WISNU IBNUADJI
17.3.08.025
Oleh :
WISNU IBNUADJI
17.3.08.025
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Budidaya Ikan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufiq, rohmat serta hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan Proposal Kerja Lapang terintegrasi magang dengan judul
“TEKNIK PENANGANAN EKSPOR IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon
kauderni) DI CV. CAHAYA BARU, KECAMATAN PESANGGRAHAN, KOTA
JAKARTA SELATAN, JAKARTA” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
nilai pada mata kuliah praktek kerja lapangan.
Dengan ini penulis menyadari bahwa proposal ini tidak akan tersusun
dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini.Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
proposal ini bermanfaat bagi kita semua.
Pangandaran,
Wisnu Ibnuadji
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I PENDAHULUAN
1
Capungan Banggai (Pterapogon kauderni) belum banyak dilakukan di Indonesia.
Sehingga untuk melakukan studi pustaka, bahan-bahan yang dapat diperoleh
masih sangat terbatas.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Bagi Taruna/i
a) Sarana latihan dan penerapan ilmu pengetahuan perkuliahan
b) Mendapat ilmu pengetahuan secara praktek di lapangan.
c) Dapat menjadi pribadi yang lebih disiplin dan bertanggungjawab.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyees
Subkelas : Actinopterygii
Suku : Apogonidae
Marga : Pterapogon
3
fin) kedua dan jari-jari lemah sirip perut (pectoral fin) memanjang; kepala dan
badan dengan 3 garis hitam lebar. Tiap-tiap bagian sirip memiliki duri dengan
jumlah tertentu dengan cara penulisan tertentu pula. Dalam diskripsi taksonomi
siripsirip ini diberi notasi D VII-I,14; A II,12; P,15 LLp 24 yang maknanya, sirip
punggung bagian depan semuanya berupa duri keras dengan jumlah 7 buah,
sedangkan sirip punggung belakang terdiri atas 1 duri keras dan 14 duri lemah,
sirip dubur terdiri dari 2 duri keras dan 12 duri lemah, sedangkan sirip perut terdiri
dari 15 duri lemah, disamping itu terdapat 24 sisik pada gurat sisi. Warna dasar
tubuhnya putih kecoklatan dengan garis hitam tebal. Pada bagian sirip punggung
kedua, sirip ekor, sirip perut dan sirip dubur serta badan terdapat bintik-bintik putih
kebiruan, sedangkan sirip ekornya bercagak dengan warna hitam di tepi bagian
bawah dan atas (Poernomo et al, 2003), sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXXII No. 3, 2007 Menurut Marini (1996), bentuk tubuh betina
dewasa bulat-gepeng/pipih (ovalcompressed). Selanjutnya dikatakan, bahwa
jantan dewasa memiliki tubuh agak memanjang dan memiliki rongga mulut bagian
bawah lebih cekung, namun pada saat mengerami telur di mulut. Rongga mulut
bagian bawah akan membentuk kantung untuk menyimpan telur, disamping itu
sirip punggung kedua ikan jantan lebih panjang dibandingkan betina. Terdapat 3
garis/belang hitam lebar melintang; yang pertama pada bagian kepala, melintang
dari kepala bagian atas ke bawah membelah mata, yang kedua dari jari-jari keras
sirip punggung pertama melintang di belakang operculum sampai ke sirip perut
dan yang ketiga dari jari-jari lemah sirip punggung kedua melintang sampai ke sirip
dubur.
4
(Marini, 1996). Setelah itu, maka ikan betina akan mengeluarkan sel telur yang
diikuti oleh ikan jantan mengeluarkan sel sperma. Setelah sel telur dibuahi, maka
ikan jantan akan menangkap sel-sel telur tersebut dan dimasukan ke dalam
mulutnya untuk dierami selama beberapa minggu. Setelah telur-telur tersebut
menjadi juvenil, maka akan dikeluarkan satu per satu dari mulut ikan jantan.
Jumlah anakan yang dihasilkan dalam sekali kawin sangat terbatas antara 26-32
juvenil, hal ini mengakibatkan perkembangbiakannya menjadi sangat lambat.
Pemijahan beberapa jenis ikan Apogon terjadi pada malam hari hingga menjelang
pagi, seperti jenis Apogon niger (Okuda & Ohnishi, 2001). Ikan ini umumnya hidup
di daerah terumbu karang yang dekat dengan padang lamun (seagrass), dekat
pantai pada kedalaman kurang dari 3 meter dan hidup berasosiasi dengan bulu
babi atau Diadema (sea urchin) dan anemon. Karakter diagnostik: tubuh tinggi,
compress, mulut besar, sampai melewati garis vertikal pertengahan pupil, memiliki
dua sirip punggung (dorsalfin) yang panjang dan indah. Memiliki bentuk tubuh dan
warna yang sangat indah. Ikan capung tergolong jenis ikan yang bersifat territorial,
yaitu menempati suatu wilayah secara permanen. Pergerakannya yang pasif,
dimana sebagian besar hidup berkelompok menempati duri-duri dari bulu babi
(Diadema sp.), dan sebagian kecil hidup berasosiasi dengan anemon sehingga
penyebarannya hanya terbatas di daerah sekitar dimana mereka berada
sebelumnya. Beberapa aspek biologi (kebiasaan makan, umur, pola pemijahan
dan lain-lain) belum banyak diketahui, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian
untuk mengembangkan populasi jenis ikan ini. Dalam dunia perdagangan ikan
hias, ikan tersebut dikenal dengan nama capungan (melihat bentuk tubuhnya yang
menyerupai capung). Perdagangan ikan capungan telah lama dilakukan di
Sulawesi Utara.
5
Hasil penelitian ini menunjukkan isi lambung ikan Banggai cardinal
tergolong karnivora terdiri dari krustasea sebagai makanan utamanya; fitoplankton
dan zooplankton sebagai makanan pelengkap; serta moluska, polychaeta, dan
sisik ikan sebagai makanan tambahan. Diduga sisik ikan tersebut adalah sisik ikan
Banggai Cardinalsendiri dalam bentuk juvenil. Berdasarkan hasil penelitian Vagelli
(2002), P. kauderni tergolong karnivora, mangsanya sangat beragam, meliputi
berbagai jenis zooplankton dan zoobenthos, serta ikan/invertebrata berukuran
kecil, termasuk P. kauderni juvenil.
6
BAB III METODE
Waktu dan tempat : November 2019 s/d 23 Desember 2019 di CV. Cahaya
Baru, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Jakarta
7
Pengemasan untuk ekspor
8
3.4 Lampiran
Kerangka Laporan
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI
2.1 Tinjauan umum
2.2 Lokasi magang
2.3 Struktur organisasi
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Morfologi
3.2 Habitat
BAB IV METODOLOGI
4.1 Waktu dan tempat
4.2 Alat dan bahan
4.3 Metode
3
4.4 Pelaksanaan magang
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penanganan Ekspor Ikan Capungan Banggai (Pterapogon
kauderni)
5.2 analisis usaha
BAB VI PENUTUP
6.1 kesimpulan
6.2 saran
9
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
10
DAFTAR PUSTAKA
ALLEN, G. 1997. Marine Fishes of South-East Asia; A Field Guide for Anglers and
Divers. Western Australian Museum, Perth : 292 pp.
Marini, F.C. My notes and observations on Raising and Breeding the Banggai
Cardinalfish. The Journal of MaquaCulture. Vol. 4 Issue 4 pp. 1-
5./http://www.breedersregistry.genxa.us
Poernomo, A.S.; Mardlijah; MX. Linting dan Widjopriono 2003. Ikan Hias Laut
Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta : 182 hal.
11