Oleh:
GRADIANA GRASA
C12112652
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
Perawat dalam Melaksanakan Patient Safety di Lontara 3 Bedah Syaraf dan Penyakit
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menyadari bahwa tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis
Hasanuddin.
3. Dr.Werna Nontji, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
4. Dr. Ariyanti Saleh S.Kp.,M. Kes selaku pembimbing I dan Abdul Majid,
memberi izin untuk meneliti di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudiro Husodo
ruangan Lontara 3 serta perawat ruangan bedah syaraf yang penuh pengertian dan
8. Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas yang telah membantu
9. Yang tercinta Mama Emilia da Sao dan Margaretha da Sao, atas segala doa
10. Rekan-rekan Ners B angkatan 2012 yang telah banyak memberi bantuan dan
11. Semua pihak yang telah membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penyusun menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan untuk
Gradiana Grasa
ABSTRAK
Gradiana Grasa. C12112652 .Gambaran Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Patient Safety di
Lontara 3 Bedah Syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit DR. Wahidin Sudiro Husodo Makassar Tahun
2013, dibimbing oleh Ariyanti Saleh dan Abdul Majid
Latar belakang : keselamatan pasien di rumah sakit dikeluarkan oleh Depkes RI dan KKP-RS (2008), sebagai
suatu sistem agar asuhan yang diberikan pada pasien lebih aman. Hal ini mencakup assesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden
Tujuan Penelitian: Untuk melihat gambaran tentang kepatuhan perawat dalam melaksanakan patient safety di
lontara 3 bedah syaraf dan penyakit syaraf rumah sakit DR. Wahidin Sudiro Husodo Makassar
Metode : metode yang digunakan deskriptif , desain penelitaian cross sectional ,.instrumen yang digunakan
kuisioner. Sampel pada penelitian 34 responden. Uji statistik menggunakan rumus distribusi frekuensi.
Hasil : (1) identifikasi pasien dengan benar : perawat yang tidak memperkenalkan diri 14 (41.2%) , (2)
kemampuan komunikasi yang efektif : 11 (32.4%) tidak menulis ulang komunikasi verbal dilembar catatan
terintegrasi, (3) keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai, : perawat yang tidak melaksanakan pemberian
obat dengan jarak waktu 6 (17.6%), (4) perawat memberikan informasi pembedahan 31 orang ( 91.2%)
(5) pengelolaan risiko infeksi akibat perawatan kesehatan 100% baik (6) pengeloaan risiko cidera: ssesmen
terhadap risiko jatuh setiap pasien baru masuk 2 (5.9%), (7) perawat yang memiliki pengetahuan kurang baik 2
(5.8%) tentang patient safety.
Kesimpulan dan Saran: pelaksanaan patient safety 42,2% perawat tidak memperkenalkan diri, tidak menulis
ulang komunikasi verbal dicatatan terintegrasi 17.6%, tidak memberikan obat dengan jarak waktu 17.6%,
memberikan informasi sebelum pembedahan dilakukan 91.2%, pengelolaan risiko infeksi 100% dilaksanakan,
dan risiko jatuh 5.8% 5.9%, perawat dengan pengetahuan kurang baik 5.8%, untuk peneliti selanjutnya bisa
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan patien safety.
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
A. Hasil Penelitian…………………………………………….. 46
1. Karakteristik Responden Berdasarkan data demografi… 46
2. Hasil Analisis Distribusi frekuensi Untuk 6 Sasaran
Patient Safety…………………………………………… 48
3. Gambaran Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan
Patient Safety Berdasarkan Kemampuan Identifikasi
Tingkat Pengetahuan perawat pelaksana………………. 58
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden Berdasarkan data demografi… 59
2. Hasil Analisis Distribusi frekuensi Untuk 6 Sasaran
Patient Safety…………………………………………… 61
3. Gambaran Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan
Patient Safety Berdasarkan Kemampuan Identifikasi
Tingkat Pengetahuan perawat pelaksana………………. 73
C. KETERBATASAN PENELITIAN……………………… 74
BAB VI PENUTUP
A. SIMPULAN ……………………………………………… 76
B. SARAN …………………………………………………… 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari topik yang relatif tidak signifikan sampai memiliki posisi tinggi pada
pelayanan kesehatan (IOM,2000). Rumah sakit sebagai tempat yang padat karya
dengan berbagai prosedur ,profesi, tehnologi, dan standar menjadi tempat yang
paling rawan terhadap keselamatan pasien. Akibat insiden pada pasien dapat
1
Batasan tentang keselamatan pasien di rumah sakit dikeluarkan oleh
Depkes RI dan KKP-RS (2008) yaitu sebagai suatu sistem agar asuhan yang
diberikan pada pasien lebih aman. Hal ini mencakup assesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
diambil.
terhadap keselamatan pasien ini didorong oleh masih tingginya angka Kejadian
Tak Diharapkann (KTD) atau Adverse Event ruamah sakit secara global maupun
nasional. KTD yang terjadi di berbagai negara diperkirakan sekitar 4.0- 16.6 %
diperkirakan adalah kejadian yang dapat dicegah (Smits et al., 2008). Akibat
KTD ini diindikasikan menghabiskan biaya yang sangat mahal baik bagi pasien
maupun sistem layanan kesehatan (Flin, 2007). Di Indonesia data tentang KTD
2
masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “malpraktik”,
yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan
RI, 2006)
a safer health system (2000), melaporkan pada pelayanan pasien rawat inap
dirumah sakit terdapat sekitar 3-16% kejadian tidak diharapkan terjadi. KTD
bukanlah hal yang baru hampir seluruh rumah sakit pernah mengalami kejadian
ini, dengan meningkatnya angka insiden hal ini menjadi pusat perhatian baik
distribusi yang menunjukkan tingkat kejadian yang tinggi seperti : Pasien jatuh
dari Tempat tidur ada 7 0rang (18.9%), 3 orang Perawat Terpercik darah pasien
3
ODHA (8.1%), 2 Pasien meninggal di meja operasi (5.4%), 4 Salah pemberian
obat (10.8%) , 2 Tertusuk jarum suntik (5.4%). Sedangkan pada tahun 2012,
yang tinggi pada kejadian : Pasien jatuh dari tempat tidur 5 (10%), Tertusuk
Kejadian seperti pasien jatuh dari tempat tidur pada tahun 2011 (18.9%)
dan 2012 (10%), ini sudah menunjukkkan bahwa keselamatan pasien dirumah
sakit belum memenuhi standar, karena standar untuk pasien jatuh itu, pada
standar minimal pelayanan dirumah sakit adalah 100% artinya tidak boleh ada
memberikan bukti dan solusi hasil consensus yang berdasarkan nasihat para
kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik,
sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk
keseluruhan sistem dalam hal ini perlu adanya standar yang dapat menilai
Internasional/JC, 2010)
4
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk melihat “factor-faktor
apa saja yang berhubungan dengan kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di
Lontara 3 Bedah Syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit DR. Wahidin Sudiro
Husodo Makassar”
B. Rumusan Masalah
diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus
pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan sistem dalam hal ini perlu adanya
sakit, serta semakain tingginya angka kejadian yang tidak diharapkan akan
lontara 3 bedah syaraf dan penyakit syaraf rumah sakit dr. wahidin Sudiro
Husodo Makassar ?
5
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
patient safety di lontara 3 bedah syaraf dan penyakit syaraf rumah sakit DR.
2. Tujuan Khusus
6
D. Manfaat
1. Instansi Kesehatan
rumah sakit terutama dalam hal pelayanan terhadap patient safety, sehingga
sakit.
2. Peneliti
serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam hal patient safety
3. Akademik
pendidikan agar supaya patient safety menjadi sebuah budaya bukan karena
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
pengulangan KTD .
8
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety
medication names)
a) Hak pasien
9
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana
pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme
10
c) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
adalah:
sumber daya
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
11
Standarnya adalah:
tentang KP
Kriterianya adalah:
pasien.
12
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk
keperluan analisis.
dengan insiden
Standarnya adalah:
jelas.
Kriterianya adalah
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
13
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
pelaporan insiden.
pasien.
Standarnya adalah :
eksternal.
Kriterianya adalah
14
D. Aspek Hukum Terhadap Patient Safety
Aspek hukum terhadap patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai
nyawa pasien”
3) Pasal 58 UU No.36/2009
keadaan darurat.”
15
” Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi,
b) Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan
kompresehensif. “
4. Hak Pasien
16
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan
a) Pasal 43 UU No.44/2009
oleh menteri
keselamatan pasien.
17
E. Manajemen Patient Safety
Pelaksanaan Patient Safety ini dilakukan dengan sistem pencacatan dan pelaporan
serta monitoring dan evaluasi. Sistem pencacatan dan pelaporan pada patient
safety :
1) Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (KNC, KTD dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang
2) Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien rumah sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh
rumah sakit.
rahasia.
18
F. Monitoring Dan Evaluasi
Di rumah sakit, pimpinan rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada
unit kerja
a) Standar
identifikasi pasien
pindah kamar, atau pindah lokasi didalam rumah sakit , mungkin juga
pasien memiliki cacat indera atau rentan terhadap situasi berbeda yang
19
disaat pemberian obat , darah atau produk darah, pengambilan darah dan
nomor identifikasi, tanggal lahir , gelang berkode batang atau cara lain.
Nomor kamar pasien atau lokasi tidak dapat digunakan untuk identifikasi
pelayanan rawat jalan atau layanan lainnya, unit gawat darurat atau kamar
c) Elemen Penilaian
darah
20
2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
a) Standar
Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat
perawatan pasien diberikan secara lisan dan melalui telepon, jika hal ini
rawan salah adalah ketika melaporkan kembali hasil tes penting seperti
untuk pemberian perintah baik secara lisan maupun via telepon termasuk
apakah yang telah ditulis dan dibaca-ulang itu sudah tepat. Kebijakan dan
21
membaca-ulang tidak selalu dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan
dalam situasi darurat di bagian gawat darurat atau unit perawatan intensif.
c) Elemen Penilaian
1) Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dibaca
sipenerima
2) Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si
penerima
3) Perinatah dan hasil tes dikonfirmasi oleh individu si pemberi atau hasil
tes
a) Standar
22
bentuk atau bunyi namanya. Daftar obat berisiko tinggi dapat diperoleh
dari organisasi seperti misalnya WHO atau Institute for Safe Medication
atau lebih besar daripada 2 mEq, kalium fosfat sama atau lebih besar dari 3
mmol/ml, natrium klorida lebih besar dari 0.9%, dan magnesium sulfat
sama atau lebih besar dari 50%. Kesalahan dapat terjadi jika staf belum
atau dalam keadaan darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi
rumah sakit berdasarkan data yang ada. Kebijakan dan prosedur juga
elektrolit konsentrat sesuai bukti dan praktik professional yang ada, seperti
misalnya bagian gawat darurat atau kamar operasi, dan menetapkan cara
c) Elemen penilaian
23
1) Kebijakan dan atau prosedur disusun untuk mengatasi masalah
diwaspadai
kebijakannya.
label jelas dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak mudah diakses.
a) Standar
yang benar, prosedur yang benar pembedahan pada pasien yang benar
24
Kebijakan ini berlaku untuk segala lokasi dirumah sakit, dimana prosedur
itu dilakukan.
c) Elemen penilaian
seluruh dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah ada, tepat dan
fungsional
pasien juga benar, termasuk prosedur medis dan gigi yang dilakukan
a) Standar
25
Kebersihan tangan yang memadai itu penting dalam usaha
secara internasional adalah dari WHO, United Stated for Desease Control
internasional lainnya.
c) Elemen Penilaian
efektif
a) Standar
Sebagian besar cidera pada pasien rawat inap terjadi karena jatuh. Dalam
risiko cidera akibat jatuh. Evaluasi ini harus meliputi sejarah terjadinya
26
jatuh, pengkajian konsumsi obat dan alkohol, sering gerak dan
dan prosedur yang tepat. Program ini memantau baik konsekuensi yang
c) Elemen Penilaian
diperhitungkan sebelumnya
27
H. Mengatasi Kejadian Yang Tidak Diharapkan
pekerjaannya manusia tak luput dari berbuat salah. Namun, kesalahan dapat
sebaliknya mengarahkan orang untuk berbuat benar. Dengan perkataan lain, para
dikendalikan dengan sistem, misalnya supaya orang tidak salah menekan tombol
maka tombol tersebut diberi warna yang sangat mencolok, supaya perawat tidak
fakta menunjukkan bahwa kejadian tidak diharapkan tetap terjadi. Memang jika
28
approach, pendekatan sistem dapat dipergunakan untuk membudayakan nilai-
a. Pertama, nilai-nilai, serta tindakan para medis dan non-medis yang belum
melakukannya.
terapi cell, stem cell, dan DNA tidak dimungkinkan lima puluh tahun lalu.
dimungkinkan tetapi rumah sakit tidak memiliki dokter yang kompeten dan
29
I. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Pendidikan
dimilikinya.
2) Pekerjaan
3) Umur
fisik dan psikologis atau mental, sesorang akan semakin matyang dan dewasa
4) Minat
Menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada
5) Pengalaman
timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam jiwanya, dan
30
6) Kebudayaan lingkungan sekitar
7) Informasi
1) Definisi Kepatuhan
sesuai aturan dan berdisiplin. Sarafino (1990) dikutip oleh (Slamet B, 2007),
cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain.
31
2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Menurut (Niven, 2008) faktor-
a) Pendidikan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
b) Akomodasi
dan waktu, biasanya ibu cenderung malas melakukan antenatal care pada
32
membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti pengurangan
harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada ibu
kesehatan saat hamil. Keluhan yang diderita ibu akan membuat ibu
adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien
33
f) Pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan
g) Usia
saat akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari
daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini
34
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
Safety di Lontara 3 Bedah Syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit DR.
Keterangan :
36
Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa kepatuhan terhadap
pelaksanaaan patient safety akan dilihat dari cara perawat dalam melakukan :
yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar,
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
gambaran pada pelaksanaan standar patient safety pada satu waktu tertentu
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
1. Tempat Penelitian.
Tempat penelitian ini di ruang rawat inap Lontara 3 Bedah Syaraf dan
2. Waktu pelaksanaan.
1. Populasi
perawat di ruang rawat inap Lontara 3 Bedah Syaraf dan Penyakit Syaraf
38
2. Sampel
tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
a. Kriteria inklusi
penyakit syaraf
b. Kriteria ekslusi
seluruh perawat yang bertugas yang sesuai dengan kriteria inklusi yang
Lontara 3 Bedah syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit Wahidin Suduro
39
D. Alur penelitian
E. Variabel Penelitian.
pasien dengan dengan benar, (2) komunikasi yang efektif, (3) pelaksanaan
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
40
F. Definisi operasional
penyakit, situasi saat ini, asesment dan follow up, dilakukan pada saat
dan apabila kegiatan tersebut dilaksanakan akan diberi nilai 1 dan apabila
narkotika dan obat high alert lainnya seperti insulin injeksi, oxytocin
41
4. Penentuan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
diberi nilai 0.
apabila kegiatan tersebut dilaksanakan akan diberi nilai 1 dan apabila tidak
42
kuisioner dengan jumlah 15 pertanyaan , dikatakan pengetahuan baik jika
1. Pengolahan data.
Sebelum semua data dianalisa maka terlebih dahulu dilakukan tahap tahap
sebagai berikut:
a. Editing.
b. Coding.
c. Tabulasi Data.
sederhana.
43
d. Analisa data.
ΣX X 100%
Persentase =
N
N
Keterangan : X = jumlah kejadian, N= jumlah responden.
H. Etika Penelitian.
menjadi partisipan dalam penelitian ini, agar di peroleh hasil yang berarti.
suatu proyek riset. Ini meliputi pemberian calon peserta dengan informasi
44
2. Tanpa nama (Anonimity); anomitas merujuk pada tindakan merahasiakan
Tolsma, 2000)
45
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
menganalisa hubungan antar variabel, data hasil penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk deskriptif agar dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah
deskriptif yang meliputi 6 sasaran patient safety yaitu : (1) identifikasi pasien
lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien
Sebelum melihat data hasil penelitian ini akan disajikan terlebih dahulu
(1) usia (2) jenis kelamin (3) pendidikan (4) masa kerja
46
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakterisitik Responden Berdasarkan Data
Demografi di Ruang Lontara 3 Bedah Syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit
DR. Wahidin Sudiro Husodo Makassar 2013
Jenis kelamin
Laki-laki 5 31 7 39
Perempuan 11 69 11 61
Pendidikan
S1 Keperawatan/ Ners 5 31 6 33
S1 Kesehatan Masyarakat 1 6 1 6
D3 Keperawatan 10 63 11 61
Masa Kerja
0-4 tahun 5 28 4 22
5-9 tahun 6 15 9 50
15-19 tahun 4 7 4 22
25-29 tahun 1 6 1 6
10 (63%) responden ,lama kerja responden paling banyak berada pada usia
47
perempuan yaitu sebanyak 11 (61%) orang, tingkat pendidikan responden
11 (61%) orang ,lama kerja responden paling banyak berada pada usia 5-9
benar dapat dijelaskan bahwa di ruang syaraf yaitu rata-rata perawat sudah
48
patuh, namun masih ada yang masih kurang yaitu tentang petugas yang
49
Berdasarkan data distribusi frekuensi di ruang syaraf diatas yaitu
terhadap pesan tertulis (ditanda tangani dan diberi nama) oleh pemberi
dimana perawat yang tidak seluruh pesan verbal dan telpon atau hasil tes
(ditanda tangani dan diberi nama) oleh pemberi pesan pada kesempatan
50
c. Kepatuhan Perawat Dalam Kemampuan Keamanan Obat-Obatan
yang Harus di Waspadai
51
R.syaraf R. Bedah Syaraf
NO Aktivitas/kegiatan patuh Tidak patuh Tidak
f % f % f % f %
e. Benar Pasien
1) Membawa kartu 15 93.8 1 6.3 18 100 0 0
pemberian obat dan obat
dicocokan dengan gelang
pasien
2) Tanyakan riwayat alergi 16 100 0 0 18 100 0 0
f. Benar Informasi
Penjelasan nama, tujuan, cara 15 93.8 1 6.3 18 100 0 0
pemberian obat kepada pasien
/ keluarga pasien
g. Benar dokumentasi
1) Paraf dan nama petugas 16 100 0 0 18 100 0 0
setelah obat diberikan /
diminum pasien
2) Pastikan pasien telah 15 93.8 1 6.3 18 100 0 0
mengkonsumsi obatnya
(dengan melihat sendiri
atau bertanya kepada
keluarga yang melihat)
3) Paraf dan nama petugas 16 100 0 0 18 100 0 0
yang mengubah jenis,
dosis, jadwal, cara
pemberian obat
4) Catatan perubahan / efek 16 100 0 0 18 100 0 0
samping setelah pasien
mendapat pengobatan
5) Dokumentasikan KNC 9 56.3 7 43.8 14 77.8 4 22.2
terkait pengobatan
6) Dokumentasikan KTD 13 81.3 3 18.8 17 94.4 1 5.6
terkait pengobatan
Sumber :data primer 2013
meliputi benar cara atau rute : pemberian beberapa obat dan nutrisi tidak
52
Sedangkan di ruang bedah syaraf yang tidak membuat daftar obat-
orang (43.8%)
53
kegiatan dalam hal area yang akan dioperasi diberi penanda dengan
menandai lokasi yang akan dibedah dengan tulisan YA di lokasi yang akan
dioperasi dengan melibatkan pasien saat proses penandaan (lihat form pra
sebelum pembedahan di OK : The sign in, The Time out, The sign out
tidak dilakukan oleh perawat, item pernyataan ini dilakukan oleh dokter
pasien yang benar dapat dilihat ketika perawatan yang tidak melaksanakan
kegiatan dalam hal area yang akan dioperasi diberi penanda dengan
menandai lokasi yang akan dibedah dengan tulisan YA di lokasi yang akan
dioperasi dengan melibatkan pasien saat proses penandaan (lihat form pra
54
e. Kepatuhan Perawat Dalam Kemampuan Pengelolaan Risiko Infeksi
Akibat Perawatan Kesehatan
melakukan high hygiene pada five moment sebelum kontak dengan pasien
55
f. Kepatuhan Perawat Dalam Pengeloaan Risiko Cidera Pasien Akibat
Terjatuh
di ruang bedah syaraf untuk pengelolaan risiko pasien jatuh 100% dikelola
dengan baik.
56
3. Gambaran Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Patient Safety
Berdasarkan Kemampuan Identifikasi Tingkat Pengetahuan Perawat
Pelaksana.
57
B. PEMBAHASAN
penelitian ini.
a. Usia
bahwa usia responden yang terbanyak pada rentang 20-29 tahun sebanyak
7 (44%) responden.
responden.
Jadi, kalau kita liat dari usia responden yang berada pada usia
58
Menurut sopiah (2008), usia akan menentukan kemampuan
b. Jenis Kelamin
c. Pendidikan
59
responden yang terbanyak berada pada tingkat pendidikan D3
d. Masa Kerja
perawat ruang penyakit syaraf berada pada masa kerja usia 5-9 tahun
responden paling banyak berada pada usia 5-9 tahun sebanyak 9 (50 %)
orang
(Viscusi,1980).
60
Penelitian yang dilakukan oleh Gillies dalam Pratiwi (2004),
menjelaskan bahwa perawat pada masa kerja 1-3 tahun akan memiliki
supervisornya.
yaitu rata-rata perawat sudah patuh, namun masih ada yang masih
61
emosi klien, Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi
62
Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara
dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan
untuk identifikasi.
pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi termasuk
pesan tertulis (ditanda tangani dan diberi nama) oleh pemberi pesan
63
telepon atau hasil tes tidak ditulis ulang oleh perawat dilembar
yang akurat dan pada waktu yang tepat. Kualitas asuhan pasien
64
laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan. Rumah
No.1691,2011)
cara atau rute : pemberian beberapa obat dan nutrisi tidak diberi jarak
65
(16.7%) dan yang tidak mendokumentasikan KNC terkait
fisik dan mental klien. Karena secara konstan terlibat dalam perawatan
adalah segala indikasi dan syarat yang harus dipenuhi pada setiap
pelayanan.
dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem , baik pasien
keselamatan pasien.
66
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat
yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida
lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
kamar operasi, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan
67
akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.
(Permenkes No.1619,2011).
benar, pembedahan pada pasien yang benar ini dapat dilihat bahwa
kegiatan dalam hal area yang akan dioperasi diberi penanda dengan
menandai lokasi yang akan dibedah dengan tulisan YA di lokasi yang akan
dioperasi dengan melibatkan pasien saat proses penandaan (lihat form pra
pasien yang benar dapat dilihat ketika perawatan yang tidak melaksanakan
kegiatan dalam hal area yang akan dioperasi diberi penanda dengan
menandai lokasi yang akan dibedah dengan tulisan YA di lokasi yang akan
dioperasi dengan melibatkan pasien saat proses penandaan (lihat form pra
68
Perry & Potter, 2005 menyatakan bahwa persetujuan seseorang
darah, atau prosedur incasif ) harus atas persetujuan klien, ini berdasarkan
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang
dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
69
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu
atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara
konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan
sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau multipel
dibutuhkan.
70
e. Kemampuan Pengelolaan Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
patuh dalam melakukan high hygiene pada five moment sebelum kontak
dari kontak dengan bahan infeksius atau terpejan pada penyakit menular
71
merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional
cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca
72
mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk
konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan
sakit.(Permenkes 1619,2011)
harus 0% artinya tidak ada pasien yang jatuh baik di lingkungan internal
maupun lingkungan eksternal oleh karena itu harus ada penilaian untuk
73
sengaja maupun tidak disengaja dan hal ini terjadi setelah orang
analisis pada situasi atau kondisi yang sedang terjadi, dari hasil penelitian
ini rata-rata semua responden ada pada tingkat perguruan tinggi yaitu dari
langitan 2010)
C. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada satu ruangan yaitu di Ruang Lontara
3 Bedah Syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit dr. Wahidin Sudiro
untuk kondisi ditempat lain yang memiliki karakter budaya yang berbeda
74
dapat terpengaruh dengan ketidak jujuran responden karena alasan
3. Penelitian ini terbatas pada satu variabel dan tidak melihat hubungan atau
pelatihan patient safety atau tidak, jadi data yang diambil lansung dari
75
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
Syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit dr. Wahidin Sudiro Husodo
ruang syaraf yaitu rata-rata perawat sudah patuh, namun masih ada yang
masih kurang yaitu tentang petugas yang tidak memperkenalkan diri pada
pasien yaitu sebanyak 5 ( 31.3%) orang dan di ruang bedah syaraf rata-rata
terhadap pesan tertulis (ditanda tangani dan diberi nama) oleh pemberi
(66.7%).
76
menerapkan prinsip 7 benar tentang obat-obatan yang meliputi benar cara
atau rute : pemberian beberapa obat dan nutrisi tidak diberi jarak waktu
perawat yang tidak melaksanakan kegiatan dalam hal area yang akan
dilihat (dengan gentian violet) untuk menandai lokasi yang akan dibedah
saat proses penandaan (lihat form pra bedah dan status) di ruang rawat
sudah 100% dilakukan dengan baik, hanya perawat yang kurang patuh
dalam melakukan high hygiene pada five moment sebelum kontak dengan
77
orang (12.5%), sedangkan di ruang bedah syaraf untuk pengelolaan risiko
B. SARAN
bagaimana cara agar patient safety menjadi sebuah budaya dirumah sakit
78
DAFTAR PUSTAKA
Ruang :
SKOR
NO PENILAIAN
4 3 2 1
1. Apakah Perawat Melakukan Prosedur cuci tangan
dengan benar
No Responden :
Lampiran 1
Program Studi Ilmu Keperawatan FK. UNHAS, sedang melakukan penelitian untuk
Safety di Lontara 3 Bedah Syaraf dan Penyakit Syaraf Rumah Sakit DR. Wahidin
Sudiro Husodo Makassar”, Tujuan penelitian ini adalah Untuk melihat Gambaran
syaraf dan penyakit syaraf rumah sakit DR. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, Jika
bpk/ibu/sdr bersedia menjadi subyek penelitian ini maka saya akan melakukan
observasi atau pengamatan sekitar pukul 10.00 (perawat dinas pagi), 15.00 (perawat
dinas sore), 22.00 (perawat dinas malam), tetapi jika merasa tidak berkenaan dengan
alasan tertentu, bpk/ibu/sdr berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.
Penelitian ini tidak menimbulkan efek samping atau akibat yang merugikan
untuk pengisian Quisioner. Identitas bpk/ibu/sdr maupun data atau semua informasi
yang diberikan dijamin kerahasiaanya, dan disajikan hanya untuk kepentingan
penelitian serta pengembangan ilmu. Bila ada hal-hal yang tidak jelas, bpk/ibu/sdr
Peneliti
Gradiana Grasa