PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa dan Bagaimana Daulah Umayyah?
2. Bagaimana Praktek dan Pemikiran Ekonomi pada masa Daulah Umayyah?
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas
mata kuliah adalah:
1. Untuk mengetahui sekilas mengenai Bani Umayyah dan Abbasiyah.
2. Untuk mengetahui praktek dan pemikiran ekonomi pada masa Bani
Umayyah dan Abbasiyah.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis lakukan dalam pembuatan makalah ini
adalah dengan menggunakan kajian pustaka, yaitu mengambil bahan - bahan
kajian dari beberapa literatur – literatur, serta sumber dari internet yang
dianggap cocok dan mempunyai kaitan dengan praktek dan Pemikiran Ekonomi
Masa Umayyah Umayyah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Daulah Umayyah
http://sejarahperadabanislam77.blogspot.com/2013/05/sejarah-dinasti-
1
3
Ibn Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah diangkat menjadi kepala
di sebuah kota di Syria. Karena keberhasilan kepemimpinannya, tidak lama
kemudian dia diangkat menjadi gubernur Syria oleh khalifah Umar. Mu'awiyah
selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat melancarkan perluasan wilayah
kekuasaan Islam sampai perbatasan wilayah kekuasaan Bizantine.Pada masa
pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah terlibat konflik dengan
khalifah Ali untuk mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur
Syria.Sejak saat itu Mu'awiyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan
mendirikan dinasti Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali, Mu'awiyah
menjadi penguasa seluruh imperium Islam,dan menaklukan Afrika Utara
merupakan peristiwa penting dan bersejarah selama masa kekuasaannya.2
Daulat Bani Umayyah yang berdiri sejak tahun 660 Masehi sampai
dengan tahun 750 Masehi (lebih kurang 90 tahun) yang dipimpin 14 orang
Khalifat dan 5 orang diantaranya merupakan Khalifah yang memiliki kelebihan
tersendiri.
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah
oleh 14 orang khalifah. Namun diantara khalifah-khalifah tersebut, yang paling
menonjol adalah : Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid
bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.
Masa kepemimpinan Bani Umayyah berakhir pada tahun 132 H. Ini
terjadi setelah Marwan bin Muhammad mengalami kekalahan dalam Perang
Zab, melawan pasukan yang dipimpin Abu Abbas as-Saffah dari Bani
Abbasiyah. Sejak saat itu kekhilafahan beralih ke Bani Abbasiyah.
4
B. Kegiatan Perekonomian dan Pekiran Ekonomi Pada Masa
Kekhalifahan Bani Umayyah dan Abbasiyah
1. Perekonomian Pada Masa Kekhalifahan Bani Umayyah
Pada masa pra-Islam, uang Romawi dan Persia digunakan di Hijaz, di
samping beberapa uang perak Himyar yang bergambar burung hantu Attic.
Umar, Muawiyah, dan para khalifah terdahulu lainya merasa cukup dengan
mata uang asing yang beredar, dan mungkin pada beberapa kasus, terdapat
kutipan ayat Al Quran tetentu pada koin-koin itu. Sejumlah uang emas dan
perak pernah dicetak sebelumnya pada masa Abd Al Malik, tetapi cetakan itu
hanyalah tiruan dari mata uang Bizantium dan Persia. Pada tahun 695, Abd Al
Malik mencetak dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya orang
Arab.3
Di samping membuat uang Islam, dan melakukan arabisasi administrasi
keeajaan, Abd Al Malik juga mengembangkan sistem layanan pos, dengan
menggunakan kuda antara Damaskus dan ibukota provinsi lainya. Layanan itu
dirancang, terutama untuk memenuhi kebutuhan transportasi para pejabat
pemerintahan dan persoalan surat-menyurat mereka. Semua kepala pos bertugas
untuk mencatat dan mengirimkan kepada khalifah semua peristiwa penting
yang terjadi di wilayah mereka masing-masing.
Dalam kaitanya dengan perubahan mata uang, kita perlu memperhatikan
pembaruan sistem keuangan dan administrasi yang terjadi pada masa ini. Pada
dasarnya, tidak ada seorang muslim pun, dari bangsa mana pun, yang dibebani
membayar pajak, selain zakat ataupun santunan untuk orang miskin, meskipun
pada praktikya, hak-hak istimewa sering diberikan kepada segelintir orang
Islam-Arab. Bersadarkan teori itu, banyak orang yang baru masuk Islam,
terutama dari Irak dan Khursan, mulai meninggalkan desa tempat mereka
berkerja sebagai petani, dan pergi ke kota-kota, dengan harapan bisa bergabung
menjadi prajurit mawali. Fenomena ini akhirnya menyebabkan kerugian ganda
3
Philip K. Hitti, History of the Arab: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif Tentang
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta , 2013) h. 271
5
bagi perbendaharaan kerajaan. Hal tersebut karena setelah masuk Islam,
pendapatan pajak sangat berkurang, dan setelah menjadi prajurit, mereka
berhak mendapatkan subsidi. Al Hajj kemudian membuat kebijakan penting
untuk mengembalikan orang-orang ke ladang-ladang mereka, dan kembali
mewajibkan mereka membayar pajak tanah dan pajak kepala. Ia bahkan
mengharuskan orang-orang Arab yang menguasai tanah di wilayah wajib pajak
untuk membayar pajak tanah.4
Setelah Daulah Umawiyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas
maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat
melalui jalan Sutera kr Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera,
keramik, obat-obatan dan wewangian. Perkembangan perdagangan itu telah
mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Daulah Umawiyah Bidang-bidang
ekonomi yang terdapat pada jaman Bani Umayyah terbukti berjaya membawa
kemajuan kepada rakyatnya yaitu:
• Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap
pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan sistem
pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
• Dalam bidang industri pembuatan khususnya kraf tangan telah menjadi nadi
pertumbuhan ekonomi bagi Umayyah.
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, kebijakan ekonomi banyak
dibentuk berdasarkan ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai konsekuensi
semakin jauhnya rentang waktu (lebih kurang satu abad) antara zaman
kehidupan Rasulullah saw dan masa pemerintahan tersebut.
Beberapa tradisi dan praktek yang di lakukan oleh Bani Umayyah pada masa
daulah al-Islam, yaitu:5
4
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2010) h. 125.
5
http://www.plusnetwork.com/?sp=chv&q=tradisi%20dan%20praktek%20pada%20m
asa%20ummayah
6
harta kekayaan pribadi dan keluarganya yang diperoleh secara tidak
wajar kepada baitul maal, seperti; tanah-tanah perkebunan di Maroko,
berbagai tunjangan yang di Yamamah, Mukaedes, Jabal Al Wars,
Yaman dan Fadak, hingga cincin berlian pemberian Al Walid.
2. Selama berkuasa beliau juga tidak mengambil sesuatupun dari baitul
maal, termasuk pendapatan Fai yang telah menjadi haknya.
3. Memprioritaskan pembangunan dalam negeri. Menurutnya,
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan negeri-negeri Islam
adalah lebih baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam rangka
ini pula, ia menjaga hubungan baik dengan pihak oposisi dan
memberikan hak kebebasan beribadah kepada penganut agama lain.
4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah Umar bin Abdul
Aziz lebih bersifat melindungi dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan.
5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin, mengurangi beban pajak
kaum Nasrani, membuat aturan takaran dan timbangan, membasmi
cukai dan kerja paksa,
6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-sumur, pembangunan
jalan-jalan, pembuatan tempat-tempat penginapan musafir, dan
menyantuni fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil meningkatkan
taraf hidup masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi yang
mau menerima zakat.
7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan dilarang pejabat tersebut
melakukan kerja sampingan. Selain itu pajak yang dikenakan kepada
non-muslim hanya berlaku kepada tiga profesi, yaitu pedagang, petani,
dan tuan tanah.
7
Meskipun masa pemerintahannya tidak cukup satu abad (90-91 tahun), tetapi
berbagai kemajuan yang dicapai selama pemerintahan ini dapat dikatakan
sangat luar biasa termasuk ke dalamnya adalah kesuksesan dalam perluasan
wilayah pemerintahan Islam dan jumlah penduduk yang masuk Agama Islam.
Sebaliknya, disamping dicap sebagai pemerintahan yang membidani lahirnya
pemerintahan monarchie heredetis (kerajaan turun temurun) juga seperti disebut
oleh Dr. Muhammad Quthb, bahwa pada masa kekhalifahan Umayyah telah
terjadi kemunduran Islam, sehingga pada saat berakhirnya masa pemerintahaan
ini muncul anggapan bahwa Islam akan hilang dari permukaan bumi.
Dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan lain, sumbangan
pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah di bidang ekonomi memang tidak
begitu monumental, karena pada zaman pemerintahan ini, pemikiran-pemikiran
ekonomi lahir bukan berasal dari ekonom murni intelektual muslim, tetapi
berasal dari hasil interpretasi kalangan ilmuan lintas-disiplin yang berlatar
belakang fiqh, Tasawuf, filsafat, sosiologi, dan politik. Namun demikian,
terdapat beberapa sumbangan pemikiran mereka terhadap kemajuan ekonomi
Islam, di antaranya adalah perbaikan terhadap konsep pelaksanaan transaksi
salam, murabaha, dan muzara’ah, serta kehadiran Kitab al Kharaj yang ditulis
oleh Abu Yusuf yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Hasyim secara
eksklusif membahas tentang kebijaksanaan ekonomi, dipandang sebagai
sumbangan pemikiran-pemikiran ekonomi yang cukup berharga.
Perbaikan sistem politik negara pada masa Bani Umayyah dilakukan
dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan.hal itu banyak membawa
pengaruh positif bagi kehidupan masyarakat terutama dengan dibentuknya
Lembaga Keuangan Negara (Nizam Mal), yang tugasnya adalah sbb :
8
5. Mengatur biaya untuk perlengkapan perang
6. Mengatur hadiah untuk ulama dan satrawan negara
6
Euis Amalia, Tradisi dan Praktek Ekonomi Masa Daulah Umawiyah, ( Depok:
Gramata Publishing, 2010), h. 101-104
9
5. Mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai jabatan professional.
6. Menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para tentara
10
ini pula, ia menjaga hubungan baik dengan pihak oposisi dan
memberikan hak kebebasan beribadah kepada penganut agama lain.
4. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, Khalifah Umar bin Abdul
Aziz lebih bersifat melindungi dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan.
5. Menghapus pajak terhadap kaum muslimin, mengurangi beban pajak
kaum Nasrani, membuat aturan takaran dan timbangan, membasmi
cukai dan kerja paksa,
6. Memperbaiki tanah pertanian, menggali sumur-sumur, pembangunan
jalan-jalan, pembuatan tempat-tempat penginapan musafir, dan
menyantuni fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil meningkatkan
taraf hidup masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi yang
mau menerima zakat.
7. Menetapkan gaji pejabat sebesar 300 dinar dan dilarang pejabat tersebut
melakukan kerja sampingan. Selain itu pajak yang dikenakan kepada
non-muslim hanya berlaku kepada tiga profesi, yaitu pedagang, petani,
dan tuan tanah.
8. Dalam bidang pertanian Khalifah Umar bin Abdul Aziz melarang
penjualan tanah garapan agar tidak ada penguasaan lahan. Ia
memerintahkan amirnya untuk memanfaatkan semaksimal mungkin
lahan yang ada. Dalam menetapkan sewa tanah, khalifah menerapkan
prinsip keadilan dan kemurahan hati. Ia melarang memungut sewa
terhadap tanah yang tidak subur dan jika tanah itu subur, pengambilan
sewa harus memperhatikan tingkat kesejahteraan hidup petani yang
bersangkutan.
9. Menerapkan kebijakan otonomi daerah. Setiap wilayah Islam
mempunyai wewenang untuk mengelola zakat dan pajak secara sendiri-
sendiri dan tidak mengharuskan menyerahkan upeti kepada pemerintah
pusat. Bahkan sebaliknya pemerintah pusat akan memberikan bantuan
subsidi kepada wilayah Islam yang pendapatan zakat dan pajaknya tidak
11
memadai. Dan juga memberlakukan sistim subsidi antar wilayah, dari
yang surplus ke yang pendapatannya kurang.
10. Dalam menerapkan Negara yang adil dan makmur, Khalifah Umar bin
Abdul Aziz menjadikan jaminan social sebagai landasan pokok.
Khalifah juga membuka jalur perdagangan bebas, baik didarat maupun
dilaut, sebagai upaya peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
Pemerintah menghapus bea masuk dan menyediakan berbagai bahan
kebutuhan sebanyak mungkin dengan harga yang terjangkau.
11. Pada masa-masa pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan Negara
berasal dari zakat, hasil rampasan perang, pajak penghasilan pertanian,
dan hasil pemberian lapangan kerja produktif kepada masyarakat luas.
12. Yang paling menonjol pada masa ini adalah, kembalinya syariat Islam
dengan semua ketinggian dan kesempurnaannya untuk mewarnai
seluruh aspek kehidupan.
Selain pemikiran berasal dari para khalifah seperti tersebut di atas, pada
masa Daulah Bani Umayyah banyak juga dijumpai pemikir-pemikir ekonomi
yang berasal dari kalangan ulama, fuqaha dan filsuf, di antaranya adalah:7
a. Zaid bin Ali (80-120/699-738)
Zaid bin Ali adalah cucu dari Imam Hussein, merupakan ahli fiqih
terkenal di Madinah. Pemikiran dan pandangan Zaid seperti yang dikemukakan
Abu Zahra adalah membolehkan penjualan suatu komoditi secara kredit dengan
harga yang lebih tinggi dari harga tunai dengan alasan sebagai berikut:
1) Penjualan secara kredit dengan harga lebih tinggi daripada harga tunai
merupakan salah satu bentuk transaksi yang sah dan dapat dibenarkan
selama transaksi tersebut dilandasi oleh prinsip saling ridha antar kedua
belah pihak
7
http://sejarahagamaislamdidunia.blogspot.com
12
2) Pada umunya, keuntungan yang diperoleh para pedagang dari penjualan
seecara kredit merupakan murni bagian dari sebuah perniagaan dan
tidak termasuk riba.
3) Penjualan secara kredit merupakan salah satu bentuk promosi sekaligus
respon terhadap permintaan pasar. Dengan demikian, bentuk penjualan
seperti ini bukan suatu tindakan di luar kebutuhan.
4) Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kredit merupakan suatu
bentuk kompensasi atas kemudahan yang diperoleh seseorang dalam
membeli suatu barang tanpa harus membayar secara tunai.
5) Harga penjualan kredit, tidak semata merta mengindikasikan bahwa
harga yang lebih tinggi selalu berkaitan dengan waktu. Harga jual kredit
dapat pula ditetapkan lebih rendah dari harga beli, dengan tujuan untuk
menghabis persediaan barang dan memperoleh uang tunai karena
khawatir harga pasar akan jatuh di masa datang.
13
periode antara tanggal aqad dan tanggal penyerahan barang, sehingga
kedua belah pihak sama-sama mengetahui bahwa penyerahan barang
dapat dilaksanakan sesuai aqad.
2) Abu Hanifa, sebagai seorang pedagang, Abu Hanifa memberikan
sumbangan tentang aturan-aturan yang menjamin pelaksanaan
permainan yang adil dalam transaksi murabaha dan transaksi lain yang
sejenis. Memberi sumbangan tentang pelaksanaan praktek dagang lain
yang berlandaskan norma-norma Islam.
3) Mempunyai perhatian terhadap kaum yang lemah, pemberlakuan zakat
atas perhiasan dan membebaskan pemilik harta yang dililit hutang yang
tidak sanggup menebusnya dari kewajiban membayar zakat.
4) Tidak membolehkan pembagian hasil panen (muzaraah) dalam kasus
tanah yang tidak menghasilkan guna melindungi penggarap yang
umumnya adalah orang lemah.
c. Al Awza‘i (88-157/707-774)
Abdul Rahman Al Awza’i berasal dari Beirut, yang hidup sejaman
dengan Abu Hanifa. Beliau juga pendiri sekolah hukum walaupun tidak
bertahan lama
14
kitab hadist bergaya fiqh atau kita fiqh bergaya Hadist. Pokok-pokok fikiran
Imam Malik bin Anas tentang ekonomi adalah sebagai berikut:
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16