpretasi atau pembuktian
penelitian terhadap kasus.
Jadi dari beberapa pengertian diatas tadi dapat disimpulkan Defenisi
Pengertian Studi kasus pendidikan adalah bentuk penelitian pendidikan yang
mendalam tentang suatu aspek pendidikan, termasuk lingkungan pendidikan dan
manusia yang terlihat dalam pendidikan di dalamnya.

2. Karakteristik Studi Kasus


Adapun karakteristik studi kasus diantaranya:
a. Eksplorasi mendalam dan menyempit
b. Berfokus pada peristiwa nyata
c. Dibatasi oleh ruang dan waktu
d. Bisa hanya merupakan kilasan atau penelitian Longitudinal tentang peristiwa
yang sudah atau sedang terjadi.
e. Dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang.
f. Mendetail dan deskriptif.
g. Pandangan menyeluruh, meneliti hubungan dan keterpautan.
h. Focus pada realitas yang diterimaapa adanya maupun realitas yang penting dan
tidak biasa.
i. Bermamfaat untuk membangun sekaligus menguji teori.
3. Langkah-langkah Studi Kasus
Langkah-langkah Studi Kasus adalah:
a. Melakukan analisis mendalam mengenai kasus dan situasi yang berkenaan
dengan focus yang diteliti.
b. Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang melakukan
aktivitas dalam kasus tersebut.
c. Mencatat berbagai aspek hubungan komunikasi dan pengalaman.
d. Membangkitan perhatian pada cara factor-faktor tersebut berhubungan satu sama
lain.

4. Fokus Penelitian
Anda boleh memilih sebuah kasus karena kasus tersebut membuat anda
berfokus pada situasi problematic. Tujuan anda adalah mengidentifikasi faktor-faktor
yang menyebabkan permasalahan itu muncul guna member solusi praktis atas
permasalahan tersebut. Studi kasus juga dapat difokuskan pada peristiwa penting
atau tidak biasa yang menantang atau mendukung pemikiran yang ada. Pemilihan
anda pada kasus tertentu akan dijustifikasi berdasarkan pertimbangan bahwa kasus
tersebut memungkinkan anda untuk membongkar atau mengungkapkannya. Studi
kasus juga bisa berfokus pada rutinitas, yang sejak dulu sudah berlangsung, kejadian
sehari-hari dalam proses komunikasi temasuk proses komunikasi dalam proses
pendidikan, pembelajaran dan pelayanan bimbingan dan konseling.

5. Bagaimana pengumpulan data studi kasus ?


Pengumpulan data dalam studi kasus dapat diambil dari berbagai sumber
informasi, karena studi kasus melibatkan pengumpulan data yang “kaya” untuk
membangun gambaran yang mendalam dari suatu kasus. Yin mengungkapkan
bahwa terdapat Enam bentuk pengumpulan data dalam studikasus yaitu:
a. Dokumentasi yang terdiri dari surat, memorandum, agenda, laporan-
laporan suatu peristiwa, proposal, hasil penelitian, hasil evaluasi,
kliping, artikel.
b. Rekaman arsip yang terdiri dari rekaman layanan, peta, data survei,
daftar nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender
dsb.
c. Wawancara biasanya bertipe open-ended.
d. Observasi langsung.
e. Observasi partisipan.
f. Perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau
instrumen, pekerjaan seni dll. Lebih lanjut Yin mengemukakan
bahwa keuntungan dari keenam sumber bukti tersebut dapat
dimaksimalkan bila tiga prinsip berikut ini diikuti, yaitu:
1) Menggunakan bukti multisumber;
2) Menciptakan data dasar studi kasus, seperti : catatan-catatan
studi kasus,dokumen studi kasus, bahan-bahan tabulasi, narasi;
3) Memelihara rangkaian bukti. Sedangkan Asmussen & Creswell
menampilkan pengumpulan data melalui matriks sumber informasi
untuk pembacanya. Matriks ini mengandung empat tipe data yaitu:
wawancara, observasi, dokumen dan materi audio-visual untuk
kolom dan bentuk spesifik dari informasi seperti siswa, administrasi
untuk baris. Penyampaian data melalui matriks ini ditujukan untuk
melihat kedalaman dan banyaknya bentuk dari pengumpulan
data, sehingga menunjukkan kekompleksan dari kasus tersebut.
Penggunaan suatu matriks akan bermanfaat apabila diterapkan
dalam suatu studi kasus yang kaya informasi. Lebih lanjut Creswell
mengungkapkan bahwa wawancara dan observasi merupakan alat
pengumpul data yang banyak digunakan oleh berbagai
penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa kedua alat itu
merupakan pusat dari semua tradisi penelitian kualitatif sehingga
memerlukan perhatian yang tambahan dari peneliti.

6. Bagaimana analisis data studi kasus


Menurut Miles & Hubberman (1984), Marshall & Rossman (1995) serta
Bogdan & Biklen (1992), proses penganalisaan data kualitatif terbagi kepada dua
tahap, yaitu ketika dan setelah proses pengumpulan data yaitu:
a. Ketika proses pengumpulan data. Ketika pengumpulan data dilakukan
terutama melalui teknik wawancara, peneliti harus memastikanbahwa
peserta penelitian merasa nyaman. Selain itu juga meminta kerja sama
dari pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian yang sedang
dilakukan untuk melakukan wawancara. Semua hasil wawancara dengan
peserta penelitian harus direkam dalam kaset dan diberi kode untuk
memudahkan proses analisis.
b. Setelah proses pengumpulan data. Setelah semua wawancara selesai
dilakukan, data wawancara dianalisis mengikuti tujuh tahapan yaitu:
1) Semua data yang terekam dalam kaset diterjemahkan dalam bentuk
dekriptif.
2) Penelti membuat reduksi, yaitu memberikan kembali kepada peserta
penelitian untuk menyemak jika terdapat hal-hal yang perlu dibuang
atau ditambah dalam transkrip wawancara peserta penelitian tersebut.
3) Peneliti membangun tema tentang focus penelitiannya berdasarkan
jawaban peserta penelitian.
4) Proses pemberian kode
5) Membuat definisi secara operasional setiap tema yang telah dibuat
atau menguraikan secara tema-tema yang dimaksud.
6) Proses Analisis Indeks Cohen Kappa
7) Proses penulisan laporan dibuat secara deskriptif mengikuti tema
dalam beberapa konteks.

7. Jenis-jenis Studi Kasus


Dalam Buku Dr. Tohirin, M.Pd., jenis-jenis studi kasus ada dua yaitu:
a. Studi kasus tunggal
Studi tunggal ini memungkinkan untuk mendalami secara mendalam dan
spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa dari sebuah
fenomena.
b. Studi kasus majemuk
Penggunaan dua studi kasus atau lebih memungkinkan generalisasi untuk
lingkup yang lebih luas. Namun semakin banyak jumlah kasusnya, maka akan
semakin sedikit manfaat yang bisa diperoleh dari pendekatan studi kasus.

Stake (2005) membagi penelitian studi kasus menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian
studi kasus yang dilakukan dengan maksud untuk yang pertama kali dan
terakhir kali meneliti tentang suatu kasus yang khusus.
b. Penelitian studi kasus intrumental
Penelitian studi kasus intrumental (instrumental case study) adalah penelitian
studi kasus yang dilakukan dengan meneliti kasus untuk memberikan
pemahaman mendalam atau menjelaskan kembali suatu proses generalisasi.
c. Penelitian studi kasus jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or mutiple case study) adalah
penelitian studi kasus yang menggunakan jumlah kasus yang banyak.
Penelitian studi kasus ini adalah pengembangan dari penelitian studi kasus
instrmental, dengan menggunakan kasus yang banyak. Asumsi dari
penggunaan kasus yang banyak adalah bahwa kasus-kasus yang digunakan di
dalam penelitian studi kasus jamak mungkin secara individual tidak
dapat menggambarkan karakteristik umumnya. Masing-masing kasus
mungkin menunjukkan sesuatu yang sama atau berbeda-beda. Tetapi apabila
dikaji secara bersama-sama atau secara kolektif, dapat menjelaskan
adanya benang merah di antara mereka, untuk menjelaskan karakteristik
umumnya.
Sementara itu, Creswell (2007) menyatakan bahwa jenis-jenis penelitian studi
kasus ditentukan berdasarkan batasan dari kasus, seperti seorang individu,
beberapa individu, sekelompok, sebuah program atau sebuah kegiatan. Disamping
itu, jenis-jenis tersebut dapat ditentukan berdasarkan penentuan maksud dari
analisis kasusnya. Penjelasan Creswell tentang jenis-jenis penelitian studi kasus
secara umum mirip dengan Stake (2005), karena memang berpedoman kepada
penjelasan Stake. Berdasarkan maksud analisis kasusnya tersebut, Creswell
(2007), membagi penelitian studi kasus dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Penelitian studi kasus intrumental tunggal
Penelitian studi kasus instrumental tunggal (single instrumental case study)
adalah penelitian studi kasus yang dilakukan dengan menggunakan sebuah
kasus untuk menggambarkan suatu isu atau perhatian. Pada penelitian ini,
penelitinya memperhatikan dan mengkaji suatu isu yangmenarik
perhatiannya, dan menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrumen)
untuk menggambarkannya secara terperinci.
b. Penelitian studi kasus jamak
Penelitian studi kasus jamak (collective or multiple case study) adalah
penelitian studi kasus yang menggunakan banyak (lebih dari satu) isu atau
kasus di dalam satu penelitian. Penelitian ini dapat terfokus pada hanya satu
isu atau perhatian dan memenfaatkan banyak kasus untuk menjelaskannya.
Disamping itu, penelitian ini juga dapat hanya menggunakan satu
kasus (lokasi), tetapi dengan banyak isu atau perhatian yang diteliti. Pada
akhirnya, penelitian ini juga dapat bersifat sangat kompleks, karena
terfokus pada banyak isu atau perhatian dan menggunakan banyak kasus
untuk menjelaskannya. Yin (2003a, 2009) mengatakan bahwa untukmelakukan
penelitian studi kasus jamak ini, dapat menggunakan penelitian replikasi yang
logis, yaitu dengan menggunakan suatu prosedur yang sama yang
diberlakukan untuk setiap isu atau kasus. Peneliti kemudian melakukan
generalisasi pada setiap isu atau kasus danmemperbandingkannya pada
akhir kajian.
c. Penelitian studi kasus mendalam
Penelitian studi kasus mendalam (intrinsic case study) adalah penelitian yang
dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang
tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi,
program, kejadian atau kegiatan. Penelitian studi kasus mendalam ini mirip
dengan penelitian naratif yang telah dijelaskan di depan, tetapi memiliki
prosedur kajian yang lebih terperinci kepada kasus dan kaitannya
dengan lingkungan disekitarnya secara terintegrasi dan apa adanya.
Lebih khusus lagi, penelitian studi kasus mendalam merupakan penelitian
yang sangat terikat pada konteksnya, atau dengan kata lain sangat terikat pada
lokusnya (site-case).
Sedangkan Jenis studi kasus menurut Bogdan dan Biklen (1982) diklarifikasikan
sebagai berikut.
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian
organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan menelusuri
perkembangan organisasinya. Studi ini kurang memungkinkan untuk
diselenggarakan karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan
secara minimal.
b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui
observasi peran serta atau pelibatan, sedngkan fokus studinya pada suatu
organisasi tertentu atau beberapa segi organisasinya. Bagian-bagian organisasi
yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam
sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan
maksud mengumpulkan narasi orang pertama. Untuk jenis wawancara yang
dilakukan oleh ahli sejarah disebut sebagai sejarah lisan, mereka biasanya
memwawancarai orang-orang dengan kepemilikan sejarah yang khas,
sedangkan kepada orang tidak memiliki latar belakang khusus seringkali
disebut sejarah ”orang kebanyakan”.
d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit
organisasi yang sangat kecil.

8. Sampel
Adapun kriteria pemilihan sampel menurut Marshall dan Rossman adalah:
a. Lokasi keberadaan sampel mudah dimasuki.
b. Terdapat situasi yang kaya dengan proses, informan, atau peserta penelitian,
interaksi, dan struktur yang diminati dalam lokasi kajian yang dipilih.
c. Hubungan akrab dapat terjalin antara peneliti dan peserta penelitian.
d. Kredibilitas dan kualitas data terjamin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ronde kebidanan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah klien yang dilaksanakan oleh bidan, disamping pasien dilibatkan untuk membahas
dan melaksanakan asuhan kebidanan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
bidan primer atau konselor, kepala ruangan, bidan associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim.
Dari pandangan-pandangan Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994:236-238)
tersebut dapat disimpulkan tentang studi kasus dan ciri-cirinya sebagai berikut: Studi kasus
adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki
sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif
maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan
masyarakat luas.
Studi kasus pendidikan adalah bentuk penelitian pendidikan yang mendalam tentang
suatu aspek pendidikan, termasuk lingkungan pendidikan dan manusia yang terlihat dalam
pendidikan di dalamnya.
Adapun karakteristik studi kasus diantaranya: Eksplorasi mendalam dan
menyempit,Berfokus pada peristiwa nyata, Dibatasi oleh ruang dan waktu, Bisa hanya
merupakan kilasan atau penelitian Longitudinal tentang peristiwa yang sudah atau sedang
terjadi, Dari berbagai sumber informasi dan sudut pandang, Mendetail dan deskriptif,
Pandangan menyeluruh, meneliti hubungan dan keterpautan, Focus pada realitas yang
diterimaapa adanya maupun realitas yang penting dan tidak biasa, Bermamfaat untuk
membangun sekaligus menguji teori.
DAFTAR PUSTAKA

Denzin, N.K. and Lincoln, Y.S. 2009. Handbook of Qualitative Research. Terjemahan
oleh Dariyatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Furchan, Arief. 2010. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka


pelajar.

Kinchay, A. (2012, September).Www.Scribd.Com. Retrieved November 10, 2018, From


http://Www.Scribd.Com/Doc/76643445/RONDE-KEBIDANAN

Moleong, L. J. 2011. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya

Muhadjir, Noeng. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta: Rake

Nursalam Dan Ferry Efendi. 2009. Pendidikan Dalam Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Ratna Sitorus. 2005.Model Praktek Keperawatan Profesional Di Rumah Sakit.


Jakarta:EGC

Sayekti P. S. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif (Diktat). Program Pascasarjana


Universitas Negeri Yogyakarta.

Sitorus R. & Yulia. 2005. Model praktek Kebidanan Profesional Di Rumah Sakit Panduan
Implementasi. Jakarta: EGC

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling.
Jakarta: Rajawali Pers

Wahyono,H. 2009. Penelitian Studi Kasus. Tersedia:


http://penelitianstudikasus.blogspot.com/

Wiriaatmadja,Rochiati. 2007. Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
METODE KHUSUS
METODE BIMBINGAN KLINIK
ROUNDE TEACHNG DAN CASE STUDY

Dosen Pengampu : Herinawati, M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok VI

Paraswati (PO.71.24.1.18.0090)
Yuslindawati (PO.71.24.1.18.0065)
Widya Trisianti (PO.71.24.1.18.0084)

PROGRAM STUDI D.IV KEBIDANAN ALIH JENJANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2018-2019

Anda mungkin juga menyukai