Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara prosentase, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap
Produk Domestik Bruto termasuk relatif kecil daripada dengan sektor lain, yaitu
(0,36 % per tahun), tetapi secara angka ternyata cukup mengejutkan (427 milyar
rupiah dalam kurun 1996-1999).
Namun demikian, khusus konsumsi bahan galian batu gamping ternyata
relatif stabil, tidak terganggu oleh tingkat ekonomi yang semakin terpuruk. Hal ini
ditunjukkan oleh kebutuhan batu gamping untuk bahan baku semen masih tetap
menjanjikan. Jumlah penduduk yang semakin dewasa dan bertambah setiap tahun
(2%) merupakan alasan bahwa kebutuhan rumah sebagai sarana tempat tinggal
masih tetap pilihan nomor satu. Industri lain pemakai batu gamping memegang
peran yang tidak dapat dipisahkan karena konstribusi terhadap total konsumsi
cukup nyata, seperti industri pertanian, kertas dan banyak lagi yang lain. Kondisi
iitu, secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi pengusahaan
pertambangan batu gamping.
Batu gamping adalah batuan sedimen yang sebagian besar disusun oleh
kalsium karbonat yang berasal dari sisa- sisa organisme laut seperti kerang, siput
laut, dan koral yang sudah mati. Batu gamping terbentuk secara organik, secara
mekanik maupun secara kimia. Batu gamping yang terjadi secara organik di alam
yang merupakan pengendapan cangkang ataupun siput dan ganggang yang berasal
dari kerangka koral. Batu gamping yang terjadi secara mekanik tidak jauh berbeda
dengan jenis batu gamping yang terbentuk secara organik, perbedaannya yang
terjadi diantara keduanya adalah terjadinya perombakan bahan batu gamping yang
kemudian terbawa arus dan biasanya mengendap tidak jauh dari tempat semula.
Batu gamping yang terjadi secara kimia merupakan jenis dari batu gamping yang
terjadi dalam kondisi iklim dan dalam suasana lingkungan tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu genesa bahan galian
2. Bagaimana data sebaran bahan galian batugamping di Indonesia
1|BATUGAMPING
3. Apa itu eksplorasi dan eksploitasi
4. Bagaimana pengolahan dan pemanfaatan batugamping
5. Apa saja dampak yang ditimbulkan
6. Bagaimana prospek dari batugamping

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui genesa pembentukan bahan galian batugamping
2. Mengetahui sebaran bahan galian batugamping di Indonesia
3. Memahami tentang ekplorasi dan eksploitasi
4. Memahami proses pengolahan serta pemanfaatan yang dihasilkan dari
batugamping
5. Mengetahui dampak yang ditimbulkan
6. Mengetahui prospek dari batugamping

1.4 Manfaat
Adapun Manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa/i Menambah wawasan dan
kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah didapat dari
mata kuliah yang telah diterima.
2. Untuk Menunjang syarat penilaian mata kuliah Rekayasa Bahan Galian
Industri

2|BATUGAMPING
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan,


proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan,
dan faktorfaktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru,
mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu
dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta
membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian
tersebut.
Bahan galian merupakan mineral asli dalam bentuk aslinya, yang dapat
ditambang untukkeperluan manusia. Mineral-mineral dapat terbentuk menurut
berbagai macam proses, sepertikristalisasi magma, pengendapan dari gas dan uap,
pengendapan kimiawi dan organik darilarutan pelapukan, metamorfisme,
presipitasi dan evaporasi, dan sebagainya (Katili, R.J. 1966).

Gambar 2.1 Gambar macam-macam jenis Batugamping / batukapur dan jenis


pembentukannya

Batu gamping adalah merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sector industy ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
3|BATUGAMPING
bahan bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian, bahan 4 keramik, industri kaca, industri semen, pembuatan karbit,
untuk peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam industri kertas
pulp dan karet, untuk proses pengendapan bijih logam dan indutri gula.
Genesa terjadinya batu gamping terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
Secara Organic•
Sebagian besar batu gamping di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal
dari pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Ciri khas batugamping
jenis ini umumnya kristalin dan sering muncul pola-pola terumbu dan sisa-sisa
cangkang binatang lunak.
Secara Mekanik•
Untuk batu gamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya tidak
jauh berbeda dengan jenis batu gamping yang terjadi secara organik. Yang
membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut
yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Ciri khas dari batugamping jenis ini adalah adanya fragmen-fragmen
butiran.
Secara Kimia•
Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu gamping yang terjadi dalam
kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Ciri khas batugamping jenis ini adalah kristalin, bahkan sering besar-besar seperti
pada kalsit.
Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di
seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia
terdapat di Sumatera Barat. Beberapa daerah lain yang merupakan penghasil
utama batu kapur adalah Jawa Timur. Berbagai wilayah di daerah ini antara lain
Pacitan, Trenggalek, Tulungagug, Ponorogo, ngawi, Bojonegoro, Tuban,
Lamongan, Nganjuk, Jember, Bondowoso,Banyuwangi, Bangkalan, Sampang,
pamekasan, Sumenep dan Gresik. Selanjutnya di wilayah Kalimantan, potensi
batuan gamping atau batuan kapur ini yang terbesar adalah di provinsi Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah.

4|BATUGAMPING
Eksplorasi batu gamping dilakukan bertahap. Kegiatan ini dilkerjakan dengan
meggunakan cara pemboran dan geolistrik. Besar cadangan dihitung berdasarkan
korelasi data pengeboran dengan data geolistrik dan geologi singkapan. Secara
umum, penambangan batu gamping Indonesia dilakukan dengan cara tambang
terbuka (kuari). Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan
koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dapat dengan
menggunakan bulldozer atau power scraper. Kemudian dilakukan pemboran dan
peledakan sampai di dapat ukuran bongkah yang sesuai. Untuk bongkah yang
terlalu besar perlu di bor dan diledak-ulang (secondary blasting). Pengambilan
bongkah batu gamping biasanya dilakukan dengan wheel loader, lalu dimuat ke
alat transportasi (dump truck, belt conveyor, lori dan lain-lain).
Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada
industri semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu
pengolahan terlebih dahulu, misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan
untuk memperoleh kapur tohor (CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas
CO2.
Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi :
• Kalsinasi pada suhu 900o - 1000oC, sehingga batu gamping terurai menjadi
CaO dan CO2;
• CO2 ditangkap, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki;
• kalsinasi dapat membentuk kapur tohor (CO) dan padam (CaOH2).
Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan diperoleh CaO melalui
reaksi
CaCO3 • CaO + CO2

Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai 1 gram molekul
CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal. Pembakaran batu dolomit (MgCO3)
pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti reaksi berikut :
MgCO3 • MgO + CO2;
MgO disebut juga magnesit kostik.
Pembakaran batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya
MgCO3 yang terurai, tetapi CaCO3 belum terurai. Jadi yang dihasilkan adalah
MgO.CaCO3; dolomit kostik yang aktif ialah MgO sementara CaCO3 bekerja

5|BATUGAMPING
sebagai bahan pengisi. Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang
terjadi adalah CaCO3, dan CO3 terurai menjadi CaO dan MgO.
Pembakaran batu gamping yang mengandung MgCO3 penurunan daya ikat
MgO tak dapat dihindari, karena saat reaksi penguraian CaCO3 menjadi CaO dan
CO2 dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 900 o C, terutama yang berukuran besar,
agar suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga tejadi disosiasi. Gas CO2 akibat
disosiasi dari hasil pembakaran atau udara dapat dihilangkan dengan alat pembuat
gas atau secara alami.
Ada banyak nama berbeda digunakan untuk batugamping. Nama-nama ini
didasarkan pada bagaimana batugamping terbentuk, penampilannya (tekstur),
komposisi mineral penyusunnya, dan beberapa faktor lainnya. Berikut ini adalah
beberapa jenis batugamping yang namanya lebih umum digunakan:
1. Chalk: merupakan sebuah batugamping lembut dengan tekstur yang sangat
halus, biasanya berwarna putih atau abu-abu. Batuan ini terbentuk terutama
dari cangkang berkapur organisme laut mikroskopis seperti foraminifera atau
dari berbagai jenis ganggang laut.
2. Coquina: merupakan sebuah batugamping kasar yang tersemenkan, yang
tersusun oleh sisa-sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada
daerah pantai dimana terjadi pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran
yang sama oleh gelombang laut.
3. Fossiliferous Limestone: merupakan sebuah batugamping yang mengandung
banyak fosil. Batuan ini dominan tersusun atas cangkang dan skeleton fosil
suatu organisme.
4. Lithographic Limestone: merupakan sebuah batugamping padat dengan
ukuran butir sangat halus dan sangat seragam, yang terjadi di dalam sebuah
lapisan tipis membentuk permukaan sangat halus.
5. Oolitic Limestone: merupakan sebuah batugamping yang terutama tersusun
oleh kalsium karbonat "oolites", berbentuk bulatan kecil yang terbentuk oleh
hasil presipitasi konsentris kalsium karbonat pada butir pasir atau cangkang
fragmen.

6|BATUGAMPING
6. Travertine: merupakan sebuah batugamping yang terbentuk oleh presipitasi
evaporasi, sering terbentuk di dalam gua, yang menghasilkan deposit seperti
stalaktit, stalakmit dan flowstone.

7|BATUGAMPING
BAB III

PEMBAHASAN

Batugamping merupakan batuan dengan keragaman penggunaan yang sangat


besar. Batuan ini menjadi salah satu batuan yang banyak digunakan dibandingkan
jenis batuan-batuan lainnya. Sebagian besar batugamping dibuat menjadi batu
pecah yang dapat digunakan sebagai material konstruksi seperti: landasan jalan
dan kereta api serta agregat dalam beton. Nilai paling ekonomis dari sebuah
deposit batugamping yaitu sebagai bahan utama pembuatan semen portland.
Beberapa jenis batugamping banyak digunakan karena sifat mereka yang kuat
dan padat dengan sejumlah ruang/pori. Sifat fisik ini memungkinkan batugamping
dapat berdiri kokoh walaupun mengalami proses abrasi. Meskipun batugamping
tidak sekeras batuan berkomposisi silikat, namun batugamping lebih mudah untuk
ditambang dan tidak cepat mengakibatkan keausan pada peralatan tambang
maupun crusher (alat pemecah batu).
Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada
perairan yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana
organisme mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai
sumber bahan pembentuk batugamping. Ketika organisme tersebut mati,
cangkang dan skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang
selanjutnya akan terlitifikasi menjadi batu gamping.
Produk sisa organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk pembentukan
sebuah massa sedimen. Batugamping yang terbentuk dari sedimen sisa organisme
dikelompokan sebagai batuan sedimen biologis. Asal biologis mereka sering
terlihat oleh kehadiran fosil.
Beberapa batugamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung kalsium
karbonat dari air laut. Batugamping yang terbentuk dengan cara ini dikelompokan
sebagai batuan sedimen kimia. Batugamping ini dianggap kurang melimpah
dibandingkan batugamping biologis.
Batugamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit
dan formasi gua lainnya (sering disebut speleothems) adalah contoh dari
batugamping yang terbentuk melalui penguapan. Di sebuah gua, tetesan air akan

8|BATUGAMPING
merembes dari atas memasuki gua melalui rekahan ataupun ruang pori di langit-
langit gua, kemudian akan menguap sebelum jatuh ke lantai gua.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan
tersimpan di langit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat
mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit
ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tetesan jatuh ke lantai dan menguap serta
tumbuh/berkembang ke atas (dari lantai gua) depositnya disebut dengan stalakmit.
Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal sebagai "travertine" dan
masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.
Batu gamping dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, yaitu
sebagai Batu bangunan. Di sini adalah yang biasa digunakan untuk pondasi
rumah, jalan, jembatan maupun isian bendungan terutama di daerah yang tidak
memiliki sumber batu bangunan seperti andesit, basalt dan semacamnya atau
sebagai batu hias. Untuk keperluan di atas dipilih batu gamping yang berstruktur
pejal atau keras serta berhablur dengan daya tekan 800 - 2500 kg/m3.
Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran dalam
adukan pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah. Syarat yang harus
dipenuhi untuk bahan bangunan ini, adalah :
• (CaO + MgO) min. 5%;
• (SiO + AL2O3 + Fe2O3) maks. 5%;
• CO2 maks 3%;
• 70% lolos ayakan 0,85 mm
Campuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang
disebut semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-
oksida alumina dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai
berikut:
• Ca(OH2) + SiO2 + (n-1)H2O à CaO, SiO2 nH2O (semen)
• Ca(OH2) + Al2O3 + 5 H2O à CaO, Al2O3 6H2O (semen)
Pemanfaatan batu gamping untuk fondasi jalan, rawa-rawa, berfungsi
mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut.
Reaksi yang terjadi hampir sama dalam pembentukan semen tras, dengan
campuran kapur padam sekitar 1 - 6% sesuai keadaan tanah dan konstruksi jalan

9|BATUGAMPING
yang akan dibuat. Batu gamping yang dipakai diharapkan berkadar belerang
rendah.
Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan
melalui pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda;
untuk kacang-kacangan, gandum, kentang misalnya, masing-masing pelu tingkat
keasaman antara 6 - 7,5; 5,75-7,5; dan 5-6,45.
Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau
kapur tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10%
dan ukuran butir < dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3
mm. Pengapuran memberikan berbagai keuntungan, misal
memungkinkan nutrient lain lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga
mem-perbaiki peningkatan mikrobiologi alam dari tanah melaluj penghancuran
bahan organik (penggemburan tanah). Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat
memperbaiki struktur fisik, yaitu dapat rnembantu pertumbuhan akar dan mem-
beri kontribusi kalsium terhadap tanaman tingkat bermagnesium rendah/ hilang
akibat panenan atau erosi.
Untuk melaksanakan proses pengapuran, jumlah batu gamping sangat
bervariasi. Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah.
Namun, sumber lain menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan
sampai 5 ton per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan
kapur padam.
Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh
untuk menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar
sesuai dengan pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.
Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor
penentu sebagai bahan baku keramik.
Pemanfaatan batu gamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan
tambahan. Jenis batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping
dolomitan dengan kadar sebagai berikut :
• (SiO2 0,96%), (Fe2O3 0,04%), (Al2O3 0,14%);
• (MgO 0,15%), da (CaO 55,8%);

10 | B A T U G A M P I N G
• (SiO2 ; 0,14%), (Fe2O3 ; 0,03%), (Al2O3.MgO ; 20,80%) dan
(CaO;31,8%).
Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas,
botol, dan kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada
gelas, antara lain mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah
devitrifikasi; dan memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan
gelas.
Untuk pembuatan bata silika, batu gamping yang diperlukan adalah dengan
kadar:
• CaO minimum 90%;
• MgO maksimum 4,5%;
• Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5%;
• CO2 maksium 5%.
Dalam industri semen, penggunaan mineral batugamping adalah sebagai
bahan baku utama. Diperkirakan, untuk 1 ton semen diperlukan 1 ton
batugamping. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah :
• kadar CaO : 50 - 55%;
• MgO maksimum 2%;
• kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O);
• kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95%.
Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur
padam, yaitu sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar
sampai dengan suhu + 1100 oC.
Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit,
dan petroleumcoke (carbon black). Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan
kalsium karbid mem-punyai spesifikasi :
• total CaO minimum 92%;
• MgO maksimum 1,75%;
• SiO2 maksimum 2%;
• Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1%;
• S maksimum 0,2%;
• P maksimum 0,02;

11 | B A T U G A M P I N G
• hilang pijar pada contoh yang diambil di tungku 4%.
Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya, batu gamping/
dolomite berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika
dan alumina sebagai unsur tambahan; dalam proses peleburan unsur-unsur
tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang
mengapung di atas lelehan besi, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu, CaO
dalam batu gamping harus berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan
untuk mengikat gas-gas seperti SO2 dan H2S.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi, antara lain :
Untuk batu gamping
• CaO minimum 52%;
• SiO maksimum 4% (1,5 - 4%);
• Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%;
• MgO maksimum 3,5%;
• Fe2O3 maksimum 0,65%;
• P maksimum 0,1%.
Untuk keperluan ini batu gamping harus mempunyai hablur murni (hampir
CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batu gamping yang
lunak, berwarna putih yang terdiri dari cangkang kerang dan jasad renik yang
terdiri dari kapur (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium
karbonat dari dolomit.
Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih berkadar CaCO3 98%,
kehalusan 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan
pH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp,
pengisi, pelapis (coating) dan pengkilap.
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui
proses amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
• CaCO3 : 90 - 99%;
• MgCO : 0,6%
• FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.
Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu
dalam proses kapur soda.

12 | B A T U G A M P I N G
Tabel 1. Persyaratan batu gamping dan dolomit untuk peleburan dan pemurnian
baja.

Batugamping Dolomit
- CaO minimum 52%; - SiO maksimum - SiO maksimum 6% (1,5 -
4% (1,5 - 4%); - Al2O3 + 4%); - Al2O3 +
Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum Fe2O3 maksimum 3%; - MgO
3,5%; - Fe2O3 maksimum 0,65%; - P maksimum 17 - 19%;
maksimum 0,1%.

berfungsi menghilangkan bikarbonat yang menjadi penyebab kekerasan sementara


pada air. Air kotor yang banyak mengandung bakteri akan menjadi bersih dalam
waktu 24 - 48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup banyak. Demikian pula air
yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang mengandung
CO2 dinetralkan. Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa saluran air
ke konsumen.
Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batu gamping bertindak
sebagai settling agent, dan pengontrol pH. Batugamping berfungsi untuk
mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam proses flotasi bijih nikel. Batu
gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih adalah antara 75 - 80 kg.
Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira
tebu dan menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah
sekitar 150 kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan
adalah sebagai berikut :
• H2O : 0,2%
• HCL : 0,2%
• SiO2 : 0,1%
• AL2O3 : 0,1%
• CaO : 55,0%
• MgO : 0,4%
• CO2 : 43,6%
• SO4 : tidak nyata
• Na2O K2O : 0,3%.

13 | B A T U G A M P I N G
Untuk mengatur pH tanah, jika tanah dirasa memiliki pH rendah, maka untuk

menaikkan pHnya anda bisa menambahkan sedikit batu gamping yang telah

dihancurkan terlebih dahulu pada tanah. Ini karena batu gamping berbeda

dengan manfaat batu akik sulaiman, bahwa batu gamping dapat digunakan sebagai

bahan pengkapuran untuk menetralsir keasaman tanah.

Selain untuk mengatur pH tanah, berbeda dengan manfaat batu andesit, batu

gamping juga sangat berguna dalam industri pertanian. Yaitu dengan

menaburkannya pada tanah, maka kandungan kalsium pada tanah akan meningkat

dan ini juga merupakan salah satu pupuk alami untuk membuat tanaman anda

subur dan sukses dalam panen nantinya. Selama panen ataupun ketika anda

melakukan proses penyiraman pada tanaman anda, maka kandungan kalsium pada

tanah juga dapat semakin berkurang, untuk menjaga serta meningkatkan kadar

kalsium pada tanah maka anda disarankan untuk menaburkan batu gamping pada

lahan tananan.

Perkembangan produksi dan konsumsi batu gamping Indonesia dalam kurun

1991-1999 naik dengan laju pertum-buhan tahunan sebesar 18,56 % dan 14,25

%. Jumlah produksi tahun 1991 tercatat 34,92 juta ton naik menjadi 68,36 juta ton

tahun 1999. Demikian pula dengan konsumsi, dari sebesar 37,06 juta ton (1991)

menjadi 78,36 juta ton (1999). Industri semen adalah merupakan pemakai terbesar

batu gamping, sekitar 76,8% dari jumlah konsumsi. Industri lainnya adalah

industri bahan galian non-logam dan industri kapur.


Dari pengamatan, data ekspor masih nihil berarti Indonesia belum pernah
ekspor batu gamping, walaupun usaha ke arah itu ada. Sementara bahan baku
yang diimpor berupa produk dari batu gamping, yaitu flux dan kapur tohor
(quicklime).Jawa Barat selain sebagai produsen utama batu gamping juga
merupakan konsumen terbanyak, yaitu sekitar 56,70% dari jumlah konsumsi batu
gamping Indonesia per tahun.
Data yang disajikan di sini merupakan hasil pengolahan kembali data dari
Badan Pusat Statistik melalui penyesuaian antara volume impor dan harga satuan.

14 | B A T U G A M P I N G
Data lain yang diolah kembali adalah quicklime, dengan konversi seperti batu
kapur jenis flux dengan cara membagi nilai impor dengan harga satuan untuk
tahun yang bersesuaian
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping dalam kurun 1991-
1999 ada ketidakseimbangan, yaitu terjadi kekurangan dari penyediaan yang
secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton. Beberapa kemungkinan sehubungan
dengan keadaan di atas, yaitu laju pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat
dalam 10 tahun terakhir, meskipun situasi ekonomi belum pulih. Pasokan yang
berasal dari perusahaan tanpa izin (non-formal) perlu diperhatikan karena
jumlahnya per Kabupaten bisa mencapai angka 100 per tahun/ satu jenis galian.
Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir (1998-1999)
menunjukkan keadaan kekurangan penyediaan yang relatif sangat besar (11,8 juta
ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum mencerminkan keadaan sebenarnya
mengingat data yang dikumpulkan belum mencakup data pemakaian di bidang
pertanian, konstruksi, dan perumahan.

15 | B A T U G A M P I N G
BAB IV
KESIMPULAN

Adapun Kesimpulan yang dapat diambil adri makalah ini adalah :


1. Batu gamping bahan galian yang banyak terdapat di Indonesia keterdapatannya
menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
2. Batukapur (gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organic,
mekanik ataupun secara kimia.
3. Batugamping tersusun atas mineral kalsit (CaCO3) terbentuk dari sedimen
laut hasil dari sisa-sisa terumbu karang dan cangkang moluska maupu dari
proses kimiawi.
4. Proses Penambangannya tidaklah susah karena menggunakan metode tambang
terbuka quarry dan dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun perusahaan.
5. Dampak bagi lingkungannya adalah Pencemaran udara dan Pencemaran tanah.
Pencemaran udara yang terjadi di area pertambangan disebabkan pembakaran
batu kapur dan juga peledakan lahan. Pada saat pembakaran batu kapur
mengakibatkan Gas CO dan dan juga partikel debu. Sedangkan Pencemaran
tanah yang terjadi adalah tanah disekitar penambangan menjadi tandus dan
terkontaminasi dengan limbah saat pembakaran.
6. Batu gamping merupakan bahan galian yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia yang dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembangunan
infrastruktur mulai dari semen, cat, keramik, ornament, batu bangunan dan
lain sebaginnya.Maupun sebagai bahan obat dikarenakan batu gamping
mengandung CaCO3 dimana kandungan pHnya tinggi sehingga dapat
menetralkan asam. Contohnya obat penetral asam lambung dan asam mulut.

16 | B A T U G A M P I N G

Anda mungkin juga menyukai