Anda di halaman 1dari 16

TUGAS HIDOLOGI TERAPAN

PERHITUNGAN DEBIT AIR DAS GARANG HULU

KOTA SEMARANG JAWA TENGAH


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah hidrologi terapan

Dosen pengampu :

Disusun Oleh :

Sulistian Waskitho Adi

A0116061

FAKULTAS TEKNIK PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN SURAKARTA

2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di provinsi
Jawa tengah. DAS garang terdiri dari sub DAS Kripik, Kreo dan Garang Hilir. Daerah
Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh igir
topografi yang berfungsi menerima, menyimpan, dan mengalirkan air, sedimen, dan
unsur hara dan mengeluarkannya melalui outlet tunggal (Seyhan, 1977). Eksistensi
DAS sangat penting dalam kehidupan, dimana hubungan antara daerah hulu, tengah,
dan hilir saling mempengaruhi. Akhir-akhir ini timbul kekhawatiran semakin
meningkatnya kerusakan berbagai daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia, tak
terkecuali di DAS Garang. Menurut Liesnoor (2009) diantara masalah yang cukup
dianggap mendesak dan perlu penanggulangan serius adalah semakin kritisnya keadaan
tata air dan lingkungan sungai yang ditandai dengan semakin besarnya angka rasio
antara debit maksimum pada musim hujan dengan debit minimum pada musim
kemarau, serta semakin mundurnya nilai produktivitas lahan terutama pada DAS bagian
hulu.

Selama kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi perubahan penggunaan lahan di


wilayah hulu dan tengah DAS Garang. Perubahan yang terjadi berupa alihfungsi lahan
pertanian menjadi kawasan permukiman. Lahan persawahan, kebun campuran, tegalan
dan hutan berubah menjadi permukiman. Peningkatan jumlah penduduk dengan
berbagai jenis aktivitasnya dapat merubah orientasi pemanfaatan lahan. Orientasi secara
langsung perubahan pemanfaatan lahan pertanian dapat menurunkan kualitas dan
kuantitas produksi pertanian serta kualitas lingkungan hidup, secara tidak langsung
terjadi perubahan orientasi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Perubahan
penggunaan lahan seperti pemanfaatan lahan pertanian menjadi permukiman atau
kawasan industri di DAS Garang tidak hayan karena nilai jual lahan yang tinggi tetapi
adanya aspe kebijakan pemerintah berkaitan pengembangan dan perluasan kawasan
perkotaan
1.2 Maksud dan tujuan

Penulisan ini dimaksudkan sebagai penerapan ilmu Hidrologi Terapan yang


dilaksanakan dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui curah hujan maximum di DAS Garang Hulu.
2. Mengetahui debit air di DAS Garang Hulu.
3. Mengetahui hujan rencana di DAS Garang Hulu.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Siklus Hidrologi

Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km3 air: 97,5% adalah air
laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air
tanah dan sebagainya. Hanya 0,001 % berbentuk uap di udara. Air di bumi ini
mengulangi terus menerus Sirkulasi → penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar
(outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan
sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke
permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung
menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi. Tidak sernua bagian hujan
yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan
oleh tumbuh tumbuhan di mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh
atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan tanah.

Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah
(inflitrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk
permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-
sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut.
Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air
yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai (disebut aliran
infra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah
(groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke
permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah (disebut groundwater runoff = limpasan
air tanah).

Jadi sungai itu mengumpulkan 3 jenis limpasan, yakni limpasan permukaan


(surface runoff), aliran intra (interflow) dan limpasan air tanah (groundwater runoff)
yang akhirnya akan mengalir ke laut. Singkatnya ialah : uap dari laut dihembus ke alas
daratan (kecuali bagian yang telah jatuh sebagai presipitasi ke laut), jatuh ke daratan
sebagai presipitasi (sebagian jatuh langsung ke sungai-sungai dan mengalir langsung ke
laut). Sebagian dari hujan atau salju yang jatuh di daratan menguap dan meningkatkan
kadar uap di alas daratan. Bagian yang lain mengalir ke sungai dan akhirnya ke laut.
Seperti telah dikemukakan di atas, sirkulasi yang kontinu antara air laut dan air
daratan berlangsung terus. Sirkulasi air ini disebut siklus hidrologi (hydrological cycle).
Lihat Gbr. Siklus hidrologi

1. Awan dan uap air di udara 11. Presipitasi 20. Evaporasi dari tanah
2. Hujan 12. Salju yang mencair 21. Evaporasi dari sungai-
3. Hujan es 13. Lain-lain Sungai dan danau-danau
4. Salju 14. Intersepsi 22. Evaporasi dari laut
5. Limpasan permukaan 15. Evaporasi hujan yang 23. Pengamatan debit
6. Perkolasi sedang jatuh 24. Pengamatan kualitas air
7. Alat ukur salju 16. Evapotranpirasi 25. Pengamatan evaporasi
8. Alat ukur hujan 17. Transpirasi
9. Sumur pengamatan 18. Awan dan uap air
10. Air tanah 19. Evaporasi
2.2 Debit dan Curah hujan

Pengertian curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1
(satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu.
Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat
berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif
terhadap tanaman.

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan
kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak
semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh
melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga.

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun
kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk
mengulangi daur ulang itu semula. Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan
yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi
pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan
berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.

Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi
pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang
sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi
apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit.
Adapun jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG),
diantaranya yaitu hujan kecil antara 0 – 21 mm per hari, hujan sedang antara 21 – 50
mm per hari dan hujan besar atau lebat di atas 50 mm per hari.

Debit

Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi
pengelola sumber daya air .Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang
bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk
perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada
musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran
potensi sumebr daya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai. Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan satuan meter kubik
per detik (m3/dt).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Perhitungan Curah Hujan

DAS garang hulu mmpunyai luas 83,71 km (Setyowati & Suharini, 2011). Data
diambil dengan membagi dua wilayah DAS garang hulu menjadi dua titik yaitu titik 1
dengan luas 50,325 km dan titik 2 adalah 33,385 km
3.1.1 Data Curah Hujan Maximum Tahunan

Data curah hujan yang dipakai analisis curah hujan rata rata adalah data curah
hujan harian maksimal tahunan dari 2 tstasiun yaitu sta. Titik 1 dan sta.titik 2.

3.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Mengunakan Rumus Thiesen


Untuk perhitungan dengan cara Thiesen mengunakan persamaan :
1
𝑅̅ = 𝑛 (R1 + R2 + .... + Rn)

dimana:
R : Curah hujan daerah (mm)
N : jumlah titik-titik (pos-pos) pengamatan
R1, R2, .... Rn : Curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
No. Tahun Sta. Titk 1 Sta. Titik 2 Ri
A1 = 50,325 A2 = 33,385 (𝐴1∗𝑅1+𝐴2∗𝑅2+𝐴3∗𝑅3
Ri= )
(km2) (km2) 2

1 1986 141 130 5.717,93755


2 1987 124,3 138 5.431,26375
3 1988 150,2 174 6.691,45125
4 1989 152,1 142 6.197,55125
5 1990 123,1 115 5.017,14125
6 1991 105 138 4.945,61255
7 1992 103 104 4.327,75755
8 1993 255,3 276 11.023,5675
9 1994 95,6 104 4.411,55555
10 1995 120,2 125 5.111,09555
11 1996 114,4 117 4.831,61255
12 1997 160 197 7.314,42255
13 1998 98 103 4.185,25255
14 1999 84,5 93 3.376,11755
15 2000 147 179 6.686,84255
16 2001 63,5 109 3.417,30125
17 2002 94,4 98 4.011,20555
18 2003 97,7 106 4.224,60125
19 2004 117,7 85 4.308,48875
20 2005 80,2 98 3.656,30333

3.2 Perhitungan Debit


 Intensitas Curah Hujan

Perhitungan intensitas curah hujan mengunakan rumus Mononobe :


R24 24
I= (1,2)2/3
24

276 24
I= (1,2)2/3
24

276
I= 202/3
24

276
I= 89,443
24

I = 1028,595
 Koefisien Aliran

Pengunaan DAS Garang Hulu meliputi 20% rerumputan, 50 % pemukiman terpisah,


15%jalan beraspal 5 % kereta api dan sisanya daerah yang tidak dikerjakan

C: 0,20 x 0,10 = 0,02


0,50 x 0,50 = 0,25
0,15 x 0,70 = 0,105
0,05 x 0,25 = 0,0125
0,10 x 0,10 = 0,01

C = 0,3975

Luas DAS Garang Hulu


A = 83,71 km2.

 Perhitungan Debit
Perhitungan debit dengan mengunakan rumus Rasional
1
Q = .c.I.A
3,6

1
= . 0,3975 . 1028,595 . 83,71
3,6

1
= . 34.226,216
3,6

= 9.507,282 m3/d
3.3 Analisis Curah Hujan Dengan Gumbel

Data curah hujan selama 20 tahun

R24 Maks
NO TAHUN
(mm)
1. 1986 141
2. 1987 124,3
3. 1988 174
4. 1989 152,1
5. 1990 123,1
6. 1991 138
7. 1992 104
8. 1993 276
9. 1994 101
10. 1995 125
11. 1996 117
12. 1997 197
13. 1998 103
14. 1999 93
15. 2000 179
16. 2001 109
17. 2002 98
18. 2003 106
19. 2004 117
20. 2005 98

Penyelesaian:
2.675,5
Hitung hujan rata-rata Ri = = 133,775 mm
20

R−Ri2
Standar deviasi S =√
n−1

S = Standar Deviasi

R = Curah Hujan Rata-rata

Ri = Harga rata-rata
table di urutkan dari yang terkecil ke terbesar

No R (mm) R-Ṝ (R - Ṝ)2


1 93 -40,78 1.662,60
2 98 -35,78 1.279,85
3 98 -35,78 1.279,85
4 101 -32,78 1.074,20
5 103 -30,78 947,10
6 104 -29,78 886,55
7 106 -27,78 771,45
8 109 -24,78 613,80
9 117 -16,78 281,40
10 117 -16,78 281,40
11 123,1 -10,68 113,96
12 124,3 -9,48 89,78
13 125 -8,78 77,00
14 138 4,22 17,85
15 141 7,22 52,20
16 152,1 18,33 335,81
17 174 40,23 1.618,05
18 179 45,23 2.045,30
19 197 63,23 3.997,40
20 276 142,23 20.227,95
Total 2.675,5 37.653,50

R−Ri2
Standar deviasi S =√ n−1

37.635,50
=√ 20−1

37.635,50
=√ 19

S = 44,506
 Harga – harga K (Frekwensi Gumbell)

Periode P Reduced Banyaknya pengamatan (tahun )


Ulang Variate 20 30 40 50 100 200 ∞
(th) Y
1,58 0,63 0,000 -0,49 -0,48 -0,47 -0,47 -0,46 -0,46 -0,45
2,00 0,50 0,367 -0,15 -0,15 -0,15 -0,15 -0,16 -0,16 -0,16
2,33 0,43 0,579 0,052 0,038 0,031 0,026 0,016 0,010 0,001
5 0,20 1,500 0,919 0,866 0,838 0,820 0,779 0,755 0,719
10 0,10 2,250 1,62 1,54 1,50 1,47 1,40 1,36 1,30
20 0,05 2,970 2,30 2,19 2,13 2,09 2,00 1,94 1,87
50 0,02 3,962 3,18 3,03 2,94 2,89 2,77 2,70 2,59
100 0,01 4,600 3,84 3,65 3,55 3,49 3,35 3,27 3,14
200 0,005 5,296 4,49 4,28 4,16 4,08 3,93 3,83 3,68
400 0,0025 6,000 5,15 4,91 4,78 4,56 4,51 4,40 4,23

 Analisa frekuensi dengan metode GUMBEL

R25-th = Ri + K.S

= 133,775 + (2,45 x 44,506)

= 126.6 + 109,0397

= 242,8147 mm

R50-th = Ri + K.S

= 133,775 + (3,18 x 44,506)

= 133,775 + 141,52908

= 275,30408 mm
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...........................................................................................................


BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Maksud & Tujuan ................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................

2.1 Siklus Hidrologi ...................................................................................

2.2 Debit & Curah Hujan ...........................................................................

BAB III MOTODE PENELITIAN .........................................................................

3.1 Perhitungan Curah Hujan .....................................................................


3.1.1 Data Curah Hujan Max Tahunan ................................................
3.1.2 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata
Mengunakan Rumus Thiesen ...............................................................
3.2 Perhitungan Debit.................................................................................
3.3 Analisi Curah Hujan Dengan Gumbell ................................................

BAB IV HASIL & KESIMPULAN .......................................................................

BAB V TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

Anda mungkin juga menyukai